Anda di halaman 1dari 98

BIMTEK PENGAJAR DIKLAT

CALON KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

MODUL
LATIHAN KEPEMIMPINAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2019
MODUL PELATIHAN
CALON KEPALA SEKOLAH

LATIHAN KEPEMIMPINAN
(MPCKS - PIM)

Pengarah:
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan

Tim Penyusun:
Drs. Edy Legowo, M.Pd. (081229755599)
Sri Prihartini Yulia, M.Hum. ( 081328025383)
Tutik Susilowati, S.Sos., M.Si. (08122637626)

Reviewer:
Hardini Rahmawati, S.Pd., M.Pd. (081519677755)
Dr. Susana Prapunoto (081227096339)
Dr. Dian Fajarwati, M.Pd. (085290020020)

Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan


Copyright © 2019
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk
kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
SAMBUTAN

Gelombang peradaban keempat yang saat ini dikenal dengan era


pendidik 4.0 memaksa kita menyesuaikan seluruh kerangka sendi dan
perangkat kerja pada setiap segmen kehidupan, termasuk
pengelolaan sekolah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat pesat menuntut kepala sekolah untuk mengembangkan
kompetensinya secara berkelanjutan. Inovasi menjadi kunci paling
utama di era industri 4.0 yang menuntut kepala sekolah membentuk
peserta didik memiliki kompetensi abad 21 yang mampu berfikir kritis,
kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Peserta didik yang berkualitas
merupakan keluaran (output) dari sistem persekolahan yang baik.
Kepala sekolah menjadi aktor utama yang mengelola masukan (input),
proses, dan keluaran (output) dengan berpedoman pada Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
Salah satu kebijakan prioritas Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah
peningkatan kompetensi kepala sekolah yang mampu berpikir visioner
dalam memimpin dan mengelola sekolahnya. Target utamanya adalah
membangun tata kelola dan budaya mutu di sekolah yang berdaya
saing tinggi.
Kepemimpinan abad 21 bagi kepala sekolah dapat dilakukan dengan
beberapa strategi. Pertama, kepala sekolah harus mampu melihat
peluang dan potensi yang ada dengan mengidentifikasi masalah di
sekolahnya sebagai dasar pengembangan sekolah. Yang terpenting
bagi kepala sekolah adalah pelibatan secara aktif pemangku
kepentingan (stakeholders) sekolah yaitu guru, tenaga kependidikan,
peserta didik dan orangtua serta pihak terkait di luar sekolah untuk
menyelesaikan persoalan sekolah. Kedua, kepala sekolah dalam
perannya sebagai supervisor harus mampu berperan sebagai
pemimpin instruksional dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran abad 21 sesuai dengan konsep pendekatan
keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Ketiga,
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan abad 21 harus mampu

LATIHAN KEPEMIMPINAN | v
mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan di sekolah baik
guru, tenaga kependidikan, maupun orangtua untuk bersama-sama
mewujudkan pendidikan yang dinamis sesuai dengan perkembangan
industri 4.0. Keempat, kepala sekolah harus memberikan dukungan
semangat dan penghargaan kepada guru, tenaga kependidikan, dan
peserta didik yang telah mencapai hasil atas prestasi, inovasi, dan
pencapaian lain yang membanggakan.
Modul ini berisi panduan sekaligus salah satu referensi yang dapat
digunakan untuk memandu kepala sekolah dalam pengembangan
kompetensi dan profesinya pada pelaksanaan pelatihan penguatan
kepala sekolah sebagai salah satu syarat untuk menduduki jabatan
kepala sekolah. Saya mengapresiasi upaya semua pihak sehingga
modul pelatihan penguatan kepala sekolah ini dapat terselesaikan.
Modul ini terbuka untuk mendapatkan koreksi dan masukan-masukan
konstruktif sebagai penyempurnaan di masa yang akan datang.
Saya mengucapkan terima kasih atas segala kontribusi yang telah
didedikasikan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Semoga modul
ini memberikan nilai tambah dan manfaat bagi semua pihak yang
terkait dalam pengelolaan pendidikan di tanah air.

Jakarta, April 2019

Direktur Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan,

Dr. Supriano, M.Ed.


NIP. 19620816 1991031001

vi | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


DAFTAR ISI

SAMBUTAN ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ x
PENDAHULUAN .............................................................................. 11
A. Latar Belakang ........................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 92

LATIHAN KEPEMIMPINAN | vii


viii | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH
DAFTAR TABEL

Tabel 2. Perbedaan tugas dan fungsi manajer dan pemimpin. .. Error!


Bookmark not defined.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | ix
DAFTAR GAMBAR

x | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Modul latihan kepemimpinan ini memfasilitasi calon kepala sekolah
untuk meningkatkan kompetensi kepribadian, kewirausahaan, dan
sosial. Kompetensi tersebut akan dicapai melalui pemberian
berbagai pengalaman belajar dengan materi kepemimpinan
pembelajaran dan kepemimpinan kewirausahaan.
Dua materi kepemimpinan tersebut secara garis besar memuat
uraian tentang konsep, dimensi atau komponen, dan karakteristik
masing-masing jenis kepemimpinan, serta strategi pengembangan
baik untuk pengembangan diri calon kepala sekolah maupun
pengembangan sekolah yang kelak akan dipimpinnya. Dengan
kata lain, Pengajar diklat akan memberikan pengalaman belajar
selama kegiatan latihan kepemimpinan dengan berbagai metode
dan sumber belajar. Berbagai metode yang dimaksud seperti
diskusi dan presentasi, demontrasi, refleksi, assignment
(pemberian tugas), pemberian umpan balik, dan penugasan latihan
kepemimpinan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Penugasan dalam kegiatan latihan kepemimpinan merupakan cara
yang dikembangkan untuk menguatkan nilai-nilai kepemimpinan
calon kepala sekolah dalam rangka pencapaian kompetensi
kepribadian, sosial, dan jiwa kewirausahaan. Secara teknis bentuk
latihan kepemimpinan berupa penugasan-penugasan yang
diselesaikan melalui aktivitas dalam tim/kelompok.
Selama beraktivitas dalam tim, sesungguhnya sarat akan nilai.
Nilai yang dimaksud adalah nilai kepemimpinan pembelajaran dan
kepemimpinan kewirausahaan. Di samping sarat akan nilai,
kegiatan ini juga berfungsi sebagai media penyegaran bagi peserta
selama diklat. Penggunaan berbagai sumber belajar seperti bahan
pembelajaran, lembar kerja, penggunaan multi media, bahan
tayang, bahan bacaan, dan sejenisnya akan mendukung
pencapaian hasil belajar yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan
pendekatan pembelajaran andragogi yaitu memfasilitasi orang

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 11
dewasa agar mudah mempelajari bahan pembelajaran. Langkah-
langkah proses pembelajaran kepemimpinan ini secara berurutan
diawali dengan: (1) Penjelasan Umum; (2) Kontrak Program untuk
kegiatan latihan kepemimpinan; (3); Kepemimpinan pembelajaran;
dan (4) Kepemimpinan kewirausahaan. Penugasan latihan
kepemimpinan dilakukan secara terintegrasi pada materi
kepemimpinan pembelajaran dan kepemimpinan kewirausahaan.
Urutan proses pembelajaran secara lebih detail dikemukakan pada
langkah-langkah pembelajaran dalam setiap materi latihan
kepemimpinan.
Bahan pembelajaran ini disusun dengan mengintegrasikan nilai-
nilai karakter khususnya religius, integritas, gotong royong, dan
mandiri. Adapun struktur program latihan kepemimpinan terinci
dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1. Struktur Program Latihan Kepemimpinan

