Anda di halaman 1dari 14

STUDI ALTERNATIF PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BANDARA SULTAN

HASANUDDIN

Dedy Pranata 1
D 111 09 283
Johannes Patanduk 2
Irwan Ridwan Rahim 3
1
Mahasiwa S1 Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
2, 3
Staf pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Abstrak
Peningkatan jumlah timbulan sampah dipengaruhi oleh aktifitas pengunjung dan pengguna
transportasi udara di bandara yang terus bertambah dan berkembang kapasitas penerbangannya setiap
tahun. Apabila tidak diimbangi dengan sistem pengelolaan yang tepat, dapat menghambat aktifitas di bandara
dan menjadi permasalahan yang sulit diselesaikan. Kebijakan pihak bandara dalam pengelolaan sampah
saat ini hanya menerapkan singgle method, yaitu wadah-kumpul-angkut-buang, sampah sepenuhnya dibuang
ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Untuk mencegah kebuntuan sistem pengelolaan sampah, perlu
dikembangkan metode-metode pengelolaan alternatif guna mengoptimalkan proses pengelolaan sampah yang
dihasilkan di Bandara Sultan Hasanuddin, sehingga dapat mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA
dan memaksimalkan penggunaan kembali material serta penghematan terhadap biaya pengelolaan sampah
bandara. Adapun pengambilan dan pengukuran sampel sampah dengan menggunakan metode SNI 19-3964-
1994 (metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan). Jumlah
timbulan sampah yang dihasilkan di Bandara Sultan Hasanuddin pada tahun 2014 sebesar 3.559m³/tahun.
Proyeksi jumlah volume timbulan sampah tahun 2033 sebesar 8.261 m³/tahun, dengan pertumbuhan volume
timbulan sampah mencapai 57%. Pada sistem pengelolaan eksisting, jumlah timbulan sampah tahun 2014
sebanyak 9,75 m³/hari yang dapat didaur ulang sebesar 6,52 m³ dan komposisi sampah organik yang dapat
dijadikan kompos sebesar 3,23 m³. Selain sampah yang dapat di daur ulang, sisanya sebesar 3, 55 m³ diangkut
menuju TPA. Sedangkan sistem alternatif pengelolaan sampah metode komposting, menghasilkan pupuk
kompos sebesar 0,81 m³. Sehingga total jumlah timbulan yang akan diangkut menuju TPA berkurang menjadi
2,74 m³/hari. Biaya operasional pengelolaan eksisting sampah bandara yang harus dikeluarkan pihak
bandara untuk mengelola sampah pada tahun 2014 sebesar Rp. 244.100.000,-/tahun. Sedangkan biaya
operasional pengelolaan alternatif sampah bandara yang direncanakan, pihak bandara mengeluarkan biaya
sebesar Rp. 144.590.250,-/tahun. Pihak bandara dapat melakukan penghematan terhadap biaya pengelolaan
sampah sebesar Rp. 99.509.750,-/tahun. Selain penghematan biaya operasional pengelolaan, jumlah volume
timbulan sampah yang akan diangkut menuju TPA Tabbangae, Maros mengalami pengurangan sebesar 23 %
dari 1296 m³/tahun menjadi 1000 m³/tahun.

Kata Kunci : Peningkatan Jumlah Timbulan, Bandara Hasanuddin, Metode Alternatif, SNI 19-3964-1994, Manfaat
pengelolan, Sampah.

