Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualtias, yaitu SDM yang memiliki fisik yang
tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping penguasaan terhadap
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekurangan gizi dapat merusak bangsa. Tujuan utama
pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang dilakukan
secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangungan
kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Visi
pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai
status gizi keluarga yang optimal.
Masalah gizi penduduk merupakan masalah yang tersembunyi, akan tetapi
masalah gizi ini berdampak pada tingginya angka kesakitan dan kematian. Saat ini
diperkirakan ada 2 bayi yang meninggal setiap menit, 1 bayi disebabkan karena kurang
gizi dan bayi lainnya disebabkan karena infeksi. Masalah gizi juga berdampak pada
rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia. Diperkirakan hanya 3-4% dari total
penduduk di Indonesia berpendidikan D3 ke atas, atau hanya sekitar 1% berpendidikan
S1 ke atas. Bahkan 4–5% penduduk tidak pernah mendapat pendidikan formal (13%
penduduk 15 tahun keatas buta huruf). Kondisi ini mengakibatkan Indonesia jauh
tertinggal dari negara tetangga, daya ungkit untuk lebih maju menjadi sulit, selain itu
pendidikan rendah berdampak pada pendapatan rendah.
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi
makro dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Kekurangan zat
gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro. Data Susenas
menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5 % (1989) menjadi 24,6 %
(2000). Berita munculnya kembali kasus gizi buruk yang diawali di Propinsi NTT, NTB,
Lampung yang diikuti oleh propinsi-propinsi lainnya menunjukkan bahwa masalah gizi
masyarakat kita masih rawan. Secara nasional, pada tahun 2003 terdapat sekitar 27.5%
balita menderita gizi kurang, namun demikian terdapat 110 kabupaten/kota mempunyai
prevalensi gizi kurang (termasuk gizi buruk) diatas 30%, yang menurut WHO
dikelompokkan sangat tinggi. Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena mengancam

1
kualitas sumberdaya manusia kita dimasa mendatang. Mulai tahun 1998 upaya
penanggulangan balita gizi buruk mulai ditingkatkan dengan penjaringan kasus, rujukan
dan perawatan gratis di Puskesmas maupun Rumah Sakit, Pemberian Makanan
Tambahan ( PMT ) serta upaya-upaya lain yang bersifat Rescue. Bantuan pangan ( beras
Gakin dll ) juga diberikan kepada keluarga miskin oleh sektor lain untuk menghindarkan
masyarakat dari ancaman kelaparan. Namun semua upaya tersebut nampaknya belum
juga dapat mengatasi masalah dan meningkatkan kembali status gizi masyarakat,
khususnya pada balita. Balita gizi buruk dan gizi kurang yang mendapat bantuan dapat
disembuhkan, tetapi kasus-kasus baru muncul yang terkadang malah lebih banyak
sehingga terkesan penanggulangan yang dilakukan tidak banyak artinya, sebab angka
balita gizi buruk belum dapat ditekan secara bermakna.
Salah satu tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2005-2009 Bidang Kesehatan adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi
setinggi-tingginya 20%, termasuk prevalensi gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 5%
pada tahun 2009.
Upaya untuk mencegah semakin memburuknya keadaan gizi masyarakat di masa
datang perlu dilakukan dengan segera dan direncanakan sesuai masalah daerah sejalan
dengan kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan desentralisasi. Keadaan ini diharapkan
dapat semakin mempercepat sasaran nasional dan global dalam menetapkan program
yang sistematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan.
Peningkatan SDM untuk masa yang akan datang perlu dilakukan dengan
memperbaiki atau memperkuat intervensi yang ada menjadi lebih efektif, bermanfaat
untuk kelompok sasaran terutama penduduk rawan dan miskin. Perbaikan kualitas
pelayanan kesehatan dan gizi pada penduduk menjadi prioritas, selain meningkatkan
pendidikan dan mengurangi kemiskinan, terutama pada kabupaten/kota yang tingkat
keparahannya sangat berat. Pelayanan kesehatan dan gizi untuk yang akan datang juga
harus memperhatikan pertumbuhan penduduk perkotaan yang akan membawa berbagai
masalah lain. Dengan peningkatan kualitas intervensi kepada masyarakat, diasumsikan
penurunan masalah gizi dan kesehatan masyarakat dapat tercapai.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan intervensi konsumsi pangan dan gizi?
2. Apa saja jenis-jenis intervensi konsumsi pangan dan gizi?
3. Bagaimana perencanaan intervensi konsumsi pangan dan gizi?
4. Bagaimana intervensi gizi di Indonesia?

