Anda di halaman 1dari 14

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

TEKNIK PENGELASAN
BAB VII
PEKERIKSAAN HASIL LAS

RISWAN DWI DJATMIKO

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
2017
BAB VII

PEMERIKSAAN HASIL LAS

KOMPETENSI INTI

Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


1. Memeriksa secara visual sambungan las secara OAW
2. Memeriksa kualitas sambungan plat & pipa baja dengan proses brazing
3. Menentukan metode pencegahan distorsi
4. Memeriksa hasil secara visual
5. Memeriksa kualitas hasil las SMAW
6. Menentukan metode pencegahan distorsi pada sambungan las TIG
7. Memeriksa kualitas sambungan las TIG
8. Memeriksa kualitas sambungan las dengan proses combo

Penyambungan logam dengan proses pengelasan banyak digunakan dalam


masyarakat. Penyambungan dengan teknik ini mempunyai banyak keuntungan,
diantaranya: kuat, ringan, praktis, ekonomis, dan proses cepat. Kendati demikian,
karena sebagian besar proses pengelasan melibatkan pemanasan, ada kelemahan yang
sangat mendasar, yaitu rentan terjadinya perubahan sifat bahan dan
ketidaksempurnaan (imperfection) pada sambungan las, oleh karenanya proses
pengelasan harus mengikuti prosedur yang benar dan hasil las harus diperiksa, jika
terjadi ketidaksempunaan sambungan las, apakah ketidaksempurnaan itu masih dalam
batas yang diijinkan oleh standar yang digunakan.

Sebagian besar hasil pengelasan mengalami ketidaksempurnaan, jika


ketidaksempurnaan ini melebihi acceptance limit (batas penerimaan yang diijinkan)
maka sambungan las ini disebut defect (cacat) harus di-repair atau di-reject. Batas
penerimaan ketidaksempurnaan sambungan las tergantung dari standar yang
digunakan oleh pihak customer. Sehubungan dengan hal itu, untuk meyakinkan pihak

1
customer bahwa sambungan las memiliki kualitas yang baik, kontraktor harus
memberikan keleluasaan Welding inspector untuk melakukan pemeriksaan hasil las
agar hasil las memenuhi standar las yang ditentukan.

A. Fungsi dan Tujuan Inspeksi Las

Inspeksi hasil las merupakan pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan
sambungan las yang dibuat benar-benar berkualitas dan aman jika digunakan.
Menurut Indonesian Welding Engineering Society (IWES), fungsi dan tujuan inspeksi las
berkaitan dengan empat pihak, yaitu pihak pertama sebagai pemilik, pihak ke dua
sebagai kontraktor/pemasok, pihak ke tiga sebagai perusahaan jasa inspeksi teknik,
dan pihak ke empat adalah pemerintah.

1. Pihak Pertama (Pemilik)


a. Fungsi: Mengendalikan dan meyakinkan mutu barang agar memenuhi
persyaratan spesifikasi/standard, dengan harga seringan mungkin.
b. Tujuan: Mendapatkan barang yang mempunyai mutu tinggi, berkinerja baik,
dan berusia lama.
2. Pihak ke Dua (Kontraktor/Pemasok)
a. Fungsi: Mengendalikan mutu agar barang berkondisi standard dan berusia
pakai sedikit melebihi masa garansi (2 tahun)
b. Tujuan: Menguntungkan perusahaan yang sebesar-besarnya dengan
tanggungjawab mutu standard (minimum requirement).
3. Pihak ke Tiga (Perusahaan Inspeksi Teknik)
a. Fungsi: Memberikan mutu pelayanan jasa inspeksi terbaik untuk kepentingan
Client (Pihak Pertama), mewakili Pihak Pertama berhadapan dengan pihak lain
di bidang pengendalian dan penyakinan mutu sesuai persyaratan spesifikasi
dan peraturan yang berlaku.
b. Tujuan: Mempertahankan/memelihara pangsa pasar (memelihara hibungan
baik dengan pelanggan) dan mendapatkan untung bagi perusahaan dalam
koridor profesionalitas dan perundangan yang berlaku.

2
4. Pihak ke Empat (Pemerintah)
a. Fungsi: Mengawal implementasi peraturan/perundangan sehubunbgan
dengan pengendalian mutu produk dan jasa di bidang industri.
b. Tujuan: Keselamatan personil, konstruksi/instalasi, dan produksi di bidang
(pertambangan, tenaga listrik, pengolahan, konstruksi, dan lain-lain).

B. Tugas Inspektor Las


Inspektor las bertugas menyakinkan bahwa semua variabel yang
mempengaruhi hasil las, mulai dari persiapan, pengelasan, dan pekerjaan setelah
pengelasan harus berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, oleh
karenanya ada empat tahap inspeksi yang harus dilakukan, yaitu before, during, after
welding, dan repairs.
1. Before Welding (Sebelum pengelasan)
a. Keselamatan dan kesehatan kerja: Seorang inspektor las harus memastikan
semua prosedur pengelasan dilaksanakan secara aman sesuai dengan aturan-
aturan keselamatan dan kesehatan kerja yang ditentukan oleh perusahaan
maupun pemerintahan.
b. Pemeriksaan dokumen: Dokumen yang harus diperiksa meliputi, kode dan
standar yang digunakan, gambar kerja, prosedur pengelasan atau Welding
Procedure Specification (WPS), prosedur pemeriksaan, prosedur NDE,
prosedur PWHT, kesesuaian juru las dengan pekerjaan, sertifikat kalibrasi
peralatan las termasuk alat pemeriksa hasil las, sertifikat material dan
consumable (bahan tambah), proses las yang digunakan, dan peralatan las
yang digunakan termasuk alat bantunya.
c. Pemeriksaan bahan dan consumable (bahan tambah): Bahan dan bahan
tambah yang harus diperiksa meliputi spesifikasi, ukuran, type, dan
kondisinya.
d. Persiapan bahan dan set-up: Pastikan pemotongan bahan menggunakan
metode yang tepat (lakukan pre-heat jika menggunakan thermal cutting),
dimensi kampuh las harus tepat (bevel anggle, root face, root gap, dan root
radius), kontrol distorsi yang benar (tacking, bridging, line up clamps, etc),

3
pemanasan awal yang tepat, dan semua tack welding harus dimonitor dan
diinspeksi.
2. During Welding (Selama pengelasan berlangsung)
Hal yang harus dikontrol oleh inspertor las selama proses pengelasan,
diantaranya adalah: 1) pre-heat (metode, lokasi, dan kontrol); 2) kontrol distorsi
selama proses pengelasan (urutan pengelasan); 3) kontrol bahan tambah
(spesifikasi, ukuran, kondisi, dan perlakuan khusus); 4) tipe proses dan semua yang
berhubungan dengan parameter las (voltase, arus, dan kecepatan pengelasan); 5)
penggunaan gas pelindung (tipe, tekanan kerja, dan metode pengontrolan); 6)
kondisi las (urutan pengelasan dan inter-run cleaning); 7) temperatur minimal dan
maksimal antar jalur las yang diijinkan; dan 8) semua variabel las harus lolos dari
prosedur pengelasan yang disepakati.
3. After Welding (Setelah Pengelasan)

Setelah proses pengelasan seorang inspektor las melakukan: 1)


pemeriksaan sambungan las secara visual (termasuk aspek dimensional); 2)
pemeriksaan sambungan las dengan Non Destructive Test (NDT); 3) identifikasi
perbaikan (repair) berdasarkan pemeriksaan visual dan NDT; 4) post weld heat
treatment (PWHT); 5) pemeriksaan ulang setelah PWHT; dan 6) uji hidrostatik.

4. Repairs (Perbaikan)

Ada dua istilah yang harus difahami oleh seorang inspektor las, yaitu
repairdan reject. Jika ketidaksempurnaan sambungan yang berada di luar
acceptance limit tetapi masih dalam batas bisa diperbaiki maka sambungan las
tersebut di-repair, tetapi jika tidak bisa diperbaiki, misalnya terjadi
ketidaksempurnaan di luar batas pemenerimaan di sepanjang sambungan las.
maka sambungan tersebut di-reject atau diganti dengan bahan yang baru.

