Anda di halaman 1dari 9

Makalah Kelompok IV PENGELASAN LANJUT

(materi pengujian dan pemeriksaan lasan)


Nama nama kelompok:
1. Daffa lubis
2. Niko mahyudi
3. Tangi dicky siburian
4. Adeh frits lubis
5. Kirenius
6. Mangasi sinaga
7. Akinori sitepu
8. Joan melti
9. Felix indra rajagukguk
Dosen pengampu: Drs.HIDIR EFENDI, M.Pd.

PROGRAM S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nyalah, karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengelasan lanjut dengan judul “pengujian dan pemeriksaan lasan”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan penyusun
sendiri. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Harapan penyusun, semoga penulisan makalah ini bermanfaat. Khususnya bagi


penyusun sendiri, umumnya bagi para pembaca.

Medan, 30 November 2021


PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN HASIL PENGELASAN
Pada pengelasan perlu adanya pemeriksaan dan pengujian hasil pengelasan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui cacat las yang terjadi saat melakukan pengelasan yang dapat
mengurangi kekuatan dari hasil pengelasan. Banyak faktor yang dapat mengakibatkan
terjadinya cacat las, selain dari weldernya sendiri, material/spesimen yang diguanakan serta
lingkungan dapat mempengaruhi hasil pengelasan.

Hasil pengelasan harus sesuai dengan standar yang digunakan dalam sebuah industri.
Misalnya pada standar pengelasan menurut America Welding Society (AWS) didalamnya
sudah diatur bagaimana hasil pengelasan yang sesuai standar yang masuk dalam kriteria
dan toleransi yang di izinkan agar mencapai hasil pengelasan yang memiliki kekuatan
pengelasan. Seorang welder dapat melakukan dan mengetahui minimal pengujian visual
pada hasil pengelasan sesuai standar yang digunakan

Bagi sesorang welder profesional penting juga halnya mengetahui jenis cacat – cat  las
terjadi dalam pengelasan dan harus mengetahui penyebab jika terjadi cacat las. Disamping
itu ketika terjadi cacat las pada hasil pengelasan bagi seoarang welder harus mengetahui
bagaimana cara menanggulangi atau memperbaikinya cacat pada hasil pengelasan itu.
Sehingga material dapat dilakukan pengelasan kembali untuk mencapai standar yang telah
ditentukan.

Contoh gambar pada pemeriksaan


A.   Pemeriksaan Hasil Pengelasan
Pemeriksaan proses pengelasan dilakukan untuk menjamin kualitas hasil lasan yang dibuat
sesuai dengan ketentuan, dan standard yang digunakan. Pemeriksaan tersebut dilakukan
selama proses pengelasan (sebelum pengelasan, selama pengelasan dan setelah
pengelasan). Pemeriksaan yang dilakukan sebelum pengelasan diantaranya :

1. Pemeriksaan pada kesiapan peralatan las, seperti pada sumber listrik, aksesoris yang
diperlukan, alat bantu pengelasan, dan lainnya.
2. Memastikan penggunaan elektroda atau logam pengisi yang akan digunakan sudah
sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada WPS, termasuk memastikan
kesesuaian gas selubung yang akan digunakan pada proses pengelasan apabila akan
melakukan pengelasan menggunakan proses yang mengharuskan penggunaan gas
selubung.
3. Persiapan desain pengelasan (sudut bevel, root opening, root face), kebersihan atau
kehalusan permukaan benda kerja, welding fitup.
4. Memastikan persiapan untuk pengkondisian lasan, seperti pemanasan mula,
pemanasan akhir, dan perlakuan panas setelah las yang akan dilakukan.
5. Pemeriksaan pada persiapan juru las yang akan melakukan proses pengelasan.
Pemeriksaan ini termasuk pada status kualifikasi, kemampuan, dan pengalaman juru
las.

Keseluruhan persiapan sebelum pengelasan diperiksa dan pelaksanaannya harus


diobservasi.
Selama proses pengelasan, pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu :
1. Kesesuaian penerapan proses pengelasan terhadap variabel WPS seperti perlakuan
panas, parameter las (arus, tegangan, kecepatan pengelasan, tahapan jalur las, dan posisi
pengelasan) pengerjaan pengelasan. 
2. Dilakukan observasi pada tiap lapisan jalur las untuk melihat tampilan hasil lasan dan
memeriksa kemungkinan munculnya distorsi pada lasan.
Pemeriksaan pada hasil akhir pengelasan yang paling dasar dilakukan adalah dengan
pemeriksaan visual (VT). Pemeriksaan visual dilakukan dengan mengobservasi hasil
tampilan dan bentuk lasan. Pemeriksaan tersebut diantaranya pada bentuk manik las,
bentuk dan kedalaman penetrasi las, cacat yang mungkin terbentuk, dan kesempurnaan
fusi.

B.    Pengujian Hasil Pengelasan


Setelah proses pemeriksaan visual, perlu dilakukan pengujian pada hasil lasan. Pengujian
tersebut terbagi dalam dua proses utama yaitu proses destruktif dan proses non-destruktif.

