123 Dfadf Rendhikand 581 2 Babi III
123 Dfadf Rendhikand 581 2 Babi III
BAB I
PENDAHULUAN
Tengah. Kota Palangka Raya memiliki julukan sebagai Kota CANTIK yang
memiliki definisi sebagai Kota yang Cantik, Aman, Nyaman, Tentram, Indah
Daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya dari
sektor Retribusi Daerah maka harus dikelola dengan lebih efektif, efisien dan
berhasil guna.
harapan bahwa Kota Palangka Raya adalah kota yang bersih rapi dan nyaman
kondisi belakangan ini, jika dilihat dari segi kebersihan kotanya, masih
1
2
menjadi suatu kondisi yang perlu untuk diperhatikan oleh pemerintah kota
Hal tersebut tersebut tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Palangka Raya
yaitu sanksi bagi wajib retribusi yang melangar. Sanksi tersebut berupa 1)
sanksi administrasi yang berupa denda sebesar 2% dari setiap bulan dari
retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan surat teguran, 2)
Sanksi pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak
3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
dan sebagainya.
sebatas melihat papan Peraturan Daerah yang dipasang di beberapa ruas jalan
Kota Palangka Raya. Maka dari itu penulis mengambil judul “Implementasi
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
a. Manfaat Teoritis
pengetahuan dan informasi bagi masyarakat secara umum dan bagi para
Persampahan.
b. Manfaat Praktis
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Implementasi Kebijakan
adalah hal yang paling berat, karena di sini masalah-masalah yang kadang
tidak dijumpai dalam konsep, muncul di lapangan. Salain itu, ancaman utama,
Van Meter dan Van Horn dalam Solichin Abdul Wahab (2004: 65) juga
5
6
keputusan kebijaksanaan’.
2007: 17).
tindakan tertentu”. Dalam alur pemikiran yang hampir sama David Easton
untuk mengalokasikan....nilai-nilai).
7
tersebut.
berikut:
c. Robert Eyestone (1971) membuat definisi yang sangat luas, yaitu bahwa
lingkungannya.
berdiri sendiri-sendiri.
atas mengenai implementasi dan kebijakan, kini dapat di ketahui apa itu
yang dilakukan oleh para aktor kebijakan untuk melaksanakan kebijakan itu
sendiri.
lebih fokus pada tugas birokrasi untuk melaksanakan kebijakan yang telah
diputuskan secara politik. Pada saat yang sama, muncul pendekatan bottom-
kebijaksanaan. Oleh sebab itu tidak terlalu salah jika dikatakan implementasi
important than policy-making. Policies will remain dreams or blue prints file
impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak
diimplementasikan).
sejenisnya. Namun sebenarnya, pilihan yang paling efektif adalah jika kita
bersifat top-down dan bottom-upper. Model ini biasanya lebih dapat berjalan
(narkoba). Ada juga yang efektif jika menggunakan mekanisme pasar, seperti
Jadi memang tidak ada pilihan model yang terbaik. Kita hanya memiliki
kebutuhan dari kebijakannya sendiri. Namun satu hal yang penting, yakni
Pada prinsipnya, ada “empat tepat” yang perlu dipenuhi dalam hal keefektifan
tepat. Ketetapan kebijakan dinilai dari sejauh mana kebijakan yang ada telah
kebijakan tidaklah hanya pemeritnah. Ada tiga lembaga yang dapat menjadi
direncanakan, apakah tidak ada tumpang tindih dengan intervensi lain, atau
ataukah tidak. Kesiapan bukan saja dalam arti secara alami, namun juga
kebijakan lama dengan hasil yang sama tidak efektifnya dengan kebijakan
sebelumnya.
lembaga perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan serta lembaga lain yang
jejaring dari berbagai organisasi yang terlibat dengan kebijakan, baik dari
eksogen yang terdiri atas public opinion, yaitu persepsi publik akan kebijakan
“tepat” tersebut masih perlu didukung oleh ketiga jenis dukungan, yaitu
(2006: 139).
dan tahapan yag harus dilaksanakan oleh para pelaksana dari kebijakan
tersebut. Namun untuk itu perlu diketahui siapa sajakah aktor yang berperan
Pada periode ini Pemerintah (atau negara) merupakan aktor utama (kadang
berlanjut dengan program Marshall Aid setelah perang Dunia II, dan
diinspirasi oleh John Maynard Keynes ini menjadi pilihan terbaik hingga
tahun 1980-an.
model yang disebut “market and corporate goverment” yang juga disebut
ataupun privatisasi. Model ini berkembang sejak dua negara adidaya di Barat
Inggris dan AS, dipimpin oleh “garis kanan”. Inggris dipimpin oleh PM
Dapat berpola government driven, atau partnership, ada pula yang diserahkan
implementasi kebijakan.
(2008:176).
berbagai jaringan kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau
terlibat dalam program, dan yang pada akhirnya membawa dampak terhadap
program tersebut.
17
apa yang dalam ilmu kebijakan publik (Policy Science) disebut “policy
Dari sudut ini maka dapat dipahami mengapa berbagai macam program
yang kurang lebih sama. Program-program aksi itu sendiri boleh jadi juga
perubahan yang didaku dan diperhitungkan sebagai hasil akhir dari program
tersebut.
aksi yang konkret yang telah dirancang sebagai cara yang efektif untuk
dalam prakteknya upaya untuk membedakan secara tegas antara apa yang
disebut kebijakan dan program itu terutama karena adanya berbagai macam
sumber daya untuk melaksanakan kebijakan, sikap, dan tanggap, dari para
1. Komunikasi (communication)
mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang manjadi tujuan dan
dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama
finansial yang memadai, program tak dapat berjalan efektif dan cepat
disposisi yang baik dan disposisi yang tidak baik. Bila dibandingkan
disposisi dalam diri seseorang maka akan muncul rasa tanggung jawab
kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting, pertama
jelas, sistematis, tidak berbelit dan mudah dipahami oleh siapapun karena
program secara cepat. Hal ini hanya dapat lahir jika struktur didesain
mencakup:
e. Pelaksana Program.
kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk
23
tersebut.
harus dikendalikan dengan cerdas dan efektif agar tujuan kebijakan tercapai.
diskresi atau ruang gerak bagi individu pelaksana di lapangan untuk memilih
situasi khusus ketika kebijakan tidak mengatur atau mengatur berbeda dengan
tersebut. Ini yang harus dipahami sebagai diskresi. Namun diskresi harus
diatur, artinya ada “Panduan Diskresi” yang akan membantu pelaksana untuk
tersebut. Tentu saja, dengan catatan agar panduan ini tidak menjadi “pasal
karet” dari kebijakan yang pada gilirannya dapat menurunkan keefektifan dari
sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan, jenis manfaat yang
diterima oleh target group, sejauh mana perubahan yang diinginkan dari
kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam
masyrakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak
25
pelaksana kebijakan.
dan pelaksanaan oleh para pelaksana kebijakan yang dalam hal ini di
F. Retribusi Daerah
langsung.
dapat disebut sebagai Pajak Daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah,
Retribusi daerah, sebagai mana hal pajak daerah merupakan salah satu
merupakan wajib retribusi jasa umum. Sementara itu subjek retribusi jasa
adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh ijin tertentu dari
perijinan tertentu.
27
yaitu jasa umum, jasa usaha, dan perijinan tertentu, (Ahmad Yani,
2002:63).
Retribusi jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Objek retribusi jasa umum
atau badan. Salah satu jenis retribusi jasa umum adalah retribusi pelayanan
Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
menetapkan prinsip dan sasaran yang akan dicapai dalam menetapkan tarif
retribusi jasa umum, seperti untuk menutup sebagian atau sama dengan
Pasal 8
wajib retribusi.
akhir sampah;
c. biaya pengelolaan;
TABEL 2.1
Besar Tarif Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
5. Bengkel :
6. Bangunan/Pabrik Industri :
dan Mall
Pasal 9
(1) Tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) ditinjau
perkembangan perekonomian.
Peraturan Walikota.
2. Sanksi Administrasi
Pasal 15
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau
2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang, yang tidak atau
31
Daerah (STRD).
Pasal 16
(2) Pengeluaran STRD atau surat lain yang sejenis sebagai awal
(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah STRD atau surat lain yang
terutang.
(5) Tata cara pelaksanaan penagihan retribusi diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Walikota.
3. Ketentuan Pidana
Pasal 29
paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 3 (tiga) kali
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sifatnya adalah
negara.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
angka.
kualitatif karena peneliti ingin memahami faktor sosiologis, situasi dan gejala
makna, sehingga tidak mugkin data pada situasi sosial tersebut dijaring
33
34
1. Tempat Penelitian
khususnya pada Kecamatan Jekan Raya, dan pada Dinas Pasar dan
Kebersihan Kota Palangka Raya yang teletak di Jalan Tjilik Riwut Km. 5,5
2. Waktu Penelitian
awal bulan November tahun 2013 hingga akhir bulan Januari 2014.
C. Sumber data
1. Data Primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan
dan lain-lain. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah masyarakat
Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya dan Dinas Pasar Kebersihan
2. Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari, buku catatan lapangan,
D. Instrumen penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Maksudnya data sangat tergantung pada validitas
pada dirinya sendiri sebagai alat pengumpulan data. Selain itu, paradigma
1. Observasi
sebagai salah satu cara untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
sebelumnya;
36
b) Peneliti dapat mengamati hal-hal yang kurang atau belum diamati oleh
2. Wawancara
tersebut.
3. Studi Dokumentasi
2. Penyajian Data
3. Penarikan Kesimpulan
klasifikasi tentang hasil temuannya pada orang ketiga, atau pada orang yang
sama, namun pada waktu yang berbeda tetap menghasilkan informasi yang
sama, data dinyatakan “jenuh”. Dan dapat juga ditempuh dengan cara
Menurut Lincoln dan Guba dalam Burhan Bungin (2010: 59-62), paling
sedikit ada empat standar atau kriteria utama guna menjamin keabsahan hasil
a. Standar Kredibilitas
tinggi sesuai dengan fakta dilapangan (informasi yang digali dari subyek
penelitian.
b. Standar Transferabilitas
yang tidak dapat dijawab oleh peneliti kualitiatif itu sendiri, tetapi
c. Standar Dependabilitas
d. Standar Konfirmabilitas
fungsi dan proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah
memenuhi konfirmability.