Pada sambungan las yang harus diperbaiki, seorang inspektor las bertugas
untuk: 1) memastikan cacat las digali/dihilangkan dengan prosedur yang benar; 2)
melakukan pemeriksaan terhadap cacat las yang dihilangkan dengan NDT; 3)
memastikan pengelasan ulang dengan prosedur yang benar dan juru las yang
sesuai dengan pekerjaan las tersebut; 4) melakukan pemeriksaan ulang terhadap

4
daerah yang diperbaiki dengan pemeriksaan visual dan NDT; dan 5) menyerahkan
laporan pemeriksaan sambungan las dan semua dokumen yang berhubungan
dengan pekerjaan tersebut kepada departemen QC.

Dokumen yang harus diserahkan meliputi: 1) kode dan standar; 2) sertifikat


matererial; 3) sertifikat bahan tambah; 4) sertifikat kalibrasi; 5) gambar kerja; 6)
prosedur pengelasan (WPS); 7) approval certifikat; 8) rekaman inspeksi; 9)
rekaman PWHT; dan 10) rekaman uji lainnya.

C. Cacat Las dan Cara Mengatasinya

Ketidaksempurnaan (imperfection) sambungan las adalah semua


penyimpangan sambungan las dari kondisi ideal (BS EN ISO 6520-1). Sambungan las
yang mengalami ketidaksempurnaan masih bisa digunakan, asalkan masih dalam batas
penerimaan (acceptant limit) menurut standar yang digunakan dalam gambar kerja.
Jika ketidaksempurnaan berada di luar batas penerimaan maka sambungan las
tersebut dalam kondisi cacat (defect), sambungan ini harus di-reject.

Kekuatan sambungan las tergantung pada alat & bahan tambah yang
digunakan, bentuk deposit logam las, susunan logam yang disambung, dan
ketrampilan seorang welder. Sambungan las yang baik memerlukan kekomplitan fusi
pada logam, akar las (root) yang menyatu, dan kebenaran bentuk permukaan las
(cover pass). Lihat Gambar 110.

Sambungan las yang baik adalah sambungan las yang terbebas dari cacat
structural dan cacat dimensional. Cacat structural adalah cacat yang disebabkan
karena discotinous pada deposit logam las dan ukuran deposit logam las yang tidak
memenuhi standar. Cacat dimensional adalah cacat yang terjadi karena adanya
distorsi pada benda kerja yang dilas.

1. Cacat Struktural

Cacat structural biasanya terdapat pada deposit logam las dan daerah Heat
affected zone (HAZ). Cacat ini mempunyai bentuk yang bermacam-macam,
diantaranya adalah undercut, overlap, exccesive penetration, exccesive

5
reinforcement, lack of penetration, poor restart, porosity, burn throught, lack of
fusion, arc stray, dan lain-lain.

Gambar 110. Bentuk Deposit Logam Las Yang Baik

a. Undercut

Jika bahan dasar yang dilas tidak terisi oleh bahan tambah atau tergerus
panas la situ dinamakan sambungan las tersebut mempunyai cacat undercut.
Cacat ini disebabkan karena terlalu panas dan kecepatan pengelasan terlalu
tinggi, oleh karena itu cara menghindarinya adalah dengan mengurangi
masukan panas dengan mereduksi arus las dan memperlambat kecepatan las.
Jika dalam pengelasan terjadi caat ini, cara memperbaikinya adalah dengan
menggerinda deposit logam las dan menutupnya kembali dengan cover pass
dengan arus yang diperkecil dan kecepatan las dikurangi. Lihat Gambar 111.

