Anda di halaman 1dari 29

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEMESTER


GENAP PADA PELAJARAN IPA MATERI MACAM-MACAM GAYA DI SD SANTO
HILARIUS KECAMATAN PARITTIGA KABUPATEN BANGKA BARAT
MENGGUNAKAN OBJEK NYATA MELALUI METODE DEMONSTRASI

OLEH

SUNDARI

Rumusan masalah yang disusun adalah sebagai berikut: Apakah penggunaan metode
demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV terhadap materi pembelajaran
IPA tentang macam-macam gaya ? Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat
meningkatkan peran aktif siswa kelas IV dalam proses pembelajaran IPA?
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk memperoleh informasi faktual tentang
penggunaan metode demonstrasi: 1) terhadap kemudahan siswa dalam memahami materi
pembelajaran; 2) terhadap peningkatan kesungguhan belajar siswa; 3) terhadap peningkatan
hasil belajar siswa.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses beralur terdiri dari 4 tahap,
yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) Observasi; dan 4) refleksi.
Dari analisis data diketahui bahwa pada setiap siklus terjadi peningkatan ketuntasan hasil
belajar siswa. Pada studi awal, siswa yang mencapai ketuntasan baru 31,88%. Pada siklus I
siswa yang mencapai ketuntasan mengalami kenaikan dari studi awal menjadi 48%. Pada
siklus II siswa yang mencapai ketuntasan mengalami kenaikan dari siklus I menjadi 72%, dan
pada siklus III mengalami kenaikan menjadi 92%. Hal yang sama juga terjadi pada
kesungguhan belajar siswa.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan metode
demonstrasi mampu mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran; Penggunaan
metode demonstrasi mampu meningkatkan kesungguhan siswa dalam belajar; Penggunaan
metode demonstrasi mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar merupakan proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman,
sedangkan pembelajaran merupakan upaya yang sistemis dan sistematis dalam menata
lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar peserta didik.
Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi
harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang
lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan
yang menyertainya, serta menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi melainkan suatu proses yang berkembang
terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan
dalam perkembangan pengetahuannya.Dari berbagai sumber dijelaskan bahwa siswa Sekolah
Dasar belajar secara holistik (menyeluruh).Konsep yang abstrak harus dikongkritkan dengan
media yang tentunya menarik minat peserta didik mengikuti pelajaran sekaligus untuk
mendalaminya.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat penting untuk dipelajari
dan berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan
keterampilan, wawasan, dan kesadaran teknologi dalam kaitannya dengan pemanfaaatannya
bagi kehidupan sehari-hari. Pada prinsipnya, pelajaran IPA di SD membekali siswa dengan
kemampuan berbagai cara untuk mengetahui dan suatu cara mengerjakan yang dapat
membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam. Mengingat ruang lingkup
IPA yang mencakup ilmu keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat perlu
untuk dikuasai sudah sepantasnya seorang pendidik khususnya guru IPA harus menguasai
bidangnya agar setiap siswa dapat mengerti dan memahami materi-materi yang terdapat dalam
ruang lingkup IPA tersebut.
Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA dan banyak orang
mengakui pentingnya sains dipelajari dan dipahami.Namun, pada umumnya siswa merasa
bahwa IPA sulit dan untuk mempelajarinya harus mempunyai kemampuan memadai seperti
bila akan menjadi seorang ilmuwan. Ada tiga alasan perlunya memahami IPA antara lain,
pertama bahwa kita membutuhkan lebih banyak ilmuwan yang baik, kedua untuk mendapatkan
penghasilan, ketiga karena tiap kurikulum menuntut untuk mempelajari IPA. Mendefinisikan
IPA secara sederhana, singkat dan yang dapat diterima secara universal sangat sulit
dibandingkan dengan mendefinisikan ilmu-ilmu lain.
Belajar IPA tidak sekedar belajar informasi tentang fakta, konsep, prinsip, hukum
dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi belajar IPA juga belajar tentang cara
memperoleh informasi, cara dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural,
termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Sebagai proses,
IPA dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal
dengan proses ilmiah melalui keterampilan menemukan, antara lain mengamati,
mengklarifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan,
memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis,
mengintepretasikan data, mengontrol variabel, melakukan variabel dan melakukan
eksperimen. Sebagai sikap, IPA dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin
tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif
dan menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya IPA terdiri dari tiga
komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi, tidak hanya terdiri atas kumpulan
pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau poses aktif
menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam.
1. Identifikasi Masalah
Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan melalui penguasaan materi oleh siswa,
khususnya pada pelajaran IPA. Tingkat penguasaan materi oleh siswa biasanya dinyatakan
dengan nilai dalam bentuk angka. Salah satu materi yang terdapat dalam pelajaran IPA kelas
IV SD adalah macam macam gaya. Sebenarnya materi ini tidak terlalu sulit untuk dipahami
dan dimengerti.
Namun, kenyataan yang dihadapi oleh penulis ketika melakukan pembelajaran IPA pokok
bahasan macam macam gaya adalah :
a. Siswa ketika diberikan materi selalu gaduh
b. Kurangnya minat baca anak dengan buku mata pelajaran
Sehingga nilai yang diperoleh masih sangat rendah, dimana dari 25 siswa hanya 12 siswa yang
mampu memperoleh nilai 100 sedangkan 13 siswa lainnya masih memperoleh nilai < 75.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang belum mampu memahami materi pembelajaran
masih sangan besar.
2. Analisis Masalah
a. Kegiatan belajar kurang menyenangkan
Berdasarkan kondisi tersebut, penulis mengadakan refleksi dan merasa tidak puas
dengan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa. Dari ketidakpuasan tersebut, penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa
dengan bantuan teman sejawat dalam menganalisis masalah.
b. Kurangnya keberanian siswa untuk bertanya
Hal ini berarti, daya serap siswa kelas IV SD Santo Hilarius terhadap mata pelajaran
IPA pokok bahasan macam-macam gaya masih sangat rendah. Salah satu sebab siswa tersebut
tidak mampu untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru dengan baik yaitu pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung penulis seringkali menemukan bahwa ada sebagian
siswa yang bersikap acuh tak acuh dan enggan bertanya kepada guru maupun teman-teman
yang lebih memahami.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Menurut penulis dengan bantuan supervisor 2 masalah yang dihadapi selama proses
pembelajaran alternatif yang baik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik adalah dengan
mengubah metode pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi disertai dengan
objek nyata.
Siswa lebih antusias dalam pembelajaran dan lebih aktif sehingga proses pembelajaran lebih
aktif sehingga berpengaruh juga dengan hasil belajar siswa.hasil belajar siswa lebih meningkat
dibandingkan dengan pembelajaran dengan mengunakan metode sebelumya. Maka untuk itu
penulis ingin melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester Genap pada Pembelajaran IPA Materi Macam-
Macam Gaya di SD Santo Hilarius Kecamatan Parittiga Kabupaten Bangka Barat
Menggunakan Objek Nyata Melalui Metode Demonstrasi”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusunlah perumusan masalah sebagai
berikut: Apakah Penerapan Metode Demonstrasi Menggunakan Objek Nyata pada Siswa Kelas
IV (Empat) Semester Genap Materi Macam-Macam Gaya Dapat Meningkatkan Hasil Belajar
di SD Santo Hilarius Parittiga Kabupaten Bangka Barat Tahun Pelajaran 2018/2019?”

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Adapun tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar pada siswa kelas IV (empat) semester genap materi macam-macam gaya menerapkan
metode demonstrasi dengan menggunakan objek nyata di SD Santo Hilarius Parittiga
Kabupaten Bangka Barat Tahun Pelajaran 2018/2019.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
1. Bagi Siswa
a. Memberikan pembelajaran yang bermakna
b. Dapat meningkatkan prestasi belajar IPA
2. Bagi Guru
a. Memberikan motivasi kepada guru untuk dapat berkembang secara profesional dengan
menunjukkan kemampuan memperbaiki pembelajaran yang dikelola.
b. Memotivasi guru untuk berani memanfaatkan setiap media yang tersedia dalam rangka
meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
a. Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah yang tercermin dari
peningkatan kemampuan profesional para guru,perbaikan proses dan hasil belajar siswa,
serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di
sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan
proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru
adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar
tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan,
nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan
bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks.

Dalam peristiwa belajar semua aspek dalam diri siswa sebagai individu seperti
intelektual,sosial emosional, fisik harus terlibat secara uruh sehingga potensi, bakat dan minat
siswa dapat terjadi secara maksimal.
Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen
yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar
mengajar, dan komponen ebaluasi. Masing masing komponen tersebut saling terkait dan saling
memengaruhi satu sama lain.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang
saling berhubungan satu sama dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi : tujuan,
materi,metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan
oleh guru dalam memilih dan menentukan metode pembelajaran apa yang akan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran.
Banyak pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli terdapat tiga atribut
pokok (ciri utama) belajar, yaitu : proses, perubahan perilaku dan pengalaman

1. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan.
Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaanya aktif. Menurut Anita W,Sri
et.el.(2014:2.14) Belajar merupakan suatu kegiatan pemrosesan kognitif,keterampilan dan
sikap.Pebelajar/siswa sepenuhnya harus melakukan upaya mengubah perilaku melalui
pengalaman,latihan maupun kegiatan-kegiatan lain yang dianggap efektif sebagai proses
untuk mengubah perilaku. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang
lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar itu). Guru tidak
dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Yang dapat diamati gutu ialah
manisfestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan
pada diri siswa tersebut.
2. Perubahan perilaku
Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar akan
berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan, atau
penguasaan nilai-nilai (sikap).
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasill\kan dari pengalaman
(interaksi dengan lingkungan), tempat proses mental dan emosional terjadi. Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah ( kawasan ) yaitu :
pengetahuan (kognitif), keterampilah (psikomotorik), dan penguasaan nilai-nilai atau sikap
(afektif).
3. Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.Lingkungan
pembelajaran yang baik adalah lingkungan yang memicu dan menantang siswa belajar. Guru
yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga, apalagi di kelas rendah kurang memicu siswa
belajar lebih giat.
Belajar dapat melalui pengalaman langsung dan melalui pengalaman tidak lansung. Belajar
melalui pengalaman langsung, siswa belajar dengan melakukan sendiri atau dengan
menhalaminya sendiri. Akan tetapi bila siswa mengetahui karena membaca buku atu
mendengarkan penjelasan guru, maka disebut belajar melalui pengalaman tidak langsung.

B. Gaya Belajar
Setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi
dengan lingkungannya. Setiap anak schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran
sebagai hasil pemahamanterhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman
tentangobjek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi,yaitu menghubungkan objek
dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran anak dan akomodasi, yaitu proses
memanfaatkan konsep-konsep dalam pikirannya untuk menafsirkan objek yang dilihatnya.
Kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar memiliki tiga ciri yaitu : konkret, integratif
dan hierarkis.
Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret yakni
yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba dan diotak-atik dengan titik penekanan pada
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yangdapat dioptimalkan untuk pencapaian
proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas bagi anak usia sekolah dasar. Pemanfaatan
lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar lebih bermakna dan bernilai, sebab
siswa dihadapkandengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya. Keadaan yang dialami
sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
Integratif berarti memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan dan terpadu,
berbagai disiplin ilmu dikaitkan menjadi pengalaman belajar yang bermakna.
Hierakis berarti berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal
yang lebih kompleks.

C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar,
belajar itu sendiri yaitu berusaha memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap. Dari beberapa definisi diatas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa hasil belajar
adalah segala sesuatu yang diperoleh siswa sebagai hasil yang diperoleh setelah mengikuti
proses pembelajaran. Menurut Anita W,Sri et.el.(2014:2.19) hasil belajar merupakan
kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. kulminasi akan selalu diiringi
dengan kegiatan tindak lanjut.
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor dalam diri siswa sendiri (intern) dan faktor dari luar
diri siswa ( ekstern )
a. Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terdapat hasil belajar diantaranya adalah
kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi,perhatian, kelemahan dan kesehatan serta
kebiasan siswa.
b. Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar di antaranya adalah
lingkungan fisik dan nonfisik ( termasuk suasan kelas dalam belajar, seperti riang gembira,
menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (
termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman sekolah.

D. Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar


IPA merupakan cabang ilmu yang fokus kajiannya adalah alam dan proses-proses yang
ada di dalamnya. Pembelajaran IPA merupakan studi tentang manusia atau studi tentang
masalah-masalah bagaimana manusia mengembangkan satu kehidupan yang lebih baik.
Pendidikan sains menekankan pada pemberian secara langsung dan kegiatan praktis untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat
membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Sedangkan menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD bahwa: IPA berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang bersifat fakta – fakta, konsep – konsep, prinsip –
prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan ke dalam kehidupan sehari – hari.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa IPA bukan hanya sekedar teori tapi IPA lebih
menekankan proses di mana kita harus menemukan konsep 17 dan menghubungkan dengan
pengalaman yang sudah kita alami sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berupa keterampilan
siswa yang disesuaikan dengan situasi masa sekarang dan masa yang akan datang. Selain
keterampilan laboratoris atau motoris, jenis keterampilan lain yang juga penting diperoleh
siswa dari belajar Sains adalah keterampilan intelektual dalam menggunakan nalar. Untuk
mencapai keterampilan tersebut guru harus menyajikan pembelajaran Sains yang
memberikan kemampuan-kemampuan tertentu yang dapat dialihgunakan. Kemampuan itu
antara lain berupa:
a. Kemampuan mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban terhadap pertanyaan yang
diajukan
a. Kemampuan mengajukan gagasan berdasarkan pengalaman dan penalaran terhadap
kejadian disekitarnya
b. Kemampuan bertindak berdasarkan nalar serta tanggung jawab terhadap keteraturan sistem
di alam.
Kita mengetahui bahwa pada dasarnya manusia itu berpikir utuh-menyeluruh terlebih
pada usia kanak-kanak. Pada masanya, kanak-kanak belum dapat secara efektif berpikir
parsial, spesifik, dan terkotak-kotak. Berdasarkan itu maka pelajaran Sains di Sekolah Dasar
(SD) semestinya disajikan dalam bentuk yang holistik dan terpaut dengan dunia nyata anak
dan mata pelajaran yang lain.
Penerapan selanjutnya adalah guru harus meletakkan siswa sebagai faktor utama dalam
pembelajaran dan siswa diberikan banyak kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dari
penggunaan indranya. Pembelajaran IPA di SD banyak menggunakan percobaan-percobaan
dan berhubungan dengan hal-hal yang nyata atau dengan hal-halyang dapat mereka
bayangkan. Hal ini akan melahirkan pembelajaran IPA yang banyak melibatkan siswa secara
langsung, guru memberikan kesempatan anak untuk menemukan sendiri jawabannya,
sedangkan guru siap dengan alternatif jawabannya bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Sehingga
pada akhirnya pembelajaran IPA akan membawa dampak yang baik bagi perkembangan
pengetahuan anak didik.

E. Ruang Lingkup IPA


Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Warga belajar dan siswa--sekalian, berikut ini kita akan memahami tentang gaya yang
telah kita pelajari dalam mata pelajaran IPA kemarin. Apakah gaya itu ? Coba kembali kita
perhatikan contoh yang terjadi dari gaya, misalnya mengapa balon naik ke udara?, atau
mengapa batu yang dilempar jatuh ke tanah. dan sebagainya.
Jadi pengertian Gaya adalah dorongan atau tarikan yang diberikan pada suatu benda. Untuk
melakukan suatu gaya, diperlukan tenaga. Gaya dan tenaga mempunyai arti yang tidaksama,
namun keduanya saling berhubungan. Gaya tidak dapat dilihat, tetapi pengaruhnya dapat
dirasakan. Tarikan dan dorongan yang dilakukan memerlukan tenaga. Gaya ada yang kuat dan
ada pula yang lemah. Makin besar gaya dilakukan, makin besar pula tenaga yang diperlukan.
Besar gaya dapat diukur dengan alat yang disebut dinamometer. Satuan gaya dinyatakan dalam
Newton (N). Gaya dapat mempengaruhi gerak dan bentuk benda. Gerak adalah perpindahan
posisi atau kedudukan suatu benda. Bentuk benda adalah gambaran wujud suatu benda.
F. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai
media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Ada beberapa macam metode pembelajaran antara lain : metode debat, metode role playing,
metode pemecahan masalah, metode ceramah, metode diskusi, metode sosiodrama, metode
latihan, metode tanya jawab, metode eksperimen.
1. Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro
dan kontra.
2. Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini
pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
3. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam
kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu
masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau
secara bersama-sama.Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada
dasarnya adalah pemecahan masalah.
4. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah
murid pada waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain metode ini adalah sebuah metode
mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah
siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini disebut juga dengan metode
kuliah atau metode pidato.
5. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar dengan cara memecahkan masalah yang
dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk
memperkuat pendapatnya.
6. Metode Sosiodrama
Suatu cara mengajar dengan cara pementasan semacam drama atau sandiwara yang
diperankan oleh sejumlah siswa dan dengan menggunakan naskah yang telah disiapkan terlebih
dahulu.
7. Metode Latihan (drill)
Suatu cara mengajar yang digunakan dengan cara memberikan latihan yang diberikan
guru kepada murid agar pengetahuan dan kecakapan terentu dapat menjadi atau dikuasi oleh
anak.
8. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk sejumlah
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi ada pula dari siswa
kepada guru.
9. Metode Eksperimen
Suatu metode yang dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu terutama yang bersifat
objektif, seperti ilmu pengetahuan alam, baik dilakukan di dalam/di luar kelas maupun dalam
suatu laboratorum tertentuMetode pemahaman dan penalaran
Adapun manfaat dari metode pembelajaran adalah :
a. Guru dapat menyajikan bahan pelajaran dengan baik dan dapat diterima murid dengan
baik. Sebagaimana mana telah diutarakan di awal tadi, bahwa Bangsa Indonesia ini adalah
bangsa yang heterogen, sehingga sangat tidak cukup bila hanya dikembangkan satu
metode dalam pengajaran. Karena hal ini tentu akan menimbulkan konflik pada diri setiap
anak didik yang merasa hal itu tidak sesuai dengan dirinya. Sehingga apa yang
disampaikan oleh guru tidak mampu dicerna dengan baik. Tentu hal ini akan berbeda
kejadiannya bila sang guru menguasai berbagaimacam metode dan menerapkannya
langsung kepada anak didiknya.

b. Guru dapat mengetahui lebih dari satu metode pembelajaran.


Dengan mempelajari berbagai metode pembelajaran, tentu guru tidak akan buta terhadap
metode. Ia akan terus mengembangkan metode tersebut untuk kemajuan pendidikan.
Metode pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan anak didik mengerti akan
pelajarannya amat banyak bentuknya contoh seperti metode ceramah, metodelatihan,
metode tanya jawab, metode diskusi, metode demontrasi dan masih banyak lagi metode
yang dapat dilakukan. Kesemuanya itu diadakan agar apa yang disampaikan pendidik
kepada peserta didik dapat dicerna dengan baik.
c. Guru akan lebih mudah mengendalikan kelas.
Dengan menguasai banyak metode, guru leluasa mengatur kelasnya untuk mengadakan
suatu proses belajar, selain hal itu dapat menghemat tenaga guru, juga dapat mempercepat
proses belajar mengajar. Dengan berbagai bentuk metode, guru akan lebih mudah
mengontrol mana siswa yang aktif dan mana siswa yang pasif.
d. Guru akan lebih kreatif dalam mengatur suasana kelas.
Semakin kaya dengan metode maka guru akan semakin kreatif dalam membuat suasana di
dalam kelas. Guru yang kaya akan metode akan selalu menjadikan suasan menyenangkan
bagi para peserta didiknya. Sehingga kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar.
e. kreatifitas dalam menyalurkan ilmunya kepada anak didik akan lebih variatif.
Semakin banyak metode yang dikuasai oleh guru dalam menyampaikan mata pelajaran
kepada anak didiknya, akan semakin mudah ia menyalurkan ilmunya. Walaupun ia
menghadapi berbagai macam perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing anak didik.
Dengan mempelajari metode pembelajaran ini sang guru akan lebih kreatif dalam
menyampaikan pelajaran agama islam kepada anak didiknya. Adapun ciri orang orang kretaif
itu adalah, orang-orang yang ingin mengetahui apa yang telah dijalankan dalam bidang
kreatifitas akan menemui keaneka ragaman. Sebagian penyelidik cenderung mengkaji masalah
kriteria dan ramalan yang dapat digunakan untuk mengenal orang-orang kreatif dan orang-
orang yang memiliki kemampuan berfikir kreatif.

G. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran
dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat
memperlajarinya secara proses. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran
disesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya.
1. Karakteristik Metode Demonstrasi
Metode mengajar demonstrasi hakikatnya untuk menyampaikan pembelajaran pada
siswa dalam penguasaan proses objek tertentu. Metode mengajar demonstrasi juga identik
dengan metode mengajar modeling. Dalam pelaksanaan metode mengajar demonstrasi, selain
guru yang akan menjadi model juga dapat mendatangkan nara sumber yang akan
mendemonstrasikan objek materi pelajaran, dengan syarat harus menguasai bahan materi yang
didemonstrasikan, serta mengutamakan aktivitas siswa untuk melakukan demonstrasi tersebut.
Dalam demonstrasi cenderung bahan dan situasi yang digunakan adalah objek yang sebenarnya
2. Prosedur Metode Demonstrasi
Prosedur metode demonstrasi yang haru dilakukan dalam pembelajaran adalah sebai
berikut :
a. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran
b. Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didimonstrasikan.
c. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa
d. Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan latihan ) terhadap hasil demonstrasi
e. Kesimpulan
3. Prasyarat untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Demonstrasi
Kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam menunjukkan keberhasilan
demonstrasi, diantaranya adalah (a) mampu secara proses dalam melaksanakan demonstrasi
materi atau topik yang dipraktikkan; (b) Mampu mengelola kelas dan menguasai siswa secara
menyeluruh; (c) Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan; (d) mampu melaksanakan
penilaian proses.
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang demonstrasi,
diantaranya adalah: (a) siswa memiliki motivasi, perhatian, dan minat terhadap topik yang akan
didemonstrasikan; (b) memahami tentang tujuan/ maksud yang akan didemostrasikan; (c)
mampu mengamati proses yang didemonstrasikan; (d) mampu mengidentifikasi kondisi dan
alat yang digunakan dalam demostrasi .
4. Keunggulan Metode Demonstrasi
Keunggulan implementasi metode mengajar demonstrasi dapat dicapai apabila kondisi
pembelajaran diciptakan secara efektif di antaranya keunggulan tersebut adalah:
a. Siswa dapat memahami bahwa pelajaran sesuai dengan objek yang sebenarnya
b. Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa
c. Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang sistematis
d. Dapat mengetahui hubungan yang struktural atau urutan objek dapat melakukan
perbandingan dari beberapa objek
5. Kelemahan Metode Demonstrasi
Kelemahan atau kendala-kendala yang kemungkinan perlu diantisipasi oleh guru jika
akan menerapkan metodi demonstrasi adalah
a. hanya dapat menimbulkan cara berpikir yang konkret saja
b. Jika jumlah siswa banyak dan posisi siswa tidak diatur maka demonstrasi tidak efektif
c. Bergantung pada alat bantu yang sebenarnya
d. Sering terjadi siswa kurang berani dalam mencoba atau melakukan praktik yang
didemonstrasikan.

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek,Tempat dan Waktu Penelitian,Pihak yang Membantu


1. Subjek
Pembelajaran yang di pilih adalah pelajaran kelas IV tema 7 Indahnya Keragaman di
Negeriku subtema 3 pembelajaran 1 pelajaran IPA dengan kompetensi dasar 3.3
Mengidentifikasi macam-macam gaya,antara lain: gaya otot,gaya listrik,gaya magnet,gaya
grafitasi dan gaya gesekan.
4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari,misalnya gaya otot,gaya
listrik,gaya magnet,gaya grafitasi dan gaya gesekan.
2. Tempat
Pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan dikelas IV Sekolah Dasar Santo Hilarius
Kecamatan Parittiga Kabupaten Bangka Barat sebanyak 25 orang siswa (Laki-laki dan perempuan).
Pelaksanaannya dimulai pada tanggal 1 April sampai 20 April 2019 Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini
dalam perencanaan pelaksanaan perbaikan pada mata pelajaran IPA kelas IV Sekolah
Dasar Santo Hilarius dapat dilaksanakan dengan menyelesaikan satu kompetensi dasar dua kali pertemuan.
3. Waktu Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas IV SD Santo Hilarius pada
mata pelajaran IPA tentang macam-macam gaya. Dimulai dari tanggal 1 April 2019 sampai 20
April 2019, dengan jadwal untuk tiap siklus sesuai dengan jadwal pelajaran sekolah
4. Pihak yang Membantu
Dalam penyelesaian laporan PKP yang berjudul : ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas IV Semester Genap pada Pelajaran IPA Materi Macam-Macam Gaya di SD Santo
Hilarius Parittiga Kabupaten Bangka Barat Menggunakan Objek Nyata melalui Metode
Demonstrasi” ini Penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan tulus
penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Sapianto, S. Pd. SD, selaku Supervisor dan
Drs. Rina Widyanti sebagai Kepala SD Santo Hilarius.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


1. Prasiklus
a. Perencanaan
Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Menjelaskan materi pelajaran dan membimbing peserta didik
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil evaluasi setelah pembelajaran prasiklus

2. Siklus I
a. Perencanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah menerapkan metode demonstrasi dalam
proses pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi macam – macam
gaya. Dalam perencanaan siklus I sebelum dilakukan perbaikan, peneliti dibantu oleh
supervisor 2 terlebih dahulu merumuskan masalah yang terjadi yaitu siswa lebih mampu
menguasai materi IPA macam-macam gaya dan dapat menjawab pertanyaan guru dengan
tepat. Adapun kegiatan yang dilakukan, yaitu:
1) Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus I
2) Menyiapkan alat peraga berupa gambar biasa
3) Menyiapkan sistematika laporan siklus I
4) Menyiapkan lembar observasi
5) Lembar evaluasi
6) Menyiapkan LKS
b. Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam
menguasai materi tentang macam – macam gaya dengan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Pada awal pertemuan guru mengucapkan salam kepada siswa, memotivasi
siswa, dan menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam
pembelajaran menggunakan metode demonstrasi.
Kegiatan inti meliputi kegiatannya sebagai berikut :
1) Guru mempersiapkan alat bantu berupa gambar contoh energi listrik dan contoh gambar
benda perubahan dari energi listrik menjadi gerak dan panas
2) Guru menjelaskan tentang topik yang didemonstrasikan yaitu energi listrik
3) Guru melaksanakan demonstasi dibantu dengan siswa
4) Guru bertanya jawab tentang pendemostrasian
Pada kegiatan akhir guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang dipelajari serta
siswa diberikan soal evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus I.
c. Pengamatan/Pengumpulan Data
Pada tahap ini, selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh teman sejawat
mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru.

d. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dilakukan adalah mengadakan evaluasi terhadap kinerja siswa
dalam menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti
dibantu oleh supervisor 2 memperoleh hasil:
1) Penguasaan untuk pembelajaran IPA dengan materi macam-macam gaya meningkat.
2) Sebagian siswa sudah ada yang aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
3) Guru belum bisa memberikan perhatian secara menyeluruh kepada siswa.
4) Guru belum melibatkan siswa 100% dalam proses pembelajaran.
Adapun kekurangan yang belum bisa diatasi pada siklus I ini akan diperbaiki pada siklus II.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Siklus II dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus I dan bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus I. Pada siklus II ini diharapkan hasil belajar siswa lebih meningkat
dari siklus sebelumnya. Dalam perencanaan siklus II ini, peneliti akan memperbaiki
kekurangan yang terjadi pada siklus I
Adapun kegiatan yang akan dilakukan, yaitu:
1) Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus II
2) Menyiapkan alat peraga berupa gambar berwarna
3) Menyiapkan sistematika laporan siklus II
4) Menyiapkan lembar observasi
5) Lembar evaluasi
6) Menyiapkan LKS
b. Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II ini adalah memperbaiki masalah yang belum
dapat diatasi pada siklus I, yaitu siswa belum bisa menyebut macam-macam gaya dan arti dari
gaya tersebut. Adapun pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yaitu, a) kegiatan awal yang
meliputi salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa,menginformasikan tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.
b ) Kegiatan inti yaitu langkah kegiatannya sebagai berikut :
1) Guru mempersiapkan alat bantu berupa gambar berwarna buah yang sudah masak jatuh
ketanah.
2) Guru menjelaskan tentang topik yang akan didemonstrasikan yaitu gaya grafitasi
3) Guru melaksanakan demonstasi dibantu dengan siswa
4) Guru bertanya jawab tentang pendemostrasian
Diakhir pertemuan, guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah mereka
pelajari dan memberikan pemantapan materi yang dilanjutkan dengan melakukan evaluasi
secara individu.
Dari proses pembelajaran, siswa sudah mulai terlihat aktif.
c. Pengamatan
Pada siklus II ini selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh teman sejawat
mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru (lembar observasi terlampir).
d. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dimaksud adalah mengadakan evaluasi terhadap kinerja siswa
dalam menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti
bersama dengan teman sejawat memperoleh hasil:
1) Sebagian siswa belum menguasai tentang materi gaya grafitasi
2) Sebagian siswa sudah benar dalam menjawab pertanyaan dari guru dan terlibat aktif dalam
pembelajaran.
3) Kinerja guru sudah lebih baik dalam mengelola kelas dimana siswa sudah lebih fokus
dalam pembelajaran
Adapun kekurangan yang belum bisa diatasi pada siklus II ini akan diperbaiki pada siklus III.
4. Siklus III
a. Perencanaan
Siklus III dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus II dan bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus II. Pada siklus III ini diharapkan hasil belajar siswa lebih meningkat
dari siklus sebelumnya. Dalam perencanaan siklus III ini, peneliti akan memperbaiki
kekurangan yang terjadi pada siklus II, yaitu siswa belum bisa memahami tentang macam-
macam gaya.
Adapun kegiatan yang akan dilakukan, yaitu:
1) Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus III
2) Menyiapkan alat peraga berupa gambar berwarna dan benda asli berupa magnet batang
dan kompas
3) Menyiapkan sistematika laporan siklus III
4) Menyiapkan lembar observasi
5) Lembar evaluasi
6) Menyiapkan LKS
b. Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus III ini adalah memperbaiki masalah yang belum
dapat diatasi pada siklus II, yaitu siswa belum bisa menentukan perbedaan dari beberapa gaya.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh supervisor 2, secara umum pelaksanaan kegiatan
perbaikan sudah sesuai dengan rencana. Prosedur pelaksanaannya adalah dimulai dari kegiatan
awal, inti, dan kegiatan akhir. Pada awal pertemuan guru mengucapkan salam kepada siswa,
memotivasi siswa, dan menjelaskan tujuan pembelajaran dari materi ini. Setelah siswa mulai
memperhatikan ke depan, guru mulai memperlihatkan kepada siswa tentang kutup-kutup
magnet dan cara kerja magnet. Kemudian, siswa menyelesaikan soal yang ada di LKS. Siswa
diminta untuk bertanya apabila belum mengerti tentang macam-macam gaya, misalnya ”ada
yang belum jelas, ada yang mau bertanya?”. Diakhir pertemuan, guru meminta siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari dan memberikan pemantapan materi yang
dilanjutkan dengan melakukan evaluasi secara individu. Metode demonstrasi dengan
menggunakan objek nyata membuat siswa aktif dalam pembelajaran.

c. Pengamatan/Pengumpulan Data
Pada siklus III ini selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh supervisor 2
mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru (lembar observasi siswa dan guru terlampir)

d. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dimaksud adalah mengadakan evaluasi terhadap kinerja siswa
dalam menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti
bersama dengan teman sejawat memperoleh hasil:
1) Penguasaan pembelajaran IPA dengan materi macam-macam gaya sudah sangat
meningkat.
2) Sebagian siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan dapat menjawab
pertanyaan dari guru dengan benar.
3) Kinerja guru sudah lebih baik dalam mengelola kelas.
Hasil tes siklus III ini menunjukkan rata-rata kemampuan siswa dalam menguasai
materi sudah mengalami peningakatan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah menguasai
materi secara lebih baik. Oleh karena itu, perbaikan pembelajaran dihentikan.
C. Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisa Data Kualitatif.
Analisis data kualitatif diperoleh dari hasil Observasi terhadap subjek penelitian (guru
dan siswa). Untuk analisa data Observasi menggunakan analisis persentase skor yang diperoleh
dari masing-masing indikator dijumlah dan hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya dihitung
persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan skor maksimal dikalikan
dengan 100%. selama pelaksanaan tindakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Persentase Nilai Rata-rata (NR) = Jumlah skor
X 100 %
Skor masimal
Kriteria taraf keberhasilan tindakan ditentukan sebagai berikut :
90% < NR 100% : Sangat Baik
70% < NR 90% : Baik.
50% < NR 70% : Cukup
30% < NR 50% : Kurang.
0% < NR 30% : Sangat Kurang

2. Teknik Analisa Data Kuantitatif.


Teknik yang digunakan dalam menganalisis data dan menentukan persentase
ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
a. Daya serap individual siswa
% Daya Serap Individual = Skor yang diperoleh siswa
X 100 %
Skor masimal soal
Suatu individu dikatakan tuntas belajar jika persentase daya serap individu sekurang-
kurangnya 75%.
b. Ketuntasan belajar klasikal.

% Tuntas Belajar = Banyaknya siswa yang tuntas


X 100 %
Skor masimal seluruh tes
Suatu kelas dikatakan tuntas daya serap jika persentase yang dicapai sekurang-kurangnya
80%
c. Ketidaktuntasan belajar klasikal.

% Ketidaktuntas Belajar = Banyaknya siswa yang tidak tuntas


X 100 %
Skor masimal seluruh tes
Suatu kelas dikatakan berhasil dalam pembelajaran jika ketidaktuntasan siswa persentase
mencapai 25%
d. Daya Serap Klasikal.

% Daya serap Klasikal = Skor tuntas peserta tes


X 100 %
Skor masimal seluruh tes
Suatu kelas dikatakan tuntas daya serap klasikal jika persentase yang dicapai sekurang-
kurangnya 75%.
e. Indikator Pencapaian
Siswa dapat dikatakan tercapai secara klasikal keberhasilan belajar sebesar 80% tuntas
mancapai KKM ≥ 75.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Prasiklus
Dari nilai di atas ketuntasan belajar dari materi yang diajarkan dengan KKM 75 hanya 10 siswa
(40%) sedangkan yang tidak tuntas ada 15 siswa (60%).

2. Siklus 1
a. Perencanaan
Kegiatan ini dilaksanakan dikelas IV SD Santo Hilarius Kecamatan Parittiga Kabupaten
Bangka Barat dengan materi macam-macam gaya.
b. Pelaksanaan
Kegiatan refleksi yang harus dilakukan penulis dan supervisor 2 adalah menumbuhkan
minat belajar siswa dan menambah alat peraga pembelajaran.

Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 8 April 2019 di kelas IV tema 4 dengan judul Indahnya
Keragaman Budaya Negeriku siklus 1 dilaksanakan dengan alokasi waktu 2x35 menit.

c. Pengamatan
Dari data diatas dilihat bahwa tingkat ketuntasan siswa masih rendah yaitu sebesar
48%.Didalam pengamatan penulis dan supervisor mendapatkan hasil bahwasanya pasa
siklus 1 hasil belajar masih kurang maximal antara lain:

1. Penjelasan guru yang masih abstrak dan monoton ,guru kurang memanfaatkan alat
peraga dengan maximal.
2. Pengelolaan kelas kurang baik sehingga kegiatan pembelajaran kurang menarik minat
siswa.
3. Guru kurang mengaitkan materi dengan lingkungan belajar.
4. Guru belum melibatkan siswa secara menyeluruh dalam proses belajar mengajar.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi yang harus dilakukan penulis dan supervisor adalah menumbuhkan
minat belajar siswa dan menambah alat peraga pembelajaran.
Karena pengelolaan kelas belum maximal,maka penulis dan supervisor 2 sepakat untuk
melanjutkan ke siklus II.

3. Siklus II
a. Perencanaan
Siklus II dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus I dan bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus I.
Rencana perbaikan pembelajaran pada siklus II terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

Pada siklus II ini diharapkan hasil belajar siswa lebih meningkat dari siklus sebelumnya. Dalam
perencanaan siklus II ini, peneliti akan memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I
Adapun kegiatan yang akan dilakukan, yaitu:

1. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus II


2. Menyiapkan alat peraga berupa gambar berwarna
3. Menyiapkan sistematika laporan siklus II
4. Menyiapkan lembar observasi
5. Lembar evaluasi
6. Menyiapkan LKS
b. Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II ini adalah memperbaiki masalah yang belum
dapat diatasi pada siklus I, yaitu siswa belum bisa menyebut macam-macam gaya dan arti dari
gaya tersebut. Adapun pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yaitu, a) kegiatan awal yang
meliputi salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa,menginformasikan tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
demonstrasi.Kegiatan inti yaitu langkah kegiatannya sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan alat bantu berupa gambar berwarna buah yang sudah masak jatuh
ketanah.
2. Guru menjelaskan tentang topik yang akan didemonstrasikan yaitu gaya grafitasi
3. Guru melaksanakan demonstasi dibantu dengan siswa
4. Guru bertanya jawab tentang pendemostrasian
Diakhir pertemuan, guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah mereka
pelajari dan memberikan pemantapan materi yang dilanjutkan dengan melakukan evaluasi
secara individu.
Dari proses pembelajaran, siswa sudah mulai terlihat aktif.
c. Pengamatan
Pada siklus II ini selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh teman sejawat
mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru.
Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa hasil belajar siswa sudah mulai ada peningkatan walaupun
belum maksimal. Penulis dan supervisor 2 perlu melakukan perbaikan lagi untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik lagi.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dimaksud adalah mengadakan evaluasi terhadap kinerja siswa
dalam menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti
bersama dengan teman sejawat memperoleh hasil:
1. Sebagian siswa belum menguasai tentang materi gaya grafitasi
2. Sebagian siswa sudah benar dalam menjawab pertanyaan dari guru dan terlibat aktif dalam
pembelajaran.
3. Kinerja guru sudah lebih baik dalam mengelola kelas dimana siswa sudah lebih fokus
dalam pembelajaran
Adapun kekurangan yang belum bisa diatasi pada siklus II ini akan diperbaiki pada siklus III.

4. Siklus III
a. Perencanaan
Siklus III dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus II dan bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus II. Pada siklus III ini diharapkan hasil belajar siswa lebih meningkat
dari siklus sebelumnya
Rencana perbaikan pembelajaran pada siklus III terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
Dalam perencanaan siklus III ini, peneliti akan memperbaiki kekurangan yang terjadi pada
siklus II, yaitu siswa belum bisa memahami tentang macam-macam gaya.
Adapun kegiatan yang akan dilakukan, yaitu:
1. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus III
2. Menyiapkan alat peraga berupa gambar berwarna dan benda asli berupa magnet batang
dan kompas
3. Menyiapkan sistematika laporan siklus III
4. Menyiapkan lembar observasi
5. Lembar evaluasi
6. Menyiapkan LKS
a. Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada siklus III ini adalah memperbaiki masalah yang belum
dapat diatasi pada siklus II, yaitu siswa belum bisa menentukan perbedaan dari beberapa gaya.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat, secara umum pelaksanaan kegiatan
perbaikan sudah sesuai dengan rencana. Prosedur pelaksanaannya adalah dimulai dari kegiatan
awal, inti, dan kegiatan akhir. Pada awal pertemuan guru mengucapkan salam kepada siswa,
memotivasi siswa, dan menjelaskan tujuan pembelajaran dari materi ini. Setelah siswa mulai
memperhatikan ke depan, guru mulai memperlihatkan kepada siswa tentang kutup-kutup
magnet dan cara kerja magnet.

Kemudian, siswa menyelesaikan soal yang ada di LKS.

Siswa diminta untuk bertanya apabila belum mengerti tentang macam-macam gaya, misalnya
”ada yang belum jelas, ada yang mau bertanya?”. Diakhir pertemuan, guru meminta siswa
untuk menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari dan memberikan pemantapan materi
yang dilanjutkan dengan melakukan evaluasi secara individu. Metode demonstrasi dengan
menggunakan objek nyata membuat siswa aktif dalam pembelajaran.

b. Pengamatan
Pada siklus III ini selama pembelajaran berlangsung guru dibantu oleh teman sejawat
mengadakan pengamatan terhadap siswa dan guru.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa sudah menunjukkan hasil yang
maksimal.

c. Refleksi
Kegiatan refleksi yang dimaksud adalah mengadakan evaluasi kinerja siswa dalam
menyelesaikan soal dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti
bersama dengan teman sejawat memperoleh hasil:

1. Penguasaan pembelajaran IPA dengan materi macam-macam gaya sudah sangat meningkat.
2. Sebagian siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan dapat menjawab
pertanyaan dari guru dengan benar.
3. Kinerja guru sudah lebih baik dalam mengelola kelas.
Hasil tes siklus III ini menunjukkan rata-rata kemampuan siswa dalam menguasai materi
sudah mengalami peningakatan.Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah menguasai
materi secara lebih baik

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Persentase peningkatan Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yang dilakukan selama
perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil tes tertulis terhadap 25 orang siswa kelas IV SD
Santo Hilarius Parittiga (nilai evaluasi terlampir) adalah sebagai berikut.
Dari gambar terlihat bahwa pada siklus I dari 25 siswa, 39,40 % siswa sudah mencapai
KKM yakni memperoleh nilai 75 keatas sedangkan yang belum berhasil mencapai nilai nilai
76 sebanyak 31%. Tetapi pada siklus II terjadi peningkatan dan perbaikan nilai dari 25 siswa,
63,40% sudah memperoleh nilai baik diatas 75. Peningkatan jumlah siswa yang mencapai
Persentase
KKM meningkat tinggi terjadi pada siklus III, yakni 86,80%. Hal ini disebabkan dalam proses
(%)
belajar mengajar guru sudah mampu melibatkan siswa secara langsung dan aktif dalam proses
pembelajaran sehingga siswa dengan cepat bisa memahami materi yang diberikan. Disamping
itu juga, guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
dengan memberikan pengalaman yang konkrit kepada siswa.

Dari gambar diatas, menunjukkan bahwa dari ke-3 siklus tersebut pada siklus II terjadi
peningkatan yang signifikan terhadap keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yakni
80% siswa bisa menjawab benar dan aktif dalam tanya jawab dengan guru. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa kemauan siswa melakukan tanya jawab dan aktif dalam
pembelajaran mengalami peningkatan yang tinggi.

C. Deskripsi Temuan dan Refleksi

Berdasarkan hasil tes tertulis yang diberikan guru pada siklus I, masih ada siswa yang
belum menguasai materi dengan baik yaitu sebanyak 13 orang atau 52%. Hasil yang lebih baik
lagi dapat dilihat pada siklus II dimana dari 25 siswa terdapat 7 siswa yang belum bisa
mencapai nilai 75 atau sebesar 28%. Sedangkan siswa sudah tuntas dalam belajar 18 atau
sebesar 72%. Pada siklus III terdapat 23 siswa yang telah tuntas atau 92%. Dengan kata lain,
nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada mata pelajaran normal hanya 61,35 namun pada siklus
I diperoleh nilai 73 pada siklus II diperoleh nilai 82,50 dan pada siklus III diperoleh nilai 92,40.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat perubahan nilai yang lebih baik pada siklus
III.

sikap siswa dalam memahami materi maupun kegiatan pembelajaran juga terdapat
perubahan karena pembelajaran melalui pengalaman kongkrit memudahkan siswa dalam
memahami materi yang diberikan dan soal-soal latihan juga diberikan secara merata/bergilir
menjadikan siswa lebih berani. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi dan
mengomentari hasil pekerjaaan temannya juga dapat merangsang keaktifan siswa dalam
pembelajaran. Adapun dari segi aktivitas siswa dalam belajar juga mengalami peningkatan dan
prestasi belajar siswa pun menjadi semakin lebih baik. Siswa semakin aktif dalam menjawab
pertanyaan dari guru dan tugas-tugas yang diberikan dapat dikerjakan dengan benar.
Hasil refleksi dan observasi menunjukkan bahwa pada siklus I dalam diri siswa tumbuh
kemampuan untuk menemukan suatu cara dalam menyelesaikan masalah. Masalah yang terjadi
pada siklus I adalah kurangnya keseriusan anak-anak dalam mengerjakan LKS, karena metode
demonstrasi dengan objek nyata ini merupakan hal yang baru bagi mereka. Masalah pada siklus
I ini diperbaiki pada siklus II dengan cara mengkondisikan proses demonstrasi secara lebih
maksimal dengan melibatkan teman sejawat. Pada siklus II, siswa lebih teratur karena mereka
terlibat langsung dalam pembelajaran, yakni guru lebih melibatkan siswa dalam proses
demonstrasi. Pengetahuan itu akan lebih tersimpan lama di ingatannya. Berdasarkan data
observasi peneliti maupun data kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa perbaikan pembelajaran dengan media objek nyata melalui metode demontrasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan mereka dalam proses belajar.

D. Pembahasan

Dari hasil perolehan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada perbaikan pembelajaran
dari siklus ke siklus mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis data, pada siklus I
terjadi peningkatan nilai rata-rata dibandingkan dengan pra siklus. Akan tetapi, persentase
kenaikan siswa tersebut masih belum memuaskan hanya 39,40% dari 25 siswa. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Penjelasan guru yang masih abstrak dan monoton,
- Guru kurang memanfaatkan alat peraga dengan maksimal,
- Pengelolaan kelas kurang baik sehingga kegiatan pembelajaran kurang menarik minat
siswa,
- Guru kurang mengaitkan materi dengan lingkungan belajar siswa,
- Guru belum melibatkan siswa secara menyeluruh dalam proses belajar mengajar.
Untuk memperbaiki hal tersebut, maka pada siklus II dan III dilakukan hal-hal sebagai
berikut:

- Melibatkan siswa secara langsung dalam melakukan demonstrasi dengan objek nyata yang
ada disekitar siswa,
- Mengadakan tanya jawab dalam membahas materi pelajaran.
- Mengefektifkan penggunaan media pembelajaran yang ada disekitar siswa,
- Memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dipahami.
Hal ini dimungkinkan karena penggunaan objek nyata/media pembelajaran melalui
metode pembelajaran demonstrasi sangat berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran
yang direncanakan guru. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya dan bisa mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan
bisa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan mereka.

Pada proses perbaikan pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil yang lebih
menggembirakan dibandingkan dengan siklus I, yaitu 63,40% dari 25 siswa mampu memahami
pelajaran dan mencapai KKM. Setelah dilakukan siklus III dengan menggunakan media secara
lebih maksimal dan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran, siswa dapat
memahami pelajaran dengan mencapai KKM.

Dari hasil observasi juga didapat adanya peningkatan keaktifan siswa yang signifikan
pada siklus III. Hal ini disebabkan pada pembelajaran menggunakan objek nyata melalui
metode demostrasi, siswa diberi kesempatan untuk berfikir tentang pengalamannya sendiri
sehingga adanya semangat baru pada siswa untuk mencoba mengungkapkan gagasan-gagasan
baru yang pada akhirnya memotivasi mereka untuk aktif dalam pembelajaran. Guru juga bisa
mengelola kelas dengan lebih baik karena perhatian guru sudah menyeluruh kepada siswa
sehingga dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga
siswa dapat mencapai tujuan pengajaran secara lebih maksimal.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam tiga siklus dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa kelas IV SD Santo Hilarius Parittiga pada mata pelajaran IPA materi
Macam – macam Gaya mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilaksanakan
pembelajaran menggunakan objek nyata melalui metode demonstrasi dengan objek
nyata.
2. Pembelajaran menggunakan objek nyata melalui metode demonstrasi tepat digunakan
untuk mempelajari IPA pokok bahasan Macam-Macam Gaya.
3. Mengaitkan pembelajaran dengan menggunakan objek nyata melalui metode
demonstrasi akan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna.
4. Keterampilan dan keaktifan siswa dalam tanya jawab selama proses pembelajaran
menggunakan objek nyata melalui metode demonstrasi dapat muncul dan 86,80%
menunjukkan peningkatan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka terdapat beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh
guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA sebagai berikut:

1. Sebaiknya guru melaksanakan pembelajaran menggunakan objek nyata melalui


metode demonstrasi dalam mengajar IPA pokok bahasan Macam-Macam Gaya di
kelas IV SD agar prestasi belajar siswa dapat meningkat.
2. Gunakan metode pembelajaran yang tepat dan bervariatif sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan perkembangan peserta didik .
3. Berikan motivasi untuk menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih fokus
terhadap pelajaran yang diberikan.
4. Sebaiknya kaitkan pembelajaran yang dilaksanakan dengan pengalaman kongkrit
siswa agar pembelajaran menjadi bermakna.
5. Libatkan siswa secara lebih aktif dalam setiap proses pembelajaran melalui
penerapan metode demostrasi.
6. Lakukan refleksi diri setiap selesai mengajar untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Anitah Sri,dkk.2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas terbuka.

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah SB & Zain A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik Oe. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Nursiyani AT. 2002. Pelangi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.


Rusman, M.Pd 2013. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta : Rajawali Pers

Sapriati Amalia, dkk. 2008. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta : Universitas terbuka

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Wardani IGAK, Wihardit K 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

http://eprints.ums.ac.id/20934/26/PENGAJUAN_PUBLIKASI.pdf Diakses pada hari


Rabu,14 April 2019 jam 22.37

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131666729/penelitian/artikel++OBJEK+NYATA.doc
Diakses pada hari Rabu, 10 April 2019 jam 22.40

Anda mungkin juga menyukai