Anda di halaman 1dari 23

III-1

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pengumpulan Data


Proses pengambilan data pada proses pembuatan WPS Repair dijelaskan
dalam diagram proses dibawah ini :
Studi Literatur
Menyusun draft prosedur / langkah –
langkah yang dilakukan

Persiapan
- Bahan
- Peralatan
- Juru Las

Pengelasan sesuai draft prosedur

NO
Inspeksi visual dan
NDT

Pembuatan Spesimen Uji

Pengujian Lab.
1. Uji tarik melintang
2. Uji bengkok melintang
3. Nick Break Test

NO
Hasil pengujian &
PQR

Dokumentasi hasil uji tersebut pada


lembar Prosedur kualifikasi (WPS)

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian


III-2

3.1.1. Menyusun draft prosedur kualifikasi reparasi pengelasan


Sesuai dengan ASME section IX, prosedur atau langkah-langkah pembuatan
prosedur kualifikasi reparasi pengelasan sesuai format PQR (yang di sarankan di
dalam ASME IX edition 2004 dijabarkan sebagai berikut :
3.1.1.1. Welding Process (Proses Pengelasan)
Sesuai dengan MPS, metode pengelasan menggunakan SMAW dikarenakan
keunggulannya mampu menjangkau tempat yang sulit.
3.1.1.2. Joints (QW-402)
Pemilihan kampuh las memakai u groove dikarenakan penghilangan cacat las
menggunakan gerinda.
Sumber Referensi : PT. BKSI

Gambar 3.2. Design Kampuh Las

3.1.1.3. Base metals (QW-403)


Material yang digunakan sesuai dengan spesifikasi kontrak yang tertera pada
MPS yang diberikan oleh klien yaitu :
™ S No. 1 Group No. 2
™ Material spec. API 5L
™ Type of Grade : Grade X-65
™ Kedalaman penggerindaan / gouging maksimal 8 mm
™ Diameter pipa : ∅24 inch
3.1.1.4. Filler metals (QW-404)
Bahan elektroda yang dipakai mengacu kepada MPS adalah :
™ SFA Specification : ASME SFA A.1 : E7018
™ AWS Classification : AWS A5.1
™ Filler metal F. No. 4
III-3

™ Weld metal analisys A. No. 1


™ Size of filler metal : ∅3.2
™ Other : ESAB OK 48.04
3.1.1.5. Position (QW-405)
Posisi pengelasan sesuai dengan MPS adalah posisi datar dan posisi yang
kita pilih adalah 1G.
Sumber Referensi : Sriwidharto, 1992

[7]
Gambar 3.3. Posisi Las 1G
3.1.1.6. Preheat (QW-406)
Tidak diperlukan dikarenakan ukuran pelat/ pipa relatif tidak terlalu tebal dan
luas penampang tidak signifikan untuk terjadinya pendinginan mendadak.

3.1.1.7. Post weld heat treatment (QW-407)


Tidak diperlukan dikarenakan ukuran pelat/ pipa relatif tidak terlalu tebal dan
luas penampang tidak signifikan untuk terjadinya pendinginan mendadak.
3.1.1.8. Gas (QW-408)
Tidak diperlukan dikarenakan proses yang digunakan adalah SMAW, jadi
tidak memerlukan gas shielding.
3.1.1.9. Electrical characteristic (QW-409)
Karakteristik elektrikal yang di pakai :
™ Polarity menggunakan DCRP dikarenakan agar penetrasi las yang
tidak dalam.
™ Ampere yang dipakai dengan range 132 – 135 dengan voltase 33-35
sesuai dengan elektroda yang kita pilih
3.1.1.10. Teknik pengelasan (QW-410)
Teknik yang digunakan :
III-4

™ Travel speed : 88 – 134 mm/minute


™ Pengisian sambungan las : weave bead dengan multipass
™ Elektroda yang dipakai : Single electrode

3.1.2. Persiapan
Persiapan untuk pelaksanaan pembuatan kualifikasi reparasi pengelasan
meliputi :
™ Bahan
Bahan untuk persiapan benda uji ini sesuai dengan kontrak yang ada dalam
MPS adalah Pipa Spiral dengan spesifikasi API 5L X-65 PSL 2 dengan ukuran
24” OD x 12.7 mm.

Gambar 3.4. Bahan


™ Persiapan peralatan
Peralatan yang dipakai meliputi :
a. Alat baku
- Mesin las listrik
- Sumber tenaga listrik
- Kabel las
- Tang dan tangkai las
b. Alat keselamatan tukang las
- Helmet untuk mengelas dengan kaca hitam paling kecil no. 9
hingga 11
III-5

- Sarung tangan las


- Selongsong kaki las
- Apron (jaket las)
- Baju kerja dengan lengan panjang dan kerah leher yang dapat
ditutup
c. Alat Bantu tukang las
- Chipping hammer
- Sikat metal
- Pahat runcing
- Hammer
- Kapur tahan panas
d. Alat keselamatan umum
- Botol pemadam kebakaran
- Dinding pelindung nyala
e. Alat-alat Bantu lainnya
- Portable grinding machine
f. Alat-alat P3K
g. Alat-alat ukur
- Pengukur panjang
- Pengukur level
- Pengukur amper
h. Alat uji NDT
- Alat uji ultrasonic (ultrasonic flaw detector set USK 7S)
- Alat uji radiography (Yxlon smart 300 HP)
- Penetrant sprayer
i. Alat Uji DT
- Alat uji tarik (tensile) di laboratorium BKSI
- Alat uji bengkok (bending) di laboratorium BKSI
- Alat uji patah (nick break test) di laboratorium BKSI

™ Persiapan Juru Las


Manusia sebagai pelaksanan pengelasan paling tidak harus memenuhi
beberapa hal persyaratan meliputi :
III-6

- Sehat jasmani dan rohani


- Berketerampilan mengelas
- Berpengalaman dalam pekerjaan konstruksi
- Mengetahui sedikit ilmu bahan dalam pengelasan
- Mengetahui syarat-syarat keselamatan dalam pengelasan
- Lulus dan berijazah dalam prakualifikasi yang dilaksanakan
pihak-pihak yang berwenang [2]

3.1.3. Pengelasan sesuai draft prosedur


a. Pembersihan sambungan las
Pembersihan sambungan dilakukan menggunakan gerinda dan gouging
sesuai dengan manufacturing procedure specification (M.P.S) hal 15
dengan bentuk kampuh las sesuai gambar 3.2.

Gambar 3.5. Pembersihan Sambungan Las Menggunakan Gerinda


b. Pengelasan sesuai draft prosedur
Proses pengelasan menggunakan SMAW dengan filler metal dan
parameter sesuai draft prosedur kualifikasi reparasi pengelasan.
III-7

Gambar 3.6. Proses reparasi pengelasan

3.1.4. Inspeksi visual dan NDT


Inspeksi visual meliputi kesalahan supervisial atau dapat dilihat dengan mata
seperti tertera pada paragraph 2.4.1., jika tidak ditemukan kesalahan supervisial,
dilanjutkan dengan Inspeksi NDT meliputi :
a. Pengujian penetrant
Metode Liquid Penetrant Test merupakan metode NDT yang paling
sederhana. Metode ini digunakan untuk menemukan cacat di permukaan
terbuka dari komponen solid, baik logam maupun non logam, seperti
keramik dan plastik fiber. Melalui metode ini, cacat pada material akan
terlihat lebih jelas. Caranya adalah dengan memberikan cairan berwarna
terang pada permukaan yang diinspeksi. Cairan ini harus memiliki daya
penetrasi yang baik dan viskositas yang rendah agar dapat masuk pada
cacat dipermukaan material. Selanjutnya, penetrant yang tersisa di
permukaan material disingkirkan. Cacat akan nampak jelas jika perbedaan
warna penetrant dengan latar belakang cukup kontras. Seusai inspeksi,
penetrant yang tertinggal dibersihkan dengan penerapan cleaner.
III-8