1.   Pengujian Destruktif.


     Pengujian destruktif dilakukan dengan pengambilan spesimen uji dari produk hasil
lasan, tidak pada produk keseluruhan (kecuali pada produk berukuran kecil) dan
dilakukan pengujian yang bersifat merusak terhadap spesimen uji tersebut.
  
a.     Pengujian Kimia (Chemical Tests).
Pengujian kimia dilakukan untuk mengetahui sifat logam las dengan metode analisis kimia
kandungan logam, uji korosi, dan uji hidrogen terfusi.

b.     Pengujian Mekanikal (Mechanical Tests).


Pengujian mekanikal dilakukan untuk mengukur sifat dari logam yang telah dilas:
    Uji Tarik (Tensile Test); Pengujian untuk mengukur kekuatan akhir dari sambungan las
kampuh.
  Uji Tekan (Bend Test); Dilakukan untuk mengukur tingkat kebaikan struktur dan elastisitas
sambungan las kampuh.
   Uji Kekerasan (Hardness Test); Pengujian ini dilakukan untuk mengukur kekerasan, baik
ketahanan terhadap pemakaian mekanis maupun keelastisan material. Terdapat empat
jenis metode untuk mengukur kekerasan, yaitu : Brinell, Rockwell, Vickers, and Shore.
   Uji Tumbuk (Impact Test); Kekuatan logam las untuk mencapai titik rusaknya dapat
diketahui dengan melakukan uji tumbuk. Pengujian yang umum digunakan yaitu dengan
metode Charpy V-notch.
c.     Pengujian Struktural (Struktural Tests).
Pengujian struktural pada benda uji dilakukan untuk mengetahui struktur yang terbentuk
pada benda uji.

d.     Pengujian Struktur Makro.


Pengujian ini dilakukan langsung dengan mata telanjang untuk memeriksa penetrasi lasan,
bentukan lapisan las, ukuran dari daerah pengaruh panah (HAZ), dan kemungkinan
munculnya cacat las. Spesimen uji diambil dari potongan benda kerja dengan permukaan
halus yang dilapis cairan asam yang sesuai (sebagai contoh, 5 % picric acid atau nitric acid
untuk baja karbon dab baja paduan rendah).
e.     Pengujian Struktur Mikro.
Pada pengujian struktur mikro, potongan spesimen uji yang dipoles halus dan dilapisi cairan
asam dianalisis strukturnya menggunakan mikroskop optik dengan pembesaran 100 sampai
1000 kali. Pengujian dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilakukan
pemeriksaan dengan pembesaran diatas 1000 kali sampai jutaan kali. Dengan pengujian ini
dapat dilihat struktur mikro yang terkristalisasi, retak kecil, dan inklusi pada spesimen uji.

      

 2.  Pengujian Non-Destruktif.
    Pengujian non-destruktif dilakukan dengan menguji hasil lasan tanpa “merusak” produk
hasil lasan.
a.     Pengujian Radiografik (RT).
Dengan melakukan pemeriksaan radiografik (radiographic examination). Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan x-ray atau gamma ray. Pemeriksaan radiografik dapat
menampilkan cacat las seperti retakan, fusi tak sempurna, terak dan porositas. Proses ini
harus dilakukan oleh interpreter radiografi tersertifikat. Toleransi kecacatan yang muncul
pada hasil las mengacu pada acceptance standards sambungan las yang digunakan.

b.     Pengujian Ultrasonik (UT).


Pada pemeriksaan ultrasonik digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi. Gelombak
tersebut ditembakkan ke benda kerja untuk mendeteksi kecacatan permukaan ataupun
bagian dalam lasan. Kecacatan las dideteksi dan dianalisis dari pantulan gelombang yang
ditembakkan.

  Partikel Magnetik
Pengujian partikel magnetik dilakukan dengan melihat garis gaya dari serbuk kering atau
cairan suspensi magnetik yang terbentuk dari medan magnet yang ditimbulkan pada
permukaan produk lasan. Metode ini dapat mendeteksi cacat seperti retakan dan porositas
dari bentuk garis gaya magnetnya.

  Cairan Penetrant (PT).


<

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan cairan berpendar atau cairan merah untuk
memvisualisasikan kecacatan seperti retakan atau celah yang terbuka pada area lasan.
Apabila terdapat cacat, cairan akan meresap ke dalam celah. Cairan pengembang digunakan
pada permukaan yang telah diberi cairan penguji. Pada posisi dimana cairan meresap, cairan
tersebut akan muncul ke permukaan. Proses pengujian ini dapat dilakukan segera setelah
proses pengelasan dilakukan karena tidak mengganggu pada struktur lasan.

Kesimpulan : Kami menyimpulkan bahwa Pada pengelasan perlu adanya pemeriksaan


dan pengujian hasil pengelasan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui cacat las yang terjadi
saat melakukan pengelasan yang dapat mengurangi kekuatan dari hasil pengelasan.
Karena sangat banyak faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya cacat las
Daftar pustaka:
https://eddyhsd1961.blogspot.com/2019/10/pemeriksaan-dan-pengujian-hasil.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai