TEKNIK PENGELASAN
Agung
2023
INSPEKSI VISUAL PENGELASAN
Dewasa ini teknik penyambungan dengan las telah dipergunakan secara luas
dalam konstruksi bangunan baja, konstuksi mesin dan bangunan jembatan.
Luasnya teknologi ini disebabkan karena bangunan baja, mesin dan bangunan
kapal yang dibuat dengan mempergunakan teknik penyambungan ini menjadi
lebih ringan dan proses pembuatannya juga lebih sederhana, sehingga biaya
keseluruhannya menjadi lebih murah.
Pengelasan bukan tujuan utama dari sebuah konstruksi, tetapi hanya merupakan
sarana untuk mencapai proses segi ekonomi yang lebih baik. Karena itu
rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan
kesesuaian antara sifat-sifat las dengan kegunaan konstruksi serta keadaan
disekitarnya.
Disamping pengujian dan pemeriksaan hasil las begitu penting bagi kedua pihak
yaitu pekerja yang membuat dan pembeli atau pemakai, pada saat sekarang ini
masih ditambah lagi kepentingan pihak ketiga yakni negara, masyarakat
akademik, asosiasi industri dan masyarakat pada umumnya.
Hal
Perbaikan kepercayaan, pengamanan mutu dan jaminan mutu
Perbaikan teknik pembuatan dan pengerjaan
Pengurangan biaya pembuatan dan pengerjaan
Adapun peranan pengujian dan pemeriksaan bagi pemakai atau pembeli hasil
pengelasan adalah:
Untuk kepastian mutu pada saat pembelian
Kepastian dan ketahanan mutu selama penggunaan
Cara untuk memilih pembuat atau pekerja dan membandingkan hasil
Dengan melihat pentingnya peranan pengelasan bagi kedua belah pihak, maka
persyaratan mutu dalam pengelasan dapat dilihat dari sifat-sifat yang
menentukan sambungan, yaitu:
Hal
1. Kekuatan
Sifat-sifat hasil pengelasan salah satunya adalah kekuatan yang menyatakan
kemampuan bahan untuk menerima tegangan, beban atau temperatur yang
bervariasi tanpa menyebabkan bahan hasil las tersebut menjadi patah atau
retak. Kekuatan hasil pengelasan ini ada beberapa macam, yaitu kekuatan
statis, fatik, mulur, suhu tinggi dan suhu rendah dan ini tergantung pada
beban yang bekerja antara lain.
2. Keuletan
Sifat keuletan hasil pengelasan ini menyatakan kemampuan bahan untuk
menerima tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang
permanen setelah tegangan dihilangkan. Bila bahan hasil pengelasan pada
sambungannya mengalami tegangan maka akan terjadi perubahan bentu,
tetapi dengan sifat keuletannya maka bahan dan hasil pengelasan ini
mempunyai kemampuan untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah
menerima beban.
3. Ketangguhan
Ketangguhan ini menyatakan kemampuan sambungan pengelasan untuk
menyerap sejumlah energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Juga
dapat dikatakan sebagai ukuran banyaknya energi yang diperlukan untuk
mematahkan suatu benda kerja, pada suatu kondisi tertentu.
4. Ketahanan korosi
Ketahanan korosi dapat didefinisikan sebagai kemampuan sambungan hasil
pengelasan untuk tahan terhadap goresan, pengikisan (abrasi), penetrasi.
Sifat ini berkaitan erat dengan sifat keausan (wear resistance). Di mana
ketahanan korosi ini juga mempunyai korelasi dengan kekuatan.
5. Penampakan
Hasil dari pengelasan sebaiknya memberikan penampakan sambungan yang
bagus dan menyatu. Rigi-rigi hasil lasan juga memperlihatkan tektur yang
teratur, rata dan halus, sedangkan akar yang dihasilkan lasan harus tembus
untuk memberikan efek pengikatkan yang kuat.
6. Kebebas bocoran
Salah satu sifat hasil pengelasan yang harus dan wajib di penuhi adalah
kebebas bocoran antara sambung satu dengan sambungan yang lainnya.
Kebebas bocoran hasil pengelasan ini biasanya di uji tekanan terlebih dahulu
pada ukuran dan standar tekanan tertentu sesuai dengan tujuan produk ini
digunakan.
7. Kesambungan
Sifat kesambungan pada hasil las merupakan syarat mutlak yang harus
dipenuhi. Keterikatan logam yang disambung dengan bahan tambah
atau elektroda harus betul-betul menyatu, sehingga akan dihasilkan kekuatan
yang sama dengan bahan aslinya. Jika kemampuan hasil lasan tidak ada
unsur
Hal
kesambungan, maka dapat dipastikan sambungan tersebut akan mudah
patah dan retak.
Metode pengujian logam dan hasil las secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi pengujian merusak (destruktif) (DT) dan pengujian tidak merusak (non
destruktif) (NDT). Dalam pengujian destruktif, sebuah spesimen atau batang uji
dipotongkan dari daerah las atau sebuah model berukuran tertentu dari daerah
las yang diuji dilakukan perubahan bentuk dengan dirusak untuk menguji sifat-
sifat mekanik dan penampilan daerah las tersebut. Dalam pengujian non
destruktif, hasil pengelasan diuji tanpa perusakan untuk mendeteksi kerusakan
hasil las dan cacat dalam.
Hal
Pengukuran regangan
Hal
Adapun manfaat dengan adanya pengujian merusak (destruktif) dan pengujian
tidak merusak (non destruktif) adalah:
Pada pengujian merusak, kerusakan bagian dalam dapat dideteksi dengan
mudah dan sifat-sifat mekanik dapat ditentukan dengan akurat.
Pada pengujan tidan merusak, pemeriksaan 100% bisa dilakukan dan
sampel pengujian masih dapat dipakai sebagai hasil pengelasan.
Daerah lasan, jenis sambungan, bahan las, retakan serta fungsi kegunaan hasil
lasan menentukan metode pemakaian pengujian dan pemeriksaan hasil las.
Hasil lasan yang akan diujikan dan diperiksa tidak semuanya cocok dan sesuai
dengan semua metode pengujian, tetapi hal ini harus di sesuaikan dengan
klasifikasi bagian yang akan diuji. Berikut ini adalah tabel klasifikasi bagian yang
akan diuji dengan metode pengujiannya.
Pengujian sifat mampu las bagi bahan induk juga merupakan tindakan yang penting.
Pengujian dan pemeriksaan ini meliputi daerah HAZ, cacat las pada daerah las dan
kekuatan takik serta ketangguhan dari logam induk dan daerah las.
Pengujian lasan terhadap tekanan untuk bejana tekan, ketel dan pipa dilakukan dengan
menggunakan air yang ditekan sampai 1,25 atau 1,5 dari tekanan kerja yang
Hal
direncanakan. Dalam pengujian ini karena ada kemungkinan bahaya, maka
pelaksanaannya harus disertai dengan pengamanan-pengamanan yang diperlukan.
Hal
dalam proses pengelasan sangat menentukan baik tidaknya hasil lasan. Seorang
juru las
Hal
dengan dibantu pembantu las harus memperhatikan ketentuan dan prosedur
pengelasan yang sudah standar untuk memberikan hasil pengelasan yang
standar sesuai dengan syarat-syarat mutu pengelasan.
Hal
langkah awal sebelum melakukan standar pengujian dan pemeriksaan hasil
pengelasan. Adapun beberapa persiapan dan pengaturan dalam melakukan
pengujian dan pemeriksaan hasli las yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
Hal
kurang jelas, maka hal tersebut dapat dipastikan terlebih dahulu sebelum
pemeriksaan dilanjutkan.
Hal
WELDING INSPECTION
Inspeksi berasal dari kata inspection dalam bahasa inggris, yang secara umum
(walaupun kurang tepat) diterjemahkan sebagai memeriksa atau pemeriksaan.
kenapa demikian, karena inspection merupakan suatu perpaduan yang terdiri
dari kegiatan-kegiatan, baik yang bersifat operasional maupun managerial yang
terdiri dari kegiatan-kegiatan review, survey, check, measure, detection,
examination, data collection, analyze, documentation, reporting, test,recording
dan auditing atau verification.
Pada hakikatnya standar adalah persyaratan mutu minimun yang harus dipenuhi
suatu jenis produk atau jasa, jadi jika dikatakan bahwa suatu produk atau jasa
sub standar berarti mutunya dibawah standar persyaratan minimum dan jika
suatu produk atau jasa non standar berarti mutunya tidak sebagaimana
ditetapkan oleh standar atau kode yang telah dipercayai dan baku. Jika hal ini
dipaksakan untuk dipakai, maka biasanya akan timbul masalah.
Oleh karena itu, maka agar tidak menimbulkan masalah dikemudian hari dan
kedua belah pihak antara pembuat dan pembeli merasa tidak dirugikan,
ditempuhlah langkah untuk mempergunakan suatu patokan mutu yang mengacu
pada perjanjian nasional atau internasional yang disebut standar.
Satu hal yang sama dari semua kegiatan inspeksi yang dilaksanakan diberbagai
bidang tersebut adalah untuk mengendalikan dan memastikan bahwa mutu
produk atau jasa pekerjaan yang dihasilkan akan memuaskan pelanggan atau
pengguna.
Hal
Didasarkan rasa tanggung jawab yang amat besar dalam
melaksanakan profesinya, maka seorang inspektur dituntut bersikap tegas
didalam menentukan langkahnya dalam menerima atau menolak suatu kondisi
mutu. Oleh karena itu seorang inspektur dalam menghadapi masalah yang
dilematis tidak boleh bersikap ragu-ragu. Langkah yang paling tepat yang
harus dilakukan inspektur adalah penerimaan mutu bersyarat dengan
menerima kondisi mutu suatu produk atau jasa yang didasarkan pada
beberapa persyaratan yang sudah distandarkan. Welding inspection adalah
kegiatan yang mengkhususkan pada pengendalian dan pemastian mutu
sambungan las berdasarkan spesifikasi yang telah ditentukan.
Inspektur las berwenang untuk mereview WPS dan PQR dari suatu proyek
pekerjaan untuk meyakinkan bahwa WPS tersebut mewakili pekerjaan las dari
proyek bersangkutan atau tidak, dan apakah PQR yang dilampirkan benar-benar
mendukung WPS tadi. Untuk itu diperlukan keahlian dan pengalaman serta
referensi pendukung dibidang pengelasan yang memadai.
Jika ternyata PQR yang dilampirkan meragukan, maka pihak inspektur las
berwenang untuk meminta agar WPS tersebut dikualifikasi atau diuji ulang. Dan
jika setelah kualifikasi ternyata WPS tersebut tidak mewakili jenis pekerjaan las
yang diminta, maka inspektur las berwenang dan wajib menolak WPS
yang dikemukakan tersebut dan meminta penggantinya yang benar-benar
mewakili. Suatu pekerjaan yang melibatkan pengelasan tidak diijinkan apabila
tidak didukung oleh WPS yang benar.
Hal
Lingkup kerja welding inspektur didalam organisasi perusahaan dimana dia
bekerja, baik sebagai inspektur pihak pemilik pekerjaan atau sebagai inspeksi
pihak ke-3 yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan pemilik pekerjaan,
meliputi:
1. Mereview WPS dan PQR pendukungnya serta menyarankan penolakan,
penerimaan atau perubahan/penggantian WPS bersangkutan
sebagai hasil review tadi
2. Mengadakan pengujian ulang WPS yang meragukan dan disaksikan oleh
pejabat yang berwenang
3. Melaksanakan kualifikasi tukang las berdasarkan WPS dan
mengeluarkan sertifikat yang disahkan oleh pejabat yang berwenang atas
nama perorangan atau perusahaan tempat juru las tersebut bekerja
4. Melaksanakan inspeksi visual atas hasil las produksi
5. Melaksanakan NDT (radiography, ultrasonic, penetrant test, magnetic
particle) sesuai ketentuan yang diminta
6. Menghubungi laboratorium metal yang resmi untuk melaksanakan
destructive test (tension test, charpy impact test, chemical analysis,
micro structure analysis)
7. Menganalisa hasil temuan inspeksi pada kasus kerusakan peralatan
produksi, menyimpulkan penyebab dan akibatnya serta menyarankan
jalan keluar untuk penanggulangannya serta langkah pencegahan
selanjutnya
8. Memasukkan semua hasil inspeksi kedalam sistem manajemen
pemeliharaan (MMS) atau electronic file
9. Melaporkan semua hasil pelaksanaan inspeksinya dalam format yang telah
ditentukan kepada atasannya dan pihak-pihak yang berkepentingan
Kerusakan dan cacat las sangat berakibat fatal bagi suatu konstruksi. Jika hal ini
dibiarkan maka akan menimbulkan kerusakan dan kecelakaan yang
mengakibatkan terjadinya korban jiwa. Beberapa kerusakan dan cacat las
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
Cuaca lingkungan pengelasan
Kesalahan teknik pengelasan (tukang las)
Kondisi pengelasan (posisi pengelasan yang sulit)
Serangan karat (korosi)
Stress atau regangan (thermal, displacement, residual)
Hal
Kesalahan hal-hal lain
Gambar 2.1. Worm hole pada akar las pipa baja karbon
Akibat kondisi lingkungan yang lembab
Hal
5. Penyelesaian antar penggantian elektroda yang tidak baik menyebabkan
stop start, Overlap, dan fault of electrode
change
Hal
6. Posisi elektroda tidak tepat dapat menyebabkan incomplete fusion yang
berkepanjangan (untuk jenis las submerged arc otomatis)
7. Pembersihan kampuh las yang kurang memadai dapat menyebabkan
porosity atau piping/worm hole, dengan demikian juga dengan
penggunaan elektroda low hydrogen yang lembab
8. Kecepatan las yang terlalu cepat dan arus yang terlalu tinggi pada saat
pengelasan capping dapat menyebabkan jalur las cekung (surface
concavity)
9. Penggunaan elektroda tungsten yang terlalu lama atau penyetelan yang
terlalu panjang atau menonjol pada pengelasan TIG dapat menyebabkan
heavy metal atau tungsten inclusion
10. Kecepatan pengelasan yang terlalu rendah dan posisi elektroda
yang terlalu dekat dengan bahan induk termasuk arus yang terlalu rendah
saat capping dapat menyebabkan capping yang terlalu tinggi atau
menonjol (excessive reinforcement)
11. Pengambilan busur nyala diluar kampuh dapat menyebabkan singgung
nyala (arc strike) yang berbahaya
12. Track welding yang dibuat tanpa mengindahkan WPS dilaksanakan
oleh pembantu juru las yang tidak berkualifikasi dapat menyebabkan
retak akibat regangan sisa atau thermal
Hal
Gambar 2.4. Retak akibat fusi tidak sempurna pada akar las
2.3. Kondisi
Pengelasan
Kondisi pengelasan, seperti kesulitan tukang las dalam melaksanakan tugas
karena sempitnya ruang gerak atau posisi pengelasan yang sulit dapat
menyebabkan cacat-cacat las seperti incomplete penetration atau incomplete
fusion, slag inclusion dan porosity.
Kondisi kaya hidrogen dan lain-lain, seperti lingkungan pengelasan yang basah
atau lembab, berangin, kotor oleh minyak, cat atau galvanis, dapat
menyebabkan cacat-cacat seperti porosity, pin hole atau underbead crack.
Cacat laminasi pada logam dasar menyebabkan retak laminar seperti kondisi
kaya air laut atau air asin pada konstruksi di daerah pantai atau laut dapat
menyebabkan cacat seperti porosity dan pin hole.
Hal
2.4. Serangan Karat
(korosi)
Serangan karat dapat menyebabkan berbagai cacat pada jalur las, seperti karat
dua jenis metal berbeda (be-metallic corrosion), kegetasan alkali (caustic
embrittlement), retak karat regangan (stress corrosion cracking), keausan dan
karat (corrosion erosion), pelarutan selektif (leaching) untuk jenis metal non
ferrous.
2.5.
Stress/Regangan
Stress atau regangan dapat merusakkan sambungan las berupa keretakan.
Regangan dapat disebabkan oleh rambatan panas, deformasi dingin (cold
bending/forming) atau sisa regangan dari pekerjaan las (residual stress).
Keretakan dapat langsung disebabkan oleh regangan tersebut atau kombinasi
antara regangan dengan proses korosi.
Hal
Gambar 2.8. Beberapa konstruksi baja struktur yang retak
Hal
pada sambungan lasnya
Hal
Gambar 2.11. Retak karat regangan
Hal
Cacat-cacat dalam proses manufaktur juga dapat menyebabkan retak karat
regangan yang patut diwaspadai walaupun bukan karena pengelasan, seperti
sobek, takik dan lain sebagainya.
Surface undercut
Hal
Lubang jarum (pin hole)
Root undercut
Excessive penetration
Hal
Incomplete penetration
Root porosity
Root concavity
Root crack
Internal porosity
Hal
Slag inclusion
Hal
Slag lines
Worm hole/piping
Incomplete fusion
Internal crack
Cold lap
Underbead crack
Hollow bead
Hal
Hal
Slag pada garis perpaduan antar bahan las Bersihkah slag
dan bahan Hindari ber
induk tidak terbersihkan mangan, silika da
Berlebihannya jumlah nitrogen, oksigen, mangan,
silika dan aluminium
Hal
boundary). Ditempat ini biasanya terbentuk senyawa yang titik cairnya
rendah seperti FeS, besi fosfor dan lain-lainnya.
4.2. Retak
Dingin
Retak dingin terjadi didaerah las pada suhu dibawah suhu transformasi martensit
yaitu disekitar 300°C terjadi tidak hanya didaerah terimbas panas, tetapi juga
pada logam las. Retak terjadi pada beberapa menit hingga sekitar 48 jam setelah
pengelasan selesai, oleh sebab itu juga disebut retak lambat dan bentuk
retaknya memanjang atau melintang jalur las.
Hal
Gas hidrogen juga menimbulkan lubang-lubang kecil (porosity). Gas
hidrogen ini berasal dari uap air atau kelembaban sekitar serta bisa juga
elektroda yang lembab.
4.3. Proses
Penggetasan
Penggetasan (embrittlement) adalah perubahan sifat dari ulet dan tangguh
menjadi getas atau rapuh sehingga mudah retak. Faktor yang menyebabkan
penggetasan adalah:
Pembentukan martensit didaerah terimbas panas (HAZ)
Pertumbuhan kristal menjadi besar/kasar seperti ferit kasar atau bainit
atas. Struktur kasar ikatan atomnya melemah, khususnya pada batas
butir. Hal ini terjadi pada zona fusi (fusion zone)
Demikian pula apabila unsur niobium melebihi 0,30%, terjadi hal yang sama,
pada retakan panas terjadi segregasi dari phosphorus, sulphur, silikon dan
niobium, yakni pada tipe stainless steel 304, 316, 321 dan lain-lainnya.
Hal
Retak bawah jalur las adalah jenis retak dingin di heat affected zone. Retak
hidrogen dapat pula terjadi pada weld metal namun jarang terjadi. Under bead
crack terjadi pada suhu kira-kira 200°F (93°C) yang disebabkan oleh:
Hal
Pengkerutan lasan pada heat affected zone
Transformasi dari austenit ke martensit
Kehadiran atom hidrogen dalam bahan
Besi pada suhu tinggi memiliki tingkat pelarutan yang sangat tinggi terhadap H 2.
Tingkat kelarutan ini menurun apabila suhu kembali mendingin. Atom-atom
hidrogen yang tidak dapat keluar sewaktu metal mendingin berubah menjadi gas
H2 yang pada tekanan aerostatis didislokasi dan mirkovoid dalam HAZ dapat
menimbulkan keretakan.
Retak bawah jalur (under bead crack) dapat dicegah dengancara sebagai
berikut:
1. Mengurangi kandungan hidrogen dengan menggunakan elektroda low
hydrogen.
2. Mengurangi kemungkinan kehadiran martensit dengan mengurangi
kandungan karbon, penggunaan preheating, mengurangi heat input,
menghindari laju pendinginan (cooling rate) yang terlalu cepat.
4.7. Perlakuan
Termal
Perlakuan termal pada proses pengelasan di peruntukkan dalam mendapatkan
sifat-sifat baja sesuai dengan yang di inginkan guna menghindari terjadinya
cacat pada hasil pengelasan. Adapun proses perlakuan termal pada pengelasan
sebagai berikut:
Hal
1. Anealing
Anealing adalah proses memanaskan baja hingga suhu diatas
tranformasi
>723°C sehingga seluruhnya menjadi austenit kemudian didinginkan
perlahan- lahan. Kegunaan dari proses anealing ini adalah untuk melunakkan
baja.
2. Normalizing
Normalisasi adalah memanaskan baja hingga >723°C dan seluruhnya
menjadi austenit kemudian didinginkan di udara biasa sampai suhu kamar.
Adapun kegunaan proses normalizing ini adalah untuk menghasilkan struktur
normal yaitu ferit dan perlit.
3. Quenching
Quenching adalah proses memanaskan baja sehingga seluruhnya menjadi
austenit, kemudian mendinginkannya secara perlahan-lahan secara cepat
sekali untuk menghasilkan martensit yang keras dan getas. Kegunaan proses
quenching ini adalah untuk mengeraskan baja.
4. Tempering
Tempering adalah proses pemanasan kembali baja yang telah dikeraskan
dengan mencelupkan ke air atau baja di normalisasikan. Suhu pemanasan
relatif rendah yakni dibawah suhu transfromasi eutektoid. Kegunaan proses
tempering ini adalah untuk mengurangi kekerasan baja sehingga
ketangguhan dan keuletannya naik.
5. Stress reliefing
Stress reliefing adalah proses memanaskan baja hingga mendekati suhu
transformasi, kemudian ditahan beberapa lama pada suhu pemanasan
tersebut biasanya 1 jam per inchi tebal bahan baja dan selanjutnya
didinginkan secara berlahan-lahan. Kegunaan proses stress reliefing adalah
untuk menghilangkan regangan sisa dan regangan termal.
6. Rekristalisasi
Rekristalisasi ini terjadi pada waktu pengelasan atau perlakuan panas akibat
suhu tinggi yang akibatnya menimbulkan proses rekristalisasi atau
pembentukan kristal baru. Setelah proses rekristalisasi ini selesai maka
selanjutnya diikuti proses pertumbuhan butiran baru. Suhunya berkisar
antara
0,4 – 0,6 Tm (titik cair logam).
Hal
Gambar 2.16. Beberapa titik singgung nyala
Percikan api singgung nyala memberikan masukan panas yang sangat sedikit
pada bahan logam pada titik singgung yang segera didinginkan oleh material
sekelilingnya. Akibatnya terjadilah proses quenching dititik tersebut dan terjadilah
martensit yang sangat peka terhadap keretakan.
Kebiasaan buruk tukang las yang mencari api atau memulai pengelasan dengan
menyentuhkan elektroda diluar kampuh untuk mendapatkan nyala api. Kemudian
jika telah diperoleh nyala digeser kedalam kampuh untuk memulai mengelas
menghasilkan singgung nyala, akibatnya terjadilah beberapa titik singgung nyala
yang berbahaya.
Gambar 2.18. Retak (hot short) akibat intrusi tembaga kedalam material
Hal
Penyebab terjadinya copper burnt karena dua hal,
yaitu:
Disebabkan oleh kandungan tembaga dalam paduan tembaga yang dilas,
misalnya Monel (70 Ni-30 Cu) yang dilaskan pada stainless steel tipe
308.
Hasil ulah tukang las yang secara ceroboh menempelkan kabel las pada
bahan sebagai arde (ground).
4.10. Pemilihan
Material
Tujuan dari pengelasan adalah untuk proses penyambungan antara dua bagian
logam atau lebih dengan menggunakan energi panas. Karena proses ini, maka
logam sekitar lasan akan mengalami siklus termal cepat yang menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan metalurgi, deformasi dan tegangan-tegangan
termal.
Dengan memperhatikan hasil lasan yang mempunyai sifat tangguh, ulet serta
cacat las dan retak yang sedikit, maka dalam pemilihan material sebagai bahan
dasar terutama untuk konstruksi yang bertekanan dan temperatur diatas 15°C
dapat mengacu pada tabel seperti dibawah ini.
Tabel 2.5. Tabel pemilihan material untuk konstruksi tekanan dengan temperatur
diatas
15°C ke atas
Tebal maksimum Temperatur ma
Spesifikasi pelat
mm inchi °C
SA-285 C 25 1 400
SA-515, Gr.55 & Gr.60 100 4 540
SA-515, Gr.65 & Gr.70 50 2 450
SA-516 semua grade 100 4 450
SA-204, Gr.A & Gr.B 100 4 480
SA-302, Gr.A & Gr.B 100 4 480
Material untuk baja struktur penopang bejana bertekanan
SA-283, Gr.C 16 5/8 343
Hal
SA-285, Gr.C - - 399
SA-36 (diroll saja)
Hal
DAFTAR PUSTAKA
AWS B1.11:2000, Guide for the Visual Inspection of Welds. American Welding
Society: Miami, Florida
Hal