2
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Menjelaskan pengertian intervensi konsumsi pangan dan gizi.
2. Menjelaskan jenis-jenis intervensi konsumsi pangan dan gizi.
3. Menjelaskan perencanaan intervensi konsumsi pangan dan gizi.
4. Menjelaskan intervensi gizi di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN INTERVENSI GIZI


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) intervensi adalah campur tangan
dalam perselisihan antara dua pihak (orang, golongan, negara, dan sebagainya).
Menurut bahasa kedokteran intervensi adalah upaya untuk meningkatkan
kesehatan atau mengubah penyebaran penyakit.
3
Intervensi dalam bidang kesehatan yaitu intervensi adalah apa yang harus
dilakukan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan / atau tindakan yang
harus dilakukan oleh petugas atau pelaku yang bekerja dalam bidang kesehatan atau
penyusunan rencana tindakan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah
sesuai dengan diagnosa yang ada. Sedangkan menurut para ahli intervensi yaitu:
a. Slamet dan Markam
Mengemukakan bahwa intervensi adalah suatu metode untuk mengubah perilaku,
pikiran, dan perasaan seseorang.
b. Trull
Mengemukakan bahwa psikologi intervensi adalah sebuah metode yang dapat
mengubah tingkah laku, pikiran, dan perasaan seseorang.
c. Himpsi
Mengemukakan bahwa intervensi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sistematis dan terencana berdasar hasil asesmen untuk mengubah keadaan seseorang,
kelompok orang atau masyarakat yang menuju kepada perbaikan atau mencegah
memburuknya suatu keadaan atau sebagai usaha.

Secara umum intervensi adalah beberapa upaya yang dilakukan pihak-pihak


tertentu dalam suatu rancangan kerja yang bertujuan untuk mencapai kondisi yang lebih
baik lagi. Intervensi juga dapat didefinisikan sebagai tindakan memasukkan satu hal
antara lain, seperti orang yang mencoba untuk membantu. Pada umumnya intervensi
akan dilakukan oleh pihak yang memiliki wewenang atau kekuasaan di dalam masalah
yang sedang terjadi.

Intervensi gizi merupakan suatu tindakan yang di dalamnya mencakup


perencanaan dan implementasi untuk masalah gizi yang telah di identifikasi. Intervensi
gizi berupa upaya yang dilakukan pihak-pihak tertentu dalam suatu rancangan kerja yang
bertujuan untuk mencapai kondisi yang lebih baik lagi dibidang gizi.

B. JENIS – JENIS INTERVENSI KONSUMSI PANGAN DAN GIZI

1. Pemberian makanan tambahan


Pemberian Makanan Tambahan adalah program intervensi bagi golongan rawan
(bayi,anak prasekolah, ibu menyusui dan ibu hamil ) yang menderita kurang gizi
dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan status gizi serta untuk mencukupi
kebutuhan zat gizi golongan tersebut agar tercapainya status gizi dan kondisi gizi
yang baik.

4
Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya pemenuhan
kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal
(Sulastri, 2004). Pemberian makanan tambahan pada bayi adalah pemberian makanan
atau minuman yang mengandung zat gizi pada bayi atau anak usia 6-24 bulan untuk
memenuhi kebutuhan gizi setelah pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif (Depkes RI,
2007). Bahan makanan tambahan pada bayi dibedakan atas 2 golongan yaitu hewani
dan nabati. Golongan hewani terdiri dari ikan, telur, dan daging. Golongan nabati
terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran, dan padi-padian (Baso, 2007).
Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang mengandung sejumlah kalori
atau energi (karbohidrat, protein, dan lemak), vitamin, mineral, dan serat untuk
pertumbuhan dan energi bayi, disukai oleh bayi, mudah disiapkan, dan harga
terjangkau (Judarwanto, 2004). Makanan harus bersih dan aman, terhindar dari
pencemaran mikroorganisme dan logam, serta tidak kadaluwarsa (Menkes RI, 2007).
Selanjutnya adalah pemberian makanan tambahan makanan untuk anak sekolah.
Prestasi belajar dipengaruhi beberapa faktoryaitufaktor yang berasal dari dalam diri
anak (internal) maupun dari luar diri anak (eksternal). Faktor-faktor internal meliputi
potensi akademik,motivasi belajar dan status kesehatan, sedangkan faktor eksternal
yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.Status kesehatan siswa salah
satunya dipengaruhioleh asupan makan, untuk menunjang kesehatan tersebut dapat
diberikan makanan tambahan bagi siswa.
Tujuan dilaksanakannya program makanan tambahan anak sekolah adalah
meningkatkan ketahanan fisik anak SD dan sederajat melalui perbaikan keadaan gizi
dan kesehatan sehingga dapat mendorong minat dan kemampuan belajar siswa untuk
meningkatkan prestasi(Depkes RI, 2005). Siswa yang mengalami kelelahan fisik tidak
bisa belajar dengan baik karenasaraf sensorik dan motoriknya lemah,
sehinggarangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskanke otak.
Siswa yang sakitnya lama menyebabkan sarafnya akan bertambah lemah, sehingga
tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, siswa tertinggal jauh dalam
pelajarannya.
2. Pendidikan gizi atau edukasi gizi
Pendidikan gizi adalah tindakan dan usaha dengan maksud untuk merubah pikiran
serta sikap masyarakat dengan tujuan menanamkan pengertian kepada masyarakat
mengenai gizi yang baik dikonsumsi sehari-hari.

5
Intervensi ini ditujukan untuk meningkatkan penggunanaan bahan makanan yang
bergizi tinggi yang tesedia di lingkungan. Disamping itu juga bertujan memperbaiki
cara pengolahan makanan yang kurang baik yang ada dimasyarakat.
Pendidikan gizi dilaksanakan melalui penyuluhan sebagai upaya untuk menanamkan
pengertian gizi, pengenalan masalah makan, perencanaan makan dan perencanaan diet
yang disepakati. Pendidikan kesehatan dalam hal ini pendidikan gizi dapat
dilaksanakan dua jalur yaitu secara langsung lewat tatap muka, maupun tidak
langsung. Pendidikan gizi yang bersifat langsung dapat dilaksanakan melalui
penyuluhan baik secara individu maupun kelompok, sedang pendidikan gizi tidak
langsung dapat melalui media massa, buku bacaan, elektroknik, leaflet dan
sebagainya. Keberhasilan dari pendidikan gizi secara langsung tergantung dari cara
penyampaian, penyampai pesan, penerima pesan dan tempat berlangsungnya
konseling.
Berikut ini merupakan beberapa contoh mengenai pendidikangizi yang biasa
diberikan kepada masyarakat :
a. Pemberian penyuluhan kepada ibu mengenai pentingnya ASI
b. Pemberian penyuluhan kepada masyarakat mengenai manfaat diversifikasi
pangan dalam status gizi
c. Pemberian penyuluhan mengenai konsep gizi seimbang kepada masyarakat
d. Pemberian penyuluhan kepada para ibu mengenai manfaat pemberian makanan
tambahan pada anak.