Gambar 3.7. Sprayer Penetrant [6]

b. Pengujian Ultrasonik
Prinsip yang digunakan adalah prinsip gelombang suara. Gelombang suara
yang dirambatkan pada spesimen uji dan sinyal yang ditransmisi atau dipantulkan
diamati dan interpretasikan. Gelombang ultrasonic yang digunakan memiliki
frekuensi 0.5 – 20 MHz. Gelombang suara akan terpengaruh jika ada void, retak, atau
delaminasi pada material. Gelombang ultrasinic ini dibangkitkan oleh tranducer dari
bahan piezoelektri yang dapat menubah energi listrik menjadi energi getaran mekanik
kemudian menjadi energi listrik lagi.
Langkah pengujian adalah memberikan grease untuk lokasi probe untuk
mendeteksi cacat sesuai gambar 3.8.

Gambar 3.8. Pendeteksian Cacat Menggunakan Probe Manual Ultrasonic


III-9

Pada layar monitor manual ultrasonic akan muncul hasil pendeteksian apakah
terdapat cacat pada sambungan las tersebut atau tidak dalam bentuk gelombang
amplitudo.

Gambar 3.9. Alat Pengujian Manual Ultrasonic


Gambar 3.10. merupakan lokasi probe untuk pengujian dengan lokasi di sisi
kiri dan kanan sambungan las.
Sumber Referensi : PT. BKSI

Gambar 3.8. Lokasi Pengujian test ultrasonic


Gambar 3.10. Lokasi Pengujian Manual Ultrasonic
Kriteria penerimaan untuk hasil test manual ultrasonic sesuai dengan API 5L
tertera pada table di bawah ini..
Tabel 3.1. Kriteria Penerimaan Hasil Pengujian Ultrasonic [1]

Sumber Referensi : API 5L, 2004


III-10

c. Pengujian radiografi
Metode NDT ini dapat untuk menemukan cacat pada material dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma. Prinsipnya, sinar X dipancarkan
menembus material yang diperiksa. Saat menembus objek, sebagian sinar
akan diserap sehingga intensitasnya berkurang. Intensitas akhir kemudaian
direkam pada film yang sensitif. Jika ada cacat pada material maka
intensitas yang terekam pada film tentu akan bervariasi. Hasil rekaman
pada film ini lah yang akan memperlihatkan bagian material yang
mengalami cacat.

Gambar 3.11. Tempat Film Radiografi

Gambar 3.12. Tempat Penyimpanan Isotop - IR 192


III-11

Lokasi tempat diadakannya uji radiografi harus memasang rambu-rambu daerah


bahaya radiografi seperti Gambar 3.13.

Gambar 3.13. Lokasi Pengujian Radiografi


Berikut proses pendeteksian cacat menggunakan radiografi sesuai Gambar 3.12.

Gambar 3.14. Shooter Radiografi


Dari film yang ada di dalam pipa dari hasil tembakan sinar radiografi, untuk membaca
film radiografi, harus dilakukan langkah pencucian seperti Gambar 3.15.
III-12

Gambar 3.15. Pencucian Film Radiografi


Setelah mengalami pencucian, film di keringkan sesuai Gambar 3.16.

Gambar 3.16. Pengeringan Film


Setelah kering, baru terlihat hasil visualnya seperti terlihat di bawah ini.

