Anda di halaman 1dari 25

ELEKTRONIKA DAYA

“THRYSTOR, SCR, DIAC, TRIAC”

Nama : I Gede Ngurah Arya Raditya

NIM : 1705542025

Jurusan : Teknik Elektro

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat,
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini, meskipun masih
banyak kekurangan.
Makalah ini kami buat untuk menambah wawasan sekaligus tugas, bagi
pembaca pada umumnya. Kami mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang
membantu kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terima kasih pada dosen pengampu mata kuliah “Elektronika Daya”
, Ir. Cokorde Gede Indra Partha, M.Erg., MT yang telah memberikan bimbingan
dan saran dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu kami meminta maaf atas ketidaksempurnaan makalah ini
dan juga memohon kritik dan saran untuk agar bisa lebih baik lagi dalam membuat
makalah ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang kami susun ini bisa
memberikan manfaat untuk diri sendiri, teman-teman, serta orang lain.

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................I
KATA PENGANTAR..........................................................................................I
DAFTAR ISI........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang Masalah...............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3. Maksud dan Tujuan......................................................................................1
1.4. Manfaat................................................................................................ ……2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Thystor.......................................................................................3
2.2. SCR .............................................................................................................5
2.3. TRIAC .......................................................................................................14
2.4. DIAC .........................................................................................................16
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan................................................................................................ 21
3.2. Saran.....................................................................................................…..21
DAFTARPUSTAKA........................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Thystor merupakan komponen semi konduktor dengan sedikitnya tiga
sambungan PN.Operasi thystor sama dengan operasi dari saklar. Seperti saklar,
thystor mempunyaidua keadaan yaitu keadaan ON (menghantarkan) dan OFF (tidak
menghantarkan).Secara umum, thystor dibagi menjadi tiga, yaitu SCR, DIAC, dan
TRIAC
SCR yang merupakan alat semikonduktor empat lapis, terdiri dari dua
transistor dan menggunakan tiga kaki,anoda, katoda, dan gerbang (gate). Transistor
dipakai secara luas sebagai sakelar pada rangkaian digital dan dalam hal lain-
lain seperti pengendalian daya yang agak besar. Namun, kelemahan utamanya
adalah bahwa transistor memerlukan arus basis kontinu dan tinggi dalam kedaan
ON. Lain halnya dengan piranti semikonduktor berlapis banyak yang disebut
thystor yang mempunyai kemampuan pengendalian daya besar dengan energi
kendali minimum.
Oleh karena itu, piranti ini biasa dipakai pada penerapan canggih seperti
penyearahan pengendalian laju motor listrik dengan tingkat daya dari beberapa
miliWatt hingga ratusan kiloWatt

1.2 Rumusan masalah


Beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1. Apa pengertian thystor?
2. Apa saja aplikasi thyristor Secara umum?
3. Apa pengertian TRIAC ?
4. Apa pengertian DIAC ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Agar pembaca mengetahui thyristor
2. Agar pembaca mengetahui aplikasi thyristor secara umum

1
3. Agar pembaca mengetahui DIAC dan TRIAC

1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan berguna bagi pembaca agar mengerti dan
mengetahui Thyristor, DIAC dan TRIAC lebih jelas.

2
BAB 2
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian Thystor
Thystor adalah komponen elektronika berbahan semikonduktor yang
memiliki fungsi utama sebagai saklar. Ada beberapa jenis komponen yang masuk
ke dalam kategori thystor, yakni SCR, DIAC, dan juga TRIAC. Selain itu ada pula
UJT (Uni-Junction Transistor), PUT (Programmable Uni-junction Transistor), serta
GTO (Gate Turn Off switch).
Pada umumnya sebuah thystor terdiri dari empat lapis dengan tiga buah
terminal. Empat lapisan tersebut terdiri dari lapisan semikondurtor tipe P dan
lapisan semikonduktor tipe N. Sedangkan tiga terminalnya berupa terminal anoda
(A), terminal katoda (K), dan terminal gate (G). Berikut skema dasar dari thystor.

2.1.1 Fungsi Thystor


Seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya bahwa fungsi utama dari
thystor adalah sebagai saklar. Namun saklar yang ada pada thystor ini sedikit lebih
istimewa dibanding dengan saklar biasa karena besaran outputnya dapat dikontrol.
Selain itu thystor juga mampu dilewati tegangan yang lebih besar dibanding dengan
saklar biasa.
Karena mampu dilewati tegangan dengan nilai yang besar, thystor banyak
digunakan pada rangkaian listrik bertegangan besar hingga lebih dari 1 kV, dan

3
besaran arus di atas 100 A. Kelebihan menggunkana thystor dibanding dengan
saklar biasa ialah dapat meminimalisir kerugian daya internal dan juga kecepatan
switching.
Tak hanya itu saja, thystor juga banyak digunakan pada perangkat inverter untuk
merubah tegangan searah (DC) menjadi tegangan bolak-balik (AC), atau sebaliknya
(konverter) dengan nilai frekwensi yang berbeda. Tak heran jika komponen
elektronika yang satu ini dibutuhkan oleh banyak orang.
2.1.2 Lambang Thystor

2.1.3 Macam Macam Thystor


1. Phase control thystor (SCR)
2. Fast switching thystor(SCR)
3. Bidirectional triode thystor (TRIAC)
4. Gate turn off thystor (GTO)
5. Static induction thystor (SITH)
6. Reverse conducting thystor (RCT)
7. Light activated silicon controlled rectifier (LASCR)
8. MOS controlled thystor (MCT)

4
9. FET controlled thystor(FET-CTH)

2.2 SCR
SCR singkatan dari Silicon Control Rectifier. SCR adalah diode yang
mempunyai fungsi sebagai pengendali. SCR merupakan thyristor yang paling
sering digunakan. SCR dapat melakukan penyaklaran untuk arus yang besar.
Disamping itu, pemicuan gerbang lebih mudah dibandingkan dengan pemicuan
breakover. Karena itu banyak digunakan untuk mengatur motor, pemanas, AC, dan
pemanas induksi. Adapun bagian-bagiannya adalah sebagai berikut, komponen
dengan tiga pemicu yaitu Anoda(A),Katoda(K) dan Gate(G).

Gambar 2.1 SCR

Diagram dan skema SCR:

Gambar 2.2 Diagram dan Skema SCR


a) Susunannya. (b) Susunan ekivalen. (c) Rangkaian ekivalen. (d) Lambang rangkaian
Kegunaan SCR:
Sebagai rangkaian Saklar (switch control)
Sebagai rangkaian pengendali (remote control)
Ada tiga kelompok besar untuk semikonduktor ini yang sama-sama dapat

5
berfungsi sebagai Saklar (Switching) pada tegangan 120 volt sampai 240 volt.
Ketiga kelompok tersebut adalah SCR ini sendiri, DIAC dan TRIAC.

2.2.1 Cara Kerja SCR


Adapun cara kerja dari SCR kita bisa terangkan ini dengan sebuah
rangkaian elektronik persegi sebagai berikut :

Gambar 2.3 Cara Kerja SCR

Saat kita menghubungkan SCR ke sumber tegangan, plus(+) dan minus(-)


ke K dan jangan menyuplai tegangan ke gate(G), kedua transisitor dalam keadaaan
cutoff. Menyuplai pulsa (bahkan untuk waktu yang sangat pendek) ke gate
menyebabkan transistor Q2 terhubung. Penghubungan ini menciptakan aliran arus
yang pokok untuk transisitor Q1. Arus ini terhubung dan menyebabkan aliran yang
rata ke base Q2. Aliran ini menjaga transistor Q2 dalam keadaan terhubung, yang
mana menjaga transistor Q1 dalam keadaan terhubung walaupun pulsa dalam gate
dalam keadaan berhenti. Tipe dari penekanan tombol ini disebut penekanan
regeneratif termasuk umpan balik positif.
Karakter SCR terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.4 Karakteristik SCR


Dalam tegangan belakang SCR seperti diode.Ini tidak akan terhubung
sampai alat ini breaks-over. Komponen SCR dirancang untuk brek-over tegangan
yang tinggi(dalam hal ini untuk menghindari situasi ini). Vx lebih besar dari 400

6
V. Di tegangan depan SCR bisa breaks-over dalam satu dari tiga kasus berikut:
1. Tegangan di dalam ini lebih besar dari VH (Holding Voltage) dan arus pulsa
yang tetap diterima di gate.
2. Ketika tegangan diantara anoda dan katoda kenaikan setinggi break-over
depan VB (Break-over Voltage). Dalam keadaan ini, hambatan aliran tetap
berhembus dalam transistor Q1, yang menyebabkan hubungan Q2 dan
dengan demikian meningkatkan hubungan untuk Q1 sampai kedua
transistor terhubung. Hal ini biasanya bukan hubungan yang diinginkan,
dengan demikian SCR diprogram untuk VB yang sangat tinggi (lebih dari
400 V).
3. Perubahan yang sangat cepat dari tegangan dari VAK (tegangan diantara
anoda dan katoda), walaupun jika VAK lebih kecil dari VB. Untuk
menghindari situasi ini kapasitor kadangkala ditambahkan dalam pararel ke
SCR yang dijelaskan pada contoh berikut:

Gambar 2.5 Rangkaian SCR

2.2.2 Jenis-Jenis SCR


Dalam prakteknya, dikenal berbagai piranti pnpn yang serupa dengan SCR.
Berikut ini adalah penjelasan dari berbagai jenis SCR tersebut.
1. LASCR ( light-activated SCR)
LASCR atau SCR aktivasi-cahaya ditunjukkan pada gambar 2.6 di bawah
ini. Tanda-tanda panah menunjukkan cahaya datang yang akan menembus jendela
piranti dan mengenai lapisan-lapisan pengosongan transistor. Bila cahaya itu cukup
kuat, elektron-elektron valensi akan dilepaskan dari orbit- orbitnya menjadi

7
elektron-elektron bebas. Ketika elktron-elektron ini mengalir keluar dari kolektor
dan memasuki basis transistor, maka proses regenerasi akan berlangsung sampai
LASCR menjadi tertutup atau menyambung.
Setelah LASCR ditutup oleh suatu picu cahaya, keadaan ini akan bertahan
terus walaupun tidak mendapat masukan cahaya selanjutnya. Untuk memberi
sensitivitas maksimum terhadap cahaya, gerbang SCR dibiarkan terbuka seperti
ditunjukkan oleh Gambar 2.6. Jika dikehendaki tingkat alih (tingkat acuan) yang
dapat diubah-ubah, maka rangkaian pengatur dapat ditambahkan seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.6. Hambatan gerbang akan mengalihkan sebagian dari
elektron elektron yang dihasilkan oleh cahaya masuk dan dengan demikian
mengubah kepekaan rangkaian terhadap cahaya yang masuk.

Gambar 2.6 Rangakaian LASCAR (a) Sensitivitas maksimum (b) Titik alih yang variable

2. GCS ( gate-controlled switch)


Seperti yang telah diketahui, pemutusan arus rendah merupakan cara yang
normal untuk membuka saklar SCR. Namun saklar kendali gerbang (GCS) adalah
saklar yang dirancang untuk dibuka secara mudah dengan picu prategangan balik.
Untuk GCS penutupan dilakukan dengan picu positif dan pembukaan dilakukan
dengan picu negatif (atau dengan pemutusan arus rendah). Rangkaian GCS
diberikan pada Gambar 2.7. Setiap picu positif akan menutup saklar tersebut dan
setiap picu negatif akan membukanya. Sebagai akibatnya akan diperoleh keluaran
gelombang persegi seperti terlihat dalam gambar. Piranti GCS digunakan dalam

8
rangkaian-rangkaian pencacah, rangkaian-rangkaian digital , dan penerapan-
penerapan lain yang menyediakan picu negatif untuk penghentian operasi.

Gambar 2.7 Rangkaian GCS

3. SCS ( silikon-controlled switch)


Daerah-daerah pengandung tak-murnian dari suatu saklar kendali silikon
(SCS) diperlihatkan pada Gambar 2.8. Masing-masing daerah tersebut
dihubungkan dengan penyalur luar. Bayangkan bahwa piranti ini terdiri dari dua
bagian yang terpisah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8. Dengan demikian
sistem ini ekuivalen dengan saklar penahan yang menyediakan saluran kepada
kedua basisnya. Suatu picu prategangan maju yang diberikan kepada salah satu
basis tersebut akan menutup SCS. Begitu pula suatu picu prategangan balik pada
salah satu basisinya akan membuka piranti saklar ini.
Lambang rangkaian SCS diperlihatkan pada Gambar 2.8.Gerbang di bawah
disebut gerbang katode. Gerbang di atas disebut gerbang anode. Dibandingkan
dengan SCR, SCS terhitung sebagai piranti daya rendah. Arus yang dihadapi
berukuran mili ampere dan bukan berukuran ampere seperti dijumpai dalam operasi
SCR.

9
(a) (b) (c)

.
(d)
Gambar 2.8 SCS
(a) Susunannya. (b) susunan ekuivalen. (c) Rangkaian ekuivalen. (d) Lambang rangkaian.

4. Crowbar SCR
Salah satu aplikasi penting dari SCR adalah melindungi beban seperti IC
digital terhadap kelebihan tegangan yang berasal dari catu daya, dimana kelebihan
tegangan ini dapat menyebabkan kerusakan pada piranti tersebut.
Gambar 2.9 menunjukan catu daya VCC yang digunakan pada beban yang
diproteksi. Dibawah kondisi normal, VCC lebih kecil dari tegangan breakdown
diode zener. Dalam kasus ini tidak ada tegangan, tidak ada tegangan pada R, dan
SCR akan tetap terbuka. Beban akan menerima tegangan VCC dan semuannya baik.

10
Gambar 2.9 Crowbar SCR

Apabila catu daya naik sehingga VCC terlalu besar, diode zener akan
breakdown dan tegangan akan terlihat pada hambatan R. Apabila tegangan ini lebih
besar daripada tegangan pemicu SCR, SCR akan tersulut dan menjadi grendel yang
tertutup. Tindakan ini mirip dengan melempar sebuah crowbar melalui terminal
beban. Karena SCR akan hidup sangat cepat (1ms untuk 2N4441), beban akan
secara cepat dilindungi dari efek yang merusakkan karena kelebihan tegangan.
Kelebihan tegangan yang menyulut SCR adalah

𝑉𝐶𝐶 = 𝑉𝑍 + 𝑉𝐺𝑇

Crowbar, melalui bentuk proteksi yang drastis, merupakan hal yang perlu
untuk banyak IC digital yang tidak dapat menahan kelebihan tegangan yang cukup
besar. Daripada merusakkan IC yang mahal, kita dapat menggunakan SCR crowbar
untuk mempersingkat terminal beban pada saat pertama kali ada tanda kelebihan
tegangan. Dengan SCR crowbar, sebuah sekering atau pembatas arus dibutuhkan
untuk mencegah kerusakan pada catu daya.
Crowbar pada Gambar 2.9 merupakan sebuah prototipe, sebuah rangkaian
dasar yang dapat dimodifikasi dan dikembangkan. Prototipe ini tepat bagi banyak
aplikasi . Akan tetapi tidak memiliki soft turn-on karena sudut pada zener berbentuk
melengkung dan tidak bersudut tajam. Ketika kita melakukan perhitungan toleransi
tegangan zener , soft turn-on tersebut dapat mengakibatkan tegangan daya menjadi
sangat berbahaya sebelum SCR terbakar.
Salah satu cara untuk mengatasi soft turn-on adalah dengan menambahkan
sedikit perolehan tegangan seperti Gambar 2.10. Umumnya, transistor dalam

11
keadaan mati. Namun ketika tegangan keluaran meningkat, transistor akhirnya
menyala dan menghasilkan tegangan tegangan tinggi diluar R4 karena transistor
𝑅4
menyediakan perolehan tegangan swamped kira-kira sedikit kelebihan
𝑅3

tegangan dapat menggerakan SCR.

Gambar 2.10 Penambahan Perolehan Transistor ke Crowbar


Dioda yang digunakan akan mengkompensasikan temperature dioda emitter
dasar transistor. Penyesuaian pelatuk ini menyebabkan kita mengatur trip point dari
rangkaian tersebut, yang secara tipikal berada 10 sampai 15 persen di atas tegangan
normal.
Crowbar dapat ditambah dengan amplifier IC seperti Gambar 4.2.11. Kotak
segitiga merupakan sebuah IC penguat yang disebut dengan pembanding
(comparator ). Penguat ini memiliki masukan nonpembalik(+) dan inverting (-).
Saat masukan nonpembalik lebih besar dari masukan pembalik , maka keluaran
akan positif. Ketika masukan pembalik lebih besar daripada masukan nonpembalik,
maka keluarannya akan menjadi negatif.
Penguat memiliki perolehan tegangan yang cukup besar, biasanya
100.000 kali atau lebih. Karena perolehan tegangan yang besar ini, rangkaian dapat
mendeteksi kelebihan tegangan yang paling kecil. Dioda zener menghasilkan
tegangan 10 V, yang diberikan ke masukan minus dari penguat.
Ketika tegangan catu 20 V (keluaran normal), penala pemicu diset untuk
menghasilkan tegangan sedikit lebih kecil daripada 10 V pada masukan positif.
Karena masukan negatif lebih besar daripada masukan positif, keluaran penguat
akan negative dan SCR terbuka.
Apabila tegangan catu di atas 20 V, masukan positif pada penguat menjadi

12
lebih besar daripada 10 V. Kemudian, keluaran penguat menjadi positif dan SCR
tersulut. Hal ini secara cepat akan memutus catu dengan crowbar terminal beban.

Gambar 2.11 Penambahan Amplifier IC ke Crowbar

2.2.3 Keuntungan dan Kerugian SCR

1. Keuntungan SCR :
1. Penekanan tombol yang sangat pendek berdasarkan penekanan tombol
yang regeneratif. Ini mengurangi penurunan tegangan di dalam ini dan
mengijinkan produksi komponen SCR, yang bisa menahan arus yang
sangat besar (100 ampere)
2. Sebuah transistor bisa juga menekan tombol arus dalam cara yang
sama. Keuntungan dari transistor adalah pematian ini dilakukan dengan
sederhana yaitu menghentikan arus di base.
2. Krugian SCR :
1. Keburukan dari SCR adalah pematian ini. Pematian dari SCR hany ada
satu cara yaitu mengurangi arus yang mengalir melalui ini disamping
arus yang utama.
2. Kerugiannya adalah waktu penekanan tombol lebih lama dan selama
penekanan tombol dalam keadaaan tegangan yang tinggi dibangun
dalam ini, dengan demikian ini tidak bisa digunakan untuk penekanan
tombol untuk arus yang besar.

13
2.3 TRIAC
TRIAC mempunyai kontruksi sama dengan DIAC, hanya saja pada TRIAC
terdapat terminal pengontrol (terminal gate). Sedangkan untuk terminal lainnya
dinamakan main terminal 1 dan main terminal 2 (disingkat mt1 dan mt2). Seperti
halnya pada DIAC, maka TRIAC pun dapat mengaliri arus bolak-balik, tidak
seperti SCR yang hanya mengalirkan arus searah (dari terminal anoda ke terminal
katoda).
Lambang TRIAC di dalam skema elektronika, memiliki tiga kaki, dua
diantaranya terminal MT1 (T1) dan MT2 (T2) dan lainnya terminal Gate (G)

Gambar 2.12 Lambang TRIAC

Gambar dibawah memperlihatkan struktur dalam pada TRIAC

Gambar 2.13 Struktur TRIAC

Triac setara dengan dua SCR yang dihubungkan paralel. Artinya TRIAC
dapat menjadi saklar keduanya secara langsung. TRIAC digolongkan menurut
kemampuan pengontakan. TRIAC tidak mempunyai kemampuan kuasa yang
sangat tinggi untuk jenis SCR.

2.3.1 Jenis-Jenis TRIAC


Ada dua jenis TRIAC
1. Low-Current

14
Low-Current TRIAC dapat mengontak hingga kuat arus 1 ampere dan
mempunyai maksimal tegangan sampai beberapa ratus volt.
2. Medium-Current.
Medium-Current TRIACS dapat mengontak sampai kuat arus 40 ampere
dan mempunyai maksimal tegangan hingga 1.000 volt
2.3.2 Cara Kerja TRIAC
Sebelum menghidupkan Triac, sebuah arus yang sangat kecil mengalir pada
beban dan semua sumber tegangan turun ke RC filter dobel. Tegangan ini dibagi
dan bergerak di fase VC. Ketika VG melewati penghidupan tegangan, triac hidup
dan terhubung sampai ke input tegangan setengah lingkaran dan berhenti. Ketika
input tegangan turun menjadi 0V, triac mati dan prosedur penghidupannya berulang
di tegangan yang terbalik.

Gambar 2.14 Rangkaian TRIAC

15
2.3.3 Karakteristik TRIAC
TRIAC tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang banyak
digunakan pada pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi
directional. TRIAC merupakan dua buah SCR yang dihubungkan secara paralel
Berbeda dengan SCR yang hanya melewatkan tegangan dengan polaritas positif
saja, tetapi TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta
dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate. TRIAC
banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan pensaklaran.
TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif
dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga
sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus
yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun arus
gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) TRIAC adalah
dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH.

2.4 DIAC
DIAC memiliki dua terminal (elektroda) saja. Simbol DIAC pada skema
lektronik:

Gambar 2.15 Simbol DIAC


DIAC ini dirancang (di posisi ke yang lain) untuk dihidupkan oleh tegangan
yang lebih besar dari VB –nya.Tegangan VB sangatlah kecil. Ada perbedaan diac
dengan VB tegangan berkisar antara +- 10 V sampai 15 V.

16
2.4.1 Karakteristik DIAC

Gambar 2.16 Karakteristik DIAC


Ketika tegangan dari diac bergerak dari tegangan VB,diac break-over dan
berperan sebagai diode penghubung. Peranan ini sama pada kedua arah.
Menambahkan diac pada gerbang triac meningkatkan substansi tegangan
penghidupan dari triac dan dengan demikian didapatkan tenaga yang lebih dalam
pengontrolan dalam tegangan tinggi.
Dimer yang digunakan sebagai berikut :

Gambar 2.17 Rangkaian DIAC


DIAC merupakan komponen yang paling sederhana dari keluarga thyristor,
semi konduktor yang terdiri dari tiga lapisan seperti pada transistor pnp. Hubungan
hanya dilakukan dengan tiga lapisan luarnya saja, sehingga dengan demikian diac
hanya mempunyai dua macam terminal, komponen ini dapat bekerja pada tegangan
AC maupun DC, dan dapat konduksi dari dua arah, seperti thyristor lainnya diac
mempunyai sifat seperti tabung tiratron.
DIAC banyak di gunakan dalam rangkaian rangkaian pengendali,
penyaklaran, dan pemicu. Diac digunakan tersndiri atau digabungkan dengan triac,

17
transistor atau SCR.
Rangkaian ekuivalen dari diac adalah dua buah diode empat lapis yang
dipasang secara paralel seperti terlihat pada dibawah. Dilihat secara ideal ini sama
dengan sistem saklar penahan dalam Gambar (b). Diac tidak akan menghantar
sampai tegangan yang melaluinya melebihi tegangan breakover dalam salah satu
arahnya. Lambang dari Diac terlihat pada Gambar (d).

Gambar 2.18 Diac

(a) Rangkaian ekuivalen. (b) Sistem saklar-penahan ekuivalen. (c) Saklar penahan kiri
tertutup. (d) Lambang rangkaian.
Sebagai contoh apabila tegangan v mempunyai polaritas seperti pada
Gambar (a), maka dioda yang berada di sebelah kiri akan menghantar bila harga v
mulai melampaui tegangan breakover Diac. Dalam hal ini saklar penahan kiri
tertutup seperti yang terlihat pada Gambar (c) saat v memiliki polaritas yang
berlawanan dengan yang ditunjukkan dalam Gambar (a), maka saklar-penahan
kanan yang akan menutup bila v mulai melampaui tegangan breakover.
Saat penghantaran arus pada Diac sudah mulai berlangsung, satu- satunya
cara untuk membukanya kembali adalah dengan cara pemutusan arus rendah. Ini
berarti mengurangi arus sampai di bawah batas arus-penahan dari piranti yang
bersangkutan.
Pada komponen diac, konsentrasi pengotorannya tidak seperti pada
pengotoran transistor tetapi mempunyai jumlah yang sama pada kedua
pertemuannya sehingga memungkinkan terjadinya operasi yang simetris. Jadi tidak
ada yang dapat disebut anoda atau katoda secara eklusif. Karena lapisan p dan n
dalam komponen tersebut disusun secara seri maka diac tidak akan konduksi dalam