3. Fortifikasi
Fortifikasi pangan adalah penambahan satan atan lebih zat gizi (nutrien) kepangan.
Tujuan utama adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat gizi yang
ditambahkan untuk meningkatkan status gizi populasi. Harus diperhatikan bahwa
peran pokok dari fortifikasi pangan adalah pencegahan detisiensi: dengan demikian
menghindari terjadinya gangguan yang membawa kepada penderitaan manusia dan
kerugian sosio ekonomis. Namun demikian, fortitkasi pangan juga digunakan untuk
menghapus dan mengendalikan defisiensi zat gizi dan gangguan yang diakibatkannya.
Untuk menggambarkan proses penambahan zat gizi ke pangan, istilah-istilah lain
seperti enrichment (pengkayaan), nutrification (Harris, 1968) atan restoration telah
saling dipertukarkan, meskipun masing-masing mengimplikasikan tindakan spesifik.

6
Fortifikasi mengacu kepada penambahan zat-zat gizi pada taraf yang lebih tinggi dari
pada yang ditemukan pada pangan asal/awal atau pangan sebanding. Enrichment
biasanya mengacu kepada penambahan satu atan lebih zat gizi pada pangan asal pada
taraf yang ditetapkan dalam standar intemasional (indentitas pangan). Restoration
mengacu kepada penggantian zat gizi yang hilang selama proses pengolahan, dan
nutrification berarti membuat campuran makanan atan pangan lebih bergizi. Menurut
Banernfeind (1994) istilah nutrification lebih spesifik terhadap ilmu gizi, sementara
semua istilah-istilah yang lain diadopsi dari disiplin dan aplikasi lain. (Siagian, 2003).
4. Makanan formula
Makanan formula atau bahan makanan campuran merupakan kombinasi dari berbagai
bahan yang memungkinkan penambahan kekurangan sesuatu zat gizi dalam sesuatu
bahan dalam bahan lain sehingga menjadi sesuatu bahan yang mengandung zat-zat
gizi dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan.
Intervensi ini bertujaun menciptakan makanan campuran untuk anak berumur 6
sampai 36 bulan. Makanan tersebut dapat dibuat sendiri dirumah atau doproduksi oleh
pabrik.intervensi ini perlu diikuti dengan pendidikan gizi seperti pada PMT.
Produk-produk makanan formula untuk bayi yang beredar di Indonesia saat ini
banyak yang mencantumkan adanya penambahan docosahexaenoic acids (DHA,
22:6n-3). Tindakan produsen makanan formula ini tidak lepas dari usaha untuk
memberikan nilai tambah pada produk-produknya yang didasari pemikiran bahwa
DHA adalah salah satu bagian penting untuk perkembangan otak bayi.
Penambahan DHA ke dalam makanan formula bayi dimaksudkan agar produk
memilik kualitas yang mendekati air susu ibu, namun air susu ibu lebuh dari
sekadar pembawa long-chain PUFA seperti DHA. Selain mengandung DHA air
susu ibu juga mengandung sekurangnya 160 jenis asam lemak yang tidak
ditemukan dalam formula yang dihasilkan industri. ASI mengandung pula asam
amino yang unik, mikronutrien, protein aktif untuk daya tahan, enzim,
oligosakarida, limposit, macrophages, neutrophile, lysozyme, mucin, laktoferin, dan
hormon. Dari sudut pandang kesehatan, keuntungan utama pemberian air susu ibu
sangat jelas: mengurangi risiko penyakit.
Makanan formula juga disarankan untuk ibu hamil, Makanan formula untuk ibu
hamil lebih mudah diberikan dalam bentuk cair seperti formula bagi ibu yang sedang
hamil. Oleh beberapa produsen telah dipasarkan formula khusus bagi ibu hamil.
Kandungan zat gizi formula tersebut pada umumnya di buat sedemikin, hingga
dengan minum 2 atau 3 gelas tiap harinya jumlah energy, protein, maupun mineral