Gambar 3.17. Film Hasil Pengujian Radiografi


III-13

Kriteria penerimaan untuk cacat las pada hasil pembacaan radiografi


berdasarkan API 5L adalah sebagai berikut ::
Sumber Referensi : API 5L, 2004

Gambar 3.18. Maksimum pola distribusi indikasi slug inclusion dan kantung gas
(porosity) [1]

Sumber Referensi : API 5L, 2004

Gambar 3.19. Maksimum pola distribusi indikasi slug inclusion memanjang [1]
III-14

3.1.5. Pembuatan Spesimen Benda Uji


Setelah hasil NDT dinyatakan masuk kualifikasi, dilanjutkan dengan
pengujian merusak. Langkah pertama yang dilaksanakan adalah membuat gambar
pada bahan sesuai dengan gambar 3.20. dan di lanjutkan dengan pemotongan sesuai
gambar 3.21.

Gambar 3.20. Gambar Spesimen Pengujian Merusak

Gambar 3.21. Pemotongan Spesimen Menggunakan Cutting Torch


III-15

Setelah benda kerja di potong, spesimen uji di press dengan mesin press sesuai
gambar 3.22. untuk mendapatkan spesimen uji yang datar

Ganbar 3.22. Pengepresan Spesimen Uji Merusak


Setelah benda kerja dalam posisi datar, maka dilanjutkan ke pembuatan
spesimen uji berdasarkan API 5L.

3.1.5.1. Spesimen Pengujian Transverse Tensile


Spesimen benda uji lebarnya harus sekitar 38.1 mm dan harus mempunyai
sambungan las melintang tegak lurus dengan memotong garis tengah dari test
specimen sesuai gambar 3.23. Lasan harus dihilangkan dari kedua muka benda uji.
Tegangan tarik maksimal paling tidak menyamai atau lebih dari minimum spesifikasi
dari grade pipa yang digunakan.
Sumber Referensi : API 5L, 2004

Gambar 3.23. Spesimen Pengujian Transverse Tensile [1]


III-16

Spesimen kerja di bentuk menggunakan mesin sekrap untuk mempermudah


pembuatan benda uji.

Gambar 3.24. Pembentukan Spesimen Uji Menggunakan Mesin Skrap

Setelah spesimen uji siap sesuai gambar 3.25. , pengujian dilakukan sesuai
gambar 3.26. dengan cara menjepit kedua ujung spesimen uji ke ragum mesin
tensile dan dilakukan penarikan hingga putus.

Gambar 3.25. Spesimen Uji Tensile


III-17

Gambar 3.26. Gambar Mesin Uji Tarik [5]


Untuk hasil tegangan tarik dapat dihitung menggunakan formula engineering
stress :
σ  = F
  A
σ : Tegangan Stress ( (N/mm2)
F : Beban (N)
A : Luasan Benda Uji (mm2)

Pada benda uji no.1 dengan ukuran (a x b); a = 38.27 mm, b = 12,71 mm di
dapatkan beban maksimum pada saat di tarik sebesar 282.44 kN maka tegangan tarik
(Tensile stress) material tersebut adalah;
Dimana : F = 282,440 N
A = (38.27 x 12.71) = 486.41 mm2
Maka : σ   282,440 N / 486.41 mm2
= 580.66 N/mm2
= (580.66 MPa)
= (84,217.59 Psi) hampir sama dengan yang tertera di
pembacaan alat uji tarik dengan hasil sebesar 84,219.75 Psi
Pada benda uji no.2 dengan ukuran (a x b); a = 38.25 mm, b = 12,72 mm di
dapatkan beban maksimum pada saat di tarik sebesar 282.93 kN maka tegangan tarik
(Tensile stress) material tersebut adalah;

Dimana : F = 282,930 N
A = (38.25 x 12.72) = 486.54 mm2
III-18

Maka : σ   282,930 N / 486.54 mm2
= 581.51 N/mm2
= (581.51 MPa)
= (84,340.87 Psi) hampir sama dengan yang tertera di
pembacaan alat uji tarik dengan hasil sebesar 84,343.43 Psi

Grafik 3.1. Kurva Tegangan Tarik [5]

Dilihat dari grafik diatas, maksimum kekuatan metal terlihat pada puncak
garis lengkung setelah itu baru metal tersebut putus, pada step yield point adalah
batasan elastis metal tersebut yang disebut juga yield strength.
Sesuai dengan API 5L edisi ke 43 tahun 2004, bahwa kriteria yang diijinkan
untuk pengujian transverse tensile, hanya memerlukan data tensile strength
(tegangan tarik) dengan tegangan tarik minimal sama dengan grade pipanya.

3.1.5.2. Spesimen Transverse Guided Bend


Spesimen benda uji harus mengacu kepada gambar 3.27. Sambungan las
dibuat seperti bentuk groove sesuai dengan gambar 3.27. Setiap spesimen harus
ditempatkan pada jig sesuai dengan gambar 3.28. dengan permukaan yang terbuka di
daerah sambungan las. Dimensi dari jig harus mengikuti table 3.2.
III-19

Sumber Referensi : API 5L, 2004

[1]
Gambar 3.27. Spesimen Pengujian Guided Bend

Sumber Referensi : API 5L, 2004

[1]
Gambar 3.28. Alat Pengujian Jig Bend
III-20

[1]
Tabel 3.2. Dimensi Jig Test guided bend

Sumber Referensi : API 5L, 2004

Roler dipilih sesuai table 3.2. yaitu RA 57.5 dan RB 69.9. Terlampir contoh
gambar roller seperti dibawah ini.

Gambar 3.29. Roller untuk Pengujian Bending


Benda kerja di gerinda untuk spesimen bend test sehingga didapatkan
spesimen sesuai gambar 3.30.
III-21

Gambar 3.30. Spesimen Pengujian Bending


Setelah spesimen jadi, dilaksanakan pengujian bending dengan meletakkan
benda uji ke ragum, kemudian di tekan menggunakan alat bending.

Gambar 3.31. Pengujian Bending


III-22

Kriteria penerimaan Test bend : diterima jika tidak ada crack atau cacat las
yang lain melebihi 3.2 mm di setiap sisi sambungan las atau benda uji setelah
pengujian dilakukan. Crack yang terjadi diantara sisi dari benda uji selama test dan
diukur kurang dari 6.4 mm di setiap sisi tidak diterima.

3.1.5.3. Spesimen Pengujian Nick Break


Spesimen benda uji nick break harus mengacu ke gambar 3.32. Lasan harus
dibuat sesuai kampuh di dalam gambar. Setiap spesimen harus di coak dari kedua sisi
di tengah sambungan las
Sumber Referensi : API 5L, 2004

Gambar 3.32. Spesimen Pengujian Nick Break [1]

Terlampir spesimen nick break yang telah siap seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.33. Spesimen nick break

Setelah specimen benda uji jadi sesuai gambar 3.33, spesimen di patahkan
dengan menggunakan pukulan di tengah benda uji sesuai gambar 3.34.
III-23

Gambar 3.34. Pengujian Nick Break [4]

Permukaan yang terbuka harus di lihat secara visual dan dapat diterima jika
memenuhi criteria sebagai berikut :
a. Tidak ada kantung gas tidak melebihi 1.6 mm di setiap sisinya
b. Tidak lebih dari kantung gas untuk semua ukuran yang spesifik
untung ketebalan 6.4 mm dan kurang.
c. Tidak lebih dari 2 kantung gas di setiap ukuran ketebalan dinding
12.7 mm atau kurang akan tetapi melebihi 6.4 mm
d. Tidak lebih dari 3 kantung gas di setiap ukuran untuk spesifikasi
ketebalan dinding nelebihi dari 12.7 mm
e. Inklusi terak harus menyebar tidak lebih dari 12.7 mm dari
ketebalan nya dan tidak melebihi dari 1.6 mm dalam lebar dan 4.8
mm di panjang.

Anda mungkin juga menyukai