Gambar 111. Undercut

6
b. Overlap

Overlap adalah cacat las yang disebabkan karena laju gas terlalu
kencang, ukuran tip pada alas Oxy-acetylene Welding (OAW) terlalu besar,
gerakan brander terlalu cepat, dan ukuran bahan tambah terlalu kecil. Untuk
mencegahnya diperlukan ukuran tip sesuai dengan ketebalan benda kerja,
gerakan brander diperlambat, laju gas disesuaikan dengan ukuran tip, dan
ukuran bahan tambah disesuaikan dengan ketebalan benda kerja. Perbaikan
cacat overlap dapat dilakukan dengan menggerinda bagian yang cacat dan
melakukan pengelasan ulang. Lihat Gambar 112.

Gambar 112. Overlap

c. Exccesive reinforcement

Cacat exccesive reinforcement atau ukuran penguwatan deposit logam


lasan terlalu besar. Cacat ini disebabkan oleh ukuran bahan tambah terlalu
besar dan gerakan brander las terlalu lambat sehingga terjadi penumpukan
logam las yang terlalu banyak. Hal ini bias dicegah dengan memilih bahan
tambah sesuai ukuran ketebalan benda kerja dan mempercepat gerakan
brander las. Jika terjadi cacat ini gerinda atau gouging bagian cacat dan
lakukan pengelasan ulang pada bagian tersebut. Lihat Gambar 113.

7
Gambar 113. Cacat Eccesive Reinforcement

d. Exccesive penetration

Jika bagian root pass sambungan las melebihi ukuran yang diizinkan
maka cacat tersebut dinamakan eccesive penetration. Cacat ini disebabkan
karena persiapan benda kerja kurang tepat (root gab terlalu lebar, root face
terlalu tipis, dan bevel angle terlalu besar), kecepatan las terlalu lambat, serta
masukan panas terlalu tinggi. Cacat ini dapat dicegah dengan menyiapkan
bahan yang akan dilas sesuai dengan standar persiapan benda kerja,
mempercepat gerakan brander las, dan memperkecil arus las. Lihat Gambar
114.

Gambar 114. Eccesive Penetration

e. Root concavity & Lack of penetration

Kedua cacat ini disebabkan oleh bevel angle terlalu sempit, root gab
terlalu sempit, dan root face terlalu besar sehingga cairan logam tidak
sempurna menutup root pass. Cacat tersebut dicegah dengan memperbesar
bevel angle, memperlebar celah root, dan menipiskan root face. Jika terjadi

8
cacat ini semua bagian yang cacat digerinda dan ukuran ketiga variable
tersebut harus disesuaikan dengan persyaratan. Lihat Gambar 115.

f. Poor restart

Pekerjaan menyambung jalur las merupakan pekerjaan yang


membutuhkan ketrampilan yang tinggi. Jika teknik mengakiri jalur las dan
menyambungnya kembali tidak tekat akan terjadi cacat yang disebut Poor
restart. Cacat jenis ini dapat ditoleransi apabila beda ketinggian antara bagain
akhir jalur dengan bagian awal jalur tidak lebih dari 2 mm. Lihat Gambar 116.

Gambar 115. Root concavity & Lack of penetration

Gambar 116. Poor Restrat

g. Lack of fusion

Cacat Lack of fusion dapat dilihat dari ketidakmenyatuanya antara


deposit logam las dengan bahan dasar yang dilas. Hal ini disebabkan karena
kurangnya heat input pada saat pengelasan. Cara mengatasinya adalah dengan
meningkatkan arus pengelasan dari sebelumnya. Cacat ini dapat diperbaiki

9
dengan neghilangkan bagian yang mengalami cacat ini dan mengelasnya lagi
dengan arus yang lebih tinggi. Lihat Gambar 117.

Gambar 117. Lack of Fusion

h. Burn throught

Burn throught termasuk cacat structural yang disebabkan karena terlalu


besarnya masukan panas pengelasan dan ketidakkonsistenan gerakan pengelasan
juru las. Bentuk dari cacat ini adalah pada bagian root pass terdapat tanda-tanda
jebolnya bagian tersebut. Lihat Gambar 118.

Cacat ini dapat dicegah dengan memperkecil arus pengelasan dan mengganti
juru las yang lebih trampil. Jika terjadi cacat jenis ini bagian yang cacat harus
dihilangkan dengan gerinda atau proses gouging dan mengelasnya kembali dengan
arus pengelasn yang lebih kecil dan juru las harus trampil.

Gambar 118. Cacat Burn Throught

i. Clusstered porosity

Cacat clustered porosity merupakan cacat yang disebabkan karena adanya


uap air atau gas yang menembus ke dalam deposit logam las dan terjebak di
dalamnya. Cacat clustered porosity dapat dicegah dengan mengoven elektroda agar
elektroda kering dan melakukan pembersihan benda kerja dari segala kotoran
termasuk minyak yang dapat menyebabkan terjadinya uap gas pada saat pengelasan.
Jika terjadi cacat jenis ini, deposit logam las harus digerinda sampai cacat tersebut

10
hilang dan dilakukan pengelasan ulang dengan menggunakan elektroda yang kering
dan benda kerja terbebas dari segala jenis kotoran.

Gambar 119. Cacat Clusstered Porosity

j. Slag inclution

Deposit logam las yang di dalamnya terdapat kotoran menyebabkan kekuatan


sambungan las berkurang. Kotoran tersebut dinamakan cacat slag inclution. Cacat ini
terjadi karena benda kerja yang tidak bersih dari kotoran terutama karat dan juga
posisi elektroda yang tidak benar sehingga menyebabkan terak terjebak, di samping
itu juga karena kurangnya arus pengelasan. Cacat slag inclution ditunjukkan pada
Gambar 120.

Gambar 120. Slag Inclution

2. Cacat Dimensional

Cacat dimensional terdapat pada bentuk sambungan las yang tidak sesuai dengan
desain sambungan. Bentuk sambungan las yang tidak proper ini dikarenakan adanya
distorsi ketika pengelasan berlangsung dan juga sering terjadi karena ketidak telitian
setting sambungan las sehingga menyebabkan mis alignment.

a. Distorsi

Sebagian besar proses pengelasan melibatkan pemanasan benda kerja hingga


terjadi pencairan, oleh karenanya dipastikan benda kerja menerima masukan panas
yang melebihi temperature rekristalisasinya, selanjutnya mereka mengalami
pendinginan yang cukup cepat. Masukan panas yang tinggi dan pendinginan yang
cepat ini menyebabkan terjadinya ekspansi pada bahan yang dilas. Proses ekspansi
tersebut menyebabkan adanya distorsi.

11
Distorsi terdiri dari distorsi longitudinal, transversal, dan angular. Distorsi
longitudinal terjadi perubahan bentuk pada sepanjang garis pengelasan. Distorsi
transversal terjadi pada garis melintang sumbuh pengelasan, sedangkan distorsi
angular menyebabkan benda kerja berubah bentuk kearah menyudut. Lihat Gambar
121.

Distorsi merupakan cacat yang sulit dihindari jika prosedur pengelasan tidak
dirancang dengan benar. Ada beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya distorsi
pada sambungan las, diantaranya adalah:
1. Pengikatan (tack weld) bagian yang disambung
2. Pemilihan bentuk kampuh yang tepat sesuai ketebalan benda kerja
3. Pengelasan dengan multiple pass pada benda yang tebal
4. Heat input disesuaikan dengan ketebalan benda kerja
5. Penerapan pengelasan intermiten pada sambungan las yang panjang

Gambar 121. Distorsi

b. Misaligment

Persiapan sambungan las merupakan variable yang sangat penting yang harus
dilakukan dengan benar, karena persiapan yang tidak tepat dapat mengakibatkan
cacat las. Setting benda kerja merupakan faKtor yang sangat penting, jika pada saat
setting, juru las tidak teliti dalam melakukan pengikatan bagian yang disambung
dapat mengakibatkan terjadinya misalignment yaitu ketidak lurusan bagian yang
disambung dengan pengelasan. Lihat Gambar 122.

Gambar 122. Misaligment

12
D. Kriteria Penerimaan Pemeriksaan Visual Sambungan Las (AWS, 2008: 233)

13

Anda mungkin juga menyukai