7
dan vitaminnya dapat mencukupi tambahan yang di anjurkan. Lactamil, Dumex
Mama Plus, Prenagan, Sustagen Mama dan Vita-Nova.
Susu sapi dari dahulu dianjurkan bagi ibu hamil sebagai sumber tambahan energy
dan protein. Perbedaan antara formula bagi ibu hamil dan susu sapi terletak pada
tambahan berbagai vitamindan mineral yang dianggap kurang pada susu sapi dan di
perlukan bagi pertumbuhan janin, seperti zat besi, seng, asam folat, vitamin C. dengan
minum tiap hari beberapa gelas susu formula tersebut maka kebutuhan tambahan
dapat di cukupi tanpa pemberian ekstra pil zat besi, vitamin C, atau asam folik.
5. Subsidi harga
Subsidi adalah sebuah pembayaran oleh pemerintah untuk produsen , distributor dan
konsumen bahkan masyarakat dalam bidang tertentu.
Intervensi ini dilakukan dengan memberi subsidi kepada konsumen berupa bahan
makanan tertentu . diharapkan kelompok sasaran dapat mengkonsumsi zat gizi yang
diperlukan.
Subsidi dapat diberikan dalam berbagai bentuk yaitu melalui pengendalain harga,
kupon makanan dll. Bahan makana yan disubsidi biasanya makanan pokok, makanan
formula, bahan makanan yang difortifikasi.
Subsidi dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu subsidi dalam bentuk uang (cash
transfer) dan subsidi dalam bentuk barang atau subsidi innatura (in kind subsidy).
a. Subsidi dalam Bentuk Uang
Subsidi bentuk ini diberikan oleh pemerintah kepada konsumen sebagai tambahan
penghasilan atau kepada produsen untuk dapat menurunkan harga barang.
Keunggulan subsidi dalam bentuk uang kepada konsumen:
 Lebih murah bagi pemerintah daripada subsidi dalam bentuk penurunan harga
 Memberikan kebebasan dalam membelanjakannya.
b. Subsidi dalam Bentuk Barang
Subsidi dalam bentuk barang adalah subsidi yang dikaitkan dengan jenis barang
tertentu yaitu pemerintah menyediakan suatu jenis barang tertentu dengan jumlah
yang tertentu pula kepada konsumen tanpa dipungut bayaran atau pembayaran
dibawah harga pasar. Pengaruh subsidi innatura adalah:
 Mengurangi jumlah pembelian untuk barang yang disubsidi tetapi konsumsi
total bertambah, misalkan pemerintah memberikan subsidi pangan tanpa harga
dengan syarat konsumen tidak boleh menjual kembali barang tersebut.
 Tidak mengubah konsumsi total, hal ini terjadi jika pemerintah disamping
memberikan subsidi juga menarik pajak yang sama besarnya dengan subsidi.
 Konsumsi menjadi terlalu tinggi (overconsumption), hal ini terjadi jika jumlah
yang disediakan oleh pemerintah lebih besar daripada jumlah sesungguhnya
yang tersedia untuk dibeli konsumen, misalkan suatu keluarga dengan 2 orang
anak disubsidi rumah dengan 3 kamar tidur. Padahal kalau subsidi dalam
8
bentuk uang, keluarga itu hanya akan menggunakan rumah dengan 2 kamar
tidur.
 Konsumsi menjadi terlalu rendah (underconsumption), hal ini terjadi kalau
jumlah subsidi yang disediakan oleh pemerintah lebih kecil daripada jumlah
yang diharapkan oleh konsumen, misalkan pemerintah menyediakan rumah
bersubsidi tipe 36 dengan 2 kamar tidur saja padahal yang dibutuhkan
konsumen rumah dengan tipe 54 dengan 3 kamar tidur.
6. Produksi pertanian
Dari segi intervensi gizi, intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan
pangan bagi golongan rawan. Dampak perbaikan gizi dapat dicapai melalui
peningkatan prosuksi pangan, peningkatan penghasilan petani kecil dan buruh tani
atau melalui harga pangan yang dikonsumsi.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta
untuk mengelola lingkungan hidupnya.
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan
dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan
benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan
pengemasan produk, dan pemasaran.
7. Program terpadu
Keadaan gizi erat hubungannya dengan kesehatan yaitu melalui pengaruh sinergis dari
penyakit infeksi dan kurang gizi. Di samping itu status gizi juga berkaitan dengan
variabel-variabel kependudukan. Akhir-akhir ini telah disadari bahwa perbaikan gizi,
kesehatan lingkungan dan masalah-masalah demografi memerlukan upayayang
terpadu.
Di samping intervensi-intervensi di atas yang bersifat jangka panjang,masih ada
intervansi jangka pendek seperti pemberian kapsul vitamin A untuk penanggulangan
masalah kurang vitamin A (KVA).
C. PERENCANAAN INTERVENSI KONSUMSI PANGAN DAN GIZI
1. Diagnosa Masalah Konsumsi Pangan Dan Gizi
Masalah pangan antara lain:
 Menyangkut ketersediaan pangan & kerawanan konsumsi pangan
 Kerawanan konsumsi pangan dipengaruhi oleh kemiskinan, pendidikan &
adat/kepercayaan yg terkait dg tabu makan.

Masalah gizi mencakup malnutrisi :


 Kekurangan gizi & kelebihan gizi.
2. Diagnosa Masalah Konsumsi Pangan Dan Gizi
Diagnosa masalah meliputi :
9
a. Siapa yang mengalami kurang gizi? (analisis penduduk, faktor ekologi, dan
sumber daya).
b. Apa tipe kurang gizi itu? (identifikasi masalah, hambatan, rintangan, pendorong).
c. Berapa luas kasus gizi kurang itu? (analisis jumlah penderita, golongan
penduduk, dan sebagainya).
d. Dimana lokasi golongan sasaran.
e. Apakah yang menyebabkan kasus gizi kurang? (determinasi/penyebab)
3. Sasaran Spesifik
a. Siapa sasaran perbaikan gizi? (kelompok golongan rawan, kelompok masy.
beresiko kekurangan gizi).
b. Apakah tujuan usaha perbaikan gizi nasional dan yang mana tujuan spesifik yang
mengarah langsung ke intervensi gizi? (susun semua kebijakan gizi, pelayanan,
program, dsb).
c. Apakah tujuan-tujuannya dapat terukur secara kuantitatif (penurunan penderita,
prioritas, dan sebagainya).
d. Berapa lamakah dampak pangan dan gizi akan timbul
4. Tujuan Intervensi dan Seleksi Pangan dan Gizi
a. Mengatasi atau memperbaiki masalah gizi dan meningkatkan status gizi
masyarakat dengan perencanaan dan implementasi intervensi gizi yang tepat
(perilaku, faktor resiko, lingkungan, dan status kesehatan
b. Menurut James E. Austin dan M. F. Zeithin (1981), efektivitas intervensi gizi
akan tinggi apabila direncanakan dan dirancang dgn kerangka konsep yg luas.
5. Seleksi Model Intervensi
a. Tipe intervensi yang manakah yang paling efektif dapat memecahkan masalah?
b. Bagaimana rencana intervensi disusun untuk kondisi di suatu daerah? (pisahkan
atas unit administrasi, sosial, kebijakan local, ekonomi, target).
c. Berapa biaya intervensi pangan dan gizi? (ini termasuk dampak gizi).
d. Bagaimana intervensi dapat saling menunjang dengan intervensi lain?
e. Dapatkah intervensi pangan dan gizi yang spesifik menjadi bagian dari kegiatan
pembangunan?
f. Dapatkah kebijakan program pembangunan berorientasi terhadap perbaikan
konsumsi pangan golongan sasran yang sangat membutuhkan?
6. Program Implementasi Pelaksanaan ( Implementasi )
a. Siapa lembaga, organisasi atau individu yang bertanggung jawab terhadap
intervensi?
b. Bagaimana hubungan antar dan inter organisasi atau lembaga?
c. Dalam bentuk dan mekanisme apa lokasi pembiayaan?
d. Kapan waktu yang terbaik untuk pelaksanaan intervensi?

7. Evaluasi
a. Apa keuntungan dari evaluasi?
b. Untuk siapa?
c. Apa kebutuhan spesifik dari konsumen?

10
d. Sampai sejauh mana intervensi dapat berhasil?
e. Apa pengaruhnya secara fisik dan tingkah laku golongan sasaran?
f. Apa penyebab kegagalan?

D. INTERVENSI GIZI DI INDONESIA


1. Pencegahan Overweight / Obesitas
a. Pencegahan Primer : pendekatan komunitas untuk mempromosikan cara hidup
sehat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja dan pusat kesehatan
masyarakat.
b. Pencegahan sekunder : menurunkan prevalensi Obesitas.
c. Pencegahan tertier : mengurangi Obesitas dan komplikasi penyakit yang
ditimbulkannya.
2. Penanggulangan GAKI
Pemberian kapsul minyak beriodium/iodizedoilcapsule pada semua wanita usia subur
dan anak sekolah dasar di daerah endemik. Sumber makanan beryodium yaitu
makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan seafood.
3. Upaya Pemerintah Penanggulangan KVA
Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A Distribusi
kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada bulan februari
dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan (100.000 IU) Pemberian
KIE serta suplemen tambahan pada ibu hamil maupun menyusui Pembekalan KIE
kepada kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam bentuk multivitamin
kepada balita.
Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan keadaan
anak usia sekolah serta pemberian suplemen tambahan kepada anak sekolah
Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen kepada
tenaga kerja wanita. Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada
wanita usia subur (WUS).

4. Penanganan Anemia Gizi Besi


Diprioritaskan pada daerah miskin dengan sasaran utama Ibu hamil, bayi, balita, anak-
anak sekolah dasar. Keterpaduan kegiatan dengan penyuluhan gizi, peningkatan
pendapatan, peningkatan pelayanan kesehatan, KB, peningkatan peran serta
masyarakat dan peningkatan upaya pemantauan tumbuh kembang anak melalui
keluarga, dasawisma dan posyandu.
5. Program pemerintah penanggulangan / KEP
Diprioritaskan kepada daerah miskin dengan sasaran utama ibu hamil, bayi, balita,
anak - anak sekolah dasar.

11
Keterpaduan kegiatan dengan penyuluhan gizi, peningkatan pendapatan, peningkatan
pelayanan kesehatan, KB, peningkatan peran serta masyarakat dan peningkatan upaya
pemantauan tumbuh kembang anak melalui keluarga, dasawisma dan posyandu.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Intervensi gizi merupakan suatu tindakan yang di dalamnya mencakup
perencanaan dan implementasi untuk masalah gizi yang telah di identifikasi. Intervensi
gizi berupa upaya yang dilakukan pihak-pihak tertentu dalam suatu rancangan kerja yang
bertujuan untuk mencapai kondisi yang lebih baik lagi dibidang gizi. Ada beberapa jenis
dan perencanaan dari intervensi gizi yang biasa terjadi.

12
Intervensi terjadi biasanya di negara – negara berkembang salah satunya yaitu di
Indonesia, untuk itu Indonesia juga melakukan beberapa program intervensi untuk
mengatasi masalah gizi yang terjadi seperti, KEP, AGB, KVA, GAKI, dan obesitas.
B. SARAN
Untuk mengatasi masalah gizi yang terjadi terutama di Indonesia, maka
pemerintah yang bersama – sama dengan masyarakat harus melakukan intervensi di
bidang gizi agar masalah ini dapat diatasi, sehingga status gizi di Indonesia dapat
meningkat.

13

Anda mungkin juga menyukai