To find out a damage or defect in the results of welding we kondisinya, apakah kualitasnya sesuai standar atau tidak.
must do a test. There are 2 types of tests that can be carried out, Dalam Konstruksi baja banyak aspek perlu diperhatikan,
namely the destructive welding test and the non-destructive salah satu yang penting adalah metode sambungan.
welding test. In this case, we carry out a destructive test, which is
a test of a welding result by damaging the workpiece or the test
object. In this destructive test, it is more to find out or measure the
Pengelasan adalah metode penyambungan tetap yang
mechanical properties of an object. The methods that we use in banyak dipakai saat ini. Proses pengelasan dalam sistem
this destructive test are hardness test, bending test, tensile test and produksi, sering dijumpai kecacatan / keretakan pada
micro test. Hardness test is the most effective method for testing, material. Kecacatan tersebut terjadi bukan karena kebetulan,
because we can easily find out the mechanical properties of an tetapi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
object. There are several methods of hardness testing, for this test sumber daya manusia yang kurang ahli, sarana dan
we used the Vickers method. And the micro test is used as prasarana yang kurang mendukung. Untuk mengetahui
supporting data that the micro material is in accordance with the kecacatan/ keretakan yang terjadi pada material tersebut.
specifications listed in the mill certificate or in other words as a
material identification process. The data results from this test will
help us find out how the mechanical properties are and how
Beberapa metode pengelasan tersebut adalah SMAW,
damage or defects that occur in the welding results. TIG, MIG, Resistant Spot Welding, dan OAW. Las SMAW
adalah yang paling banyak dipakai, terutama pada
Keywords: Destructive welding test, Hardness test, Tensile sambungan baja karbon rendah seperti ST 37.
test, Bending test, Micro test
Kualitas sambungan las sangat ditentukan oleh
Untuk mengetahui suatu kerusakan atau cacat pada hasil pemilihan metode dan prosedur yang tepat. Prosedur dalam
pengelasan kita harus melakukan pengujian. Terdapat 2 jenis pengelasan biasa memuat kode dan standar pengelasan yang
pengujian yang dapat dilakukan, yaitu pengujian pengelasan disebut WPS (Welding Prosedur Specification) dan salah
merusak (Destructive Test) dan pengujian pengelasan tidak satunya termuat dalam standar ASME Section IX. Tahapan
merusak (Non Destructive Test). Dalam kasus ini kami melakukan
pengujian dengan merusak (Destructive Test) yaitu pengujian
kualifikasi WPS adalah pembuatan spesimen, pengelasan
suatu hasil pengelasan dengan cara merusak benda kerja atau spesimen, pengujian dan pemeriksaan hasil las spesimen.
benda uji tersebut. Pada pengujian merusak (Destructive Test) ini Dalam penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian
lebih ke untuk mengetahui atau mengukur sifat mekanik dari suatu merusak pada hasil las SMAW baja ST 37. Pengujian
benda tersebut. Adapun metode yang kami gunakan dalam merusak yang dilakukan mengikuti standar ASME Section
pengujian merusak (Destructive Test) ini yaitu Uji kekerasan, uji IX, yaitu pengujian tarik dan pengujian bending..
bending, uji tarik dan uji mikro. Uji Kekerasan merupakan metode
yang paling efektif untuk dilakukan pengujian, karena kita dapat II. TINJAUAN PUSTAKA
mudah mengetahui sifat mekanis dari suatu benda. Uji kekerasan
terdapat beberepa metode, untuk pengujian kali ini kami Pengujian merusak (Destructive Test) sesuai dengan
menggunakan metode Vickers. Dan uji mikro dijadikan sebagai namanya merupakan pengujian yang dilakukan dengan
data pendukung bahwa material secara mikro memang telah sesuai merusak material dengan metode tertentu yang bertujuan
dengan spesifikasi yang tertera dalam sertifikat manufaktur (mill untuk mendapat sifat mekanik dan menguji performa dari
certificate) atau dengan kata lain sebagai proses identifikasi suatu bahan atau meterial. Kegiatan ini sangat
material Hasil data dari pengujian ini akan membantu kita dalam memungkinkan merusak benda yang diuji. Pengujian
mengetahui bagaimana sifat – sifat mekanik dan bagaimana
kerusakan atau cacat yang terjadi pada hasil pengelasan.
merusak dapat dilakukan dengan berbagai metode sebagai
berikut
Kata Kunci : Pengujian pengelasan merusak, Uji kekerasan, A. Pengujian Kekerasan Vickers
Uji tarik, Uji Bending, Uji Mikro
Metode ini dilakukan dengan sistem penekanan
material dengan indentor (Pyramid Intan) bersudut 136° dan
I. PENDAHULUAN diberi beban dengan massa tertentu. Saat lobang terbentuk,
lobang tersebut diukur diameternya sehingga dapat
Setiap material yang akan di pakai untuk dibuat suatu digunakan untuk perhitungan ukuran kekerasan dengan
barang atau untuk kegiatan konstruksi harus di cek dulu persamaan berikut.
