Tugas
3. Sebutkan dan jelaskan proses pengujian yang tidak merusak spesimen uji?
Jawab
1. Sebelum proses pengelasan dilakukan, terdapat beberapa pengujian yang biasanya dilakukan
untuk memastikan bahwa material yang akan dielas sesuai dengan standar kualitas yang
diinginkan. Beberapa pengujian yang umum dilakukan sebelum pengelasan antara lain:
Pengujian-pengujian ini membantu memastikan bahwa material yang akan dielas memenuhi
standar kualitas yang ditetapkan sebelum proses pengelasan dilakukan. Dengan melakukan
pengujian sebelum pengelasan, dapat dihindari potensi masalah atau cacat pada pengelasan
akhir yang dapat mempengaruhi keamanan dan kinerja struktur yang dihasilkan.
2. Proses pengujian yang merusak spesimen uji dikenal sebagai pengujian destruktif. Dalam
pengujian destruktif, spesimen uji akan diubah atau rusak secara permanen selama proses
pengujian. Beberapa proses pengujian destruktif yang umum dilakukan dalam berbagai
bidang, seperti material, metalurgi, dan konstruksi, antara lain:
1. Pengujian Tarik: Dalam pengujian tarik, spesimen uji diberikan gaya tarik secara bertahap
hingga mencapai titik patah. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan kekuatan
tarik maksimum, modulus elastisitas, dan sifat-sifat mekanik lainnya dari material. Pengujian
ini sering dilakukan untuk mengukur kekuatan dan elastisitas logam, plastik, atau bahan
komposit.
2. Pengujian Tekuk: Pengujian tekuk dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan ketahanan
material terhadap beban tekanan. Spesimen uji diberikan beban tekanan hingga mencapai
titik patah atau terjadinya deformasi permanen. Hasil dari pengujian ini dapat memberikan
informasi tentang kekuatan material dan perilaku struktur yang terbentuk saat diberi beban
tekuk.
3. Pengujian Kekerasan: Pengujian kekerasan dilakukan dengan menekan benda uji dengan
beban tertentu menggunakan indenter atau benda keras lainnya. Pengujian ini bertujuan
untuk menentukan tingkat kekerasan material, yang mengindikasikan ketahanan material
terhadap penetrasi atau deformasi permanen. Pengujian kekerasan sering digunakan untuk
mengukur sifat-sifat mekanik material logam.
4. Pengujian Dampak: Pengujian dampak dilakukan untuk mengevaluasi ketahanan material
terhadap benturan atau beban impak. Spesimen uji diberikan gaya impak dengan energi yang
ditentukan, dan kemudian dianalisis hasilnya, seperti kecepatan patah atau energi yang
diserap oleh material. Pengujian dampak penting dalam menilai keamanan struktur yang
terkena beban impak, seperti kendaraan atau bangunan.
3. Proses pengujian yang tidak merusak spesimen uji dikenal sebagai pengujian non-destruktif.
Dalam pengujian non-destruktif, spesimen uji tetap utuh dan tidak mengalami perubahan
permanen selama proses pengujian. Beberapa proses pengujian non-destruktif yang umum
dilakukan dalam berbagai bidang, seperti industri manufaktur, perawatan infrastruktur, dan
bidang kedokteran, antara lain:
4. Friction Stir Welding (FSW) adalah metode pengelasan padat yang inovatif yang digunakan
untuk menggabungkan dua material logam tanpa mencairkan logam tersebut. Proses ini
melibatkan penggunaan alat berputar yang disebut "pin" untuk mengaduk dan memadatkan
material logam yang akan digabungkan. Berikut adalah penjelasan tentang proses friction stir
welding:
1. Persiapan Material: Sebelum proses pengelasan dimulai, permukaan material yang akan
digabungkan harus dipersiapkan dengan baik. Ini termasuk membersihkan permukaan
dari kotoran dan oksida, serta mengatur posisi dan orientasi material dengan tepat.
2. Pengaturan Alat: Alat friction stir welding terdiri dari pin dan bahu yang terpasang pada
mesin pengelasan. Pin terbuat dari bahan yang keras dan berputar pada kecepatan yang
tinggi, sementara bahu berfungsi untuk menekan material ke bawah. Ukuran dan bentuk
pin dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan pengelasan.
3. Proses Pengelasan: Saat proses dimulai, pin akan menekan dan berputar di antara kedua
material yang akan digabungkan. Tekanan yang diberikan oleh pin akan menyebabkan
gesekan antara permukaan material, menghasilkan panas secara lokal. Namun, suhu
material tetap di bawah titik leleh, sehingga logam tetap dalam keadaan padat.
4. Pemadatan Material: Pada saat yang sama, pin juga akan memadatkan material di
sekitarnya, menghasilkan sambungan yang kuat antara dua material. Proses ini terjadi
tanpa pembentukan cacat seperti retak atau porositas, karena material tidak melewati
fase cair.
5. Pemindahan Alat: Setelah pengelasan selesai, alat digerakkan ke depan untuk
melanjutkan pengelasan ke area berikutnya. Proses ini berlanjut sampai seluruh
sambungan selesai dilakukan.
Keuntungan dari friction stir welding termasuk kekuatan sambungan yang tinggi,
kurangnya cacat seperti porositas atau retak, serta kemampuan untuk mengelas material
yang sulit dilas secara konvensional, seperti logam berlapis atau logam paduan. Proses ini
juga menghasilkan sambungan yang estetis dan seragam, karena tidak ada efek
pembakaran atau percikan yang terjadi. Friction stir welding digunakan secara luas dalam
industri otomotif, penerbangan, dan manufaktur lainnya untuk menghasilkan sambungan
yang berkualitas tinggi antara material logam.
5. Prinsip kerja alat pada Friction Stir Welding (FSW) didasarkan pada konsep aduk dan
memadatkan material logam tanpa mencairkan mereka. Alat terdiri dari sebuah pin dan
bahu yang dipasang pada mesin pengelasan. Berikut adalah penjelasan tentang prinsip kerja
alat pada FSW:
1. Pin: Pin merupakan bagian terpenting dari alat FSW. Pin ini terbuat dari bahan yang keras
dan memiliki bentuk khusus, seperti kerucut atau silinder dengan ujung runcing. Saat
proses pengelasan dimulai, pin akan menekan ke bawah dan berputar pada kecepatan
yang tinggi. Gerakan putaran pin menyebabkan gesekan yang tinggi antara pin dan
permukaan material logam.
2. Bahu: Selain pin, alat FSW juga dilengkapi dengan bahu yang berfungsi untuk menekan
material ke bawah saat proses pengelasan berlangsung. Bahu memberikan tekanan yang
diperlukan untuk menahan material di sekitarnya saat pin berputar.
3. Gesekan dan Panas: Ketika pin berputar dan menekan material, gesekan yang dihasilkan
antara pin dan permukaan material akan menghasilkan panas secara lokal. Meskipun
panas yang dihasilkan cukup tinggi, suhu material tetap di bawah titik leleh, sehingga
logam tetap dalam keadaan padat.
4. Aduk dan Pemadatan: Panas yang dihasilkan oleh gesekan memungkinkan material untuk
menjadi plastis, yang memungkinkan pin untuk "menyumbat" material ke arah
sampingnya, seperti adukan adonan. Pada saat yang sama, bahu memadatkan material
di sekitarnya. Proses ini menghasilkan sambungan yang kuat antara dua material, tanpa
pembentukan cacat seperti porositas atau retak.
5. Pemindahan Alat: Setelah pengelasan selesai, alat digerakkan ke depan untuk
melanjutkan pengelasan ke area berikutnya. Proses ini berlanjut sampai seluruh
sambungan selesai dilakukan.
Prinsip kerja alat pada FSW memungkinkan pengelasan material logam dengan cara yang
tidak memerlukan proses peleburan. Hal ini memungkinkan pembentukan sambungan yang
kuat dan seragam, serta mengurangi risiko terbentuknya cacat pada sambungan. Metode ini
telah menjadi pilihan yang populer dalam industri manufaktur untuk menghasilkan
sambungan yang berkualitas tinggi antara material logam.