Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PTK

PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF TUTORIAL BERBASIS


KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PENGUASAAN MATERI TEKNOLOGI JARINGAN LUAS KELAS XII
SMK BINA BANUA

DI SUSUN OLEH:

NAMA : MOCHAMMAD FAIZAL ADAM

NO PESERTA : 18156052310076

SMK BINA BANUA BANJARMASIN


Jl. Pramuka km.6 no.17 Banjarmasin
2018
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmatnya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul
“PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF TUTORIAL BERBASIS
KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PENGUASAAN MATERI TEKNOLOGI JARINGAN LUAS KELAS XII
TKJ SMK BINA BANUA”.
Penelitian ini dimaksudkan sebagai acuan sistem pembelajaran peneliti agar
lebih baik lagi dalam mengajar.
Walaupun penulisan Proposal Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini kurang
maksimal dan jauh dari kesempurnaan tetapi akhirnya penulisan bisa terselesaikan.
Akhirnya peneliti ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 29 Oktober 2018


Peneliti

i
DAFTAR ISI

Halaman Kata Pengantar ···························································· i


Halaman Daftar Isi ···································································· ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. · Latar Belakang ·························································· 1
B. Identifikasi Masalah ····················································· 3
C. Batasan Masalah …………………………………………………. 3
D. Rumusan Masalah ························································ 3
E. Tujuan Penelitian ························································· 4
F. Manfaat Penelitian ······················································· 4

BAB II LANDASAN TEORI ······················································ 5


A. Mengajar dan Pembelajaran ············································ 5
B. Pembelajaran Koopertif ················································ 5
C. Konsep dan Strategi Pembelajaran Kontekstual …………………... 6
D. Penguasan dan Ketuntasan Belajar Teknologi Jaringan Luas ......... 8
E. Materi Teknologi Jaringan Luas …………………………………. 8
F. Penelitian yang Relevan …………………………………………. 9
G. Kerangka Berpikir ……………………………………………….. 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ·········································· 10


A. Jenis Penelitian ··························································· 10
B. Subyek Penelitian ······················································· 10
C. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………… 10
D. Perencanaan Tindakan Penelitian ………………………………… 10
E. Perangkat Pembelajaran ………………………………………….. 13
F. Instrumen Penelitian ····················································· 13
G. Definisi Operasional Penelitian ······································· 15
H. Teknik Analisa Data ····················································· 16

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 17

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi Jaringan Luas merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan pada pendidikan menengah kejuruan. Dalam pedoman penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dijelaskan bahwa tujuan pengajaran
Teknologi Jaringan Luas di sekolah antara lain agar siswa memahami konsep
Teknologi Jaringan Luas, menjelaskan keterkaitan antar konsep, mengaplikasikan
konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, menggunakan penalaran pada pola
dan sifat, melakukan manipulasi Teknologi Jaringan Luas dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Teknologi
Jaringan Luas, memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model Teknologi Jaringan Luas, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh, serta mengkomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
(Depdiknas: 2006).
Pengajaran ini dimulai dari hal-hal konkret dilanjutkan ke hal yang abstrak.
Pembelajaran diarahkan agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki sikap menghargai Teknologi
Jaringan Luas dan kegunaannya dalam kehidupan, harapan tersebut tidak sejalan
dengan situasi dan kondisi pembelajaran Teknologi Jaringan Luas di kelas selama
ini dalam belajar adalah pembelajaran secara konvensional dimana peserta didik
hanya menerima saja apa yang disampaikan oleh pendidik, urutan penyajian bahan
dimulai dari abstrak ke konkret, yang bertentangan dengan perkembangan kognitif
peserta didik yang masih ditingkat rendah.
Salah satu karakteristik Teknologi Jaringan Luas adalah mempunyai objek
yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak peserta didik
mengalami kesulitan dalam memahami Teknologi Jaringan Luas. Prestasi
Teknologi Jaringan Luas peserta didik baik secara nasional maupun internasional
belum menggembirakan. Rendahnya prestasi Teknologi Jaringan Luas peserta didik
disebabkan oleh faktor peserta didik yaitu mengalami masalah secara komprehensif
atau secara parsial dalam Teknologi Jaringan Luas. Selain itu, belajar Teknologi

1
Jaringan Luas peserta didik belum bermakna, sehingga pengertian peserta didik
tentang konsep sangat lemah.
Materi Teknologi Jaringan Luas adalah salah satu materi setting dan
konfigurasi alat yang diajarkan pada semester 1 kelas XII. Materi ini adalah materi
yang tentunya dikaitkan dengan materi-materi sebelumnya. Terkadang pendidik
hanya menyampaikan materi secara verbal tentang konfigurasi dan setting
perangkat serta komponen Teknologi Jaringan Luas dengan ruang lingkup
sederhana. Peserta didik tanpa diberi kesempatan untuk mengetahui darimana hal
itu diperoleh. Peserta didik mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada soal-soal
cerita tentang Teknologi Jaringan Luas.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu pembelajaran dengan
pendekatan atau metode tertentu yang dapat meningkatkan kemampuan peserta
didik dan hasil belajar peserta didik. Pada penelitian ini akan diterapkan metode
kooperatif Pembelajaran Kooperatif Teman Sebaya berbasis Kontekstual.
Pembelajaran ini pada prinsipnya adalah mengembangkan perangkat yang
pembelajarannya dirancang dengan metode kooperatif Pembelajaran dengan
pembelajarannya memenuhi indikator-indikator dengan pendekatan Kontekstual.
Salah satu metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah
metode pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling
ketergantungan positif di antara peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Setiap peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas
belajar berpusat pada peserta didik dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas
bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah.
Melalui interaksi belajar yang efektif, peserta didik lebih termotivasi, percaya diri,
mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun
hubungan interpersonal.
Berangkat dari paparan di atas, maka dipandang perlu dilakukan uji coba
pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas tentang “Penggunaan
Metode Kooperatif Tutorial Berbasis Kontekstual Untuk Meningkatkan
Kemampuan Penguasaan Materi Teknologi Jaringan Luas Kelas XII SMK
Bina Banua. ”

2
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasikan menjadi


beberapa masalah yang mempengaruhi Kemampuan Penguasaan Materi Teknologi
Jaringan Luas siswa, antara lain:
1. Siswa kelas XII Teknik Komputer Jaringan SMK Bina Banua
Banjarmasin tahun pelajaran 2016/2017 masih menganggap
pembelajaran Teknologi Jaringan Luas khususnya pada materi
Teknologi Jaringan Luas sebagai materi pembelajaran yang sulit
untuk dipahami dan dipelajari.
2. Motivasi siswa kelas XII Teknik Komputer Jaringan SMK Bina
Banua Banjarmasin tahun pelajaran 2016/2017 dalam pembelajaran
kurang sehingga siswa pasif pada saat mengikuti pelajaran Teknologi
Jaringan Luas.
3. Prestasi belajar siswa kelas XII Teknik Komputer Jaringan SMK Bina
Banua Banjarmasin tahun pelajaran 2016/2017 dalam proses
pembelajaran Teknologi Jaringan Luas perlu ditingkatkan.

C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian, maka
peneliti membatasi masalah dengan subyek dan obyek penelitian. Subyek
penelitiannya adalah siswa Sedangkan obyek penelitiannya adalah Kemampuan
Penguasaan dan memahami Materi Teknologi Jaringan Luas yang diperoleh dengan
penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tutorial Berbasis Kontekstual pada
Kelas XII Teknik Komputer Jaringan SMK Bina Banua Banjarmasin.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1. Apakah pembelajaran Teknologi Jaringan Luas dengan metode
Pembelajaran Kooperatif Tutorial berbasis Kontekstual pada pokok
bahasan Teknologi Jaringan Luas di kelas XII dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa?

3
2. Apakah pembelajaran Teknologi Jaringan Luas dengan metode
Pembelajaran Kooperatif Tutorial berbasis Kontekstual pada pokok
bahasan Teknologi Jaringan Luas di kelas XII dapat meningkatkan
jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Metode pembelajaran
Kooperatif Tutorial Berbasis Kontekstual, melatih siswa untuk belajar secara
bersama demi kemajuan setiap anggota kelompok sehingga tercipta hubungan yang
akrab antar anggota kelas, meningkatkan rasa percaya diri dan gairah siswa
kelompok bawah dalam pembelajaran Metode pembelajaran Kooperatif Tutorial
Berbasis Kontekstual dapat meningkatkan kuantitas siswa tuntas belajar dalam
menyelesaikan soal pada materi pokok Teknologi Jaringan Luas.

F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan :
1. Siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan soal
Teknologi Jaringan Luas.
2. Siswa dengan kategori kurang pandai semakin memiliki rasa percaya
diri bahwa sesungguhnya dia mampu mengikuti pelajaran dan mampu
berprestasi seperti siswa yang lain.
3. Guru menjadi semakin tertantang untuk menggunakan kreatifitasnya
dalam memanfaatkan berbagai model pembelajaran yang lain.
4. Guru mendapatkan pengalaman tambahan, sehingga dapat melakukan
penelitian lanjutan pada kelas dan pokok kajian yang berbeda.
5. Dapat menjadi bahan masukan guru mata pelajaran lainnya tentang
alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Mengajar dan Pembelajaran


Kegiatan mengajar adalah suatu kegiatan menciptakan suatu lingkungan yang
memungkinkan untuk terjadinya proses belajar. Dengan demikian siswa merasa
aman dan nyaman di dalam kelas ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.
Guru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator kelas, sehingga subjek belajar
yaitu siswa akan lebih banyak berperan serta dalam proses pembelajaran. Pada
prinsipnya peran guru sebagai fasilitator dan dinamisator kelas adalah dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan belajar memberikan arah pada proses
pembelajaran dan menjadi pedoman bagi seluruh kegiatan belajar. Berdasarkan hal
ini, maka guru harus menetapkan terlebih dahulu tujuan belajar yang ingin dicapai,
sebelum mulai mengajar. Tercapai tidaknya tujuan belajar dapat diketahui guru
setelah melakukan kegiatan evaluasi hasil belajar.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki keinginan untuk berprestasi tinggi secara
akademik di lingkungna sekolahnya. Namun tentu saja hal ini tidak mungkin
dicapai oleh semua siswa , karena prestasi akademik yang baik, dicapai dengan
melibatkan berbagai faktor dalam misalnya kecerdasan siswa, dan kelengkapan
belajar, sedangkan faktor luar misalnya guru, sarana dan prasarana di sekolah, dan
hubungan dengan siswa.

B. Pembelajaran kooperatif
Dalam pembelajaran seringkali kelas didomonasi oleh kelompok atas,
sedangkan kelompok menengah apalagi kelompok tidak begitu nampak perannya
dalam pembelajaran. Guru yang baik akan berusaha untuk melibatkan ketiga
kelompok ini untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Berbagai cara dapat
ditempuh baik melalui pengajuan pertanyaan secara langsung, menyusun stategi
pembelajaran yang melibatkan seluruh kelompok siswa dalam kelas. Cara yang
terakhir ini seringkali lebih efektif karena melibatkan seluruh anggota kelompok
dalam kegiatan pembelajaran.

5
Pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah metode pembelajaran dengan
menempatkan siswa dalam kelompok kemampuan anggota heterogen dan memberi
penghargaan terhadap usaha dan keberhasilan kelompok, bukan pada perorangan.
Gambaran umum dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa secara kooperatif bekerja dalam kelompok untuk menguasai materi.
2. Kelompok tersusun atas siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.
3. Sistem penghargaan berorientasi pada kelompok, bukan perorangan.
4. Bilamana mungkin memperhatikan ras, budaya, dan jenis kelamin siswa.

C. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual


Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan peserta didik
dari TK sampai dengan SMU/SMK untuk menguatkan, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai
macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-
masalah yang disimulasikan.
Pembelajaran kontekstual terjadi apabila peserta didik menerapkan dan
mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah
dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai
anggota keluarga, warga Negara, peserta didik, dan tenaga kerja. Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan
pengalaman sesungguhnya.
Enam unsur kunci pembelajaran kontekstual, yaitu :
1. Pembelajaran bermakna : pemahaman, relevansi, dan penghargaan
pribadi peserta didik bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang
harus dipelajari. Pembelajaran dipersepsi sebagai relevan dengan hidup
mereka;
2. Penerapan pengetahuan : kemampuan untuk melihat bagaimana apa yang
dipelajari diterapkan dalam tatanan-tatanan lain dan fungsi-fungsi pada
masa sekarang dan akan dating;
3. Berfikir tingkat lebih tinggi : peserta didik dilatih untuk berfikir kritis dan
kreatif dalam mengumpulkan data, memahami persoalan, atau
memecahkan suatu masalah;

6
4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar : konten pengajaran
berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar lokal, Negara
bagian, nasional, asosiasi, dan / atau industri;
5. Responsif terhadap budaya : pendidik harus memahami dan menghormati
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan peserta didik,
sesama rekan pendidik dan masyarakat tempat mereka mendidik;
6. Penilaian autentik : penggunaan berbagai macam strategi penilaian yang
secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang diharapkan
dari peserta didik.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik
dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni:
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian
autentik (authentic assessment).
Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan.
Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran
kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi peserta didik
dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dala pembelajaran
seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang
mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari peserta didik dengan konteks dimana
materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar
atau cara peserta didik belajar. Konteks memberikan arti, relevansi, dan manfaat
penuh terhadap belajar.
Materi pelajaran akan tambah berarti jika peserta didik mempelajari materi
pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti
di dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih
berarti dan menyenangkan. Peserta didik akan bekerja keras untuk mencapai tujuan
pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya

7
untuk membangun pengetahuan baru. Dan selanjutnya peserta didik memanfaatkan
kembali pemahamanpengetahuan dan kemampuannya itu dalam berbagai konteks
di luar sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks, baik
secara mandiri maupun dengan berbagai kombinasi dan struktur kelompok.
Jadi jelaslah bahwa pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan
ruang kelas yang di dalamnya peserta didik akan menjadi peserta aktif bukan hanya
pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya.

D. Penguasaan dan Ketuntasan Belajar Teknologi Jaringan Luas


Untuk mengetahui hasil belajar siswa harus dilakukan penilaian. Penilaian
tidak hanya untuk mengukur kemampuan kecerdasan siswa atau ketrampilan saja,
akan tetapi mempunyai fungsi sebagai bimbingan, seleksi peserta didik, efisiensi,
dan sebagainya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ukuran ketuntasa
hasil belajar siswa dinyatakan dengan KKM untuk setiap mata pelajaran berbeda –
beda sesuai dengan tingkat kemampuan siswa terhadap pelajaran. Untuk pelajaran
Teknologi Jaringan Luas khususnya materi Teknologi Jaringan Luas di SMK Bina
Banua Banjarmasin Kabupaten Gunungkidul tahun pelajaran 2016/2017 KKMnya
adalah 75. Artinya seorang siswa akan dinyatakan tuntas belajar Teknologi Jaringan
Luas apabila yang bersangkutan sudah memperoleh nilai minimal 75. Sedangkan
sebuah kelas dinyatakan tuntas secara klasikal apabila siswa yang tuntas dikelas itu
mencapai sekurang – kurangnya 85%.

E. Materi Teknologi Jaringan Luas


Teknologi Jaringan Luas merupakan salah satu materi pada pelajaran
Teknologi Jaringan Luas kelas XIII semester 1. Dalam penelitian Standar
Kompetensi yang terkait dengan materi Teknologi Jaringan Luas adalah
Menganalisis jaringan berbasis luas, sedangkan kompetensi yang terkait adalah
Wide Area Network, Teknologi WAN dan Komponen dan Peralatan WAN.
Indikator yang akan dicapai adalah:
1. Menentukan persyaratan WAN
2. Menentukan Spesifikasi WAN

8
3. Membuat Disain Awal WAN
4. Mempresentasikan hasil disain WAN

Penyampaian materi Teknologi Jaringan Luas dalam penelitian ini


menggunakan pendekatan Kontekstual, di mana peserta didik dilatih atau
membiasakan diri mengkonstruk idenya sendiri dalam menemukan konsep,
mengaitkan konsep, menggunakan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
penelitian ini diharapkan dapat memunculkan keaktifan dan keterampilan proses
sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik.

F. Penelitian yang relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Dodo Suwanda dalam menyatakan bahwa


hasil penguasaan materi siswa dengan pembelajaran metode Tutorial lebih baik
daripada pembelajaran yang menggunakan metode biasa. Selanjutnya penelitian
yang dilakukan Mohammad Mudzakkir dengan menyatakan bahwa hasil
penguasaan materi siswa dengan pembelajaran metode Tutorial lebih baik daripada
pembelajaran yang menggunakan metode biasa.

G. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Metode pembelajaran Kooperatif Tutorial Berbasis
Kontekstual dapat membantu siswa yang kurang pandai dalam menguasai materi
tutorial, bertanggung jawab, atau diskusi. Diharapkan siswa dapat lebih mudah
menangkap dan memahami konsep Teknologi Jaringan Luas. Sehingga siswa yang
tuntas belajar lebih banyak. Dengan demikian dapat memahami apabila Metode
pembelajaran Kooperatif Tutorial Berbasis Kontekstual dapat meningkatkan
kualitas belajar siswa pada Teknologi Jaringan Luas

9
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan tindakan kelas (Classroom Action Research),
bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di
kelas atau tempat kerja.

B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas XII komputer jaringan yang berjumlah
36 siswa dan guru yang mengampu mata pelajaran Teknologi Jaringan Luas
tersebut. Penerapan penelitian ini diterapkan dalam pokok bahasan Teknologi
Jaringan Luas.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMK Bina Banua Banjarmasin pada bulan
februari semester genap tahun pelajaran 2016/2017.

D. Perencanaan Tindakan Penelitian


Penelitian ini direncanakan dua siklus yang masing – masing siklus terdiri
dari 4 tahap yaitu : Perencanaan, Implementasi, pengamatan dan evaluasi serta
refleksi.
a. Siklus 1
Siklus direncanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit ( 2
jam pelajaran ). Adapun tahapan pada siklus 1 adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Dalam tahap ini direncanakan kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
(a). Menyusun rencana pembelajaran untuk jenis – jenis pecahan.
(b). Membentuk kelompok pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
pembelajaran kooperatif dengan cara :

10
- Menyusun daftar nama berdasarkan kemampuan akademik.
Kemampuan akademik yang digunakan adalah nilai ulangan harian
pertama
- Menentukan jumlah anggota setiap kelompok sebanyak 5 orang
sehingga dapat 7 kelompok belajar.
(c). Membuat skenario pembelajaran kooperatif.
(d). Menyusun lembar pengamatan pembelajaran kooperatif
(e). Memberikan penjelasan pada siswa tentang pembelajaran kooperatif
2. Implementasi
Dalam tahap ini yang telah direncanakan pada tahap perencanaan
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang disusun. Pelaksanaan tidak
mengganggu kegiatan di sekolah, karena urutan materi berjalan sesuai
dengan kurikulum. Pada tahap ini model pembelajaran kooperatif
dilaksanakan.
3. Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat
implementasi untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir
siklus 1 dilakukan tes. Berdasarkan hasil pengamatan tes/ evaluasi, maka
tahap berikutnya dapat dilaksanakan.
4. Refleksi
Setelah hasil pengamatan, dan hasil evaluasi dianalisis secara
kolaboratif, maka penelitian diputuskan untuk dilanjutkan pada siklus
kedua.
b. Siklus 2
Siklus 2 dilakukan untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum baik dan
berakhir pada siklus 1. Adapun tahapan pada siklus 2 juga sama dengan tahapan
yang ada pada siklus 1.
Perbaikan dilakukan berdasarkan hasil pada siklus 1
1. Perencanaan.
(a). Menyusun rencana pembelajaran untuk materi operasi pada bilangan
pecahan.
(b). Memperbaiki bentuk kelompok siswa

11
(c). Memperbaiki bentuk soal pemecahan masalah yang terkait dengan
kehidupan sehari – hari.
(d). Memperbaiki lembar pengamatan pembelajaran kooperatif
(e). Memperbaiki instrumen penelitian yang berupa tes, pedoman
observasi untuk siswa, dan pedoman observasi untuk guru.
2. Implementasi
Dalam tahap ini apa yang telah direncanakan pada tahap
perencanaan akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang dibuat.
Pelaksanaan tidak mengganggu kegiatan sekolah, karena urutan materi
berjalan sesuai dengan kurikulum yang sudah ada di sekolah. Pelaksanaan
pembelajaran diadakan perbaikan sesuai dengan hasil pada siklus
sebelumnya.
3. Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan terhadap kegiata belajar dilakukan pada saat
implementasi untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir
siklus 2 diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil pengamatan, dan hasil tes
maka tahap berikutnya dapat dilaksanakan.
4. Refleksi
Setelah hasil pengamatan dan hasil evaluasi dianalisis secara
kolaboratif, maka langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi apakah
pembelajaran berhasil. Apabila belum berhasil maka penelitian diputuskan
untuk dilanjutkan pada siklus ke 3. Dan apabila sudah berhasil maka sudah
cukup.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat
pada gambar berikut.

12
Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti


menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil
atau dampak dari diterapkannya pembelajaran dengan Metode Kooperatif
Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang
diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
Observasi dibagi dalam dua siklus, yaitu siklus 1, 2, dan seterusnya,
dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang
sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes
formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan
dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

E. Perangkat Pembelajaran
1. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
RPP dibuat sebelum pelaksanaan PTK dengan tujuan pelaksanaan PTK
ini sesuai dengan yang diharapkan.
2. Jobsheet
Jobsheet dibuat sebelum pelaksanaan PTK dengan tujuan siswa dapat
bekerja sama sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

F. Instrumen Penelitian
Pengembangan Instrumen untuk Mengukur Keberhasilan Tindakan
nstrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan

13
dengan prosedur dan langkah PTK. Instrumen untuk mengukur keberhasilan
tindakan dapat dipahami dari dua sisi yaitu sisi proses dan sisi hal yang diamati.

1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat kegiatan yang dilakukan
oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran selama tindakan diberikan
untuk mengetahui sejauh mana keefektifan pemberian kuis dalam
pembelajaran sebagai upaya peningkatan motivasi belajar siswa.
Untuk mengisi lembar observasi ini yaitu memilih “ya” bila deskripsi
dilakukan dan “tidak” bila deskripsi tidak dilakukan.

2. Angket
Angket ini berupa kumpulan pernyataan untuk mengumpulkan data
mengenai respons siswa terhadap pemberian kuis dalam proses
pembelajaran Teknologi Jaringan Luas guna meningkatkan motivasi siswa
dalam belajar Teknologi Jaringan Luas. Angket ini terdiri dari 22 butir
pernyataan yang terbagi menjadi 2 butir pernyataan negatif dan 20 butir
pernyataan positif. Masing-masing butir pernyataan mempunyai 5 alternatif
jawaban yaitu:
SS : sering sekali, JR : jarang,
S : sering , TP : tidak pernah.
KK : kadang-kadang,

3. Soal-soal Kuis
Kuis yang disusun untuk penelitian ini dikembangkan berdasarkan
analisis kurikulum atau silabus SMK Bina Banua Banjarmasin untuk mata
pelajaran Teknologi Jaringan Luas materi Teknologi Jaringan Luas kelas
XII Komputer Jaringan.
Kuis hanya diberikan sekali atau dua kali dalam setiap pertemuan. Tes
singkat (kuis) diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa.

14
4. Tes prestasi
Tes prestasi merupakan tes evaluasi diberikan apabila sub bab telah
selesai. Tes ini diberikan pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Tes prestasi
digunakan untuk mengukur penguasaan dan kemampuan para siswa setelah
siswa menerima proses belajar-mengajar dari guru. Instrumen ini juga
digunakan sebagai sumber tambahan dalam melihat perkembangan
motivasi siswa yang dilihat dari aspek peningkatan nilai dan hasil belajar
siswa selama proses pembelajaran dengan metode ekspositori yang
diberikan kuis. Tes digunakan untuk mengetahui ketercapaian prestasi
belajar siswa siswa.

G. Definisi Operasional Penelitian


1. Metode Kooperatif Tutorial Berbasis Konseptual
a. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
tujuan penting pembelajaran, diantaranya hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
social.
b. Pembelajaran Tutorial
Dalam pembelajaran diperlukan bantuan tutor yaitu orang yang
dapat membantu murid secara individual. Sebaiknya orang itu
gurunya sendiri sehingga ia dapat memberi bantuan dengan cara
yang lain daripada guru itu. Hendaknya diusahakan agar murid
selekas mungkin dapat membebaskan diri dari bantuan tutor. Jadi
tutor harus mendidik agar dapat belajar sendiri.
c. Pembelajaran Berbasis Konseptual
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan untuk (a) membantu
siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan

15
pemecahan masalah, (b) belajar peranan orang dewasa yang
autentik, dan (c) menjadi pebelajar yang mandiri.
2. Kemampuan penguasaan materi Teknologi Jaringan Luas
Pemahaman konsep adalah pemahaman terhadap ide atau pengertian
umum yang disusun dengan kata atau simbol yang menjadi titik tolak
awal dari semua hal yang berhubungan dengan ide tersebut. Indikator
pemahaman konsep meliputi:
1) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan
mengerjakan soal di papan tulis secara tepat.
2) Kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat.
3) Kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban siswa lain.
4) Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan materi.

H. Teknik Analisa Data


Data penelitian dikumpulkan melalui :
1. Pengamatan pembelajaran sebelum penelitian, yang terasa begitu berat
dalam mengajarkan Teknologi Jaringan Luas di kelas XII SMK Bina
Banua Banjarmasin.
2. Pengisian angket oleh siswa sebelum dan sesudah penelitian
dilakukan.
3. Pengisian lembar pengamatan proses pembelajaran selama penelitian
oleh kolaborator dan peneliti sendiri.
4. Melalui tes (pretes dan postes) materi penelitian sebelum dan sesudah
tindakan dilakukan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2006. Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.

Krismanto, Al. (2003). Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam


Pembelajaran Teknologi Jaringan Luas. Yogyakarta: Makalah disajikan
dalam pelatihan instruktur/pengembang SMU.

Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktek. Bandung:
Penerbit Nusa Media.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Wahyu Purnomo. 2016. Modul Guru Pembelajar Paket Keahlian Teknik


Komputer dan Jaringan. Jakarta : LPPPTK-BKPTIK

Sondy, CK.2013.Rancang Bangun Jaringan untuk Kelas XI


SMK.Jakarta.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Internet ;
1. http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/mod/page/view.php?id=8316
2. https://jaringankomputer.org/category/teknologi-jaringan/
diakses tanggal 26/10/2018

17

Anda mungkin juga menyukai