PENDAHULUAN kesehatan lingkungan, terutama kehidupan


manusia. Beberapa permasalahan yang berkaitan
Sampah adalah limbah yang bersifat padat dengan keberadaan sampah, di antaranya
terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang (Damanhuri, 2004): sampah menimbulkan perasaan
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak estetik, menjijikkan, dan mengganggu mata;
tidak membahayakan lingkungan (Damanhuri, menjadi sarang penyakit; menimbulkan bau yang
2004). Sampah yang dibuang ke lingkungan akan akan mencemari udara; pencemaran air dan dapat
menimbulkan masalah bagi kehidupan dan menyebabkan banjir. Untuk mencegah terjadinya
gangguan terhadap lingkungan dan kesehatan kebutuhan sanitasi yang harus disediakan di dalam
manusia, perlu dirancang suatu sistem pengelolaan dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi
persampahan yang baik dan lengkap. Pengelolaan kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor atau air
sampah harus berdasarkan data timbulan dan limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air
kompsisi sampah yang ada. (Damanhuri, 2004) hujan. Limbah adalah suatu benda yang dianggap
Bandara sebagai salah satu fasilitas umum tidak berguna lagi, dapat menimbulkan penyakit,
dalam bidang transportasi menghasilkan timbulan serta dapat merusak lingkungan, merupakan benda
sampah dalam jumlah yang besar. Peningkatan buangan yang timbul dari aktivitas masyarakat.
jumlah timbulan sampah dipengaruhi oleh aktifitas Bentuk limbah dapat berupa limbah padat, cair, dan
pengunjung dan pengguna transportasi udara yang gas. Sementara dalam jurnal yang berjudul “Studi
terjadi di bandara akibat pola konsumtifnya. Timbulan dan Komposisi Sampah Bandara
Bandara Sultan Hasanuddin merupakan bandara Internasional Mingkabau (BIM)”, sampah adalah
bertaraf internasional dan pintu gerbang bandara limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik
udara untuk kawasan timur Indonesia, di mana akan dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi
terus bertambah dan berkembang kapasitas dan harus dikelola agar tidak membahayakan
penerbangannya setiap tahun. Sehingga lingkungan (Damanhuri, 2004).
pertambahan jumlah pengunjung dan pengguna
transportasi udara yang tiba, berangkat, dan transit Secara definisi, sampah adalah semua jenis
menyebabkan peningkatan jumlah timbulan sampah bahan buangan baik yang berasal dari manusia atau
setiap tahun. binatang yang biasanya berbentuk padat. Umumnya
Peningkatan jumlah penumpang yang bahan-bahan tersebut dibuang karena dirasakan
menyebabkan semakin tingginya jumlah timbulan oleh pemiliknya sebagai barang yang tidak
sampah, jika tidak diimbangi dengan sistem berharga, tidak bernilai, dan tidak diinginkan
pengelolaan yang tepat, dapat menghambat aktifitas (Tchobanoglous, 1977).
di bandara dan menjadi permasalahan yang sulit
diselesaikan. Untuk mencegah terjadinya gangguan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
terhadap aktifitas bandara, perlu dirancang suatu Nomor : 18 tahun 2008, yang dimaksud dengan
sistem pengelolaan persampahan yang baik dan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
lengkap berdasarkan data timbulan dan komposisi sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan
sampah yang ada. yang meliputi pengurangan dan penanganan
Pengelolaan sampah saat ini hanya sampah.
menggunakan singgle method, yaitu wadah- Pengelolaan sampah adalah sebuah upaya
kumpul-angkut-buang, sampah sepenuhnya komprehensif menangani sampah-sampah yang
dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia,
Selain keterbatasan ruang di TPA, jika ada masalah dikelompokkan menjadi enam elemen terpisah
dengan sarana pendukung pengelolaan sampah yaitu pengendalian bangkitan (timbulan sampah),
(transportasi pengangkut sampah) dan TPA maka penyimpanan (pewadahan), pengumpulan,
seluruh sistem pengelolaan sampah menjadi pemindahan dan pengangkutan), pengolahan, dan
tersendat dan mengganggu aktifitas di bandara. pembuangan (disposal) (Tchobanoglous, 1977)
Untuk mencegah kebuntuan sistem pengelolaan
sampah, perlu dikembangkan metode-metode Pemisahan elemen-elemen ini sangat penting
pengelolaan alternatif. karena pengelolaan setiap elemen sangat dinamis,
Dari gambaran permasalahan ini, sangat penting khususnya mengikuti perkembangan teknologi dan
untuk melakukan kajian lebih lanjut tentang upaya budaya serta bervariasi dari suatu tempat ke tempat
untuk mengoptimalkan proses pengelolaan sampah lainnya. Agar sistem pengelolaan sampah dapat
yang dihasilkan di Bandara Sultan Hasanuddin, berlangsung efisien maka setiap elemen baik
sehingga dapat mengurangi volume sampah yang sendiri-sendiri maupun bersama harus dikelola
masuk ke TPA dan memaksimalkan penggunaan secara optimal dengan mempertimbangkan sebagai
kembali material serta penghematan terhadap biaya keterbatasan seperti biaya, teknologi, pendidikan
pengelolaan sampah bandara. dan perilaku masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut UU Sanitasi no. 28 tahun 2002 pasal
24 ayat pertama, sistem sanitasi merupakan
𝑃𝑛 = 𝑃0 (1 + 𝑟)𝑛
Bangkitan Sampah
𝑃𝑡 1
𝑟 = [( ) 𝑡 − 1] x 100%
𝑃𝑜
Dimana :
Pn = jumlah penumpang pada proyeksi tahun ke-n
Pewadahan
P0 = jumlah penumpang pada tahun dasar
Pt = jumlah penumpang pada akhir tahun data
R = laju pertumbuhan penumpang
Pengumpulan n = jumlah tahun proyeksi
Metode Aritmatika
Rumus umum yang digunakan dalam metode
tersebut adalah :
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + (𝑛. 𝑞)
𝑃2 − 𝑃1
𝑞=
𝑇2 − 𝑇1
Transfer dan Prosesing dan
Transport Pemulihan
Dimana :
Pn = jumlah penumpang pada proyeksi tahun ke-n
P0 = jumlah penumpang pada awal tahun data

N = jumlah tahun proyeksi

Pembuangan Akhir
q = jumlah pertambahan penumpang
P1 = jumlah penumpang yang diketahui pada tahun
Gambar 1. Diagram yang Menunjukkan Hubungan pertama
Antar-elemen Fungsional dalam Sistem P2 = jumlah penumpang yang diketahui pada tahun
Pengelolaan Sampah terakhir
T1 = tahun pertama yang diketahui
Jumlah timbulan sampah merupakan salah satu T2 = tahun terakhir yang diketahui
faktor penting karena jumlah timbulan sampah Metode Last Square/ Regresi
yang diproyeksikan dapat dijadikan referensi dalam Metode regresi digunakan untuk mempelajari
perencanaan pengelolaan sampah yang efektif. dan mengukur hubungan statistik yang terjadi
Jumlah timbulan sampah bandara dipengaruhi oleh antara dua atau lebih variabel. Akibat adanya
tingkat kepadatan penumpang, proyeksi jumlah regresi, menunjukkan adanya kecenderungan
timbulan sampah dapat diketahui berdasarkan kearah rata-rata dan hasil yang sama bagi
produksi sampah yang dihasilkan per penumpang. pengukuran berikutnya untuk meramalkan suatu
Semakin tinggi tingkat kepadatan penumpang variabel dan variabel kedua yang sudah diketahui.
maka semakin besar pula jumlah timbulan yang Dalam regresi sederhana dikajidua variabel,
dihasilkan. Sehingga untuk memprediksi jumlah sedangkan dalam regresi berganda atau majemuk,
timbulan sampah, hal pertama yang dilakukan dikaji lebih daridua variabel.
adalah memprediksi jumlah penumpangnya. Rumus umum yang digunakan dalam metode
Metode yang dipakai untuk memperkirakan jumlah tersebut adalah :
penumpang dimasa yang akan datang adalah data 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏
peningkatan penumpang pada tahun yang telah lalu. Dimana :
Perhitungan proyeksi dapat dilakukan dengan y = jumlah penumpang pada tahun proyeksi
berbagai metode. Untuk menentukan metode x = tahun yang ingin diproyeksikan
proyeksi yang akurat, ditentukan dahulu nilai a,b = konstanta
koefisien korelasi ( r ) dari masing-masing metode 𝑛. Σ𝑥𝑦 − Σ𝑥. Σ𝑦
𝑎 =
proyeksi. Metode proyeksi yang nilai koefisien 𝑛. Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
korelasinya mendekati 1 adalah yang digunakan. Σ𝑦.Σ𝑥 2 − (Σ𝑥.𝑥𝑦)
𝑏 =
𝑛.Σ𝑋𝑌−Σ𝑋.Σ𝑌 𝑛.Σ𝑥 2 −(Σ𝑥)2
Rumus Korelasi :𝑟 = 2 2 2 2 0,5
[(𝑛.Σ𝑋 −(Σ𝑋) .(𝑛.Σ𝑌 −(Σ𝑌) ]
Metode yang digunakan untuk menentukan Pengelolaan sampah saat ini hanya mengunakan
proyeksi antara lain adalah sebagai berikut : single method, yaitu wadah-kumpul-angkut-buang,
MetodeGeometrik sampah sepenuhnya dibuang ke Tempat
Rumus umum yang digunakan dalam metode Pembuangan Akhir (TPA). Sehingga jika ada
tersebut adalah : masalah dengan transportasi sampah dan TPA
maka seluruh sistem pengelolaan sampah menjadi 2. Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat
macet (Buku Pedoman Implementasi 3R Skala pembuangan akhir (TPA)
Kota, BLH). Untuk mencegah kebuntuan sistem 3. Mengurangi lahan TPA
pengelolaan sampah, perlu dikembangkan metode- 4. Menyediakan pupuk organik yang murah dan
metode lain. Salah satu metode yang sangat visible ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
dan reallistic dikembangkan adalah implementasi sendiri dan sekitarnya.
prinsip 3R; Reduce, Reuse, dan Recycle, dan
Kompos. Dengan menerapkan pola ini maka diharapkan
a. Reduce (Mengurangi) sampah berkurang dari sumbernya sehingga
Prinsip reduce atau mengurangi sampah adalah sampah yang dibuang ke TPA juga berkurang.
segala aktifitas yang mampu mengurangi dan Penerapan prinsip 3R dan kompos sedekat mungkin
mencegah timbulan sampah. Dalam penerapan dengan sumber sampah juga diharapakan depat
prinsip reducesebisa mungkin dilakukan mengurangi biaya transportasi sampah ke TPA.
minimalisasi barang atau material yang Serta dapat menjadi alat optimalisasi pemanfaatan
dipergunakan. Semakin banyak penggunaan sampah sehingga sampah memiliki nilai ekonomis
material, maka semakin banyak sampah yang dan dapat membuka lapangan kerja (Buku Pedoman
dihasilkan. Implementasi 3R Skala Kota, BLH).

b. Reuse (Menggunakan kembali) Sampah padat yang dihasilkan dari aktivitas di


Prinsip reuseadalah kegiatan penggunaan bandara umumnya menyerupai sampah perkotaan.
kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi Sampah kota secara sederhana diartikan sebagai
yang sama atau yang lain. Sebisa mungkin pilihlah sampah organik maupun anorganik yang dibuang
barang-barang yang bisa dipakai kembali.Hindari oleh masyarakat dari berbagai lokasi di kota
pemakaian barang-barang yang disposable (sekali tersebut. Adapun jenis-jenis sampah yang
pakai, buang).Hal ini dapatmemperpanjang waktu dihasilkan dari aktivitas bandara dapat dilihat pada
pemakaian barang sebelum menjadi sampah. gambar 2 berikut.
Berikut ini beberapa contoh penerapan prinsip
reuse : 2.378% 6.769%
c. Recycle (Mendaur ulang) Sisa Makanan
0.559% 2.335% 26.370
0.264%
Prinsip recycle adalah kegiatan mengelola % Plastik
0.179%
sampah untuk dijadikan barang atau produk baru Kertas
yang bermanfaat. Sebisa mungkin, semua barang-
barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur Kain
ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, 36.192 24.954 Kayu
namun saat ini sudah banyak industri non-formal % % Kaca
dan industri rumah tangga yang memanfaatkan
sampah menjadi barang lain.Langkah-langkah yang Sisa Halaman
perlu dilakukan dalam proses daur ulang, yaitu Kaleng/besi
sebagai berikut :
d. Kompos Gambar 2 Komposisi Sampah Bandara
Kompos adalah hasil penguraian dari campuran Internasional Hasanuddin (Agnes Yemima 2013)
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat oleh Berdasarkan gambar 2, dapat diketahui bahwa
populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi komposisi sampah terbesar adalah kertas sebesar
lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau 36,192%, sedangkan komposisi sampah terkecil
anaerobik. Komposting adalah suatu proses adalah kain sebesar 0,179%. Di samping itu,
perubahan bahan-bahan organik yang dapat diurai komposisi sampah berupa sisa makanan sebesar
(biodegradable) yang terdapat di dalam sampah 26,370%, plastik sebesar 24,954%, kayu sebesar
menjadi bahan yang stabil dan tidak berbau- 0,559%, kaca sebesar 2,378%, sisa halaman sebesar
kompos. Proses ini memerlukan bantuan 6,76%, kaleng/besi sebesar 2,335%, serta karet
mikroorganisme, dalam hal ini mikroba aerob yang sebesar 0,264%.
tersedia di alam dan juga oksigen (Soekmana
Soma, 2010). Analisis biaya adalah perhitung biaya
Tujuan pembuatan kompos adalah : pengelolaan sampah eksisting dalam 1 tahun dan
1. Membantu pemerintah dalam mengelola dan menghitung biaya pengelolaan sampah alternatif
mengurangi sampah juga dalam 1 tahun. Kemudian hasil perhitungan
tersebut dibandingkan untuk mengetahui apakah Bahan, Alat dan Cara Penelitian
sistem pengelolaan alternatif lebih menguntungkan,
baik dari sisi lingkungan, sosial, maupun finansial a. Materi yang diteliti adalah : sampah yang berada di
dibandingkan dengan pengelolaan sampah Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Makassar yang
eksisting. Dalam menganalisa biaya pengelolaan, berasal dari area parkiran, area kargo, serta area
maka diperlukan serangkaian analisis dengan terminal yang meliputi keberangkatan, kedatangan,
menggunakan beberapa asumsi, parameter dan check in, counter, ruang karyawan, minimarket,
indikator keuangan guna melihat sejauh mana cafe, serta restoran yang telah dikumpulkan di
manfaat ekonomi yang dapat diperoleh (Buku tempat pembuangan sementara (TPS). Analisis
Pedoman Implementasi 3R Skala Kota, BLH). komposisi jumlah timbulan, di dasarkan pada data
Benefit (manfaat) yang dapat diidentifikasi hasil komposisi dan karakteristik sampah Bandara
dari implementasi program 3R sampah kota secara Internasional Sultan Hasanuddin tahun 2013
umum yaitu manfaat ekonomi dan maanfaat (Yemima, 2013). Sedangkan analisis berat timbulan
lingkungan. Manfaat ekonomi misalnya; menggunakan faktor berat jenis sampah yang
penghematan biaya pengelolaan sampah, penjualan ditetapkan Badan Lingkungan Hidup (Buku
produk hasil daur ulang, dan pengomposan, dan Pedoman Implementasi 3R Skala Kota, BLH).
pendapatan masyarakat. Manfaat lingkungan
misalnya; kapasitas pelayanan sampah meningkat 1. Sampah tercampur di TPS adalah 350 kg/m³
baik dari segi jumlah maupun luas areal pelayanan,
lingkungan menjadi bersih, sampah yang dibuang 2. Sampah setelah dicacah dengan mesin adalah 650
ke TPA dapat dikurangi sehingga umur TPA bisa kg/m³
lebih lama, atau bahkan suatu ketika tidak
3. Berat jenis kompos adalah 500 kg/m³
diperlukan TPA lagi. Benefit cost analysis pada
hakekatnya adalah membandingkan antara benefit b. Alat
(keuntungan) dengan biaya yang dikeluarkan dalam
1 periode tertentu untuk sejumlah sampah yang 1. Alat pengukur volume sampel yaitu meteran
diolah. Perhitungan benefit yang dapat dikonversi
ke nilai rupiah adalah:
1. Penghematan biaya pengelolaan sampah, baik
pengangkutan maupun biaya landfill di TPA
2. Hasil penjualan kompos dan sampah non organik
hasil pemrosesan; seperti plastik lembaran, plastik
PET, kertas, dan sebagainya.
3. Biaya konversi pengurangan gas metan yang lepas
ke udara yang didasarkan pada jumlah sampah yang
berkurang.
4.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah survey.
Bentuk penelitian ini dilakukan dengan cara Gambar 3 Meteran
wawancara, observasi langsung terhadap sistem
pengelolaan sampah, serta pengambilan dan 2. Sarung tangan
pengukuran sampel timbulan sampah dengan
metode SNI 19-3964-1994 untuk mendapatkan
informasi yang lebih tepat, dan dapat dipercaya
berupa data primer dan data sekunder sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan untuk mendukung
penulisan tugas akhir ini.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama 8 (delapan) hari
berturut-turut berlokasi di tempat penampungan
sementara (TPS) Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin, Makassar. Sementara waktu penelitian Gambar 4 Sarung Tangan
ini mulai dilakukan pada tanggal 22 Februari – 1
Maret 2014.
c. Cara pengerjaan pengambilan dan pengukuran HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel : Jumlah Timbulan Sampah di Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin Tahun 2014
1. Menentukan lokasi pengambilan sampel Untuk mengetahui jumlah timbulan sampah di
Bandara Hasanuddin, maka dilakukan pengukuran
dengan mengacu pada SNI 19-3964-1994. Berikut
hasil pengukuran timbulan sampah yang terdapat di
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
Diperoleh hasil rata-rata sampah yang
dihasilkan di Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin sebesar 9,75 m3/hari. Adapun jumlah
timbulan sampah yang didapatkan berdasarkan
pengamatan ritasi mobil sebagai berikut.
 Ritasi I (17.30-11.00), sampah yang dihasilkan
sebesar 5,98 m3.
 Ritasi II (11.00-17.30), sampah yang dihasilkan
Gambar 5 Beberapa Contoh Sampah Bandara sebesar 3,77 m3.
Yang Telah Terkumpul di TPS
Proyeksi Jumlah Penumpang Tahun Rencana
2. Menentukan jumlah tenaga pelaksana yaitu 3 orang Timbulan sampah yang dihasilkan di Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin dipengaruhi oleh
3. Menyiapkan peralatan jumlah penumpang, baik penumpang yang datang
maupun berangkat dikarenakan pola konsumtif
d. Melaksanakan pengambilan dan pengukuran masyarakat. Diasumsikan bahwa pertumbuhan
volume contoh timbulan sampah jumlah timbulan sampah berbanding lurus dengan
pertumbuhan jumlah penumpang. Sehingga
1. Semua sampah yang telah diambil dari sumber proyeksi jumlah penumpang periode 20 tahun perlu
sampah, kemudian dikumpulkan. diketahui untuk mengetahui jumlah timbulan
sampah yang dihasilkan. Metode yang digunakan
2. Sampah yang terkumpul lalu diangkut ke dalam bak adalah metode geometri, metode arimatik, dan
truk sampah dan dipadatkan. regresi (least square). Berikut adalah analisis ketiga
metode tersebut.
3. Mengukur volume sampah yang diangkut truk per
ritasi dengan cara mengukur luas dimensi sampah
Tabel 1 Data Jumlah Penumpang 10 tahun terakhir
yang telah dipadatkan di dalam bak truk sesuai
dengan luasan dimensi bak truk sampah yang
berukuran 6 m³ sebagai acuannya. Bak truk sampah
memiliki panjang 3 m, lebar 2 m, dan tinggi 1 m. Jumlah
Tahun
Penumpang
Pengambilan dan pengukuran sampel timbulan
sampah yang dilakukan, berpedoman pada metode 2003 2.633.712
SNI 19-3964-1994. Adapun metode sampling 2004 3.636.398
dilakukan dengan sampel tidak acak (nonrandom 2005 3.597.238
sampling). Unsur yang terpilih menjadi sampel bisa
2006 4.044.510
disebabkan karena faktor lain yang sebelumnya
sudah direncanakan peneliti, dalam hal ini sampel 2007 4.465.775
diambil di setiap lokasi yang telah ditentukan 2008 4.706.189
sebagai sumber sampah di Bandara Hasanuddin. 2009 5.161.289
Jenis dari metode sampling yang digunakan yaitu 2010 6.546.942
purposive sampling, di mana sampel diambil
2011 7.455.408
dengan maksud atau tujuan tertentu. Tujuan dari
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah 2012 8.594.339
untuk mengetahui jumlah volume timbulan sampah 2013 9.645.386
yang dihasilkan per hari di Bandara Sultan JUMLAH 60.487.186
Hasanuddin. (Sumber: PT. Angkasa Pura 1)
Tabel 3 Rekapitulasi Proyeksi Jumlah Volume
Metode Regresi Metode Timbulan Sampah yang dihasilkan Bandara
Tahun Metode Geometrik
(Least Square) Arimatik Internasional Sultan Hasanuddin.

2014 10.982.336 9.433.791 10.346.553 Sampa


2015 12.504.602 10.089.836 11.047.721 h Sampah
Tahun Penumpang
(m3/tah (m3/hari)
2016 14.237.870 10.745.881 11.748.888 un)
2017 16.211.386 11.401.926 12.450.056
18.458.452 12.057.971 2014 9.433.791 3.559 9,8
2018 13.151.223
2019 21.016.985 12.714.016 13.852.390 2015 10.089.836 3.806 10,4
2020 23.930.157 13.370.061 14.553.558 2016 10.745.881 4.054 11,1
2021 27.247.125 14.026.106 15.254.725 2017 11.401.926 4.301 11,8
2022 31.023.858 14.682.151 15.955.893
2018 12.057.971 4.549 12,5
2023 35.324.087 15.338.196 16.657.060
2024 40.220.371 15.994.241 17.358.227 2019 12.714.016 4.796 13,1

2025 45.795.332 16.650.286 18.059.395 2020 13.370.061 5.044 13,8


2026 52.143.039 17.306.331 18.760.562 2021 14.026.106 5.291 14,5
2027 59.370.605 17.962.376 19.461.730
2022 14.682.151 5.539 15,2
2028 67.599.986 18.618.421 20.162.897 0,00
2023 15.338.196 5.786 m3/ora 15,9
2029 76.970.045 19.274.466 20.864.064 0377
ng
87.638.891 19.930.511 2024 15.994.241 6.034 2 16,5
2030 21.565.232
2031 99.786.550 20.586.556 22.266.399 2025 16.650.286 6.281 17,2
2032 113.618.000 21.242.601 22.967.567 2026 17.306.331 6.529 17,9
2033 129.366.632 21.898.646 23.668.734
2027 17.962.376 6.776 18,6

Tabel 2 Proyeksi jumlah penumpang (sumber: 2028 18.618.421 7.024 19,2


hasil pengolahan data) 2029 19.274.466 7.271 19,9

Dengan menggunakan metode korelasi maka 2030 19.930.511 7.518 20,6


hasil proyeksi jumlah penumpang yang digunakan 2031 20.586.556 7.766 21,3
yaitu metode Regresi (Least Square) karena
memiliki nilai koefisien korelasi mendekati 1. 2032 21.242.601 8.013 22,0

2033 21.898.646 8.261 22,6


Proyeksi Jumlah Timbulan Sampah Tahun (sumber: hasil pengolahan data)
Rencana
Dari hasil regresi di atas, proyeksi jumlah Konsep Pengelolaan Kondisi Eksisting
timbulan sampah untuk 20 tahun mendatang dapat
diketahui. Jika jumlah volume timbulan sampah di Dari gambar 6. skenario kondisi eksisting di
Bandara Sultan Hasanuddin pada tahun 2014 diketahui bahwa timbulan sampah yang telah
sebesar 3.559 m³/tahun, dan proyeksi kepadatan terkumpul dari sumber-sumber sampah di Bandara
penumpang pada tahun 2014 sebesar 9.433.791 Sultan Hasanuddin terjadi proses transfer sampah
jiwa, maka jumlah volume timbulan sampah yang menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS).
dihasilkan sebesar 0,0003772 m³/jiwa. Maka Setelah timbulan sampah terkumpul di TPS,
proyeksi jumlah volume timbulan sampah pada dilanjutkan proses pengolahan berupa daur ulang
tahun 2033 dengan kepadatan penumpang (recycling) dimana terjadi pemilahan terhadap
21.898.646 orang sebesar 8.261 m³/tahun. Dari sampah-sampah yang masih bernilai guna (non
hasil proyeksi di atas diketahui pertumbuhan organik). Proses dilanjutkan dengan pengepakan
jumlah volume timbulan sampah di Bandara atau packing terhadap sampah yang telah dipilah
Internasional Sultan Hasanuddin 20 tahun untuk dijual, adapun sampah-sampah hasil yang
mendatang mencapai 57 %. tidak mengalami pemilahan (residu), kemudian
diangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir
(TPA).
Untuk skenario pengelolaan alternatif,
ditambahkan proses penglohan metode komposting
terhadap sampah organik, pemilihan metode ini
akibat kondisi pada skenario pengelolaan eksisting
yang tidak dilakukan proses pengelolaan terhadap
sampah organik (diangkut langsung menuju TPA).
Menurut hasil komposisi dan karakteristik sampah
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin tahun
2013, diketahui sebesar 6,769% sisa halaman dan
26,370% sisa makanan. Apabila dijumlahkan, maka
persentase sampah bandara yang berpotensi sebagai
bahan komposting sebesar 33,139%. Dengan
adanya proses komposting, diharapkan jumlah
timbulan sampah yang akan diangkut menuju TPA
akan berkurang, dan hasil pengelolaan sampah
organik hasil komposting dapat dimanfaatkan untuk
digunakan maupun dijual.

Gambar 6. Skenario Sampah Bandara Sultan Kapasitas Produksi Kondisi Eksisting


Hasanuddin Kondisi Eksisting.
Setelah semua sampah telah terkumpul di TPS,
Konsep Pengelolaan Kondisi Alternatif terjadi proses pemilahan terhadap sampah-sampah
yang masih bisa bernilai guna. Proses pemilahan ini
dilakukan atas inisiatif dari para pekerja yang
bertugas untuk mengangkut sampah dari TPS
menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sampah-sampah yang dipisahkan pada tahapan ini
dibagi atas sampah organik dan non organik.
Adapun analisis komposisi untuk jumlah volume
timbulan yang akan dipilah dari 9,75 m³ sampah
yang dihasilkan perhari, didasarkan pada data hasil
komposisi dan karakteristik sampah Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin tahun 2013,
sebagai berikut:

 33,139% atau 3,23 m³ sampah organik


 66,861% atau 6,52 m³ sampah non organik yang
terdiri atas:
- 24,954% atau 2,43 m³ sampah plastik
- 2,335% atau 0,23 m³ sampah besi / kaleng
- 36,192% atau 3,53 m³ sampah kardus dan kertas
- 3,380% atau 0,32 m³ sampah karet, kain, dan kayu

Setelah pemilahan selesai dilakukan, sebanyak


63,481% atau 6,19 m³ sampah hasil pemilahan
dipacking dan digudangkan untuk dijual.
Sedangkan 3,380% atau 0,32 m³ yang terdiri dari
sampah karet, kain dan kayu kemudian diangkut
bersama sampah organik oleh mobil pengangkut
Gambar 7. Skenario Sampah Bandara Sultan sampah menuju TPA Tabbangae, Maros. Jumlah
Hasanuddin Kondisi Alternatif timbulan sampah setelah proses pemilahan yang
diangkut menuju TPA sebesar 3,55 m³/hari dari
total timbulan sampah bandara.
Sampah yang telah melalui proses pemisahan di
TPS, kemudian diangkut menuju TPA Tabbangae,
Maros dengan menggunakan truk pengangkut
sampah standar (Isuzu 120 Ps) milik PT Angkasa
Pura 1. Dari hasil wawancara dengan pihak PT.
Angkasa Pura 1, waktu operasional mobil
pengangkut sampah dibagi menjadi 2 shift, dengan
pertimbangan seluruh jumlah timbulan sampah
yang dihasilkan bandara per hari yang telah
terkumpul di TPS akan diangkut langsung menuju
TPA. Jadwal waktu pengangkutan nya yaitu :
Gambar 8 Proses pemilahan di TPS Pagi : 07.30-11.00 (dibawa ke TPA pukul 11.00)

Sore : 15.00-17.30 (dibawa ke TPA pukul 17.30)

Namun kenyataan di lapangan terjadi proses


pemilahan yang dilakukan oleh pekerja yang
bertugas dalam proses pengangkutan, sehingga
jumlah volume timbulan yang akan diangkut dari
TPS menuju TPA telah berkurang. Jarak tempuh
dari TPS menuju TPA Tabbangae, Maros + 10 km,
Gambar 9 Sampah hasil pemilahan di TPS
dan bahan bakar yang dikonsumsi kendaraan
pengangkut sebanyak 480 liter/bulan. Terdapat 1
personil supir dan 3 personil awak pengangkutan
Kapasitas Produksi Kondisi Alternatif
yang bertugas dalam pengangkutan sampah dari
Dari hasil analisis kondisi eksisting, diketahui TPS menuju TPA. Untuk biaya retribusi (tipping
bahwa 3,23 m³ sampah organik dari seluruh jumlah fee) TPA yang dikeluarkan oleh pihak bandara
timbulan sampah bandara yang dihasilkan per hari disesuaikan dengan mobil pengangkut yang
dibuang langsung menuju TPA. Maka dari itu digunakan. Untuk mobil pengangkut sampah
perlunya penanganan terhadap jenis sampah standar dikenakan tarif sebesar Rp 50.000/ritasi
organik yaitu berupa pengelolaan sampah sistem sedangkan untuk tarif masuk bandara sebesar Rp.
komposting yang berlokasi di TPS dengan harapan 30.000/bulan.
dapat mengurangi jumlah timbulan yang akan
diangkut menuju TPA, dan hasil pengelolaan Proses Pengangkutan Kondisi Alternatif
sampah organik berupa pupuk kompos dapat
Dari kondisi alternatif pengelolaan sampah di
dimanfaatkan langsung maupun dijual
Bandara Sultan Hasanuddin, diketahui jumlah
Kapasitas produksi kompos yang dapat timbulan sampah sisa pengelolaan alternatif yang
dihasilkan adalah 25% dari jumlah total bahan baku akan dibuang menuju TPA sebanyak 2,74 m³ per
sampah organik. Jika 33,139% atau 3,23 m³ sampah hari. Sehingga direncanakan pengurangan jumlah
yang dihasilkan Bandara Sultan Hasanuddin adalah ritasi pengangkutan timbulan sampah ke TPA
sampah organik, maka total produksi diperoleh 0,81 sebanyak 1 kali per hari sebagai bentuk efisiensi
m³/hari. Berarti selama 1 bulan dapat diproduksi dari pengelolaan sampah hasil pengamatan di
kompos sebanyak 24.3 m³. Sedangkan 24,723% lapangan. Pengurangan jumlah ritasi pengangkutan
atau 2,42 m³ sampah organik yang tidak digunakan diharapkan dapat mengurangi jumlah pengurangan
(residu) akan dibuang bersama 3,380% atau 0,32 bahan bakar untuk kendaraan pengangkut.
m³ dari sampah non organik hasil pemilahan
(recycling). Sehingga total jumlah timbulan sampah
yang akan diangkut menuju TPA sebesar 2,74 m³
atau 28,103% dari total timbulan sampah yang
dihasilkan Bandara Sultan Hasanuddin per hari.

Proses Pengangkutan Kondisi Eksisting Gambar 10 Proses Pengangkutan Sampah Menuju


TPA
Analisis Biaya (Cost Analysis) Analisis perhitungan biaya sistem pengelolaan
eksisting didasarkan pada pengelolaan
Tujuan dari analisis biaya adalah untuk pengangkutan sampah dari bandara menuju TPA.
menghitung biaya pengelolaan sampah eksisting Sedangkan analisis biaya sistem pengelolaan
dalam 1 tahun dan menghitung biaya pengelolaan alternatif pada pengelolaan pengangkutan sampah
sampah alternatif juga dalam 1 tahun lalu dari bandara menuju TPA dan proses komposting di
membandingkan untuk mengetahui apakah sistem TPS. Analisis perhitungan biaya pengelolaan dapat
pengelolaan alternatif lebih menguntungkan, baik dilihat pada tabel 4 dan 5.
dari sisi lingkungan, sosial, maupun finansial
dibanding dengan sistem pengelolaan sampah
eksisting.

Tabel 4 Analisa Biaya Satuan Sampah Eksisting Bandara Sultan Hasanuddin Tahun 2014

Tabel 5. Analisa Biaya Satuan Sampah Alternatif Bandara Sultan Hasanuddin

- Peralatan Fasilitas Komposting = Rp2.310.000


Komposting (Pengolahan)

- Biaya Pemeliharaan Peralatan Fasilitas Komposting = Rp115.500 /Tahun


- Bangunan Fasilitas Komposting = Rp3.195.000
- Biaya Pemeliharaan Bangunan Fasilitas Kompos = Rp159.750 /Tahun
- 3 personil pengomposan @Rp 2.500.000,-/bulan = Rp90.000.000 /Tahun
- Bahan Bakar Mesin Crusher 45 liter/bulan @Rp10.000/liter = Rp5.400.000 /Tahun
- Biaya bahan produksi kompos = Rp10.272.500 /Tahun +
SUB TOTAL BIAYA = Rp111.452.750 /Tahun
Transportation and

- Dump Truck (Izuzu 120 Ps) = Rp24.800.000


Dumping

- Biaya Pemeliharaan Dump Truck = Rp1.240.000 /Tahun


- 1 personil Supir @Rp 2.800.000,-/bulan = Rp33.600.000 /Tahun
- Personil awak pengangkutan (Personil Pengomposan)
- Tarif pas masuk bandara @Rp 30.000,-/bulan = Rp360.000 /Tahun
- Tipping Fee TPA @Rp. 50.000,-/Rit
- 50000 x 1 Ritasi = 50000 /hari = Rp18.250.000 /Tahun
- Bahan Bakar 240 liter/bulan @Rp10.000/liter*** = Rp28.800.000 /Tahun +
SUB TOTAL BIAYA = Rp107.050.000 /Tahun
- Hasil Penjualan Kompos (147825 kg x Rp. 500,-/kg) = Rp73.912.500 /Tahun
Benefit
SUB TOTAL BIAYA = Rp73.912.500 /Tahun -
TOTAL = Rp144.590.250 /Tahun
/m3
TOTAL VOLUME TIMBULAN SAMPAH = 3.559 Tahun
BIAYA OPERASIONAL SAMPAH PER m³ = Rp40.630 /m3
2. Dari hasil pengamatan terhadap pengelolaan
sampah di Bandara Internasional Sultan
Dari analisa biaya operasional diketahui Hasanuddin (eksisting), maka dapat diketahui
biaya operasional pengelolaan eksisting sampah bahwa pengelolaan sampah dimulai dari sumber
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin tahun sampah hingga pengangkutan menuju Tempat
2014 yang harus dikeluarkan pihak bandara Pembuangan Akhir Tabbangae, Maros. Ketika
sebesar Rp. 244.100.000,-/tahun. Sedangkan biaya sampah berada di TPS, terjadi proses pemilahan
operasional pengelolaan alternatif sampah bandara sampah sebelum akhirnya dibawa menuju TPA
yang direncanakan, pihak bandara mengeluarkan oleh mobil pengangkut sampah milik PT Angkasa
biaya sebesar Rp. 144.590.250,-/tahun. Dari kedua Pura 1. Diketahui jumlah timbulan sampah tahun
biaya pengelolaan diatas diketahui bahwa pihak 2014 sebanyak 9,75 m³/hari yang dapat didaur
bandara dapat melakukan penghematan terhadap ulang sebesar 6,52 m³ dan komposisi sampah
biaya pengelolaan sampah sebesar Rp. 99.509.750,- organik yang dapat dijadikan kompos sebesar 3,23
/tahun. Penghematan biaya operasional yang m³, serta 0,32 m³ yang terdiri dari karet, kain, dan
didapat dari sistem pengelolaan alternatif adalah kayu. Selain sampah yang dapat di daur ulang,
sebagai berikut. sisanya sebesar 3, 55 m³ diangkut menuju TPA
sehingga pengelolaan sampah eksisting cenderung
1. Hasil dari penjualan kompos (benefit) sebanyak tidak efektif. Dari sistem alternatif pengelolaan
405 kg/hari untuk 1 (satu) tahun sebesar Rp. sampah dengan metode komposting, kapasitas
73.912.500,- produksi kompos dari 25% jumlah total bahan baku
2. Adanya pengurangan jumlah ritasi pengangkutan sampah organik sebesar 3,23 m³ dapat
timbuan sampah ke TPA sebagai bentuk efisiensi menghasilkan pupuk kompos sebesar 0,81 m³
dari pengelolaan sampah hasil pengamatan di dengan berat 405 kg. Sehingga total jumlah
lapangan. timbulan yang akan diangkut menuju TPA
3. Adanya pengurangan jumlah penggunaan bahan berkurang menjadi 2,74 m³/hari. Lokasi pengolahan
bakar untuk kendaraan pengangkut akibat dapat rencanakan di TPS, selain karena posisinya
pengurangan jumlah ritasi. yang strategis, juga mempermudah kegiatan
pengomposan.
KESIMPULAN DAN SARAN 3. Dari hasil analisis biaya operasional diketahui biaya
A. Kesimpulan operasional pengelolaan eksisting sampah bandara
Dari hasil penelitian yang dilakukan di yang harus dikeluarkan pihak bandara untuk
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, mengelola sampah pada tahun 2014 sebanyak 3.559
Makassar dapat disimpulkan sebagai berikut : m³/tahun sebesar Rp. 244.100.000,-/tahun.
1. Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan di Sedangkan biaya operasional pengelolaan alternatif
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin pada sampah bandara yang direncanakan, pihak bandara
tahun 2014 rata-rata sebesar 9,75 m³/hari atau mengeluarkan biaya untuk mengelola sampah pada
3.559m³/tahun. Berdasarkan data hasil proyeksi tahun 2014 sebanyak 3.559 m³/tahun sebesar Rp.
timbulan sampah, proyeksi jumlah volume 144.590.250,-/tahun. Dari kedua biaya pengelolaan
timbulan sampah Bandara Internasional Sultan diatas diketahui bahwa pihak bandara dapat
Hasanuddin pada tahun 2033 sebesar 8.261 melakukan penghematan terhadap biaya
m³/tahun, dengan pertumbuhan volume timbulan pengelolaan sampah sebesar Rp. 99.509.750,-
sampah mencapai 57% . /tahun. Selain penghematan biaya operasional
pengelolaan, jumlah volume timbulan sampah yang
akan diangkut menuju TPA Tabbangae, Maros
mengalami pengurangan sebesar 23 % dari 1296
m³/tahun menjadi 1000 m³/tahun

B. Saran
1. Sebaiknya pihak Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin melakukan proyeksi terhadap timbulan
sampah bandara di tahun-tahun yang akan datang
sehingga tersedia data yang mempermudah dalam
perencanaan pengelolaan sampah yang lebih
efektif.
2. Sebaiknya dilakukan proses pemisahan sampah di
sumbernya agar memudahkan proses pemilahan
sampah di TPS sehubungan dengan proses daur
ulang dan pengomposan terhadap sampah yang
dihasilkan.
3. Setelah diketahui proses perencanaan pengelolaan
alternatif terhadap sampah yang dihasilkan di
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, maka
perlu dilakukan kajian sehingga dapat diaplikasikan
secara baik dan terarah.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Lingkungan Hidup. Buku Pedoman


Implementasi 3R Skala Kota

Leoni, Ymima Agnes. 2013. Studi Pengelolaan


Sampah Bandara Hasanuddin. Jurusan Teknik
Sipil Unhas, Makassar

Soma, Soekmana. 2010. Pengantar Ilmu Teknik


Lingkungan Seri: Pengelolaan Sampah Perkotaan.
IPB Press. Bogor.
JURNAL TUGAS AKHIR

STUDI ALTERNATIF PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BANDARA SULTAN HASANUDDIN

DISUSUN OLEH :

DEDY PRANATA

D 111 09 283

JURUSAN SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2014

Anda mungkin juga menyukai