Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN MENJELANG AJAL

“Konsep Kematian”

Dosen Pengampu :M. Purnomo, S.Kep.,M.H.Kes

Disusun oleh :

KELOMPOK 5

1. Arfiana Lisa A
2. Dyahayu Shinta K
3. Eka Puspa M
4. Ivan Angga O
5. Laily Dwi Nur S
6. M. Putra W
7. Miftahul Manan
8. Pelangi Rismadanti
9. Shintia Kunmala S
10. Vernanda Riftiani

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep Kematian”dengan baik.
Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya dosen pembimbing kami yang telah membimbing kami hingga
terselesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangat kami perlukan dalam perbaikan makalah ini.
Dan semoga makalah ini bisa berguna bagi kami dan pembaca.

Kudus, 17 Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsep Kematian .............................................................................................. 2
2.2 Tanda-tanda Kematian ........................................................................................................ 3
2.3 Tahapan Kematian dan Penanganan Kematian................................................................... 3

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 7
3.2 Saran ................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidup, berkembang dan bertumbuh, kemudian mengalami penurunan fungsi rohani dan
jasmani merupakan hal yang hakiki terjadi pada setiap manusia. Perjalanan sejak fertilisasi,
lahir dan sampai kematian yang merupakan fase akhir dari proses kehidupan manusia di dunia.
Kematian merupakan sesuatu yang penuh misteri sehingga banyak tinjauan tentang kematian
itu dari berbagai segi. Ada yang meninjau dari segi religius, segi medis, dan segi psikologis.
Tinjauan dari segi agama ada yang mengaitkan dengan masalah ilahi, tinjauan medis
mengaitkan kematian dengan matinya fungsi vital kehidupan, dan segi psikologi meninjau
bahwa kematian merupakan suatu hal yang pasti dihadapi manusia sebagai fase akhir dari
hidup.

Sebagai suatu ilmu pengetahuan empiris, psikologi terikat pada pengalaman dunia.
Psikologi tidak melihat kehidupan manusia setelah mati, melainkan mempelajari bagaimana
sikap dan pandangan manusia terhadap masalah kematian, bagaimana jiwa manusia di saat-
saat menjelang kematian (sakarat). Saat ini, sebagian besar kematian terjadi di lingkungan
institusi. Perawat harus belajar menghadapi kematian sedemikian rupa sehingga mampu
membantu klien dalam mengatasi masalah-masalah psikologis yang muncul akibat kematian
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian dari Kematian?
2. Apa Tanda-tanda Kematian?
3. Bagaimana Tahapan Kematian?
4. Bagaimana Penanganan Kematian?
1.3 Tujuan
1. Mengatehaui apa Pengertian dari Kematian?
2. Mengatehaui apa Tanda-tanda Kematian?
3. Mengatehaui bagaimana Tahapan Kematian?
4. Mengatehaui bagaimana Penanganan Kematian?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Definisi kematian adalah kematian otak yang terjadi jika pusat otak tertinggi yaitu
korteks serebral mengalami kerusakan permanen. Dalam kasus ini, ada aktivitas jantung,
kehilangan fungsi otak permanen, dimanifestasikan secara klinis dengan tidak ada respon
terarah terhadap stimulus eksternal, tidak ada refleks sefalik, apnea, dan elektrogram
isoelektrik minimal selama 30 menit tanpa hipotermia dan keracunan oleh depresan sistem
saraf pusat (Stedman, 2000). Secara etimologi death berasal dari kata death atau deth yang
berarti keadaan mati atau kematian. Sedangkan secara definitive, kematian adalah terhentinya
fungsi jantung dan paru- paru secara menetap, atau terhentinya kerja otak secara permanen. Ini
dapat dilihat dari tiga sudut pandang tentang definisi kematian, yakni:

1. Kematian
2. Kematian otak,yakni kerusakan otak yang tidak dapat pulih
3. Kematian klinik, yakni kematian orang tersebut.

Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir dari kehidupan
manusia. Lahir, menjelang ajal, dan kematian bersifat universal. Meskipun unik bagi setiap
individu, kejadian-kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan proses hidup yang
diperlukan (Kozier, 2010). Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan
proses menuju akhir. Konsep menjelang ajal dibentuk seiring dengan waktu, saat seseorang
tumbuh, mengalami berbagai kehilangan, dan berpikir mengenai konsep yang konkret dan
abstrak (Kozier, 2010).

2.2 Tanda-tanda kematian

Pengkajian tanda kematian dibagi menjadi tiga tahapan yaitu sebagai berikut :

1. Tanda-Tanda Klinis Menjelang Kematian

A) Kehilangan Tonus Otot


 Relaksasi otot wajah (mis., rahang dapat turun).
 Sulit berbicara.
 Sulit menelan dan secara bertahap kehilangan refleks muntah.

2
 Aktivitas saluran gastrointestinal menurun, yang pada akhirnya disertai dengan mual,
akumulasi flatus, distensi abdomen, dan retensi feses, terutama jika narkotik atau
penenang diberikan.
 Kemungkinan inkontinensia kemih dan rektal akibat penurunan kontrol spinkter.
 Penurunan pergerakan tubuh.
 Perlambatan Sirkulasi
 Sensasi berkurang.
 Bercak dan sianosis pada ekstremitas.
 Kulit dingin, pertama di kaki dan kemudian di tangan, telinga, dan hidung (namun klien
dapat merasa hangat jika terdapat peningkatan suhu tubuh).
 Perlambatan dan perlemahan denyut nadi.
 Penurunan tekanan darah.
B) Perubahan Respirasi
 Pernapasan cepat, dangkal, tidak teratur, atau lambat tidak normal; napas berisik,
disebut sebagai lonceng kematian, karena berkumpulnya lender di kerongkongan;
pernapasan melalui mulut; membran mukosa oral kering. -
C) Kerusakan Sensori
 Pandangan kabur.
 Kerusakan sensasi atau indera perasa dan pencium.

2. Tanda-Tanda Klinis Saat Meninggal

 Pupil mata melebar.


 Tidak mampu untuk bergerak.
 Kehilangan reflek.
 Nadi cepat dan kecil.
 Pernapasan chyene-stoke dan ngorok.
 Tekanan darah sangat rendah.
 Mata dapat tertutup atau agak terbuka.

3. Tanda-Tanda Klinis Meninggal


 Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.
3
 Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
 Tidak ada reflek.
 Gambaran mendatar pada EKG.

2.3 Tahapan dan Penanganan Kematian

Elisabeth Kubler-Ross, seorang ahli kejiwaan dari Amerika, menjelaskan secara


mendalam respons individu dalam menghadapi kematian. Berdasarkan pandangannya,
Kubler-Ross menyatakan bahwa respons tersebut: Tidak selamanya berurutan secara
tetap, dapat tumpang tindih, lama tiap tahap bervariasi, perlu perhatian perawat secara
penuh dan cermat. Ada pula fase ketidaktahuan dan ketidakpastian yang dikemukakan
oleh Sporken dan Michels. Akan tetapi, kali ini akan dibahas lima fase menjelang
kematian menurut Kubler-Ross. Secara umum, ia membedakan respons tersebut
menjadi 5 fase,yaitu:

1. Penyangkalan dan isolasi

Penyangkalan dan Isolasi. Karakteristiknya antara lain :

1. Menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal, “ Tidak, bukan saya. Itu tidak mungkin.”

2. Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut menimpa semua orang
kecuali dia.

3. Merepresi kenyataan.

4. Mengisolasi diri dari kenyataan.

5. Biasanya begitu terpengaruh dengan sikap penolakannya .

6. Tidak begitu memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya.

7. Mensupresi kenyataan.

8. Meminta penguatan dari orang lain untuk penolakannya.

9. Gelisah dan cemas.

Penanganan perawat pada tahap ini adalah :

1. Membina hubungan saling percaya.

2. Memberi kesempatan klien untuk mengekspresikan diri dan menguasai dirinya.

4
3. Melakukan dialog di saat klien siap, dan menghentikannya ketika klien tidak mampu
menghadapi kenyataan.

4. Mendengarkan klien dengan penuh perhatian dan memberinya kesempatan untuk


bermimpi tentang hal-hal yang menyenangkan.

2. Marah

Marah Karakteristiknya antara lain:

1. Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan.

2. Menunjukkan kemarahan, kebencian, perasaan gusar, dan cemburu.

3. Emosi tidak terkendali.

4. Mengungkapkan kemarahan secara verbal “ Mengapa harus aku?” Dilihat dari sudut
pandang keluarga dan staf rumah sakit, kondisi ini sangat sulit diatasi karena kemarahan terjadi
di segala ospek dan diproyeksi pada saat yang takterduga.

5. Apaun yang dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada diri individu.

6. Menyalahkan takdir.

7. Kemungkinan akan mencela setiapa orang dan segala hal yang berlaku.

Penanganan perawat adalah :

1. Menerima kondisi klien.

2. Berhati-hati dalam memberikan penilaian ,mengenali kemarahan dan emosi yang


takterkendali.

3. Membiarkan klien mengungkapkan kemarahannya.

4. Menjaga agar tidak terjadi kemarahan destruktif dan melibatkan keluarga.

5. Berusaha menghormati dan memahami klien,memberinya kesempatan memperlunak


suara dan mengurangi permintaan yang penuh kemarahan.

3. Tawar-menawar

Tawar-menawar Karakteristiknya adalah :

1. Kemarahan mulai mereda.

5
2. Respons verbal ’’Yah benar aku,tapi …”

3. Melakukan tawar- menawar /barter,misalnya untuk menunda kematian.

4. Mempunyai harapan dan keinginan.

5. Terkesan sudah menerima kenyataan.

6. Berjanji pada Tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik.

7. Cenderung membereskan segala urusan.

Penanganan perawat adalah sedapat mungkin berupaya agar keinginan klien terpenuhi.

4. Depresi

Depresi Karakteristiknya antara lain :

1. Mengalami proses berkabung karena dulu ditinggalkan dan sekarang akan kehilangan
nyawa sendiri.

2. Cenderung tidak banyak bicara, sering menangis.

3. Klien berada pada proses kehilangan segala hal yang ia cintai.

Penanganan perawat adalah :

1. Duduk tenang disamping klien.

2. Memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan kedudukannya.

3. Tidak terus-menerus memaksa klien untuk melihat sisi terang suatu keadaan.

4. Memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.

5. Memberi dukungan dan perhatian pada klien ( misal : sentuhan tangan, usapan pada
rambut ,dll ).

5. Penerimaan

Penerimaan. Karakteristiknya antara lain :

1. Mampu menerima kenyataan.

2. Merasakan kedamaian dan ketenangan.

3. Respons verbal, “Biarlah maut cepat mengambilku, karena aku sudah siap.”

6
4. Merenungkan saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu.

5. Sering merasa lelah dan memerlukan tidur lebih banyak.

6. Tahap ini bukan merupakan tahap bahagia, namun lebih mirip perasaan yang hampa.

Penanganan perawat adalah :

1. Mendampingi klien.

2. Menenangkan klien dan meyakinkannya bahwa Anda akan mendampinginya sampai


akhir.

3. Membiarkan klien mengetahui perihal yang terjadi pada dirinya.

7
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Saat ini, sebagian besar kematian terjadi di lingkungan institusi. Perawat harus
belajar menghadapi kematian sedemikian rupa sehingga mampu membantu klien dalam
mengatasi masalah-masalah psikologis yang muncul akibat kematian tersebut.

1.2 Saran

Semoga Makalah ini dapat bermanfaat untuk kegiatan ilmiah dan dapat
mendukung sebagai proses pembelajaran diperkuliahan.

8
DAFTAR PUSTAKA

a. Kozier, B(2009). Fundamentals Of Nursing. Consepts, process, and practice (ed.7).


b. Practice hall, New Jersey, Kubler-Ross,E. (2009). On Death and Dying: Kematian
Sebagai bagian kehidupan. (W. Anugrahan, penerj.Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama).
c. Roper,N.(2009). Primsip-prinsip keperawatan. Yayasan EssentiaMedica,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai