Referat - Oe
Referat - Oe
Oleh:
Seftia Varera Nanda
1618012065
Puji syukur kehadirat Allah SWT pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan
referat ini dengan judul “Otitis Eksterna, Fistula Preaurikula, dan Perikondritis”
dalam rangka menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit THT-KL di
RSUD dr. H. Abdul Moeloek.
Saya menyadari banyak kekurangan dalam penulisan referat ini, baik dari segi isi,
bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu, saya ingin meminta maaf atas
segala kekurangan tersebut, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
pengetahuan, wawasan, dan keterampilan saya. Selain itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat saya harapkan, guna untuk kesempurnaan referat ini dan
perbaikan untuk kita semua.
Semoga referat ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu
pengetahuan untuk kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini yaitu:
a. Memenuhi tugas dalam menjalani kepaniteraan klinik SMF ilmu
kesehatan telinga, hidung dan tenggorokan dan bedah kepala leher
(THT-KL) RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.
b. Menjelaskan tentang definisi, epidemiologi, etiologi, faktor
risiko,patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penegakkan
diagnosis, dan penatalaksanaan dari otitis eksterna.
c. Menjelaskan tentang definisi, epidemiologi, etiologi, faktor
risiko,patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penegakkan
diagnosis, dan penatalaksanaan dari Fistula preaurikular.
d. Menjelaskan tentang definisi, epidemiologi, etiologi, faktor
risiko,patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penegakkan
diagnosis, dan penatalaksanaan dari Perikondritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan dari
pada bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5 – 1
mm, terdiri dari lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan
subkutan merekat dengan perikondrium. Epidermis dari liang telinga
bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4 lapis yaitu sel basal,
skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.3,4
Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih tipis,
tebalnya kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat
dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan
luar dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani.1-4
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah otot
intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri dari m. aurikularis anterior, m.aurikularis
superior dan m.aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun
telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat
rudimenter, tetapi pada beberapa orang tertentu ada yang masih
mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun telinganya keatas dan
kebawah dengan menggerakan otot-otot ini. Otot intrinsik terdiri dari m.
helisis mayor, m. helisis minor, m. tragikus, m. antitragus, m obliqus
aurkularis, dan m.transpersus aurikularis. Otot-otot ini berhubungan
bagian-bagian daun telinga.1-4
Perdarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang
temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh
cabang aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang
dari arteri auricular posterior mendarahi permukaan posterior telinga.
Banyak dijumpai anastomosis diantara cabang-cabang dari arteri ini.
Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan permukaan
luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular dalam arteri
maksilaris interna vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian
dalam umumnya bermuara ke vena jugularis eksterna dan vena mastoid.
Akan tetapi, beberapa vena telinga mengalir kedalam vena temporalis
superficial dan vena aurikularis posterior.1-4
Sistem limfatik
Kelenjar limfa regio tragus dan bagian anterior dari auricula mengalir ke
kelenjar parotid, sementara bagian posterior auricular mengalir ke
kelenjar retro auricular. Regio lobulus mengalir kelenjar cervicalis
superior.3-5
Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-
saraf kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian
ketiga saraf trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral
permukaan telinga, dinding anterior dan superior liang telinga dan
segmen depan membrana timpani. Permukaan postero medial daun
telinga dan lobulus dipersarafi oleh pleksus servikal nervus aurikularis
mayor. Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), nervus
glossofaringeus (N.IX) dan nervus vagus (N.X) menyebar kedaerah
konka dan cabang-cabang saraf ini menyarafi dinding posterior dan
inferior liang telinga dan segmen posterior dan inferior membrana
timpani.1-5
2.2 Fisiologi
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplikasikan melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan daya tingkap lonjong. Energi getar
yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan
tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran ini
diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga
akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga neurotransmitter ke
dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius,
lalu dilanjutkan ke nucleus auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 39-
40) di lobus temporalis.2,4,5
Folikel rambut banyak terdapat pada 1/3 bagian luar liang telinga tetapi
pendek dan tersebar secara tidak teratur dan tidak begitu banyak pada 2/3
liang telinga bagian dalam. Kelenjar sebasea pada telinga berkembang baik
pada daerah konka, ukuran diameternya 0,5-2,2 mm. Kelenjar ini banyak
terdapat pada liang telinga luar bagian tulang rawan (pars kartilaginosa),
dimana kelenjar ini berhubungan dengan rambut.
2.4.2 Etiologi
Otitis eksterna sirkumskripta biasanya disebabkan oleh kuman
Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. Sedangkan pada
otitis eksterna difus biasanya disebabkan oleh kuman golongan
Pseudomonas. Kuman lainnya seperti Staphylococcus albus,
Escherichia colli, dan sebagainya juga dapat menjadi penyebab otitis
eksterna difus. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada
otitis media supuratif kronis.2
2.4.3 Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud
(pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan
tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar
gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan
anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan diatas dapat
menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika
mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada
liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan
jamur.1,7,8
Gejalanya adalah rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh
nyeri, secret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian
rasa nyeri tersebut semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan
granulasi yang cepat tumbuhnya. Saraf facial dapat terkena, sehingga
menimbulkan paresis atau paralisis fasial.1,2
2.4.5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada Anamnesis pasien mungkin
melaporkan gejala seperti otalgia, rasa penuh ditelinga, gatal, sekret,
awalnya debit mungkin tidak jelas dan tidak berbau tetapi dengan cepat
menjadi bernanah dan berbau busuk, penurunan pendengaran, tinnitus,
demam namun jarang, gejala bilateral namun jarang. Rasa sakit di dalam
telinga atau otalgia bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga
rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala
mengelirukan. 3,4
Pasien datang dengan keluhan rasa sakit pada telinga, terutama bila daun
telinga disentuh dan waktu mengunyah. Namun pada pasien dengan
otomikosis biasanya datang dengan keluhan rasa gatal yang hebat dan rasa
penuh pada liang telinga. Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari
yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam
telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta
berdenyut. Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada
tahap awal dari otitis eksterna difus dan sering mendahului terjadinya rasa
sakit dan nyeri tekan daun telinga. Kurang pendengaran mungkin terjadi
pada otitis eksterna disebabkan edema kulit liang telinga, sekret yang
serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna
yang lama sehingga sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan
timbulnya tuli konduktif.7
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada tragus, nyeri tarik
daun telinga, kelenjar getah bening regional dapat membesar dan nyeri.
Pada pemeriksaan liang telinga dapat terlihat furunkel atau bisul serta
liang telinga sempit pada otitis eksterna sirkumskripta, sedangkan pada
otitis eksterna difus liang telinga sempit, kulit liang telinga terlihat
hiperemis dan edema yang batasnya tidak jelas serta sekret yang sedikit.
Pada otomikosis dapat terlihat jamur seperti serabut kapas dengan warna
yang bervariasi (putih kekuningan). Pada herpes zoster otikus akan tampak
lesi kulit vesikuler di sekitar liang telinga. Pada pemeriksaan penala
kadang didapatkan tuli konduktif.8
Tabel 1. Diagnosis Otitis Eksterna
Gejala muncul 48 jam dalam 3 minggu terakhir dan
Gejala peradangan liang telinga: nyeri telinga, gatal, rasa penuh dengan atau tanpa
hilangnya pendengaran atau nyeri rahang dan
Tanda peradangan liang telinga: nyeri tekan tragus/pinna atau edema/hiperemis liang
telinga dengan atau tanpa otorea, membran timpani hiperemis, selulitis pada pinna,
atau limfadenitis local
Sumber: Schaefer P. Acute Otitis Externa:An Update. American Family Phsycian. Vol.86, No 11.
2012
2.4.7 Penatalaksanaan
Penanganan atau terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen
rasa sakit, pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal,
penggunaan obat topikal untuk mengontrol edema dan infeksi, dan
menghindari faktor pencetus. Penatalaksanaan komprehensif dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan hati –
hati.
2. Selama pengobatan sebaiknya pasien tidak berenang dan tidak
mengorek telinga.
3. Farmakologi:5
a. Topikal
Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrat diberikan
salep ikhtiol atau antibiotik dalam bentuk salep seperti
polymixin B atau basitrasin.
Pada otitis eksterna difus, pengobatannya ialah dengan
memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang
telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan
kulit yang meradang. Pilihan antibiotika yang dipakai adalah
campuran polimiksin B, neomisin, hidrokortison, dan anestesi
topikal.
c. Antibiotik oral
Antibiotik sistemik meningkatkan risiko efek samping, generasi organisme
yang resisten, dan kekambuhan. Antibiotik juga dapat meningkatkan waktu
penyembuhan secara klinis dan hasilnya tidak mempengaruhi hasil
dibandingkan dengan pemberian obat topical tanpa antibiotic pada otitis
eksterna tanpa komplikasi. Antibitotik sitemik sebaiknya digunakan hanya
ketika infeksi telah menyebar di luar saluran telinga atau ketika ada diabetes
yang tidak terkontrol, gangguan imun, riwayat radioterapi lokal, atau
ketidakmampuan untuk berespon terhadap antibiotik topical.8
d. Analgesia
Nyeri adalah gejala umum dari otitis eksterna akut, dan dapat dilemahkan.12
Analgesik oral adalah pengobatan pilihan utama. Lini pertama steroid
melingkupi obat non steroid anti inflamasi (NSAID). Ketika pengobatan
dalam dosis biasadigunakan dalam mengurangi nyeri, pengobatan sebaiknya
diberikan sesuai dengan jadwal daripadi berdasarkan kebutuhan. Kombinasi
pill opioid mungkin digunakan apabila gejala berat mulai timbul. Persiapan
otic benzocaine mungkin dapat menurunkan keefektifan dari otic antibiotic
tetes oleh karena pembatasan kontak antara tetesan dan salura telinga.
Kekurangan pada yang di publikasi didukung oleh kefektifan persiapan
topical benzocaine untuk otitis eksterna sebagai pembatasan peran
pengobatan tersebut.8
Otitis eksterna kronis
Pengobatan otitis eksterna kronis tergantung pada penyebab pokok penyakit
ini. Karena sebagian besar kasus disebabkan oleh alergi atau kondisi
dermatologi inflamasi, pengobatannya meliputi penghapusan yang
menggunakan alat dan penggunaan kortikosteroid topikal atau sistemik.
Otorrhea kronis atau intermiten lebih dari beberapa minggu hingga bulan,
terutama dengan membran timpani yang terbuka, menunjukkan adanya otitis
media supuratif kronis. Upaya pengobatan awal adalah sama dengan yang
untuk otitis media akut. Dengan kontrol dari gejala otitis eksterna, perhatian
bisa beralih ke pihak manajemen pengobatan otitis media supuratif kronis.8
2.4.8 Komplikasi
Salah satu komplikasi dari otitis eksterna adalah otitis eksterna maligna yang
sudah mengenai liang telinga luar dan struktur disekitarnya. Biasanya terjadi
pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Pada penderita diabetes,
pH serumen lebih tinggi dan terjadi penurunan fungsi sistem imun serta
adanya mikroangiopati yang menyebabkan infeksi sulit diatasi dan inflamasi
sulit membaik sehingga memudahkan penyebaran ke struktur di sekitarnya
seperti kondritis, osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang
temporal.
2.4.9 Prognosis
Pada umumnya prognosis otitis eksterna baik dan jarang menyebabkan
komplikasi, terutama pada pasien yang tidak memiliki gangguan sistem
imunitas maupun riwayat diabetes mellitus.
2.5 Fistula Preaurikula
2.5.1 Definisi
Fistula preaurikular merupakan kelainan herediter yang dominan.
Fistula dapat ditemukan di depan tragus. Berbentuk bulat atau lonjong,
dengan ukuran seujung pensil. Dari muara fistula sering keluar sekret
yang berasal dari kelenjar sebasea.1,2,9
2.5.2 Etiologi
Fistula preaurikular merupakan kelainan anomali telinga luar yang
penyebabnya tidak diketahui. Hipotesa yang paling bisa diterima adalah
autosomal dominan yang diturunkan atau bawaan. Fistula preaurikular
ini terbentuk akibat gangguan penyatuan dan penutupan arkus brakialis
pertama dan kedua dari hillocks of His. Pada usia janin 4 minggu arkus
brakialis tampak di permukaan janin. Setelah minggu ke enam hyoid
dan arkus mandibular menyatu dan melintas di bawah kedudukan
kanalis aurikularis eksterna, lalu kemudian menutup. Daerah penyatuan
terletak di leher pada region sub mandibular. Gangguan penutupan
celah tersebut menyebabkan fistula preaurikular kongenital, sehingga
pada umumnya muara fistula terletak pada crus helicis, sebagian yang
lain meluas dari pinggir bawah heliks ke sudut mulut. Fistula ini juga
bisa terbuka ke atas pada lantai meatus akustikus eksternus dan di
bagian pinggir depan bawah dari otot sternokleidomastoideus pada
daerah belakang sudut rahang bawah.1,2,9
Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang menyebabkan infeksi
ini adalah Staphylococcus epidermidis (31%), Staphylococcus aureus
(31%), Streptococcus viridians (15%), Peptococcus species (15%), dan
Proteus species (8%).9
2.5.3 Epidemiologi
Dalam sebuah studi, insidensi fistula preaurikular di Amerika Serikat
sekitar 0-0.9% dan insidensinya di kota New York sekitar 0.23%. Di
Taiwan, insidensinya sekitar1.6-2.5%; di Skotlandia sekitar 0.06% dan
di Hungaria sekitar 0.47%. Di beberapabagian Asia dan Afrika,
insidensinya sekitar 4-10%.Insidensi fistula preaurikular pada orang
kulit putih adalah 0.0-0.6% andinsidensinya pada ras Amerika, Afrika
dan Asia adalah 1-10%. Baik laki-laki maupunperempuan memiliki
kemungkinan yang sama untuk menderita kelainan ini.
Fistulapreaurikular muncul pada masa antenatal dan terlihat pada saat
lahir.1,9
2.5.4 Patofisiologi
Selama embriogenesis, daun teliga (aurikula) muncul dari arkus brakial
1dan 2 pada minggu keenam kehamilan. Arkus brakial adalah struktur
mesoderm yangdibungkus oleh ektoderm dan mengelilingi endoderm.
Arkus-arkus ini terpisah satudengan lainnya oleh celah brakial
ektoderm kearah luar dan oleh kantong faringealendoderm kearah
dalam. Arkus brakial 1 dan 2 brakial masing-masing membetuk
3tonjolan (hillocks); struktur ini disebuthillocks of His. Tiga hillocks
muncul dari tepibawah arkus brakial 1 dan 3 lagi dari batas atas arkus
brakial kedua.Hillocks iniseharusnya bergabung selama beberapa
minggu kemudian pada masa embriogenesis.Fistula preaurikular terjadi
sebagai akibat dari kegagalan penggabungan tonjolan-tonjolan ini.1,2,9
Gambar 6.Perubahan dalam perkembangan telinga pada masa
embriogenik
Pemeriksaan Fisik
Fistula preaurikular biasanya muncul sebagai sebuah celah kecil dekat tepi
anterior heliks bagian ascending. Jika fistula ini mengalami infeksi yang
aktif dapat ditemukan adanya tanda-tanda radang yang biasanya disertai
pengeluaran sekret, dan dapat meninggalkan gejala sisa berupa jaringan
parut (scarring). Pada pemeriksaan fisik dapat pula ditemukan fistula
branchiogenik dan atau penurunan pendengaran.Choi et al, pada tahun
2007, mencatat bahwa apa yang dikenal sebagai fistula preaurikular dapat
terjadi di area postaurikula. Fistula terjadi pada area postaurikula
memperlihatkan angka kekambuhan yang rendah setelah operasi (0%)
daripada area preaurikular (2.2%).2,9
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah kultur pus yang
berasal dari fistula. Pemeriksaan kultur ini digunakan mengetahui jenis
mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran fistula, sehingga dapat
diberikan terapi antibiotik yang sesuai.9
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dapat digunakan untuk mengetahui bentuk dari
saluran fistula. Fistulografi digunakan untuk melihat bentuk dan sejauh
mana saluran fistula ini. Sedangkan ultrasonograpi dapat digunakan untuk
mengetahui hubungan antara saluran fistula dengan arteri temporal
superfsial, krus anterior heliks, dan tragus.9
Gambaran Histologis
Pada pemeriksaan makroskopis, fistula preaurikular terdiri dari struktur
tubular yang sederhana atau gambaran melingkar memiliki dinding yang
tipis dan berkilau, atau putih dan menebal. Saluran fistula dapat melingkar
atau dapat berliku-liku, dan lumennya berisi debris. Fistula preaurikular
sering penuh dengan keratin dan dikelilingi oleh jaringan ikat longgar.
Secara mikroskopis, duktus dari fistula dikelilingi oleh epitel squamous
berlapis dan mengandung banyak kista sepanjang salurannya. Jaringan ikat
yang mengelilingi duktus dapat mengandung folikel rambut; kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat; dan jaringan inflamasi, diantaranya limfosit,
sel plasma dan leukosit polimorfonuklear.9
2.5.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fistula preaurikular kongenital ini tidak diperlukan
kecuali pencegahan terjadinya infeksi yaitu menghindari manipulasi dan
membersihkan muara dari sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik
lainnya secara rutin. Pada kasus dengan infeksi biasanya dapat diberikan
antibiotik dan kompres hangat.1,9
Pembedahan fistula adalah dengan diseksi dan eksisi komplit dari fistula
dan salurannya, hanya dilakukan pada infeksi yang berulang oleh karena
sulitnya mengeluarkan fistula secara lengkap. Kesukaran pembedahan
disebabkan oleh adanya percabangan fistula sehingga sulit untuk
menentukan luas keseluruhan saluran tersebut. Selama eksisi pembedahan,
harus diingat bahwa salurannya dapat berkelok-kelok dengan cabang-
cabangnya di subkutaneus. Diseksi sampai ke periosteum dari tulang
temporal biasanya dibutuhkan, dan semua cabang-cabang dari salurannya
harus diangkat untuk mencegah infeksi yang berulang. Pengangkatan yang
tidak lengkap menimbulkan sinus yang mengeluarkan cairan sehingga
membutuhkan pengangkatan yang lebih sulit dan lebih radikal. Untuk
membantu pembedahan dapat disuntikkan larutan methylen blue ke dalam
saluran sebelum operasi sehingga jaringan yang berwarna bisa digunakan
sebagai petunjuk panjang dan luasnya fistula. Harus diketahui bahwa zat
warna tersebut mungkin tidak memasuki seluruh cabang-cabang yang
lebih kecil sehingga diperlukan ketelitian selama diseksi untuk mencari
saluran-saluran kecil yang tidak berwarna.9
2.6 Perikondritis
2.6.1 Definisi
Perikondritis adalah infeksi perikondrium pada pinna dimana pus
terkumpul diantara kartilago telinga luar dan perikondrium. Biasanya
terjadi karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang
terinfeksi dan sebagai komplikasi pseudokista daun telinga. Hal ini
diakibatkan peradangan, terjadi efusi serum dan pus ke dalam lapisan
perikondrium dan tulang rawan dari telinga luar.1,2.
2.6.2 Etiologi
Perikondritis atau kondritis dapat disebabkan oleh trauma berupa laserasi
atau kerusakan yang tidak disengaja pada pembedahan telinga. Dapat juga
terjadi setelah suatu memar tanpa ada hematoma. Agen penyebab suatu
furunkel yang inadekuat pengobatannya, seperti Stafilokokus,
Streptokokus.1
Gambar 9.Perikondritis
2.6.3 Patofisiologi
Infeksi superfisial dari liang telinga luar atau dari daun telinga menyebar
lebih ke dalam ke perikondrium. Pada keadaan ini disebut stadium dini,
daun telinga (pinna) merah dan nyeri kemudian mulai terbentuk abses
subperikondrial. Hal ini menyebabkan tulang rawan kekurangan blood
supply, lama – kelamaan terjadi nekrose tulang rawan sehingga dapat
terjadi deformitas pada daun telinga yang disebut dengan cauliflower ear.
2.6.6 Penatalaksanaan
Antibiotik parenteral dan pengobatan topikal untuk infeksi kanalis
penyerta. Pilihan obat sesuai dengan hasil biakan. Jika ada abses, lakukan
insisi.1
BAB III
KESIMPULAN
1. Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus.Otitis eksterna dapat dibagi
menjadi otitis eksterna superfisialis dan otitis eksterna profunda atau otitis
eksterna akut. Tanda – tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga,
deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk kambuhan.
2. Fistula preaurikular merupakan kelainan herediter yang dominan. Fistula
dapat ditemukan di depan tragus. Berbentuk bulat atau lonjong, dengan
ukuran seujung pensil. Dari muara fistula sering keluar sekret yang berasal
dari kelenjar sebasea.
3. Perikondritis adalah infeksi perikondrium pada pinna dimana pus terkumpul
diantara kartilago telinga luar dan perikondrium. Hal ini
diakibatkanperadangan, terjadi efusi serum dan pus ke dalam lapisan
perikondrium dan tulang rawan dari telinga luar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso
K: editor. Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi
6. Jakarta: EGC. 2012.
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, restuti RD, edisi: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi ke-7.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2012.
3. Bull. Tony R. Color Atlas Of ENT Diagnosis. Thieme Stuttgart. New York.
2003. Hal 25-30.
4. Ballenger, JJ. Otitis Eksterna Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Kepala
dan Leher. Jilid 2. Edisi 16. Bina Rupa Aksara. Jakarta. Hal 236-238.
5. Dhirngra PC. Diseases Of Ear, Nose and Throat. Elsevier. 2001.
6. Roland, N.J. Key Topics in Otolaryngology. Second Edition. Mc Combe
7. McKeason. Otitis Eksterna. Clinical reference system. Available from
http://mdconsult.com.2004.
8. Schaefer P. Acute Otitis Externa:An Update. American Family Phsycian.
Vol.86, No 11. 2012
9. Mardhiah A. Fistula Preaurikular Kongenital. Majalah kedokteran
nusantara (serial online).2005. Desember.(cited 2016 July 16th): volume
38/hal.328-332.
10. Probst R, Grevers G,Iro H. Basic Othorhinolaryngology. Thieme. Germany.
2006. Hal : 207 – 209. 218 – 219.
11. Ludman, Harold. Pain in the ear on theABC of ENT. Fifth Edition. Blacwel
publishing. Page : 1-5
12. Kumar S. Fundamentals of Ear, Nose and Throat Diseases and Head –
NeckSurgery, 6th ed, Calcutta, Medical Book Company, 1996 : 77 – 81