1
Jurnal Teknik Mesin Edisi No.1 Volume.1 Juni 2022
1.8544𝑃
𝑉𝐻𝑁 =
𝑑2
Dimana
P : Gaya penekanan
d : Rata-rata panjang diagonal indentansi
E. Cutting Plan
Cutting plan atau rancangan pemotongan spesimen
pengelasan harus dilakukan sesuai acuan yang digunakan Gambar 7. Test Run Tensile Review Tensile Graph
yaitu pada ASME Section IX pasal QW-463.1 (a) untuk plat
Test Run Result
dengan ketebalan kurang dari 19 mm sebagai berikut
Display Name Value Unit
Test Rate 0,500 mm/s
Grip Sparation 59,000 mm
Break Elongation Mm
Peak Load 20,291 kN mm2
Peak Stress 0,2 kN
Strain at Break 18,079 %
Load at Yield 18,170 kN
Stress at Yield 0,182 kN/mm2
Modulus 4,535 kN/mm2
Width 20,000 Mm Gambar 8.
Thickness 5,000 mm Spesimen Uji Tarik
3
Jurnal Teknin Mesin Edisi No.1 Volume.1 Juni 2022
5052 memiliki nilai maksimum tensile sebesar 172,37 MPa
sehingga dapat dikatakan bahwa berdasarkan pengujian Pada pengujian Spesimen root bend terbentuk sebuah
tensil sambungan las tersebut memenuhi standar ASME discontinuitas berupa crack dengan panjang 5,787 mm.
Section IX. Menurut ASME Section IX Pasal QW-163 tentang
Acceptance Criteria menyatakan bahwa jika pada spesimen
B. Analisis Pengujian Bending
yang diuji terdapat open discontinuity, maka jumlah
1. Face Bend panjangnya tidak boleh lebih dari 3 mm diukur dari segala
Dari pengujian face bend didapat hasil pengujian arah. sehingga menurut standar ASME Section IX
sebagai berikut. sambungan las tersebut tidak memenuhi kriteria.
C. Pengujian Vickers
Pada pengujian vickers dilakukan dengan indentor
pyramida intan bersudut 136° dan pemberian beban 30kg,
dilakukan pada material ST-37 sehingga didapat hasil
kekerasan sebagai berikut.
Hasil perhitungan kekerasan
Diameter Kekerasan
No Bagian
indentasi Hv
Rata-rata
1 0,992 56,56
2 Base Metal 1,0085 54,73 56,80
3 0,9705 59,10
4 0,872 73,20
Gambar 9. Test Run Face Bend Review Graph 5 HAZ 1,0215 53,34 66,78
6 0,8685 73,79
Test Run Result 7 0,8375 79,36
Display Name Value Unit 8 Logam Las 0,8905 70,19 73,78
9 0,8805 71,80
Peak Load 2,680 kN
Peak Stress 0,4 kN/mm2 Dari hasil pengujian kekerasan dapat diamati
Stress at Break kN/mm2 perbedaan nilai kekerasan pada setiap daerah. Logam induk
Strain at break mm/mm memiliki nilai kekerasan paling tinggi yaitu sebesar 74,58
Stress at Yield 0,435 kN/mm2 kg/mm2, daerah HAZ memiliki nilai kekerasan sebesar
Modulus 87,036 kN/mm2 67,24 kg/mm2, dan daerah logam induk memiliki nilai
Width 37,000 mm Gambar 10. Spesimen kekerasan paling kecil yaitu sebesar 56,98 kg/mm2.
Uji Face Bend Perbedaan nilai kekerasan pada setiap daerah tersebut
Thickness 5,000 mm
terjadi karena adanya pengaruh temperatur pada saat proses
pengelasan berlangsung. Daerah yang dekat dengan titik
Pada hasil pengujian spesimen face bend tidak terjadi pengelasan menerima panas yang tinggi dibandingkan
diskontinuitas sedikitpun sehingga berdasarkan standar daerah yang lebih jauh dari titik las.
ASME Section IX pasal QW-163 sambungan las memenuhi
standar keberterimaan. D. Pengujian Mikro
2. Root Bend Alat yang digunakan untuk pengujian mikro adalah
Setelah dilakukan pengujian pada spesimen root bend mikroskop optik dengan perbesaran 400 x dan hasilnya
didapat hasil data sebagai berikut. dapat dilihat sebagai berikut.
V. KESIMPULAN
1. Dari hasil pengujian tarik pada material SB-209,
sambungan las memenuhi kriteria standar ASME
Section IX dengan Stress at Yeild sebesar 182 MPa.
2. Hasil dari pengujian face bend tidak terdapat open
discontinuity sehingga sambungan las memenuhi
kriteria face bend menurut standar ASME Section Ix.
3. Dalam pengujian root bend terjadi sebuah
discontinuitas berupa crack dengan panjang 5,787 mm
dimana dalam ASME QW-163 besarnya discontinuitas
yang jumlahnya melebihi 3 mm diukur dari berbagai
arah dianggap tidak memenuhi standar.
4. Dari ketiga pengujian pada material SB-5052 maka
sambungan las tersebut tidak lolos pengujian merusak
dengan standar ASME Section IX karena
discontinuitas yang terjadi pada pengujian root bend.
5. Dari pengujian vickers dan mikro pada meterial ST 37
dapat disimpulkan bahwa semakin dekat dengan titik
las maka nilai kekerasan akan semakin besar, ukuran
butir semakin halus dan perubahan fasa perlit yang
lebih dominan dari fasa ferit.
5
Jurnal Teknin Mesin Edisi No.1 Volume.1 Juni 2022