Anda di halaman 1dari 5

Pengujian Merusak Pada Sambungan Las Dengan

Standar ASME Section IX


Ganang Abad Asmoro1, Lukas Nico Libero2, Topan Yulianto3, Bagus Bramantya4, Arkan Taqiuddin5, Blasius
Anggi Febriantama6
Jurusan Pendidikan Teknin Mesin, Universitas Negeri Yogyakarta
ganangabad.2019@student.uny.ac.id
lukasnico.2019@student.uny.ac.id
topanyulianto.2019@student.uny.ac.id
bagusbramantya.2019@student.uny.ac.id
arkantaqiuddin.2019@student.uny.ac.id
blasiusanggi.2019@student.uny.ac.id

To find out a damage or defect in the results of welding we kondisinya, apakah kualitasnya sesuai standar atau tidak.
must do a test. There are 2 types of tests that can be carried out, Dalam Konstruksi baja banyak aspek perlu diperhatikan,
namely the destructive welding test and the non-destructive salah satu yang penting adalah metode sambungan.
welding test. In this case, we carry out a destructive test, which is
a test of a welding result by damaging the workpiece or the test
object. In this destructive test, it is more to find out or measure the
Pengelasan adalah metode penyambungan tetap yang
mechanical properties of an object. The methods that we use in banyak dipakai saat ini. Proses pengelasan dalam sistem
this destructive test are hardness test, bending test, tensile test and produksi, sering dijumpai kecacatan / keretakan pada
micro test. Hardness test is the most effective method for testing, material. Kecacatan tersebut terjadi bukan karena kebetulan,
because we can easily find out the mechanical properties of an tetapi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
object. There are several methods of hardness testing, for this test sumber daya manusia yang kurang ahli, sarana dan
we used the Vickers method. And the micro test is used as prasarana yang kurang mendukung. Untuk mengetahui
supporting data that the micro material is in accordance with the kecacatan/ keretakan yang terjadi pada material tersebut.
specifications listed in the mill certificate or in other words as a
material identification process. The data results from this test will
help us find out how the mechanical properties are and how
Beberapa metode pengelasan tersebut adalah SMAW,
damage or defects that occur in the welding results. TIG, MIG, Resistant Spot Welding, dan OAW. Las SMAW
adalah yang paling banyak dipakai, terutama pada
Keywords: Destructive welding test, Hardness test, Tensile sambungan baja karbon rendah seperti ST 37.
test, Bending test, Micro test
Kualitas sambungan las sangat ditentukan oleh
Untuk mengetahui suatu kerusakan atau cacat pada hasil pemilihan metode dan prosedur yang tepat. Prosedur dalam
pengelasan kita harus melakukan pengujian. Terdapat 2 jenis pengelasan biasa memuat kode dan standar pengelasan yang
pengujian yang dapat dilakukan, yaitu pengujian pengelasan disebut WPS (Welding Prosedur Specification) dan salah
merusak (Destructive Test) dan pengujian pengelasan tidak satunya termuat dalam standar ASME Section IX. Tahapan
merusak (Non Destructive Test). Dalam kasus ini kami melakukan
pengujian dengan merusak (Destructive Test) yaitu pengujian
kualifikasi WPS adalah pembuatan spesimen, pengelasan
suatu hasil pengelasan dengan cara merusak benda kerja atau spesimen, pengujian dan pemeriksaan hasil las spesimen.
benda uji tersebut. Pada pengujian merusak (Destructive Test) ini Dalam penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian
lebih ke untuk mengetahui atau mengukur sifat mekanik dari suatu merusak pada hasil las SMAW baja ST 37. Pengujian
benda tersebut. Adapun metode yang kami gunakan dalam merusak yang dilakukan mengikuti standar ASME Section
pengujian merusak (Destructive Test) ini yaitu Uji kekerasan, uji IX, yaitu pengujian tarik dan pengujian bending..
bending, uji tarik dan uji mikro. Uji Kekerasan merupakan metode
yang paling efektif untuk dilakukan pengujian, karena kita dapat II. TINJAUAN PUSTAKA
mudah mengetahui sifat mekanis dari suatu benda. Uji kekerasan
terdapat beberepa metode, untuk pengujian kali ini kami Pengujian merusak (Destructive Test) sesuai dengan
menggunakan metode Vickers. Dan uji mikro dijadikan sebagai namanya merupakan pengujian yang dilakukan dengan
data pendukung bahwa material secara mikro memang telah sesuai merusak material dengan metode tertentu yang bertujuan
dengan spesifikasi yang tertera dalam sertifikat manufaktur (mill untuk mendapat sifat mekanik dan menguji performa dari
certificate) atau dengan kata lain sebagai proses identifikasi suatu bahan atau meterial. Kegiatan ini sangat
material Hasil data dari pengujian ini akan membantu kita dalam memungkinkan merusak benda yang diuji. Pengujian
mengetahui bagaimana sifat – sifat mekanik dan bagaimana
kerusakan atau cacat yang terjadi pada hasil pengelasan.
merusak dapat dilakukan dengan berbagai metode sebagai
berikut
Kata Kunci : Pengujian pengelasan merusak, Uji kekerasan, A. Pengujian Kekerasan Vickers
Uji tarik, Uji Bending, Uji Mikro
Metode ini dilakukan dengan sistem penekanan
material dengan indentor (Pyramid Intan) bersudut 136° dan
I. PENDAHULUAN diberi beban dengan massa tertentu. Saat lobang terbentuk,
lobang tersebut diukur diameternya sehingga dapat
Setiap material yang akan di pakai untuk dibuat suatu digunakan untuk perhitungan ukuran kekerasan dengan
barang atau untuk kegiatan konstruksi harus di cek dulu persamaan berikut.

1
Jurnal Teknik Mesin Edisi No.1 Volume.1 Juni 2022
1.8544𝑃
𝑉𝐻𝑁 =
𝑑2
Dimana
P : Gaya penekanan
d : Rata-rata panjang diagonal indentansi

Gambar 3. Pengujian Tarik

sifat mekanik yang dapat diamati dari pengujian tarik


antara lain, kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile
Strength) dan batas luluh (Yeild Strength).
Gambar 1. Pengujian Vickers
1. Batas maksimum
B. Pengujian Bending Berarti material tersebut dapat menahan beban
yang diberikan oleh mesin hingga material
Adalah pengujian terhadap material atau laslasan, yang tersebut patah.
mana specimen tersebut diberi pembebanan pada sisi tengah 2. Batas luluh
dan di beri penahan pada kedua sisinya untuk Batas luluh terjadi diiantara batas maksimum dari
dibengkokkan. Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, deformasi elastis dan batas minimum dari
pengujian tekuk dibedakan menjadi dua yaitu uji tekuk deformasi plastis pada saat pengujian berlangsung
melintang (transversal bending test) dan uji tekuk
memanjang (longitudinal bending test) D. Pengujian Mikro
Selama pendinginan dari logam cair sampai menuju
suhu kamar, logam las mengalami serangkaian perubahan
fasa. Baja karbon rendah (kandungan C < 0,1%) akan
mengalami Perubahan-perubahan fasa cair menjadi Ferrite δ
ketikapembekuan berlangsung kemudian berubah menjadi
Austenite γ dan akhirnya menjadi Ferrite α dan Pearlite.
Struktur mikro yang akan terbentuk ditentukan pada saat
Gambar 2. Pengujian Bending pendinginan. Ada beberapafaktor yang mempengaruhi
struktur mikro, seperti komposisi akhir logam las, filler
Pengujian berrdasarkan lokasi pengamatan dan serta kondisi udara sekitar pengelasan.
pembebanan, uji tekuk melintang diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu: III. METODE PENELITIAN
1. Face bend
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Merupakan pengujian tekuk dengan posisi
permukaan root ditekan sehingga daerah face Pengujian spesimen las dilakukan di laboratorium
pada lasan mengalami tegangan tarik. Bahan Teknik dan Pengujian, Jurusan Pendidikan Teknik
2. Root bend Mesin, Fakultas Teknik, universitas Negeri Yogyakarta.
Merupakan kebalikan dari pengujian face bend Waktu penelitian dilakukan pada saat jadwal praktikum
dimana permukaan face diberi tekanan dan mata kuliah Pengujian Pengelasan Merusak yaitu hari senin
daerah root lasan mengalami tegangan tarik. 04 April 2022.
3. Side bend B. Persiapan Material
Merupakan pengujian tekuk dimana spesimen
Pengujian lasan menggunakan 2 material yang berbeda,
las diposisikan dan ditekan dari sisi samping.
untuk pengujian kekerasan (Vickers) dan mikro
Menurut standar ASME pengujian side bend
menggunakan material ST-37 yang dilas dengan metode
hanya dilakukan jika spesimen las memiliki
SMAW posisi 2F, sedangkan untuk pengujian tensile dan
ketebalan lebih dari 10 mm.
bending menggunakan material SB-209 (grade 5052) yang
C. Pengujian Tarik dilas menggunakan metode GTAW dengan jenis kode
Pengujian tarik pada material logam bertujuan untuk elektroda tungsten hijau dan posisi pengelasan 1G.
mengetahui sifat Mekanik dari logam. Prinsip pengujian Untuk menentukan pengujian yang harus dilakukan
tarik adalah spesimen diberi beban tarik uniaxial yang pada spesimen dapat dilihat pada pasal QW-451, ASME
besarnya terus meningkat secara kontinyu pada kedua Section IX tentang procedure qualification thickness limits
ujungnya, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan dan test specimens. Spesimen yang digunakan pada
terhadap deformasi yang dialami spesimen . penelitian ini memiliki tebal 5 mm sehingga pengujian
yang dibutuhkan adalah 2 x tensile, 2 x face bend dan 2 x
root bend.
C. Pembuatan Spesimen Uji Tarik
Dimensi spesimen untuk pengujian tarik harus dibuat
sesuai dengan acuan standar ASME yaitu pasal QW-462.1

2 Jurnal Teknik Mesin Edisi No.1 Volume.1 Juni 2022


(a) ASME Section IX. Untuk benda kerja dengan tebal Dari acuan Standar ASME Section IX maka didapat
kurang dari 19 mm lebar yang digunakan adalah 19+6+6 = ukuran Spesimen sebagai berikut:
38 mm 1. Discard : 10 mm
2. Spesimen tensile : 38 mm
3. Spesimen face bend : 76 mm
4. Spesimen root bend : 76 mm
5. Total : 200 mm
Dari data spesimen tensil, bending dan cutting plan
maka dapat di tentukan minimum dimensi benda kerja yang
harus dibuat untuk kemudian dilakukan pengelasan yaitu
lebar (152/2 = 76) dan panjang 200 mm. Setalah benda
kerja telah melalui proses pengelasan, dilakukan
pemotongan sesuai dengan ukuran spesimen yang
ditentukan dengan penempatan seperti pada cutting plan.
F. Persiapan Benda Uji Mikro dan Kekerasan Vickers
Untuk dapat diuji mikro dan vickers permukaan
Gambar 4. Dimensi Spesimen Uji Tarik spesimen yang akan di uji harus benar-benar rata, bersih
dan halus. Untuk mendapatkan permukaan tersebut lakukan
D. Pembuatan Spesimen Uji Bending
pengamplasan dengan kertas amplas kasar sampai dengan
Dimensi spesimen untuk pengujian bending dibuat kertas amplas halus. Setalah pengamplasan gosok
dengan acuan standar ASME pasal QW-463.1 (a) dimana permukaan spesimen uji dengan autosol untuk
dimensi untuk pengujian face bend dan root bend memiliki menghilangkan goresan tipis bekas kertas amplas. Cuci
dimensi yang sama yaitu dengan panjang 152 dan lebar 38 permukaan spesimen dengan sabun untuk menghilangkan
mm sisa autosol dan kotoran.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Analisis Hasil Pengujian Tarik
Dari hasil pengujian tarik didapat data percobaan
sebagai berikut.

Gambar 5. Dimensi Spesimen Uji Root bend dan Face bend.

E. Cutting Plan
Cutting plan atau rancangan pemotongan spesimen
pengelasan harus dilakukan sesuai acuan yang digunakan Gambar 7. Test Run Tensile Review Tensile Graph
yaitu pada ASME Section IX pasal QW-463.1 (a) untuk plat
Test Run Result
dengan ketebalan kurang dari 19 mm sebagai berikut
Display Name Value Unit
Test Rate 0,500 mm/s
Grip Sparation 59,000 mm
Break Elongation Mm
Peak Load 20,291 kN mm2
Peak Stress 0,2 kN
Strain at Break 18,079 %
Load at Yield 18,170 kN
Stress at Yield 0,182 kN/mm2
Modulus 4,535 kN/mm2
Width 20,000 Mm Gambar 8.
Thickness 5,000 mm Spesimen Uji Tarik

Dari data tersebut spesimen memiliki peak stress


sebesar 200 MPa dan stress at yeild sebesar 182 MPa. Jika
Gambar 6. Prosedur Pembagian Spesimen untuk Plat dengan dilihat dalam pasal QW/QB-422 ASME Section IX tentang
tebal kurang dari 19 mm (3/4 in). Grouping of Base Metals for Qualification material SB-

3
Jurnal Teknin Mesin Edisi No.1 Volume.1 Juni 2022
5052 memiliki nilai maksimum tensile sebesar 172,37 MPa
sehingga dapat dikatakan bahwa berdasarkan pengujian Pada pengujian Spesimen root bend terbentuk sebuah
tensil sambungan las tersebut memenuhi standar ASME discontinuitas berupa crack dengan panjang 5,787 mm.
Section IX. Menurut ASME Section IX Pasal QW-163 tentang
Acceptance Criteria menyatakan bahwa jika pada spesimen
B. Analisis Pengujian Bending
yang diuji terdapat open discontinuity, maka jumlah
1. Face Bend panjangnya tidak boleh lebih dari 3 mm diukur dari segala
Dari pengujian face bend didapat hasil pengujian arah. sehingga menurut standar ASME Section IX
sebagai berikut. sambungan las tersebut tidak memenuhi kriteria.
C. Pengujian Vickers
Pada pengujian vickers dilakukan dengan indentor
pyramida intan bersudut 136° dan pemberian beban 30kg,
dilakukan pada material ST-37 sehingga didapat hasil
kekerasan sebagai berikut.
Hasil perhitungan kekerasan
Diameter Kekerasan
No Bagian
indentasi Hv
Rata-rata
1 0,992 56,56
2 Base Metal 1,0085 54,73 56,80
3 0,9705 59,10
4 0,872 73,20
Gambar 9. Test Run Face Bend Review Graph 5 HAZ 1,0215 53,34 66,78
6 0,8685 73,79
Test Run Result 7 0,8375 79,36
Display Name Value Unit 8 Logam Las 0,8905 70,19 73,78
9 0,8805 71,80
Peak Load 2,680 kN
Peak Stress 0,4 kN/mm2 Dari hasil pengujian kekerasan dapat diamati
Stress at Break kN/mm2 perbedaan nilai kekerasan pada setiap daerah. Logam induk
Strain at break mm/mm memiliki nilai kekerasan paling tinggi yaitu sebesar 74,58
Stress at Yield 0,435 kN/mm2 kg/mm2, daerah HAZ memiliki nilai kekerasan sebesar
Modulus 87,036 kN/mm2 67,24 kg/mm2, dan daerah logam induk memiliki nilai
Width 37,000 mm Gambar 10. Spesimen kekerasan paling kecil yaitu sebesar 56,98 kg/mm2.
Uji Face Bend Perbedaan nilai kekerasan pada setiap daerah tersebut
Thickness 5,000 mm
terjadi karena adanya pengaruh temperatur pada saat proses
pengelasan berlangsung. Daerah yang dekat dengan titik
Pada hasil pengujian spesimen face bend tidak terjadi pengelasan menerima panas yang tinggi dibandingkan
diskontinuitas sedikitpun sehingga berdasarkan standar daerah yang lebih jauh dari titik las.
ASME Section IX pasal QW-163 sambungan las memenuhi
standar keberterimaan. D. Pengujian Mikro
2. Root Bend Alat yang digunakan untuk pengujian mikro adalah
Setelah dilakukan pengujian pada spesimen root bend mikroskop optik dengan perbesaran 400 x dan hasilnya
didapat hasil data sebagai berikut. dapat dilihat sebagai berikut.

Base Metal HAZ

Gambar 11. Test Run Root Bend Review Graph

Test Run Result


Display Name Value Unit
Peak Load 2,688 kN
Peak Stress 0,4 kN/mm2 Logam Las
Stress at Break kN/mm2
Berdasarkan pengamatan struktur mikro, secara umum
Strain at break mm/mm
Stress at Yield 0,436 kN/mm2 terjadi perubahan fasa dan ukuran besar butir pada benda
Modulus 82,707 kN/mm2 kerja khususnya pada logam lasan dan daerah pengaruh
Width 37,000 mm Gambar 12. Spesimen panas (HAZ), perubahan fasa yang dimaksud adalah fasa
Thickness 5,000 mm Uji Root Bend perlit yang lebih dominan dibanding fasa ferit dan ukuran

4 Jurnal Teknik Mesin Edisi No.1 Volume.1 Juni 2022


besar butir pada logam lasan lebih halus dari pada daerah Karbon Tinggi Dengan Variasi Masukan Arus
pengaruh panas, perubahan struktur mikro tersebut terjadi Listrik. Jurnal Simetris, 243-248.
akibat siklus termal pada saat pengelasan berlangsung
dimana logam lasan terjadi siklus termal yang paling tinggi
sehingga antara fasa ferit dan perlit saling melarutkan dalam
kondisi homogen (merata) dan dengan pendinginan udara
maka fasa ferit dan perlit dan besar butir tidak punya cukup
waktu untuk bertransformasi kebentuk semula, sehingga
dari siklus termal dan pendinginan udara inibesar butir dan
kandungan fasa berubah, perubahan tersebut menghasilkan
besar butir semakin halus dan perlit semakin dominan dari
pada ferit. Pada logam induk tidak terjadi perubahan fasa
dan besar butir karena logam induk tidak terjadi siklus
termal atau unaffected zone.

V. KESIMPULAN
1. Dari hasil pengujian tarik pada material SB-209,
sambungan las memenuhi kriteria standar ASME
Section IX dengan Stress at Yeild sebesar 182 MPa.
2. Hasil dari pengujian face bend tidak terdapat open
discontinuity sehingga sambungan las memenuhi
kriteria face bend menurut standar ASME Section Ix.
3. Dalam pengujian root bend terjadi sebuah
discontinuitas berupa crack dengan panjang 5,787 mm
dimana dalam ASME QW-163 besarnya discontinuitas
yang jumlahnya melebihi 3 mm diukur dari berbagai
arah dianggap tidak memenuhi standar.
4. Dari ketiga pengujian pada material SB-5052 maka
sambungan las tersebut tidak lolos pengujian merusak
dengan standar ASME Section IX karena
discontinuitas yang terjadi pada pengujian root bend.
5. Dari pengujian vickers dan mikro pada meterial ST 37
dapat disimpulkan bahwa semakin dekat dengan titik
las maka nilai kekerasan akan semakin besar, ukuran
butir semakin halus dan perubahan fasa perlit yang
lebih dominan dari fasa ferit.

VI. DAFTAR PUSTAKA


ASME Boiler and Pressure Vessel Code. (2019). Section
IX-Welding, Brazing and Fusing Qualification.
New York: American Society of Mechanical
Engineers.
Bintarto, R., Widodo, T. D., Raharjo, R., Ma'arif, M. S.,
Dewi, F. G., & Pratama, G. D. (2020). Analisa
Struktur Mikro dan Kekuatan Bending Sambungan
Las TIG dengan Perbedaan Kuat Arus Listrik Pada
Logam Tak Sejenis Alumunium Paduan 5020-Baja
Galvanis dengan Filler Al-SI 4043. Juranal
Rekayasa Mesin, 125-131.
Rahmatika, A., Suterto, E., & Arifin, A. C. (2021).
Pengujian Merusak Pada Kualifikasi Las Plat Baja
Karbon SA-36 dengan Proses Pengelasan SMAW
Berdasarkan Standar ASME Section IX. Jurnal
Vokasi Teknologi Industri, 24-30.
Setiawan, A., & Wardana, Y. A. (2006). Analisa
Ketangguhan dan Struktur Mikro pada Daerah Las
dan HAZ Hasil Pengelasan Submerge Arc
Welding pada Baja SM 490. Jurnal Teknin Mesin,
57-63.
Wijoyo, & Aji, B. K. (2015). Kajian Kekerasan dan
Struktur Mikro Sambungan Las GMAW Baja

5
Jurnal Teknin Mesin Edisi No.1 Volume.1 Juni 2022

Anda mungkin juga menyukai