“Konsep Kematian”
Disusun oleh :
KELOMPOK 5
1. Arfiana Lisa A
2. Dyahayu Shinta K
3. Eka Puspa M
4. Ivan Angga O
5. Laily Dwi Nur S
6. M. Putra W
7. Miftahul Manan
8. Pelangi Rismadanti
9. Shintia Kunmala S
10. Vernanda Riftiani
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep Kematian”dengan baik.
Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya dosen pembimbing kami yang telah membimbing kami hingga
terselesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangat kami perlukan dalam perbaikan makalah ini.
Dan semoga makalah ini bisa berguna bagi kami dan pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsep Kematian .............................................................................................. 2
2.2 Tanda-tanda Kematian ........................................................................................................ 3
2.3 Tahapan Kematian dan Penanganan Kematian................................................................... 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Hidup, berkembang dan bertumbuh, kemudian mengalami penurunan fungsi rohani dan
jasmani merupakan hal yang hakiki terjadi pada setiap manusia. Perjalanan sejak fertilisasi,
lahir dan sampai kematian yang merupakan fase akhir dari proses kehidupan manusia di dunia.
Kematian merupakan sesuatu yang penuh misteri sehingga banyak tinjauan tentang kematian
itu dari berbagai segi. Ada yang meninjau dari segi religius, segi medis, dan segi psikologis.
Tinjauan dari segi agama ada yang mengaitkan dengan masalah ilahi, tinjauan medis
mengaitkan kematian dengan matinya fungsi vital kehidupan, dan segi psikologi meninjau
bahwa kematian merupakan suatu hal yang pasti dihadapi manusia sebagai fase akhir dari
hidup.
Sebagai suatu ilmu pengetahuan empiris, psikologi terikat pada pengalaman dunia.
Psikologi tidak melihat kehidupan manusia setelah mati, melainkan mempelajari bagaimana
sikap dan pandangan manusia terhadap masalah kematian, bagaimana jiwa manusia di saat-
saat menjelang kematian (sakarat). Saat ini, sebagian besar kematian terjadi di lingkungan
institusi. Perawat harus belajar menghadapi kematian sedemikian rupa sehingga mampu
membantu klien dalam mengatasi masalah-masalah psikologis yang muncul akibat kematian
tersebut.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Definisi kematian adalah kematian otak yang terjadi jika pusat otak tertinggi yaitu
korteks serebral mengalami kerusakan permanen. Dalam kasus ini, ada aktivitas jantung,
kehilangan fungsi otak permanen, dimanifestasikan secara klinis dengan tidak ada respon
terarah terhadap stimulus eksternal, tidak ada refleks sefalik, apnea, dan elektrogram
isoelektrik minimal selama 30 menit tanpa hipotermia dan keracunan oleh depresan sistem
saraf pusat (Stedman, 2000). Secara etimologi death berasal dari kata death atau deth yang
berarti keadaan mati atau kematian. Sedangkan secara definitive, kematian adalah terhentinya
fungsi jantung dan paru- paru secara menetap, atau terhentinya kerja otak secara permanen. Ini
dapat dilihat dari tiga sudut pandang tentang definisi kematian, yakni:
1. Kematian
2. Kematian otak,yakni kerusakan otak yang tidak dapat pulih
3. Kematian klinik, yakni kematian orang tersebut.
Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir dari kehidupan
manusia. Lahir, menjelang ajal, dan kematian bersifat universal. Meskipun unik bagi setiap
individu, kejadian-kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan proses hidup yang
diperlukan (Kozier, 2010). Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan
proses menuju akhir. Konsep menjelang ajal dibentuk seiring dengan waktu, saat seseorang
tumbuh, mengalami berbagai kehilangan, dan berpikir mengenai konsep yang konkret dan
abstrak (Kozier, 2010).
Pengkajian tanda kematian dibagi menjadi tiga tahapan yaitu sebagai berikut :
2
Aktivitas saluran gastrointestinal menurun, yang pada akhirnya disertai dengan mual,
akumulasi flatus, distensi abdomen, dan retensi feses, terutama jika narkotik atau
penenang diberikan.
Kemungkinan inkontinensia kemih dan rektal akibat penurunan kontrol spinkter.
Penurunan pergerakan tubuh.
Perlambatan Sirkulasi
Sensasi berkurang.
Bercak dan sianosis pada ekstremitas.
Kulit dingin, pertama di kaki dan kemudian di tangan, telinga, dan hidung (namun klien
dapat merasa hangat jika terdapat peningkatan suhu tubuh).
Perlambatan dan perlemahan denyut nadi.
Penurunan tekanan darah.
B) Perubahan Respirasi
Pernapasan cepat, dangkal, tidak teratur, atau lambat tidak normal; napas berisik,
disebut sebagai lonceng kematian, karena berkumpulnya lender di kerongkongan;
pernapasan melalui mulut; membran mukosa oral kering. -
C) Kerusakan Sensori
Pandangan kabur.
Kerusakan sensasi atau indera perasa dan pencium.
1. Menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal, “ Tidak, bukan saya. Itu tidak mungkin.”
2. Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut menimpa semua orang
kecuali dia.
3. Merepresi kenyataan.
7. Mensupresi kenyataan.
4
3. Melakukan dialog di saat klien siap, dan menghentikannya ketika klien tidak mampu
menghadapi kenyataan.
2. Marah
4. Mengungkapkan kemarahan secara verbal “ Mengapa harus aku?” Dilihat dari sudut
pandang keluarga dan staf rumah sakit, kondisi ini sangat sulit diatasi karena kemarahan terjadi
di segala ospek dan diproyeksi pada saat yang takterduga.
5. Apaun yang dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada diri individu.
6. Menyalahkan takdir.
7. Kemungkinan akan mencela setiapa orang dan segala hal yang berlaku.
3. Tawar-menawar
5
2. Respons verbal ’’Yah benar aku,tapi …”
Penanganan perawat adalah sedapat mungkin berupaya agar keinginan klien terpenuhi.
4. Depresi
1. Mengalami proses berkabung karena dulu ditinggalkan dan sekarang akan kehilangan
nyawa sendiri.
3. Tidak terus-menerus memaksa klien untuk melihat sisi terang suatu keadaan.
5. Memberi dukungan dan perhatian pada klien ( misal : sentuhan tangan, usapan pada
rambut ,dll ).
5. Penerimaan
3. Respons verbal, “Biarlah maut cepat mengambilku, karena aku sudah siap.”
6
4. Merenungkan saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu.
6. Tahap ini bukan merupakan tahap bahagia, namun lebih mirip perasaan yang hampa.
1. Mendampingi klien.
7
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Saat ini, sebagian besar kematian terjadi di lingkungan institusi. Perawat harus
belajar menghadapi kematian sedemikian rupa sehingga mampu membantu klien dalam
mengatasi masalah-masalah psikologis yang muncul akibat kematian tersebut.
1.2 Saran
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat untuk kegiatan ilmiah dan dapat
mendukung sebagai proses pembelajaran diperkuliahan.
8
DAFTAR PUSTAKA