18
arah maju tetapi selalu mempunyai perilaku seperti diioda bandangan yang diberi
pra tegangan terbalik. Hal ini terjadi tanpa memandang arah tegangan yang
diberikan.
Pada saat suatu tegangan diberikan ke komponen, suatu arus bocor yang
sangat kecil akan mengalir. Keadaan ini disebut keadaan “off”dari diac. Pada titik
ini terjadi jebolan bandangan dan tiba-tiba akan mengalir arus yang besar. Ini
merupakan keadaan “on” diac. Sekali diac dijadikan on dengan menggunakan
tegangan postif atau negatif, komponen ini akan terus menghantarkan arus sampai
tegangannya dihilangkan atau dikurangi menjadi nol.
Di sini, arus bocor yang kecil (IBO+ untuk tegangan positif atau IB0- untuk
tegangan negatif). Mengalir sampai tegangan yang diberikan mencpai tegangan
breakover. Pada saat tegangan breakover dicapai, arus akan meningkat dengan
tajam dari I+ atau I- . Efek resistansi negatif akan muncul seperti terlihat pada kurva
lengkung ke arah belakang. Akibatnya arus menaik jika teganganya sedikit
diturunkan.
Penggunaannya yang utama adalah untuk memberi denyut picu ke triac.
Tetapi tentu saja denyut pemicu dan sifat konduksi dua arahnya dapat digunakan
pada berbagai tujuan selain pengoperasian triac.
Salah satu penggunaan diac yang paling sederhana adalah sebagai
penyaklar otomatis. Sebuah diac akan memberikan resistansi yang sangat tinggi
baik dalam AC maupun DC sampai tegangan yang diberikan mencapai nilai VBO
kritis. Apabila nilai ini sudah tercapai atau dilampaui maka diac akan konduksi.
Dengan demikian komponen dua terminal yang sederhana ini dapat disakelarkan
dengan tegangan kendali yang menaik dan tetap terkonduksi sampai tegangan
tersebut diturunkan ke nol
Pada gambar 2.13 memperlihatkan sebuah rangkaian saklar peka amplituda
sederhana yang menggunakan sebuah diac 1N5411. tegangan puncak AC atau DC
sebesar 35 Volt akan menyebabkan diac terkonduksi dan akan mengalirkan arus
sebesar 14 mA melalui resistor keluaran R2. Diacnya sendiri dapat konduksi pada
tegangan dibawah 35 Volt. Dengan arus sebesar 14mA, tegangan keluaran yang
terdapat pada resistor 1000 Ω adalah 14 V. Apabila sumber tegangannya

19
mempunyai resistor dalam pada jalur keluarannya, maka resistor R2 dapat di
hilangkan.
Untuk mengoperasikan rangkaian ini, atur tegangan masuk agar naik secara
perlahan ahan mulai dari nol sambil memperhatikan nilai keluarannya. Sampai
sekitar 30 volt tegangan keluarannya akan sangat kecil. Pada sekitar 35 Volt, diac
secara tiba tiba akan jebol dan suatu tegangan akan muncul pada resistor R2 apabila
tegangan keluaran diac nol maka diac tersebut akan mati dan perlu dipicu lagi
dengan tegangan beramplituda sebesar 35 Volt.

Gambar 2.19 DIAC 1N5411

20
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Thyristor adalah komponen elektronika yang biasa digunakan untuk
pensaklaran dan pengendalian daya AC.
2. Thyristor dapat berubah dengan sangat cepat dari kondisi menghantar ke
kondisi tidak menghantar.
3. SCR merupakan diode pengendali
4. TRIAC dapat bekerja pada dua arah dan dapat di kendalikan
5. DIAC tidak mempunyai gate untuk pengendalian

3.2 Saran
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tujuan yang
diinginkan akan tercapai maka disarankan kepada mahasiswa khususnya jurusan
Teknik Elektro Universitas Udayana dapat memahami terlebih dahulu mengenai
komponen-komponen elektronika khususnya Thyristor, DIAC, TRIAC serta dapat
mengetahui fungsi dan cara kerja dari komponen eletronika tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

Rian. 2015. “Pengertian DIAC”. https://teknikelektronika.com/pengertian-diac-


dan-cara-kerjanya/
Dian.2014. “Pengertian Thyristor”. https://teknikelektronika.com/pengertian-
thyristor-jenis-thyristor/
Maulana. 2016. “Pengertian TRIAC”
http://maulana.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/05-DIAC-TRIAC-Elektronika-
Kontrol.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai