OLEH
SUNDARI
Rumusan masalah yang disusun adalah sebagai berikut: Apakah penggunaan metode
demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV terhadap materi pembelajaran
IPA tentang macam-macam gaya ? Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat
meningkatkan peran aktif siswa kelas IV dalam proses pembelajaran IPA?
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk memperoleh informasi faktual tentang
penggunaan metode demonstrasi: 1) terhadap kemudahan siswa dalam memahami materi
pembelajaran; 2) terhadap peningkatan kesungguhan belajar siswa; 3) terhadap peningkatan
hasil belajar siswa.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses beralur terdiri dari 4 tahap,
yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) Observasi; dan 4) refleksi.
Dari analisis data diketahui bahwa pada setiap siklus terjadi peningkatan ketuntasan hasil
belajar siswa. Pada studi awal, siswa yang mencapai ketuntasan baru 31,88%. Pada siklus I
siswa yang mencapai ketuntasan mengalami kenaikan dari studi awal menjadi 48%. Pada
siklus II siswa yang mencapai ketuntasan mengalami kenaikan dari siklus I menjadi 72%, dan
pada siklus III mengalami kenaikan menjadi 92%. Hal yang sama juga terjadi pada
kesungguhan belajar siswa.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan metode
demonstrasi mampu mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran; Penggunaan
metode demonstrasi mampu meningkatkan kesungguhan siswa dalam belajar; Penggunaan
metode demonstrasi mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusunlah perumusan masalah sebagai
berikut: Apakah Penerapan Metode Demonstrasi Menggunakan Objek Nyata pada Siswa Kelas
IV (Empat) Semester Genap Materi Macam-Macam Gaya Dapat Meningkatkan Hasil Belajar
di SD Santo Hilarius Parittiga Kabupaten Bangka Barat Tahun Pelajaran 2018/2019?”
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di
sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan
proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru
adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar
tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan,
nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan
bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks.
Dalam peristiwa belajar semua aspek dalam diri siswa sebagai individu seperti
intelektual,sosial emosional, fisik harus terlibat secara uruh sehingga potensi, bakat dan minat
siswa dapat terjadi secara maksimal.
Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen
yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar
mengajar, dan komponen ebaluasi. Masing masing komponen tersebut saling terkait dan saling
memengaruhi satu sama lain.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang
saling berhubungan satu sama dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi : tujuan,
materi,metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan
oleh guru dalam memilih dan menentukan metode pembelajaran apa yang akan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran.
Banyak pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli terdapat tiga atribut
pokok (ciri utama) belajar, yaitu : proses, perubahan perilaku dan pengalaman
1. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan.
Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaanya aktif. Menurut Anita W,Sri
et.el.(2014:2.14) Belajar merupakan suatu kegiatan pemrosesan kognitif,keterampilan dan
sikap.Pebelajar/siswa sepenuhnya harus melakukan upaya mengubah perilaku melalui
pengalaman,latihan maupun kegiatan-kegiatan lain yang dianggap efektif sebagai proses
untuk mengubah perilaku. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang
lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar itu). Guru tidak
dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Yang dapat diamati gutu ialah
manisfestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan
pada diri siswa tersebut.
2. Perubahan perilaku
Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar akan
berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan, atau
penguasaan nilai-nilai (sikap).
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasill\kan dari pengalaman
(interaksi dengan lingkungan), tempat proses mental dan emosional terjadi. Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah ( kawasan ) yaitu :
pengetahuan (kognitif), keterampilah (psikomotorik), dan penguasaan nilai-nilai atau sikap
(afektif).
3. Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.Lingkungan
pembelajaran yang baik adalah lingkungan yang memicu dan menantang siswa belajar. Guru
yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga, apalagi di kelas rendah kurang memicu siswa
belajar lebih giat.
Belajar dapat melalui pengalaman langsung dan melalui pengalaman tidak lansung. Belajar
melalui pengalaman langsung, siswa belajar dengan melakukan sendiri atau dengan
menhalaminya sendiri. Akan tetapi bila siswa mengetahui karena membaca buku atu
mendengarkan penjelasan guru, maka disebut belajar melalui pengalaman tidak langsung.
B. Gaya Belajar
Setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi
dengan lingkungannya. Setiap anak schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran
sebagai hasil pemahamanterhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman
tentangobjek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi,yaitu menghubungkan objek
dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran anak dan akomodasi, yaitu proses
memanfaatkan konsep-konsep dalam pikirannya untuk menafsirkan objek yang dilihatnya.
Kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar memiliki tiga ciri yaitu : konkret, integratif
dan hierarkis.
Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret yakni
yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba dan diotak-atik dengan titik penekanan pada
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yangdapat dioptimalkan untuk pencapaian
proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas bagi anak usia sekolah dasar. Pemanfaatan
lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar lebih bermakna dan bernilai, sebab
siswa dihadapkandengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya. Keadaan yang dialami
sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
Integratif berarti memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan dan terpadu,
berbagai disiplin ilmu dikaitkan menjadi pengalaman belajar yang bermakna.
Hierakis berarti berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal
yang lebih kompleks.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar,
belajar itu sendiri yaitu berusaha memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap. Dari beberapa definisi diatas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa hasil belajar
adalah segala sesuatu yang diperoleh siswa sebagai hasil yang diperoleh setelah mengikuti
proses pembelajaran. Menurut Anita W,Sri et.el.(2014:2.19) hasil belajar merupakan
kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. kulminasi akan selalu diiringi
dengan kegiatan tindak lanjut.
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor dalam diri siswa sendiri (intern) dan faktor dari luar
diri siswa ( ekstern )
a. Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terdapat hasil belajar diantaranya adalah
kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi,perhatian, kelemahan dan kesehatan serta
kebiasan siswa.
b. Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar di antaranya adalah
lingkungan fisik dan nonfisik ( termasuk suasan kelas dalam belajar, seperti riang gembira,
menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (
termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman sekolah.
G. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran
dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat
memperlajarinya secara proses. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran
disesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya.
1. Karakteristik Metode Demonstrasi
Metode mengajar demonstrasi hakikatnya untuk menyampaikan pembelajaran pada
siswa dalam penguasaan proses objek tertentu. Metode mengajar demonstrasi juga identik
dengan metode mengajar modeling. Dalam pelaksanaan metode mengajar demonstrasi, selain
guru yang akan menjadi model juga dapat mendatangkan nara sumber yang akan
mendemonstrasikan objek materi pelajaran, dengan syarat harus menguasai bahan materi yang
didemonstrasikan, serta mengutamakan aktivitas siswa untuk melakukan demonstrasi tersebut.
Dalam demonstrasi cenderung bahan dan situasi yang digunakan adalah objek yang sebenarnya
2. Prosedur Metode Demonstrasi
Prosedur metode demonstrasi yang haru dilakukan dalam pembelajaran adalah sebai
berikut :
a. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran
b. Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didimonstrasikan.
c. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa
d. Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan latihan ) terhadap hasil demonstrasi
e. Kesimpulan
3. Prasyarat untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Demonstrasi
Kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam menunjukkan keberhasilan
demonstrasi, diantaranya adalah (a) mampu secara proses dalam melaksanakan demonstrasi
materi atau topik yang dipraktikkan; (b) Mampu mengelola kelas dan menguasai siswa secara
menyeluruh; (c) Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan; (d) mampu melaksanakan
penilaian proses.
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang demonstrasi,
diantaranya adalah: (a) siswa memiliki motivasi, perhatian, dan minat terhadap topik yang akan
didemonstrasikan; (b) memahami tentang tujuan/ maksud yang akan didemostrasikan; (c)
mampu mengamati proses yang didemonstrasikan; (d) mampu mengidentifikasi kondisi dan
alat yang digunakan dalam demostrasi .
4. Keunggulan Metode Demonstrasi
Keunggulan implementasi metode mengajar demonstrasi dapat dicapai apabila kondisi
pembelajaran diciptakan secara efektif di antaranya keunggulan tersebut adalah:
a. Siswa dapat memahami bahwa pelajaran sesuai dengan objek yang sebenarnya
b. Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa
c. Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang sistematis
d. Dapat mengetahui hubungan yang struktural atau urutan objek dapat melakukan
perbandingan dari beberapa objek
5. Kelemahan Metode Demonstrasi
Kelemahan atau kendala-kendala yang kemungkinan perlu diantisipasi oleh guru jika
akan menerapkan metodi demonstrasi adalah
a. hanya dapat menimbulkan cara berpikir yang konkret saja
b. Jika jumlah siswa banyak dan posisi siswa tidak diatur maka demonstrasi tidak efektif
c. Bergantung pada alat bantu yang sebenarnya
d. Sering terjadi siswa kurang berani dalam mencoba atau melakukan praktik yang
didemonstrasikan.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
2. Siklus I
a. Perencanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah menerapkan metode demonstrasi dalam
proses pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi macam – macam
gaya. Dalam perencanaan siklus I sebelum dilakukan perbaikan, peneliti dibantu oleh
supervisor 2 terlebih dahulu merumuskan masalah yang terjadi yaitu siswa lebih mampu
menguasai materi IPA macam-macam gaya dan dapat menjawab pertanyaan guru dengan
tepat. Adapun kegiatan yang dilakukan, yaitu:
1) Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus I
2) Menyiapkan alat peraga berupa gambar biasa
3) Menyiapkan sistematika laporan siklus I
4) Menyiapkan lembar observasi
5) Lembar evaluasi
6) Menyiapkan LKS
b. Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam
menguasai materi tentang macam – macam gaya dengan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Pada awal pertemuan guru mengucapkan salam kepada siswa, memotivasi
siswa, dan menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam
pembelajaran menggunakan metode demonstrasi.
Kegiatan inti meliputi kegiatannya sebagai berikut :
1) Guru mempersiapkan alat bantu berupa gambar contoh energi listrik dan contoh gambar
benda perubahan dari energi listrik menjadi gerak dan panas
2) Guru menjelaskan tentang topik yang didemonstrasikan yaitu energi listrik
3) Guru melaksanakan demonstasi dibantu dengan siswa
4) Guru bertanya jawab tentang pendemostrasian
Pada kegiatan akhir guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang dipelajari serta
siswa diberikan soal evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus I.
c. Pengamatan/Pengumpulan Data
Pada tahap ini, selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh teman sejawat
mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dilakukan adalah mengadakan evaluasi terhadap kinerja siswa
dalam menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti
dibantu oleh supervisor 2 memperoleh hasil:
1) Penguasaan untuk pembelajaran IPA dengan materi macam-macam gaya meningkat.
2) Sebagian siswa sudah ada yang aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
3) Guru belum bisa memberikan perhatian secara menyeluruh kepada siswa.
4) Guru belum melibatkan siswa 100% dalam proses pembelajaran.
Adapun kekurangan yang belum bisa diatasi pada siklus I ini akan diperbaiki pada siklus II.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Siklus II dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus I dan bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus I. Pada siklus II ini diharapkan hasil belajar siswa lebih meningkat
dari siklus sebelumnya. Dalam perencanaan siklus II ini, peneliti akan memperbaiki
kekurangan yang terjadi pada siklus I
Adapun kegiatan yang akan dilakukan, yaitu:
1) Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus II
2) Menyiapkan alat peraga berupa gambar berwarna
3) Menyiapkan sistematika laporan siklus II
4) Menyiapkan lembar observasi
5) Lembar evaluasi
6) Menyiapkan LKS
b. Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II ini adalah memperbaiki masalah yang belum
dapat diatasi pada siklus I, yaitu siswa belum bisa menyebut macam-macam gaya dan arti dari
gaya tersebut. Adapun pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yaitu, a) kegiatan awal yang
meliputi salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa,menginformasikan tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.
b ) Kegiatan inti yaitu langkah kegiatannya sebagai berikut :
1) Guru mempersiapkan alat bantu berupa gambar berwarna buah yang sudah masak jatuh
ketanah.
2) Guru menjelaskan tentang topik yang akan didemonstrasikan yaitu gaya grafitasi
3) Guru melaksanakan demonstasi dibantu dengan siswa
4) Guru bertanya jawab tentang pendemostrasian
Diakhir pertemuan, guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah mereka
pelajari dan memberikan pemantapan materi yang dilanjutkan dengan melakukan evaluasi
secara individu.
Dari proses pembelajaran, siswa sudah mulai terlihat aktif.
c. Pengamatan
Pada siklus II ini selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh teman sejawat
mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru (lembar observasi terlampir).
d. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dimaksud adalah mengadakan evaluasi terhadap kinerja siswa
dalam menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti
bersama dengan teman sejawat memperoleh hasil:
1) Sebagian siswa belum menguasai tentang materi gaya grafitasi
2) Sebagian siswa sudah benar dalam menjawab pertanyaan dari guru dan terlibat aktif dalam
pembelajaran.
3) Kinerja guru sudah lebih baik dalam mengelola kelas dimana siswa sudah lebih fokus
dalam pembelajaran
Adapun kekurangan yang belum bisa diatasi pada siklus II ini akan diperbaiki pada siklus III.
4. Siklus III
a. Perencanaan
Siklus III dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus II dan bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus II. Pada siklus III ini diharapkan hasil belajar siswa lebih meningkat
dari siklus sebelumnya. Dalam perencanaan siklus III ini, peneliti akan memperbaiki
kekurangan yang terjadi pada siklus II, yaitu siswa belum bisa memahami tentang macam-
macam gaya.
Adapun kegiatan yang akan dilakukan, yaitu:
1) Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus III
2) Menyiapkan alat peraga berupa gambar berwarna dan benda asli berupa magnet batang
dan kompas
3) Menyiapkan sistematika laporan siklus III
4) Menyiapkan lembar observasi
5) Lembar evaluasi
6) Menyiapkan LKS
b. Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus III ini adalah memperbaiki masalah yang belum
dapat diatasi pada siklus II, yaitu siswa belum bisa menentukan perbedaan dari beberapa gaya.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh supervisor 2, secara umum pelaksanaan kegiatan
perbaikan sudah sesuai dengan rencana. Prosedur pelaksanaannya adalah dimulai dari kegiatan
awal, inti, dan kegiatan akhir. Pada awal pertemuan guru mengucapkan salam kepada siswa,
memotivasi siswa, dan menjelaskan tujuan pembelajaran dari materi ini. Setelah siswa mulai
memperhatikan ke depan, guru mulai memperlihatkan kepada siswa tentang kutup-kutup
magnet dan cara kerja magnet. Kemudian, siswa menyelesaikan soal yang ada di LKS. Siswa
diminta untuk bertanya apabila belum mengerti tentang macam-macam gaya, misalnya ”ada
yang belum jelas, ada yang mau bertanya?”. Diakhir pertemuan, guru meminta siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari dan memberikan pemantapan materi yang
dilanjutkan dengan melakukan evaluasi secara individu. Metode demonstrasi dengan
menggunakan objek nyata membuat siswa aktif dalam pembelajaran.
c. Pengamatan/Pengumpulan Data
Pada siklus III ini selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh supervisor 2
mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru (lembar observasi siswa dan guru terlampir)
d. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dimaksud adalah mengadakan evaluasi terhadap kinerja siswa
dalam menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti
bersama dengan teman sejawat memperoleh hasil:
1) Penguasaan pembelajaran IPA dengan materi macam-macam gaya sudah sangat
meningkat.
2) Sebagian siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan dapat menjawab
pertanyaan dari guru dengan benar.
3) Kinerja guru sudah lebih baik dalam mengelola kelas.
Hasil tes siklus III ini menunjukkan rata-rata kemampuan siswa dalam menguasai
materi sudah mengalami peningakatan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah menguasai
materi secara lebih baik. Oleh karena itu, perbaikan pembelajaran dihentikan.
C. Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisa Data Kualitatif.
Analisis data kualitatif diperoleh dari hasil Observasi terhadap subjek penelitian (guru
dan siswa). Untuk analisa data Observasi menggunakan analisis persentase skor yang diperoleh
dari masing-masing indikator dijumlah dan hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya dihitung
persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan skor maksimal dikalikan
dengan 100%. selama pelaksanaan tindakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Persentase Nilai Rata-rata (NR) = Jumlah skor
X 100 %
Skor masimal
Kriteria taraf keberhasilan tindakan ditentukan sebagai berikut :
90% < NR 100% : Sangat Baik
70% < NR 90% : Baik.
50% < NR 70% : Cukup
30% < NR 50% : Kurang.
0% < NR 30% : Sangat Kurang
2. Siklus 1
a. Perencanaan
Kegiatan ini dilaksanakan dikelas IV SD Santo Hilarius Kecamatan Parittiga Kabupaten
Bangka Barat dengan materi macam-macam gaya.
b. Pelaksanaan
Kegiatan refleksi yang harus dilakukan penulis dan supervisor 2 adalah menumbuhkan
minat belajar siswa dan menambah alat peraga pembelajaran.
Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 8 April 2019 di kelas IV tema 4 dengan judul Indahnya
Keragaman Budaya Negeriku siklus 1 dilaksanakan dengan alokasi waktu 2x35 menit.
c. Pengamatan
Dari data diatas dilihat bahwa tingkat ketuntasan siswa masih rendah yaitu sebesar
48%.Didalam pengamatan penulis dan supervisor mendapatkan hasil bahwasanya pasa
siklus 1 hasil belajar masih kurang maximal antara lain:
1. Penjelasan guru yang masih abstrak dan monoton ,guru kurang memanfaatkan alat
peraga dengan maximal.
2. Pengelolaan kelas kurang baik sehingga kegiatan pembelajaran kurang menarik minat
siswa.
3. Guru kurang mengaitkan materi dengan lingkungan belajar.
4. Guru belum melibatkan siswa secara menyeluruh dalam proses belajar mengajar.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi yang harus dilakukan penulis dan supervisor adalah menumbuhkan
minat belajar siswa dan menambah alat peraga pembelajaran.
Karena pengelolaan kelas belum maximal,maka penulis dan supervisor 2 sepakat untuk
melanjutkan ke siklus II.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Siklus II dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus I dan bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus I.
Rencana perbaikan pembelajaran pada siklus II terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
Pada siklus II ini diharapkan hasil belajar siswa lebih meningkat dari siklus sebelumnya. Dalam
perencanaan siklus II ini, peneliti akan memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I
Adapun kegiatan yang akan dilakukan, yaitu:
1. Guru mempersiapkan alat bantu berupa gambar berwarna buah yang sudah masak jatuh
ketanah.
2. Guru menjelaskan tentang topik yang akan didemonstrasikan yaitu gaya grafitasi
3. Guru melaksanakan demonstasi dibantu dengan siswa
4. Guru bertanya jawab tentang pendemostrasian
Diakhir pertemuan, guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah mereka
pelajari dan memberikan pemantapan materi yang dilanjutkan dengan melakukan evaluasi
secara individu.
Dari proses pembelajaran, siswa sudah mulai terlihat aktif.
c. Pengamatan
Pada siklus II ini selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh teman sejawat
mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru.
Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa hasil belajar siswa sudah mulai ada peningkatan walaupun
belum maksimal. Penulis dan supervisor 2 perlu melakukan perbaikan lagi untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik lagi.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dimaksud adalah mengadakan evaluasi terhadap kinerja siswa
dalam menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti
bersama dengan teman sejawat memperoleh hasil:
1. Sebagian siswa belum menguasai tentang materi gaya grafitasi
2. Sebagian siswa sudah benar dalam menjawab pertanyaan dari guru dan terlibat aktif dalam
pembelajaran.
3. Kinerja guru sudah lebih baik dalam mengelola kelas dimana siswa sudah lebih fokus
dalam pembelajaran
Adapun kekurangan yang belum bisa diatasi pada siklus II ini akan diperbaiki pada siklus III.
4. Siklus III
a. Perencanaan
Siklus III dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus II dan bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus II. Pada siklus III ini diharapkan hasil belajar siswa lebih meningkat
dari siklus sebelumnya
Rencana perbaikan pembelajaran pada siklus III terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
Dalam perencanaan siklus III ini, peneliti akan memperbaiki kekurangan yang terjadi pada
siklus II, yaitu siswa belum bisa memahami tentang macam-macam gaya.
Adapun kegiatan yang akan dilakukan, yaitu:
1. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus III
2. Menyiapkan alat peraga berupa gambar berwarna dan benda asli berupa magnet batang
dan kompas
3. Menyiapkan sistematika laporan siklus III
4. Menyiapkan lembar observasi
5. Lembar evaluasi
6. Menyiapkan LKS
a. Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus III ini adalah memperbaiki masalah yang belum
dapat diatasi pada siklus II, yaitu siswa belum bisa menentukan perbedaan dari beberapa gaya.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat, secara umum pelaksanaan kegiatan
perbaikan sudah sesuai dengan rencana. Prosedur pelaksanaannya adalah dimulai dari kegiatan
awal, inti, dan kegiatan akhir. Pada awal pertemuan guru mengucapkan salam kepada siswa,
memotivasi siswa, dan menjelaskan tujuan pembelajaran dari materi ini. Setelah siswa mulai
memperhatikan ke depan, guru mulai memperlihatkan kepada siswa tentang kutup-kutup
magnet dan cara kerja magnet.
Siswa diminta untuk bertanya apabila belum mengerti tentang macam-macam gaya, misalnya
”ada yang belum jelas, ada yang mau bertanya?”. Diakhir pertemuan, guru meminta siswa
untuk menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari dan memberikan pemantapan materi
yang dilanjutkan dengan melakukan evaluasi secara individu. Metode demonstrasi dengan
menggunakan objek nyata membuat siswa aktif dalam pembelajaran.
b. Pengamatan
Pada siklus III ini selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh teman sejawat
mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa sudah menunjukkan hasil yang
maksimal.
c. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dimaksud adalah mengadakan evaluasi kinerja siswa dalam
menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti
bersama dengan teman sejawat memperoleh hasil:
1. Penguasaan pembelajaran IPA dengan materi macam-macam gaya sudah sangat meningkat.
2. Sebagian siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan dapat menjawab
pertanyaan dari guru dengan benar.
3. Kinerja guru sudah lebih baik dalam mengelola kelas.
Hasil tes siklus III ini menunjukkan rata-rata kemampuan siswa dalam menguasai materi
sudah mengalami peningakatan.Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah menguasai
materi secara lebih baik
Dari gambar diatas, menunjukkan bahwa dari ke-3 siklus tersebut pada siklus II terjadi
peningkatan yang signifikan terhadap keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yakni
80% siswa bisa menjawab benar dan aktif dalam tanya jawab dengan guru. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa kemauan siswa melakukan tanya jawab dan aktif dalam
pembelajaran mengalami peningkatan yang tinggi.
Berdasarkan hasil tes tertulis yang diberikan guru pada siklus I, masih ada siswa yang
belum menguasai materi dengan baik yaitu sebanyak 13 orang atau 52%. Hasil yang lebih baik
lagi dapat dilihat pada siklus II dimana dari 25 siswa terdapat 7 siswa yang belum bisa
mencapai nilai 75 atau sebesar 28%. Sedangkan siswa sudah tuntas dalam belajar 18 atau
sebesar 72%. Pada siklus III terdapat 23 siswa yang telah tuntas atau 92%. Dengan kata lain,
nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada mata pelajaran normal hanya 61,35 namun pada siklus
I diperoleh nilai 73 pada siklus II diperoleh nilai 82,50 dan pada siklus III diperoleh nilai 92,40.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat perubahan nilai yang lebih baik pada siklus
III.
sikap siswa dalam memahami materi maupun kegiatan pembelajaran juga terdapat
perubahan karena pembelajaran melalui pengalaman kongkrit memudahkan siswa dalam
memahami materi yang diberikan dan soal-soal latihan juga diberikan secara merata/bergilir
menjadikan siswa lebih berani. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi dan
mengomentari hasil pekerjaaan temannya juga dapat merangsang keaktifan siswa dalam
pembelajaran. Adapun dari segi aktivitas siswa dalam belajar juga mengalami peningkatan dan
prestasi belajar siswa pun menjadi semakin lebih baik. Siswa semakin aktif dalam menjawab
pertanyaan dari guru dan tugas-tugas yang diberikan dapat dikerjakan dengan benar.
Hasil refleksi dan observasi menunjukkan bahwa pada siklus I dalam diri siswa tumbuh
kemampuan untuk menemukan suatu cara dalam menyelesaikan masalah. Masalah yang terjadi
pada siklus I adalah kurangnya keseriusan anak-anak dalam mengerjakan LKS, karena metode
demonstrasi dengan objek nyata ini merupakan hal yang baru bagi mereka. Masalah pada siklus
I ini diperbaiki pada siklus II dengan cara mengkondisikan proses demonstrasi secara lebih
maksimal dengan melibatkan teman sejawat. Pada siklus II, siswa lebih teratur karena mereka
terlibat langsung dalam pembelajaran, yakni guru lebih melibatkan siswa dalam proses
demonstrasi. Pengetahuan itu akan lebih tersimpan lama di ingatannya. Berdasarkan data
observasi peneliti maupun data kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa perbaikan pembelajaran dengan media objek nyata melalui metode demontrasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan mereka dalam proses belajar.
D. Pembahasan
Dari hasil perolehan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada perbaikan pembelajaran
dari siklus ke siklus mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis data, pada siklus I
terjadi peningkatan nilai rata-rata dibandingkan dengan pra siklus. Akan tetapi, persentase
kenaikan siswa tersebut masih belum memuaskan hanya 39,40% dari 25 siswa. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Penjelasan guru yang masih abstrak dan monoton,
- Guru kurang memanfaatkan alat peraga dengan maksimal,
- Pengelolaan kelas kurang baik sehingga kegiatan pembelajaran kurang menarik minat
siswa,
- Guru kurang mengaitkan materi dengan lingkungan belajar siswa,
- Guru belum melibatkan siswa secara menyeluruh dalam proses belajar mengajar.
Untuk memperbaiki hal tersebut, maka pada siklus II dan III dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
- Melibatkan siswa secara langsung dalam melakukan demonstrasi dengan objek nyata yang
ada disekitar siswa,
- Mengadakan tanya jawab dalam membahas materi pelajaran.
- Mengefektifkan penggunaan media pembelajaran yang ada disekitar siswa,
- Memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dipahami.
Hal ini dimungkinkan karena penggunaan objek nyata/media pembelajaran melalui
metode pembelajaran demonstrasi sangat berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran
yang direncanakan guru. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya dan bisa mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan
bisa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan mereka.
Pada proses perbaikan pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil yang lebih
menggembirakan dibandingkan dengan siklus I, yaitu 63,40% dari 25 siswa mampu memahami
pelajaran dan mencapai KKM. Setelah dilakukan siklus III dengan menggunakan media secara
lebih maksimal dan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran, siswa dapat
memahami pelajaran dengan mencapai KKM.
Dari hasil observasi juga didapat adanya peningkatan keaktifan siswa yang signifikan
pada siklus III. Hal ini disebabkan pada pembelajaran menggunakan objek nyata melalui
metode demostrasi, siswa diberi kesempatan untuk berfikir tentang pengalamannya sendiri
sehingga adanya semangat baru pada siswa untuk mencoba mengungkapkan gagasan-gagasan
baru yang pada akhirnya memotivasi mereka untuk aktif dalam pembelajaran. Guru juga bisa
mengelola kelas dengan lebih baik karena perhatian guru sudah menyeluruh kepada siswa
sehingga dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga
siswa dapat mencapai tujuan pengajaran secara lebih maksimal.
BAB V
A. Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam tiga siklus dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa kelas IV SD Santo Hilarius Parittiga pada mata pelajaran IPA materi
Macam – macam Gaya mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilaksanakan
pembelajaran menggunakan objek nyata melalui metode demonstrasi dengan objek
nyata.
2. Pembelajaran menggunakan objek nyata melalui metode demonstrasi tepat digunakan
untuk mempelajari IPA pokok bahasan Macam-Macam Gaya.
3. Mengaitkan pembelajaran dengan menggunakan objek nyata melalui metode
demonstrasi akan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna.
4. Keterampilan dan keaktifan siswa dalam tanya jawab selama proses pembelajaran
menggunakan objek nyata melalui metode demonstrasi dapat muncul dan 86,80%
menunjukkan peningkatan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka terdapat beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh
guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA sebagai berikut:
Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah SB & Zain A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sapriati Amalia, dkk. 2008. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta : Universitas terbuka
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Wardani IGAK, Wihardit K 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131666729/penelitian/artikel++OBJEK+NYATA.doc
Diakses pada hari Rabu, 10 April 2019 jam 22.40