Anda di halaman 1dari 8

Buat Hirarki dan ringkasan dalam bentuk katalog dari per-UU-an : 1 UU, 1 PP, 1 Peraturan

Menteri terkait kefarmasian!

A. HIRARKI

UUD 1945

UU

PP (Peraturan Pemerintah)

PMK (Peraturan Menteri Kesehatan)

PER Ka. BPOM


B. KATALOG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
51 TAHUN 2009

ASPEK PP RI 51/2009
JUDUL PEKERJAAN KEFARMASIAN
LATAR BELAKANG Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pekerjaan Kefarmasian
DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495)
KETENTUAN UMUM Defenisi : Pekerjaan Kefarmasian, Sediaan Farmasi, Tenaga
Kefarmasian, Pelayanan Kefarmasian, Apoteker, Tenaga Teknis
Kefarmasian, Fasilitas Kesehatan, Fasilitas Kefarmasian, Fasilitas
Produksi Sediaan Farmasi, Fasilitas Distribusi/ Penyaluran
Sediaan Farmasi, Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Pedagang
Besar Farmasi, Apotek, Toko Obat, Standar Profesi, Standar
Prosedur Operasional, Standar Kefarmasian, Asosiasi, Organisasi
Profesi, Surat Tanda Registrasi Apoteker, Surat Tanda Registrasi
Tenaga Teknis Kefarmasian, Surat Izin Praktik Apoteker, Surat
Izin Kerja, Rahasia Kedokteran, Rahasia Kefarmasian, Menteri
TUJUAN Tujuan pengaturan Pekerjaan Kefarmasian untuk:
1. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat
dalam memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan
jasa kefarmasian
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan
Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta peraturan perundangan-
undangan dan
3. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan
Tenaga Kefarmasian
MATERI MUATAN/ ASPEK Penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian (7 Bagian), Tenaga
YG DIATUR Kefarmasian, Disiplin Tenaga Kefarmasian, Pembinaan Dan
Pengawasan
SANKSI -
KETENTUAN 1. Apoteker yang telah memiliki Surat Penugasan dan/atau Surat
PERALIHAN/PENUTUP Izin Apoteker dan/atau SIK, tetap dapat menjalankan Pekerjaan
Kefarmasian dan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun wajib
menyesuaikan dengan Peraturan Pemerintah ini
2. Asisten Apoteker dan Analis Farmasi yang telah memiliki
Surat Izin Asisten Apoteker dan/atau SIK, tetap dapat
menjalankan Pekerjaan Kefarmasian dan dalam jangka waktu 2
(dua) tahun wajib menyesuaikan dengan Peraturan Pemerintah
ini
3. Apoteker dan Asisten Apoteker yang dalam jangka waktu 2
(dua) tahun belum memenuhi persyaratan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah ini, maka surat izin untuk
menjalankan Pekerjaan Kefarmasian batal demi hukum
4. Tenaga Teknis Kefarmasian yang menjadi penanggung jawab
Pedagang Besar Farmasi harus menyesuaikan dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah ini paling lambat 3 (tiga) tahun
sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan
5. Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 44, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2752),
sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 1980 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor
26 Tahun 1965 tentang Apotik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1980 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3169) dan Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1990 tentang Masa Bakti Dan Izin Kerja
Apoteker (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3422), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

C. KATALOG UNDANG-UNDANG

ASPEK UU RI 15/2001
JUDUL MEREK
LATAR BELAKANG 1. Bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan
dengan konvensi-konvensi internasional yang telah
diratifikasi Indonesia, peranan Merek menjadi sangat
penting, terutama dalam menjaga persaingan usaha
yang sehat
2. Bahwa untuk hal tersebut di atas diperlukan pengaturan
yang memadai tentang Merek guna memberikan
peningkatan layanan bagi masyarakat
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf
a dan huruf b, serta memperhatikan pengalaman dalam
melaksanakan Undang-undang Merek yang ada,
dipandang perlu untuk mengganti Undang-undang
Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19
Tahun 1992 tentang Merek
DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang
Pengesahan Agreement Establishing the World Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia), (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3564)
KETENTUAN UMUM Defenisi : Merek, Merek Dagang, Merek Jasa, Merek
Kolektif, Permohonan, Pemohon Pemeriksa, Kuasa,
Menteri, Direktorat Jenderal, Tanggal Penerimaan,
Konsultan Hak Kekayaan Intelektua, Lisensi, Hak Prioritas,
Hari
TUJUAN -
MATERI MUATAN/ ASPEK MEREK (Umum, Merek yang tidak dapat didaftar dan yang
YG DIATUR ditolak), PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK (Syarat
dan tata cara permohonan, Permohonan pendaftaran
merek dengan hak prioritas, Pemeriksaan kelengkapan
persyaratan pendaftaran merek, Waktu penerimaan
permohonan, Pendaftaran merek, Perubahan dan
penarikan kembali permohonan), PENDAFTARAN MEREK
(Pemeriksaan substantif, Pengumuman permohonan,
Keberatan dan sanggahan, Pemeriksaan kembali, Jangka
waktu perlindungan merek terdaftar, Permohonan banding,
Komisi banding merek, Perpanjangan jangka waktu
perlindungan merek terdaftar, Perubahan nama dan/atau
alamat pemilik merek terdaftar), PENGALIHAN HAK ATAS
MEREK TERDAFTAR (Pengalihan hak, Lisensi), MEREK
KOLEKTIF, INDIKASI-GEOGRAFIS DAN INDIKASI-ASAL
(Indikasi-Geografis, Indikasi-Asal), PENGHAPUSAN DAN
PEMBATALAN PENDAFTARAN MEREK (Penghapusan,
Pembatalan), ADMIN ISTRASI MEREK, BIAYA,
PENYELESAIAN SENGKETA (Gugatan atas pelanggaran
merek, Tata cara gugatan pada pengadilan niaga, Kasasi,
Alternatif penyelesaian sengketa), PENETAPAN
SEMENTARA PENGADILAN, PENYIDIKAN, KETENTUAN
PIDANA, KETENTUAN PERALIHAN, KETENTUAN
PENUTUP
SANKSI -
KETENTUAN 1. Permohonan, perpanjangan jangka waktu perlindungan
PERALIHAN/PENUTUP Merek terdaftar, pencatatan pengalihan hak, pencatatan
perubahan nama dan/atau alamat, permintaan
penghapusan atau pembatalan pendaftaran Merek yang
diajukan berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun
1992 sebagaimana diubah dengan Undang-undang
Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek tetapi belum
selesai pada tanggal berlakunya undang-undang ini,
diselesaikan berdasarkan ketentuan undang-undang
tersebut.
2. Semua Merek yang telah didaftar berdasarkan Undang-
undang Nomor 19 Tahun 1992 sebagaimana diubah
dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang
Merek dan masih berlaku pada saat diundangkannya
Undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku menurut
Undang-undang ini untuk selama sisa jangka waktu
pendaftarannya.

D. KATALOG PERATURAN PEMERINTAH

ASPEK PP NO. 32 TAHUN 1991


JUDUL IMPOR BAHAN BAKU ATAU PRODUK
TERTENTU YANG DILINDUNGI PATEN BAGI
PRODUKSI OBAT
DI DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
LATAR BELAKANG 1. Bahwa pelaksanaan pembangunan di bidang ekonomi
khususnya sektor industri telah memberikan hasil yang besar
artinya dalam rangka pemenuhan kebutuhan pasar terutama
di dalam negeri dan penyediaan kesempatan kerja yang luas
bagi masyarakat;bahwa untuk hal tersebut di atas
diperlukan pengaturan yang memadai tentang Merek
guna memberikan peningkatan layanan bagi
masyarakat
2. Bahwa dengan memperhatikan perkembangan tersebut, perlu
dilakukan upaya-upaya untuk menjaga kelangsungan usaha dan
pertumbuhannya, terutama industri obat nasional yang hingga
saat ini masih menggantungkan kelangsungan produksinya
pada impor bahan atau produk tertentu sebagai bahan baku
3. Bahwa sehubungan dengan hal-hal di atas dan berdasar
ketentuan Pasal 21 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989
tentang Paten, dipandang perlu menetapkan impor bahan baku
atau produk tertentu yang dilindungi paten yang
pelaksanaannya tidak dianggap sebagai pelanggaran terhadap
paten yang bersangkutan
DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten
(Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3398)
KETENTUAN UMUM Defenisi : Paten
TUJUAN -
MATERI MUATAN/ ASPEK 1. Pasal 1
YG DIATUR Kecuali bahan baku atau produk tertentu sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini, impor
hasil produksi yang dilindungi paten atau dibuat dengan
proses yang dilindungi paten yang dilakukan oleh orang
selain Pemegang Paten dan digunakan untuk memproduksi
obat di Indonesia, merupakan pelanggaran atas paten yang
bersangkutan.
2. Pasal 2
Paten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah paten yang
diberikan berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989
tentang Paten
3. Pasal 3
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal mulai
berlakunya Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang
Paten. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

SANKSI -
KETENTUAN -
PERALIHAN/PENUTUP

E. KATALOG PERATURAN MENTERI KESEHATAN

ASPEK PMK NO. 73 TAHUN 2016


JUDUL STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
LATAR BELAKANG 1. Bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 35 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek masih belum memenuhi
kebutuhan hukum di masyarakat sehingga perlu dilakukan
perubahan
2. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3671)
2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5062)
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063)
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesi Nomor 5679)
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5607)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5044)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5419)
8. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi,
dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen,
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 145 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organik dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 322)
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508)
KETENTUAN UMUM Defenisi : Apotek, Standar Pelayanan Kefarmasian, Pelayanan
Kefarmasian, Resep, Sediaan Farmasi, Obat, Alat Kesehatan,
Bahan Medis Habis Paket, Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian,
Direktur Jenderal, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan,
Menteri
TUJUAN Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan
untuk:
1. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang
tidak rasional dalam rangka kesalamatan pasien (patient safety)
MATERI MUATAN/ ASPEK PENDAHULUAN, PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI,
YG DIATUR ALAT KESEHATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI,
PELAYANAN FARMASI KLINIK, SUMBER DAYA
KEFARMASIAN, EVALUASI MUTU PELAYANAN
KEFARMASIAN, PENUTUP
SANKSI -
KETENTUAN -
PERALIHAN/PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai