Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan penyusun
sendiri. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Hasil pengelasan harus sesuai dengan standar yang digunakan dalam sebuah industri.
Misalnya pada standar pengelasan menurut America Welding Society (AWS) didalamnya
sudah diatur bagaimana hasil pengelasan yang sesuai standar yang masuk dalam kriteria
dan toleransi yang di izinkan agar mencapai hasil pengelasan yang memiliki kekuatan
pengelasan. Seorang welder dapat melakukan dan mengetahui minimal pengujian visual
pada hasil pengelasan sesuai standar yang digunakan
Bagi sesorang welder profesional penting juga halnya mengetahui jenis cacat – cat las
terjadi dalam pengelasan dan harus mengetahui penyebab jika terjadi cacat las. Disamping
itu ketika terjadi cacat las pada hasil pengelasan bagi seoarang welder harus mengetahui
bagaimana cara menanggulangi atau memperbaikinya cacat pada hasil pengelasan itu.
Sehingga material dapat dilakukan pengelasan kembali untuk mencapai standar yang telah
ditentukan.
1. Pemeriksaan pada kesiapan peralatan las, seperti pada sumber listrik, aksesoris yang
diperlukan, alat bantu pengelasan, dan lainnya.
2. Memastikan penggunaan elektroda atau logam pengisi yang akan digunakan sudah
sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada WPS, termasuk memastikan
kesesuaian gas selubung yang akan digunakan pada proses pengelasan apabila akan
melakukan pengelasan menggunakan proses yang mengharuskan penggunaan gas
selubung.
3. Persiapan desain pengelasan (sudut bevel, root opening, root face), kebersihan atau
kehalusan permukaan benda kerja, welding fitup.
4. Memastikan persiapan untuk pengkondisian lasan, seperti pemanasan mula,
pemanasan akhir, dan perlakuan panas setelah las yang akan dilakukan.
5. Pemeriksaan pada persiapan juru las yang akan melakukan proses pengelasan.
Pemeriksaan ini termasuk pada status kualifikasi, kemampuan, dan pengalaman juru
las.
2. Pengujian Non-Destruktif.
Pengujian non-destruktif dilakukan dengan menguji hasil lasan tanpa “merusak” produk
hasil lasan.
a. Pengujian Radiografik (RT).
Dengan melakukan pemeriksaan radiografik (radiographic examination). Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan x-ray atau gamma ray. Pemeriksaan radiografik dapat
menampilkan cacat las seperti retakan, fusi tak sempurna, terak dan porositas. Proses ini
harus dilakukan oleh interpreter radiografi tersertifikat. Toleransi kecacatan yang muncul
pada hasil las mengacu pada acceptance standards sambungan las yang digunakan.
Partikel Magnetik
Pengujian partikel magnetik dilakukan dengan melihat garis gaya dari serbuk kering atau
cairan suspensi magnetik yang terbentuk dari medan magnet yang ditimbulkan pada
permukaan produk lasan. Metode ini dapat mendeteksi cacat seperti retakan dan porositas
dari bentuk garis gaya magnetnya.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan cairan berpendar atau cairan merah untuk
memvisualisasikan kecacatan seperti retakan atau celah yang terbuka pada area lasan.
Apabila terdapat cacat, cairan akan meresap ke dalam celah. Cairan pengembang digunakan
pada permukaan yang telah diberi cairan penguji. Pada posisi dimana cairan meresap, cairan
tersebut akan muncul ke permukaan. Proses pengujian ini dapat dilakukan segera setelah
proses pengelasan dilakukan karena tidak mengganggu pada struktur lasan.