No Materi Waktu

1 Penjelasan umum Latihan Kepemimpinan:


a. Kontrak program 2 JP
b. Yel nasional
c. Lagu kebangsaan dan yel-yel
suku/kelompok
2 Kepemimpinan Pembelajaran:
1) Penugasan Latihan kepemimpinan: 3 JP
a. Koreografi
b. Membangun Menara
2) Materi Kepemimpinan Pembelajaran 5 JP
3) Penugasan Latihan kepemimpinan: 2 JP
a. Pejuang semut
b. Kotak Misteri

3
Kepemimpinan Kewirausahaan: 2 JP
1) Penugasan Latihan kepemimpinan:

12 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


a. Membuat pesawat terbang (pabrik
pesawat) 5 JP
b. Samson Delilah/Dimensi Manusia 3 JP
2) Konsep Kepemimpinan Kewirausahaan
3) Penugasan latihan kepemimpinan:
a. Bom waktu
b. Tali gila

4 Refleksi Latihan Kepemimpinan


a. Menonton aktivitas penugasan latihan
kepemimpinan dan film laskar pelangi 3 JP
b. Analisis nilai-nilai kepemimpinan
pembelajaran dan kewirausahaan
c. Refleksi kebermaknaan latihan
kepemimpinan
TOTAL 25 JP

B. Target Kompetensi
Mata diklat latihan kepemimpinan pada diklat calon kepala sekolah
dimaksudkan untuk meningkatkan tiga kompetensi yaitu
kepribadian, sosial, dan kewirausahaan, sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Mata diklat
latihan kepemimpinan disampaikan dalam 2 materi yaitu
kepemimpinan pembelajaran dan kepemimpinan kewirausahaan
yang dikemas dalam pembelajaran di dalam kelas (indoor) maupun
di luar kelas (outdoor) dengan berbagai bentuk penugasan latihan
kepemimpinan yang bertujuan untuk membangun kerjasama
dalam tim/kelompok yang saling menguntungkan dalam mengatasi
permasalahan yang muncul, mempermudah dalam menyelesaikan
sebuah pekerjaan, mengatasi pekerjaan yang membutuhkan
pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang
terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efisien
(Mungin, 2005 : 62). Adapun uraian target yaitu sebagai berikut:

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 13
1. Kepemimpinan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul latihan kepemimpinan ini Saudara
diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai kepemimpinan
pembelajaran yang meliputi motivasi yang kuat untuk sukses
dalam menjalankan tupoksi sebagai kepala sekolah dan
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan yang menunjang
peningkatan kualitas pembelajaran (sesuai dengan
Permendiknas No. 13 Tahun 2007). Pada proses tatap muka
untuk materi ini, akan diinsertkan berbagai penugasan latihan
kepemimpinan yang relevan dan mampu memguatkan nilai-
nilai kepemimpinan pembelajaran.
2. Kepemimpinan Kewirausahaan
Setelah mempelajari modul latihan kepemimpinan ini Saudara
diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai kepemimpinan
kewirausahaan yang meliputi kreativitas dan inovasi
mengembangkan sekolah, bekerja keras mencapai
keberhasilan sekoah, pantang menyerah dan selalu mencari
solusi terbaik dalam menghadapi kendala, serta naluri
kewirausahaan dalam mengelola kegiatan sekolah secara
efektif dan efisien (sesuai dengan Permendiknas No. 13 Tahun
2007). Pada proses tatap muka untuk materi ini, akan
diinsertkan berbagai penugasan latihan kepemimpinan yang
relevan dan mampu menguatkan nilai-nilai kepemimpinan
kewirausahaan.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


1) Kegiatan Pembelajaran 2: Kepemimpinan Pembelajaran
Untuk mencapai hasil yang diharapkan saudara mampu:
a. Menjelaskan konsep kepemimpinan pembelajaran;
b. Menganalisis karakteristik kepemimpinan pembelajaran;
c. Mengimplementasikan nilai-nilai kepemimpinan
pembelajaran di sekolah melalui studi kasus;
d. Menyusun rencana tindak kepemimpinan pembelajaran

14 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


Tagihan terintegrasi pada latihan kepemimpinan adalah:
Karakteristik dan Implementasi Rencana Tindak
Kepemimpinan pembelajaran
2) Kegiatan Pembelajaran 2: Kepemimpinan Kewirausahaan
Untuk dapat mencapai hasil yang diharapkan, Saudara
mampu:
a. Menjelaskan konsep kepemimpinan kewirausahaan;
b. Menganalisis karakteristik kepemimpinan kewirausahaan;
c. Merancang media pembelajaran berbasis limbah sekolah
sebagai wujud nilai kreativitas dan inovasi;
d. Menyusun program pengembangan kewirausahaan di
sekolah.

Adapun tagihannya adalah:


a. Hasil diskusi karakteristik kepemimpinan kewirausahaan;
b. Media pembelajaran berbasis limbah sekolah;
c. Hasil penyusunan program pengembangan
kewirausahaan sekolah;

D. Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran


1. Ruang lingkup materi Kepemimpinan Pembelajaran
meliputi:
a. Konsep Kepemimpinan Pembelajaran;
b. Karakteristik Kepemimpinan Pembelajaran;
c. Implementasi Kepemimpinan Pembelajaran.

2. Ruang lingkup materi kepemimpinan Kewirausahaan


meliputi:
a. Konsep Kepemimpinan Kewirausahaan;
b. Karakterisitik Kepemimpinan Kewirausahaan;
c. Strategi Pengembangan Karakter Kewirausahaan di
Sekolah;
d. Implementasi Kepemimpinan Kewirausahaan di Sekolah

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 15
E. Cara Penggunaan Modul
Modul ini terdiri dari 3 bagian utama, yaitu:
a. Pendahuluan,
b. Kegiatan In Service Learning 1 yang terdiri dari Kegiatan
pembelajaran 1 Kepemimpinan Pembelajaran, dan Kegiatan
Pembelajaran 2 Kepemimpinan Kewirausahan
c. Kegiatan on the job learning
d. Kegiatan In service learning 2

Adapun cara menggunakan modul untuk setiap kegiatan


pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan In service learning 1


a. Kepemimpinan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran ini dilakukan melalui tiga tahapan
yaitu: penugasan latihan kepemimpinan tahap pertama,
penyajian materi kepemimpinan pembelajaran, dan
penugasan latihan kepemimpinan tahap kedua.
Pembelajaran diawali dengan penyampaian penjelasan
umum latihan kepemimpinan yang meliputi kontrak program,
pembentukan suku/kelompok dengan anggota 10-13
anggota, mengucapkan yel nasional, mencipta lagu
kebangsaan dan yel-yel suku (kelompok) oleh pengajar diklat.
Tahap pertama meliputi penugasan koreografi dan
membangun menara. Kegiatan latihan kepemimpinan tahap
pertama ini dilakukan di dalam ruang kelas selama 2 x 45
menit, kemudian dilanjutkan dengan penyajian materi
kepemimpinan pembelajaran selama 5 x 45 menit yang
dilakukan di dalam kelas dengan langkah-langkah penyajian
materi kepemimpinan pembelajaran sebagai berikut:
a. peserta brainstorming tentang konsep/pengertian
kepemimpinan pembelajaran

16 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


b. peserta mengasesmen visi diri (mengisi Instrumen Visi
Diri, menskor hasil isian, mentabulasi, menyerahkan
hasil tabulasi ke Pengajar Diklat);
c. Pengajar Diklat bersama peserta
menganalisis/mengkategorikan ke dalam Tabel Empat
Kategori Kecenderungan Tipe Visi Diri berdasarkan skor
tertinggi diantara empat tipe visi diri;
d. melakukan curah pendapat tentang konsep
kepemimpinan pembelajaran;
e. mendiskusikan konsep, karakteristik dan implementasi
kepemimpinan pembelajaran. Kelompok beranggotakan
antara 5-7 orang. Hasil diskusi kelompok, selanjutnya
dipresentasikan dalam kelompok besar;
a. Mengamati tayangan video untuk mengidentifikasi
karakteristik dan implementasi kepemimpinan
pembelajaran. Hasil diskusi dipresentasikan dalam
kelompok besar;
b. Menyusun rencana tindak kepemimpinan pembelajaran
berdasarkan kasus yang tersedia

Kegiatan pembelajaran berikutnya adalah latihan


kepemimpinan tahap dengan memberikan penugasan untuk
memperkuat pemahaman terhadap nilai-nilai kepemimpinan
pembelajaran peserta melalui penugasan pejuang semut dan
kotak misteri selama 2 x 45 menit. Penugasan latihan
kepemimpinan tahap kedua dilaksanakan di luar kelas (jika
lokasi kegiatan tidak memungkinkan untuk dilakukan di luar
ruang kelas, maka sangat memungkinkan dilakukan didalam
kelas) selama 3 x 45 menit. Pada akhir kegiatan ini Pengajar
Diklat memfasilitasi kegiatan refleksi secara lisan dan tertulis
(Format refleksi).

Pengajar Diklat akan memandu dan mendampingi saudara


dalam mengintegrasikan nilai karakter integritas (sub nilai
komitmen moral, jujur, peduli), mandiri (sub nilai kreatif dan

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 17
professional), dan gotong royong (sub nilai menghargai
pendapat orang lain).

b. Kepemimpinan Kewirausahaan
Kegiatan pembelajaran ini dilakukan melalui tiga tahapan
yaitu: penugasan latihan kepemimpinan tahap pertama,
penyajian materi kepemimpinan kewirausahaan, dan
penugasan latihan kepemimpinan tahap kedua.
Kegiatan pembelajaran latihan kepemimpinan tahap pertama
dari rangkaian pembelajaran kepemimpinan kewirausahaan
adalah penugasan membuat pesawat terbang (pabrik
pesawat) dan Samson Delilah/dimensi manusia (bisa
disampaikan keduanya atau pilih salah satu melihat
ketersediaan waktu). Penugasan latihan kepemimpinan tahap
pertama ini dilakukan di dalam ruang kelas (indoor) selama 2
x 45 menit. Adapun langkah-langkah penyajian materi
kepemimpinan kewirausahaan mengikuti langkah-langkah
berikut:
a. Pengajar Diklat membuka pembelajaran dan
menyampaikan skenario pembelajaran.
b. Peserta diklat melaksanakan think and share tentang
konsep kepemimpinan kewirausahaan.
c. Pengajar Diklat memberikan penugasan, yaitu lomba
membuat media pembelajaran berbasis bahan limbah
sekolah secara berkelompok (satu kelas dibagi menjadi
6 kelompok).
d. Pengajar Diklat melaksanakan penugasan seperti yang
dijelaskan oleh master trainer.
e. Setelah selesai membuat media pembelajaran, peserta
diklat mempresentasikan hasil karyanya.
f. Pengajar Diklat mengamati penugasan dan
melaksanakan penilaian.
g. Peserta diklat mendiskusikan karakteristik kepemimpinan
kewirausahaan.

18 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


h. Pengajar Diklat memberikan materi tentang karakteristik
kepemimpinan kewirausahaan, strategi pengembangan
karakter kewirausahaan dan pembelajaran
kewirausahaan di sekolah
i. Peserta diklat merancang program pengembangan
sekolah berbasis kepemimpinan kewirausahaan.
j. Peserta diklat mempresentasikan program
pengembangan sekolah berbasis kepemimpinan
kewirausahaan.

Kegiatan latihan kepemimpinan tahap kedua yaitu memberikan


penugasan untuk memperkuat pemahaman nilai-nilai
kepemimpinan kewirausahaan yang meliputi kerja keras,
pantang menyerah, kreatif dan inovatif, mampu membaca
peluang, motivasi berprestasi yang kuat, berani
mengambil resiko, dan memiliki naluri mengelola kegiatan
pengembangan sekolah (Permendiknas nomor 13 tahun
2007) yang dilakukan melalui penugasan bom waktu dan tali
gila selama 3 x 45 menit. Pada akhir kegiatan, Pengajar Diklat
memfasilitasi kegiatan refleksi secara lisan dan tertulis (Format
refleksi).

Pengajar Diklat akan memandu dan mendampingi saudara


dalam mengintegrasikan nilai karakter integritas (sub nilai
komitmen moral, jujur, peduli), mandiri (sub nilai kreatif, inovatif,
dan professional), dan gotong royong (sub nilai kerja keras,
pantang menyerah, dan menghargai pendapat orang lain).

2. Kegiatan On the Job learning


Pada pembelajaran kegiatan on the job learning, pengajar
diklat memberikan arahan dan petunjuk mengenai tugas-tugas
dan strategi pelaksanaan on the job learning baik di sekolah
magang satu dan sekolah magang dua.

3. Kegiatan In Service Learning 2

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 19
Pada pembelajaran kegiatan in service learning 2, pengajar
diklat memberikan arahan dan petunjuk mengenai penyusunan
laporan dan teknik presentasi yang akan dilaksanakan pada
tahapan diklat in service learning 2.

20 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


KEGIATAN IN SERVICE LEARNING 1 (IN-1)
Kegiatan Pembelajaran 1
Kepemimpinan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran
Melalui proses pembelajaran dalam diklat calon Kepala Sekolah In
Service Learning 1, saudara dapat menyusun rencana tindak
kepemimpinan pembelajaran dengan menggunakan data hasil
Evaluasi Diri Sekolah (Rapor Mutu).
B. Indikator Pencapaian Tujuan
Setelah mengikuti kegiatan In-1, Saudara diharapkan mampu:
1. Menjelaskan konsep kepemimpinan pembelajaran;
2. Menganalisis karakteristik kepemimpinan pembelajaran;
3. Mengimplementasikan nilai-nilai kepemimpinan pembelajaran di
sekolah;
4. Menyusun rencana tindak kepemimpinan pembelajaran
C. Materi Pembelajaran dan Sumber Belajar
Sebelum materi kepemimpinan pembelajaran disampaikan,
pengajar diklat membimbing peserta untuk melaksanakan
penugasan latihan kepemimpinan dalam rangka pengkondisian
awal. Adapun penugasan awal dari latihan kepemimpinan adalah
sebagai berikut:
Penugasan Latihan Kepemimpinan Tahap Pertama
1. Penjelasan umum latihan kepemimpinan
Pengajar diklat menyampaikan tentang pentingnya latihan
kepemimpinan dengan disertai regulasi terkait (Permendiknas
nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala
sekolah/madrasah). Peserta diklat diberi penjelasan mengenai
nilai-nilai karakter yang akan dikuatkan dalam kegiatan latihan
kepemimpinan.
2. Kontrak Program dan Pembentukan suku (kelompok)
Pengajar Diklat menyampaikan kontrak (aturan) yang akan
disepakati dan dilaksanakan secara bersama-sama selama

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 21
mengikuti kegiatan latihan kepemimpinan. Adapun rincian
kontrak program meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Peserta dilarang keluar dari area lingkungan diklat/kampus
selama diklat bila ketahuan di denda 50.000
b) Peserta harus memakai name tag bila ketahuan tidak
memakai didenda 10.000
c) Peserta dilarang menerima tamu selama mengikuti diklat bila
ketahuan di denda 50.000
d) Peserta dilarang menggunakan gadget (HP/IPAD/IPHONE
dan yang sejenisnya) selama kegiatan latihan
kepemimpinan, bila ketahuan di denda 100.000
e) Peserta dilarang melihat TV, membaca koran, majalah
kecuali kitab suci dan modul diklat, bila ketahuan didenda
10.000
f) Peserta dilarang merokok; bila ketahuan akan didenda
100.000
g) Peluit berbunyi tiga kali pendek 5 menit lagi kegiatan akan
dimulai
h) Peluit berbunyi tiga kali panjang kegiatan dimulai peserta
yang terlambat di denda 25.000
i) Peserta harus melaksanakan semua penugasan

Keterangan:
Denda yang dimaksud dalam kontrak program bukan
berupa nominal UANG, melainkan POINT atau perolehan
skor yang akan dikurangi.

Setelah kontrak program selesai disepakati dan siap


dilaksanakan, Pengajar diklat memimpin untuk membentuk
suku-suku (kelompok-kelompok) kecil yang terdiri dari 10– 13
peserta untuk setiap suku/kelompok. Pengajar membagikan
pita serta bendera suku (kelompok) kepada masing-masing
suku yang sekaligus penamaan suku menggunakan jenis
warna dari pita dan bendera yang diterima. Contohnya: SUKU
KUNING, SUKU BIRU, SUKU UNGU, SUKU MERAH, dan
seterusnya.

22 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


a. Yel Nasional
Pengajar diklat membimbing peserta untuk
mengkumandangkan yel nasional dengan gerakan kaki kiri
dilangkahkan ke depan dan tangan kanan mengepal ke
atas. Adapun yel nasional berbunyi sebagai berikut:
I do My Best
You do Your Best
We do Our best
The best ….yes
Lakukan berulangkali hingga peserta hafal dan menjiwai
makna dari yel tersebut.

b. Lagu kebangsaan dan yel-yel suku (kelompok)


Pengajar diklat membimbing peserta untuk mencipta lagu
kebangsaan dan yel-yel suku (kelompok) yang akan
dipergunakan sebagai pemantik semangat bagi masing-
masing suku. Lagu dan yel suku yang dibuat harus
memunculkan identitas nama sukunya dengan disertai kata-
kata pembangkit semangat dan visi yang membawa
sukunya meraih kejayaan.
Adapun contohnya adalah sebagai berikut:
Suku-suku Kuning suku kuning yang paling kuat
Suku-suku Kuning suku kuning yang paling kompak
Siapa berani melawan kami serentak rakyatku membela
Hidup suku kuning, Kuning….Kuning….Kuning Yes…..

Setiap suku (kelompok) diminta untuk memperagakan lagu


kebangsaan dan yel sukunya di depan kelas. Bagi suku
(kelompok) yang memiliki lagu dan yel suku yang sama atau
mirip maka meminta untuk mengulang kembali.
Pengajar memberikan apresiasi positif terhadap karya
ciptaan lagu dan yel suku.
Nilai karakter kepemimpinan yang dikuatkan adalah
kreativitas, inovasi, motivasi yang kuat meraih prestasi,
kerjasama, komitmen, dan tanggung jawab.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 23
c. Penugasan Koreografi
Persiapan dan pelaksanaan penugasan (10 Menit)
(1) Pengajar diklat memberi penjelasan teknis penugasan
koreografi
(2) Ketua suku (ketua kelompok) kembali ke kelompoknya
memberi penjelasan tugas pembuatan koreografi
(3) Pengajar diklat memutarkan lagu yang akan digunakan
dalam penugasan koreografi untuk memberi inspirasi
peserta dalam mencipta gerakan tari
(4) Ketua suku (ketua kelompok) melakukan kontrol
kesiapan dari kelompoknya
(5) Peserta diberi kesempatan latihan membuat sebuah
tarian selama 10 menit (diusahakan agar peserta tidak
saling melihat kelompok lain pada saat latihan)
(6) Setiap suku/kelompok melaksanakan tugas sesuai
kontrol yang telah disepakati selama 3 tiga menit/dapat
disesuaikan
(7) Pengajar diklat menyampaikan kepada peserta bahwa
aspek penilaian dari penugasan ini adalah
kekompakan, keserasian gerakan dengan musik,
variasi gerakan.

24 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


Mengatur Strategi (5 Menit)
(1) Pengajar diklat menggali strategi yang akan digunakan
oleh ketua suku/kelompok, apakah ketua menggunakan
ide anggotanya
(2) Pengajar diklat menanyakan efektifitas strategi yang
akan digunakan dan menanyakan strategi lain jika
strategi awal gagal
(3) Pengajar diklat menanyakan peran masing-masing
anggota dalam menyelesaikan tugas serta langkah apa
yang akan ditempuh dalam melaksanakan tugas dengan
baik

Aspek penilaian penugasan koreografi


Kekompakan, keserasian gerakan dengan musik, variasi
gerakan.
(penilaian central oleh juri dari unsur pengajar diklat)
Bahan dan alat
Audio tape dan tape player atau sejenis (youtube)

d. Membangun Menara (40 menit)


Penugasan ini bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah
membuat perencanaan pekerjaan yang holistik, logis dan
mampu dikerjakan oleh orang lain dengan mudah dan
cepat. Kemampuan dalam menyusun langkah-langkah
dalam pekerjaan dan mengatasi gangguan akan
menentukan seberapa efektif sebuah pekerjaan akan bisa
diselesaikan sesuai target yang harus dicapai. Kemampuan
mengindentifikasi indikator keberhasilan dalam pekerjaan
akan menentukan efektifitas prosedur kerja tim.
Kemampuan berbagi peran dan tanggungjawab serta
kedisiplinan, taat azaz, fokus dalam setiap tahapan
pekerjaan akan menguji seberapa efektif perencanaan akan
bisa diwujudkan.

Alat dan bahan


Kertas, pulpen, gunting, sedotan/pipet

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 25
Persiapan Penugasan (5 Menit)
(1) Pengajar diklat memberi penjelasan/arahan tugas
(2) Larangan dari penugasan ini adalah berbicara saat
melaksanakan tugas, tidak menggunakan bahan selain
yang telah ditetapkan
(3) ketua suku/kelompok kembali ke kelompoknya memberi
penjelasan tugas dan mengatur strategi penyelesaian
tugas
(4) ketua suku/kelompok melakukan kontrol kesiapan dari
kelompoknya
(5) Setiap kelompok melaksanakan tugas sesuai kontrol
yang telah disepakati

Mengatur Strategi (5 Menit)


(1) Pengajar diklat menggali strategi yang akan digunakan
oleh ketua suku/kelompok, apakah ketua menggunakan
ide anggotanya
(2) Pengajar diklat menanyakan efektifitas strategi yang
akan digunakan dan menanyakan rancangan Menara
yang akan dibangun
(3) Pengajar diklat menanyakan peran masing-masing
anggota dalam menyelesaikan tugas serta langkah apa
yang akan ditempuh dalam melaksanakan tugas dengan
sukses

MATERI PEMBELAJARAN
1. Konsep Kepemimpinan Pembelajaran
Bass (dalam Dhewanto (2013) menyatakan kepemimpinan
merupakan kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain
dalam melaksanakan keinginannya. Kata kunci kepemimpinan
adalah pengaruh.
Kepala sekolah dipandang berkontribusi dalam perkembangan
sekolah apabila terjadi peningkatan prestasi akademik peserta
didik. Hal ini terlepas dari pandangan teori mana yang paling
efektif untuk diaplikasikan. Bilamana kepala sekolah dalam
kepemimpinannya mampu mempengaruhi seluruh warga

26 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


sekolah untuk mencapai visi sekolah, maka dapat dikatakan
bahwa kepala sekolah tersebut efektif.
Kepala sekolah selain menjadi seorang pemimpin, adalah juga
seorang manager. Oleh karenanya kepala sekolah akan selalu
berperan dan berfungsi sebagai seorang leader (pemimpin) dan
juga seorang manajer. Sebelum dibahas lebih lanjut mengenai
kepemimpinan perlu kiranya dibedakan kedua peran dan fungsi
kepala sekolah tersebut. Tabel 2 berikut mengidentifikasi
perbedaan antara manajer dan pemimpin.
Tabel 2. Perbedaan tugas dan fungsi manajer dan pemimpin.
PEMIMPIN MANAJER
Fokus pada pencapaian visi Fokus pada pencapaian tujuan
dan misi guna menciptakan sesuai tugas pokok dan fungsi
perubahan yang lebih baik. yang sudah ditetapkan.
Menentukan arah dan Menggunakan rencana kerja
memikirkan strategi secara rinci untuk mencapai
menuntaskan misi tujuan.
Memberi kebebasan kepada Mengorganisasi dan mengatur
staf untuk melaksanakan staf agar berupaya bekerja
pekerjaan agar tetap terarah sesuai dengan Standar
dan menjawab visi, misi serta Operasional Prosedur Kerja
tujuan. yang telah ditentukan.
Memotivasi dan memberi Melakukan pengawasan dan
inspirasi kepada staf untuk evaluasi terhadap pelaksanaan
melaksanakan visi, misi dan rencana
mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

Berdasarkan tabel di atas terlihat fungsi manager dan pemimpin


yang melekat dalam diri seorang kepala sekolah dalam rangka
mengembangkan sekolah yang dipimpinnya agar mencapai
standar kualitas yang telah ditetapkan. Kepala sekolah sebagai
pemimpin pembelajaran memiliki tanggung jawab agar semua

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 27
guru yang dipimpinnya mampu mengelola pembelajaran yang
berorientasi kepada peningkatan prestasi peserta didik.
Daresh dan Playco (1995) mendefinisikan kepemimpinan
pembelajaran sebagai upaya memimpin para guru agar
mengajar lebih baik, yang pada gilirannya dapat memperbaiki
prestasi belajar siswanya. Definisi ini belum menyeluruh,
karena hanya memfokuskan pada guru. Ahli lain, Petterson
(1993), mendefinisikan kepemimpinan pembelajaran yang
efektif adalah sebagai berikut:
a. Makna visi sekolah melalui berbagi pendapat atau urun
rembug dengan warga sekolah serta mengupayakan agar
visi dan misi sekolah tersebut hidup subur dalam
implementasinya;
b. Kepala sekolah melibatkan para pemangku kepentingan
dalam pengelolaan sekolah (manajemen partisipatif);
c. Kepala sekolah memberikan dukungan terhadap
pembelajaran;
d. Kepala sekolah melakukan pemantauan terhadap proses
belajar mengajar untuk memahami lebih mendalam dan
menyadari apa yang sedang berlangsung di dalam sekolah
Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator sehingga dengan
berbagai cara dia dapat mengetahui kesulitan pembelajaran
dan dapat membantu guru dalam mengatasi kesulitan belajar
tersebut.
Brundrett dan Davies (2010) menyatakan dimensi Kepala
Sekolah sebagai pemimpin pembelajaran yaitu menetapkan
visi, misi dan tujuan sekolah, mengelola program pembelajaran,
dan mempromosikan iklim belajar yang positif. Penetapan misi
sekolah meliputi: pencanangan misi yang jelas di sekolah;
berpusat pada pengembangan akademik yang sesuai bagi
warga sekolah; penetapan prioritas misi untuk kinerja guru;
penyampaian visi dan misi yang harus diketahui oleh guru; misi
disampaikan, dengan aktif didukung, dan diberi contoh oleh
kepala sekolah. Kepala Sekolah mengelola program
pembelajaran, yaitu melakukan supervisi dan melakukan

28 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


evaluasi pembelajaran, mengkordinasikan kurikulum, dan
memantau perkembangan siswa serta mengelola iklim belajar
di sekolah yang kondusif. Misalnya melindungi waktu belajar,
mengupayakan pengembangan profesional, memelihara dan
memperbaiki performa sekolah, menyediakan dana bagi
pengembangan guru untuk memenuhi standar, menyediakan
dana untuk pembelajaran. Berdasar tujuan sekolah, Kepala
sekolah mengelola sumber daya manusia, Sarana prasarana
dan pembudayaan iklim belajar yang positif untuk pencapaian
prestasi siswa agar meningkat.
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Materi Diklat Implementasi
Kurikulum 2013 untuk Kepala Sekolah menyebutkan tugas
kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran adalah
sebagai berikut:
a. Pengembangan sekolah dengan dukungan pengambilan
keputusan berbasis data.
b. Menyelaraskan hubungan kerja.
c. Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan.
d. Meningkatkan motivasi warga sekolah

Keempat tugas kepala sekolah tersebut memperjelas deskripsi


Brundrett dan Davies (2010). Pengambilan keputusan untuk
menentukan misi sekolah tentu saja harus berdasarkan data.
Sedangkan mengelola pembelajaran tentu harus dimaknai
dengan menyelaraskan hubungan kerja. Hubungan kerja
antara pendidik dan tenaga kependidikan yang selaras dan
memiliki peluang untuk meningkatkan kompetensi, akan
menjadi modal tumbuhnya iklim belajar yang positif di sekolah.
Jika iklim belajar di sekolah positif tentu akan meningkatkan
motivasi warga sekolah untuk semakin mengembangkan
sekolah. Dampaknya hasil belajar siswa akan meningkat.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 29
D. Karakteristik Kepemimpinan Pembelajaran
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan (2011:13-14)
mendeskripsikan karakteristik kepemimpinan pembelajaran
sebagai berikut:
a. Mengembangkan misi dan tujuan
b. Mengelola program pembelajaran
c. Mendorong iklim pembelajaran akademis
d. Mengembangkan fungsi produksi pendidikan
e. Mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif.

Brundrett dan Davies (2010) menyatakan bahwa pemimpin


harus mampu berkreasi, memberi motivasi dan bekerja dalam
keseimbangan tim. Kepemimpinan pembelajaran harus
bergeser dari kepemimpinan top-down kepada kepemimpinan
dengan pendekatan tim. Kepemimpinan ini mengutamakan
keseimbangan perhatian pada pembelajaran dan peran tim,
serta pengembangan tim.

30 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


E. Implementasi Kepemimpinan Pembelajaran
Seorang kepala sekolah tidak hanya cukup memahami konsep
dan karakteristik kepemimpinan pembelajaran, namun lebih
lanjut harus dapat mengimplementasikannya dalam
menjalankan tugas sebagai kepala sekolah.
Penjelasan lebih lanjut implementasi dari karakteristik yang
dibahas model Dit. Tendik (2009) yang dikutip dalam Pusat
Pengembangan Tenaga Kependidikan (2011:36-40), dalam hal
ini tentang cara-cara penerapan kepemimpinan pembelajaran
di sekolah dapat dipilah menjadi 15 kiat sebagai berikut.
(a) Merumuskan dan mengartikulasi tujuan pembelajaran 

(b) Mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum
(c) Membimbing pengembangan dan perbaikan proses
pembelajaran 

(d) Mengevaluasi kinerja guru dan mengembangkannya 

(e) Membangun komunitas pembelajaran 

(f) Menerapkan kepemimpinan visioner dan 
situasional 

(g) Melayani siswa dengan prima
(h) Melakukan perbaikan secara terus menerus
(i) Menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif
(j) Membangun warga sekolah agar pro perubahan
(k) Membangun teamwork yang kompak
(l) Memberi contoh dan menginspirasi warga sekolah 

(m) Menciptakan kultur bagi pembelajaran yang progresif dan
kondusif
(n) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan
pembelajaran 

(o) Menyediakan sebagian besar waktu untuk pembelajaran

D. Aktivitas Pembelajaran
LK.01: Peta Visi Diri (45 menit)
Tujuan penugasan:
a) Menganalisis peta visi diri
b) Menguatkan karakter religius (sub nilai panggilan dan
pelayanan) pada diri calon kepala sekolah

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 31
Petunjuk:
1. Instrumen ini bukan untuk menilai diri Saudara, melainkan
hanya untuk memotret tipe visi diri Saudara.
2. Isilah dengan jujur dan apa adanya “Instrumen Visi Diri”
berikut, cara mengisinya dengan memberi tanda centrang (v)
di belakang setiap pernyataaan. Centranglah (v) di bawah
kolom sesuai bila pernyataan tersebut sesuai dengan diri
Saudara, atau di bawah kolom tidak sesuai bila pernyataan
tersebut tidak sesuai dengan diri Saudara.
3. Skorlah hasil penilaian visi tersebut dengan menggunakan
Panduan Penskoran yang disediakan, dan buatlah profilnya
dalam bentuk Tabel sebagaimana dicontohkan berikut (Format
A.02.2)
4. Buatlah penilaian Saudara termasuk dominan bertipe visi I, II,
III, atau IV. Skor tertinggi adalah tipe visi yang paling dominan
yang cenderung Saudara miliki.
5. Berdasarkan kategori visi yang dominan Saudara miliki
tersebut lakukan refleksi menggunakan Format A.02.3.
6. Kumpulkan hasil refleksi Saudara kepada Pengajar diklat

32 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


a) INSTRUMEN VISI DIRI
Sesuai
No Pernyataan y tida
a k
1. Saya suka mengikuti berita-berita aktual yang
ditayangkan di TV (seperti berita politik, korupsi,
gosip, dan yang sejenisnya).
2. Saya suka membicarakan berita-berita panas yang
ditanyangkan di media elektronik dengan teman-
teman dekat.
3. Saya suka membahas dengan teman-teman saya
tentang isu “miring” yang muncul di tengah-tengah
masyarakat.
4. Kehidupan saya sekarang cenderung mengikuti
pola kehidupan masyarakat pada umumnya
dewasa ini.
5. Jika melihat suatu kejadian korban kecelakaan di
tengah jalan, Saya lebih suka tidak terlibat dari
pada dijadikan saksi.
6. Saya lebih suka netral (tidak berkomentar) bila ada
perlakukan pemimpin yang dinilai sebagian besar
bawahannya kurang bijaksana.
7. Saya termasuk orang yang supel dan suka
bercerita tentang suatu peristiwa yang saya alami.
8. Saya termasuk orang yang sosial dan ini saya
tunjukkan dengan ngobrol santai dengan teman-
teman.
9. Bila saya tidak bisa menyelesaikan permasalah
atau tugas, hal itu karena ada faktor lain yang
membuatnya demikian.
10. Dalam mengerjakan suatu tugas saya merasa
mampu menyelesaikan, namun seringkali saya
menunda untuk menyelesaikannya pada
waktunya.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 33
11. Saya bukan tipe orang yang ambisius, karena saya
merasa nyaman dan merasa cukup dengan
kehidupan saya sekarang.
12. Meskipun saya mampu menyelesaikan suatu
tugas, tapi saya lebih senang tugas tersebut
dikumpulkan bersama-sama teman terlebih
dahulu.
13. Kegagalan bagi saya bukan semata karena faktor
internal diri saya, tetapi lebih ditentukan oleh faktor
di luar diri.
14. Ketika menghadapi masalah saya cenderung
sepakat dengan solusi yang telah dikemukanan
oleh teman-teman.
15. Saya suka mencari suatu hal-hal yang baru.
16. Saya termasuk orang yang suka dengan
kehidupan yang mapan, nyaman daripada harus
bersusah-susah menuruti ketidakpuasan.
17. Saya termasuk orang yang menerima apa adanya.
18. Saya suka membicarakan pengalaman-
pengalaman masa lalu dan sekarang dari pada
membicarakan masa depan yang tidak menentu.
19. Saya berani menghadapi tantangan, meskipun
ada risiko yang harus saya tanggung.
20. Saya sering membuat pernyataan-pernyataan
yang tidak umum dikemukakan oleh orang pada
umumnya.
21. Saya merasa mampu dan yakin dapat mencapai
sesuatu yang sudah saya tetapkan.
22. Saya akan mempertahankan ide dan gagasan
yang saya yakini benar, bilamana ada ide orang
lain yang berbeda dengan saya.
23. Untuk dapat mewujudkan cita-cita saya, saya
merasa tidak perlu bergantung dengan bantuan
orang lain.

34 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


24. Sebagaimana pada umumnya, Saya tidak
membuat perencanaan untuk kehidupan anak dan
keluarga saya di masa depan.
25. Orang-orang di sekitar kehidupan saya,
berpendapat bahwa saya termasuk orang pekerja
keras, penuh semangat untuk mencapai sesuatu.

b) Panduan Penskoran:
(1) Lembar Jawab Self Assesment Visi Diri

Tipe-I Tipe-II Tipe- III Tipe-IV


Sesuai Sesuai No Sesuai No Sesuai
N0 y tida No Y Tida Y Tida Ya Tida
a k a k a k k

1 10 15 15

2 11 16 16

3 12 17 17

4 13 18 18

5 14 19 19

6 Tot ------------ 20 20
n-2

7 21 21

8 22 22

9 23 23

Tot ------------ To ------------ 24


n-1 t
n-
3

25

Tot ------------
n-4

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 35
Format A.02.2: Tabulasi Data Profil Tipe Visi Saya:
Tipe Visi Skor Persentase
I
II
III
IV

Simpulan: Saya cenderung bertipe visi….., yaitu:


Makna Tipe Visi:
1. Tipe I: Orang yang tidak memiliki visi (pengembara)
Ciri-ciri : menunjukkan perilaku pada umumnya individu, suka
bergosip dan membicarakan hal-hal negatif orang lain
atau tentang suatu kondisi yang terjadi, kurang
responsif, kurang berempati.

2. Tipe II: Orang yang memiliki visi, tetapi tidak mengejarnya


sendiri (pengikut):
Ciri-ciri : menunjukkan perilaku suka berceritera tentang
peristiwa yang mereka alami, berbicara tanpa isi,
kurang bersemangat, dan sering mengeluh terhadap
kegagalannya; bukan tipe orang yang suka mencari
solusi, berfokus pada kelemahan dan masalah.
Mereka memiliki potensi yang bisa dikembangkan,
namun tidak berani bertindak dan hanya puas dengan
kondisi yang ada. Dalam hati mereka mengakui akan
ketakberdayaannya, kompensasinya tidak mengambil
tanggung jawab atas kegalannya, sering mencari
alasan atas kegagalannya, senang menyalahkan
situasi atau orang lain.

36 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


3. Tipe III: Orang yang memiliki visi dan mengejarnya (peraih
prestasi)
Ciri-ciri: perilaku selalu bersemangat, proaktif, berpikir maju,
optimis, dan selalu membicarakan masa depan.
Mereka yang termasuk tipe orang ketiga ini cepat atau
lambat akan naik menjadi pemimpin (tipe orang
keempat). Mereka selalu mencari jalan keluar dan
peluang, jika menghadpi tantangan dan hambatan.
Mereka berfikir kreatif, belajar atas kesalahannya.
4. Tipe IV: Orang yang memiliki visi, mengejarnya dan
membantu orang lain melihatnya (pemimpin)
Ciri-ciri: sama dengan tipe III, ditambah lagi ciri yaitu terbuka
terjadap kritik dan menerima bantuan apapun dari
siapapun karena orang yang membantunya telah
melihat kinerjanya mencapai visi.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 37
A. Format A.02.3: Panduan Refleksi Hasil Penilaian
Visi Diri

1. Saya mengakui, jika saya termasuk orang bertipe visi …….


,yaitu orang yang:
a. …………………….…………………….………………
b. …………………….…………………….………………
c. …………………….…………………….………………
d. …………………….…………………….………………

Artinya, jika Saya menjadi kepala sekolah saya


telah/belum* (*coret salah satu) memiliki karakter kepala
sekolah yang visioner.

2. Agar kelak saya dapat menjalankan tugas dan fungsi saya


sebagai kepala sekolah yang visioner yaitu mampu
membawa sekolaht berkembang secara cepat, maka saya
akan mengubah karakter diri saya yang selama ini, yaitu:
a. …………………….…………………….………………
b. …………………….…………………….………………
c. …………………………………………………………..
d. …………………………………………………………..

3. Untuk memiliki karakter kepala sekolah yang visioner


tersebut, mulai sekarang saya hendak melakukan
perubahan dengan cara sebagai berikut:
a. …………………….…………………….………………
b. …………………….…………………….………………
c. …………………………………………………………..
d. …………………………………………………………..

38 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


LK. 02: Tayangan Video (45 menit)
Tujuan penugasan:
1. Menganalisis karakteristik kepemimpinan pembelajaran
2. Menguatkan karakter mandiri sub nilai kreatif pada diri calon
kepala sekolah
Petunjuk pengerjaan:
1. Bacalah materi karakteristik kepemimpinan pembelajaran
2. Amati dan lakukan analisis secara kreatif mengenai
karakteristik kepemimpinan pembelajaran dalam tayangan
video tersebut
3. Diskusikan bersama kelompok dan tuliskan jawaban saudara
pada LK.02

Penilaian terintegrasi penguatan pendidikan mandiri (kreatif):


Skor 4 : menunjukkan 4 kriteria jawaban yang meliputi: a)
kemampuan memilih tayangan yang sesuai dengan
karakteristik KP, b) kesiapan untuk menghasilkan ide-
ide besar, c) kemampuan untuk meninjau suatu
persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda
Skor 3 : menunjukkan 3 kriteria jawaban yang meliputi: a)
kemampuan memilih tayangan yang sesuai dengan
karakteristik KP, b) kesiapan untuk menghasilkan ide-
ide besar, c) kemampuan untuk meninjau suatu
persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda
Skor 2 : menunjukkan 2 kriteria jawaban yang meliputi: a)
kemampuan memilih tayangan yang sesuai dengan
karakteristik KP, b) kesiapan untuk menghasilkan ide-
ide besar, c) kemampuan untuk meninjau suatu
persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda
Skor 1 : menunjukkan 1 kriteria jawaban yang meliputi: a)
kemampuan memilih tayangan yang sesuai dengan
karakteristik KP, b) kesiapan untuk menghasilkan ide-
ide besar, c) kemampuan untuk meninjau suatu
persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 39
LK. 03: Kerja kelompok Menyusun Rencana Tindak
Kepemimpinan Pembelajaran (90 menit)
Tujuan:
1. Menyusun rencana tindak kepemimpinan pembelajaran
melalui studi kasus
2. Menguatkan karakter gotong royong sub nilai menghargai
pendapat orang lain dalam mengimplementasikan
kepemimpinan pembelajaran
Petunjuk pengerjaan:
1. Bacalah kasus yang tersedia di bawah ini
2. Masing-masing kelompok mengerjakan minimal satu kasus
3. Menanamkan karakter gotong royong sub nilai menghargai
perbedaan pendapat orang lain saat berdiskusi
4. Buatlah Rencana Tindak Kepemimpinan Pembelajaran
untuk mengatasi masalah atau kasus tersebut dengan
menjawab pertanyaan berikut ini:
a. Tentukan masalahnya
b. Tentukan tujuan
c. Rumuskan indikator keberhasilan tujuan, nilai
kepemimpinan
d. Tentukan program untuk mengatasi masalah tersebut
e. Tulislah langkah-langkahnya secara detail dan
sistematis
5. Presentasikan RTK yang dihasilkan masing-masing
kelompok dengan menempelkan di dinding dan perwakilan
kelompok mencermati hasil kelompok lain

Kasus:
1. Sebuah sekolah Tunas Bangsa, dari hasil EDS pada
standar isi menunjukkan masih sangat terbatas dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling yang
memadai dalam memenuhi kebutuhan pengembangan
pribadi peserta didik. Dari permasalahan tersebut di atas
apa yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah.
2. Sebuah sekolah Harapan Nusa dari hasil EDS, ternyata
sebagian besar guru dalam menyusun RPP masih copy

40 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


paste, dan tidak sesuai dengan silabus kurikulum 2013.
Dari permasalahan diatas apa yang harus dilakukan oleh
seorang kepala sekolah.
3. Sekolah Mandiri Bangsa mempunyai peserta didik
memperlihatkan kemajuan yang lebih baik dalam
mencapai target yang ditetapkan dalam SKL, Sebagian
peserta didik mampu menjadi pembelajar yang mandiri,
Sebagian peserta didik memiliki motivasi belajar dan rasa
percaya diri yang tinggi, Peserta didik menunjukan sikap
yang baik di Sekolah Mandiri Bangsa dan ditengah
masyarakat luas, serta memahami tentang disiplin,
tolernsi, kejujuran, kerja keras dan perhatian kepada orang
lain. Sekolah Mandiri Bangsatersebut menawarkan
beberapa ekstra kulikuler tetapi belum sesuai dengan
semua minat pesera didik, Peserta didik memahami dan
menerapkan ajaran agama dan nilai-nilai budaya dalam
kehidupan sehari-hari secara konsisten baik di Sekolah ini
maupun di tengah-tengah masyarakat. Dari permasalahan
tersebut diatas apa yang harus dilakukan oleh seorang
kepala sekolah.
4. Guru-guru di Sekolah Mawar Harapan telah menyusun dan
mengembangkan perencanaan penilaian untuk mencapai
kompetensi peserta didik, Guru memberikan informasi
kepada peserta didik hanya KKM saja di awal semester,
Guru selalu melaksanakan penilaiandan memantau
kemajuan belajar peserta didik sesuai dengan rencana
yang telah dibuat pada silabus dan RPP, Guru
menerapkan berbagai teknik, bentuk dan jenis penilaian
sesuai dengan target kompetensi yang ingin diukur, Guru
mengkaji ulang kemajuan peserta didik pada setiap akhir
semester, Tetapi hasil tes belum digunakan sebagian
besar guru untuk merencanakan perbaikan bahan
pembelajaran selanjutnya, Sekolah menyampaikan
laporan hasil penilaian mata pelajaran pada akhir semester
kepada orangtua/wali peserta didik dalam bentuk laporan

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 41
pendidikan, Sekolah tersebut menjalin kemitraan dengan
orangtua dalam pencapaian hasil belajar siswa.

Penilaian terintegrasi penguatan pendidikan karakter Gotong


Royong (menghargai pendapat orang)
Skor 4 : apabila rencana tindak yang disusun memuat masalah,
tujuan, indikator, program kegiatan, dan langkah-
langkah secara detail dan sistematis sangat sesuai
dengan format dan substansi yang telah ditentukan
Skor 3 : apabila rencana tindak yang disusun memuat masalah,
tujuan, indikator, program kegiatan, dan langkah-
langkah secara detail dan sistematis sesuai dengan
format dan substansi yang telah ditentukan
Skor 2 : apabila rencana tindak yang disusun memuat masalah,
tujuan, indikator, program kegiatan, dan langkah-
langkah secara detail dan sistematis cukup sesuai
dengan format dan substansi yang telah ditentukan
Skor 1 : apabila rencana tindak yang disusun memuat masalah,
tujuan, indikator, program kegiatan, dan langkah-
langkah secara detail dan sistematis tidak sesuai
dengan format dan substansi yang telah ditentukan

E. Penguatan
Untuk lebih mendalami materi Kepemimpinan Pembelajaran,
saudara dapat membaca buku tentang How to Help Teachers
Succeed, Glickman, Carl D atau Supervision as a Proactive
Process, Daresh, John C, Playco.

F. Rangkuman
Kepemimpinan pembelajaran adalah tindakan yang dilakukan
kepala sekolah dengan maksud mengembangkan lingkungan kerja
yang produktif dan memuaskan bagi guru, serta pada akhirnya
mampu menciptakan kondisi belajar siswa meningkat.
Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang
memfokuskan/menekankan pada pembelajaran yang unsur-
unsurnya meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian

42 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


hasil belajar, penilaian serta pengembangan guru, layanan prima
dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di
sekolah. Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah harus
mengelola baik sumber daya manusia juga sarana prasarana
disamping harus membangun iklim belajar yang positif.
Pembelajaran dan pencapaian keberhasilan siswa hendaknya
selalu dianalisis secara berkelanjutan dan direfleksikan serta
dikembangkan secara berkelanjutan sebagai bagian dari
kehidupan sekolah. Kegiatan semacam ini harus dibudayakan di
sekolah sehingga menjadi iklim belajar yang positif.
Dalam iklim belajar yang positif tersebut diharapkan pencapaian
prestasi siswa dapat meningkat. Kepala sekolah harus mempunyai
dan mengimplementasikan karakteristik-karakteristik
kepemimpinan pembelajaran tersebut dengan menerapkan
program-program kegiatan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
sekolah. Salah satu implementasi kapemimpinan pembelajaran
yaitu dengan menerapkan Lesson Study untuk mewujudkan
komunitas belajar di sekolah.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 43
G. Refleksi dan Tindak Lanjut
a. Apa yang telah Saudara ketahui tentang kepemimpinan
pembelajaran?
b. Apa yang belum Saudara ketahui tentang kepemimpinan
pembelajaran?
c. Pengalaman seperti apakah yang sudah Saudara miliki
sebagai pemimpin pembelajaran?
d. Rencana Tindakan kepemimpinan seperti apa yang akan
saudara lakukan jika Saudara menjadi seorang pemimpin
pembelajaran?
e. Lakukan penilaian diri atas penerapan Nilai Utama Karakter
dan sub nilai yang mana yang sudah terinternalisasai dalam diri
saudara, tingkat internalisasinya, dan tulis alasan yang
menyebabkannya.

Nilai Karakter yang Proses Internalisasi Diri


diintegrasikan
Tana Tumb Tuai
No m uh

Nilai Utama Sub Nilai

Kreatif

1. Mandiri
Profesional

2. Gotong Menghargai
Royong pendapat
orang lain
3. Integritas Komitmen Moral

44 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


H. Evaluasi
1. Bagaimanakah strategi dalam menerapkan kepemimpinan
pembelajaran di sekolah agar dapat berjalan dengan efektif?
2. Susunlah program pengembangan implementasi tindakan
kepemimpinan pembelajaran!

Penugasan Latihan Kepemimpinan tahap kedua


(disampaikan setelah penyampaian materi kepemimpinan
pembelajaran selesai)
1. Pejuang semut (35 menit)
Penugasan ini bertujuan untuk melatih calon kepala
sekolah/madrasah membaca fakta untuk menyusun
strategi pemecahan masalah secara cepat, spontan,
emergensi, mendesak, namun bermakna dan mampu
dilakukan dengan mudah dan cepat oleh orang lain.
Kemampuan dalam menyusun strategi akan menentukan
seberapa cepat sebuah pekerjaan akan bisa diselesaikan.
Kemampuan mengidentifikasi sejumlah fakta yang ada dan
disajikan lengkap dengan bias informasi dan isu-isu yang
terjadi akan menentukan kecepatan dan keakuratan hasil
pekerjaan yang ingin dicapai. Kemampuan berbagi peran
dan tanggungjawab serta empati, kepedulian,
keikhlasan, sosialitas, gotong royong dan
ketangguhan fisik, tidak mudah menyerah dan
mengadaptasi strategi terhadap kegagalan tim akan
menguji seberapa efektif keberhasilan tim akan bisa
diwujudkan.

Alat dan bahan


Lap/serbet dari kain, gelas plastik, air

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 45
Persiapan Penugasan (5 Menit)
a. Pengajar diklat memberi penjelasan/arahan tugas
b. ketua suku/kelompok kembali ke kelompoknya memberi
penjelasan tugas dan mengatur strategi penyelesaian
tugas
c. ketua suku/kelompok melakukan kontrol kesiapan dari
kelompoknya
d. Setiap kelompok melaksanakan tugas sesuai kontrol
yang telah disepakati

Mengatur Strategi (5 Menit)


a. Pengajar diklat menggali strategi yang akan digunakan
oleh ketua suku/kelompok, apakah ketua menggunakan
ide anggotanya
b. Pengajar diklat menanyakan efektivitas strategi yang
akan digunakan agar gelas yang ditaruh di atas
lap/serbet tidak mudah jatuh atau tumpah
c. Pengajar diklat menanyakan peran masing-masing
anggota dalam menyelesaikan tugas serta langkah apa
yang akan ditempuh dalam melaksanakan tugas
dengan sukses

Pelaksanaan penugasan mengikuti instruksi dari


pengajar.

2. Kotak misteri (45 menit)


Alat dan bahan:
Tali raffia/kapur tulis/tambang dan ember plastic 2 buah

Persiapan Penugasan (5 Menit)


a. Pengajar diklat memberi penjelasan/arahan tugas
b. ketua suku/kelompok kembali ke kelompoknya memberi
penjelasan tugas dan mengatur strategi penyelesaian
tugas

46 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


c. ketua suku/kelompok melakukan kontrol kesiapan dari
kelompoknya
d. Setiap kelompok melaksanakan tugas sesuai kontrol
yang telah disepakati

Pelaksanaan penugasan mengikuti instruksi dari


pengajar.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 47
KEGIATAN IN SERVICE LEARNING 1 (IN-1)
Kegiatan Pembelajaran 2
Kepemimpinan Kewirausahaan

A. Tujuan Pembelajaran
Melalui proses pembelajaran dalam diklat calon Kepala Sekolah In
Service Learning 1, saudara dapat membuat program
pengembangan kewirausahaan di sekolah.

B. Indikator Pencapaian Tujuan


Setelah mengikuti kegiatan In-1, Saudara diharapkan mampu:
1. Menjelaskan konsep kepemimpinan kewirausahaan;
2. Menganalisis karakteristik kepemimpinan kewirausahaan;
3. Merancang media pembelajaran berbasis limbah sekolah
sebagai wujud nilai kreativitas dan inovasi;
4. Menyusun program pengembangan kewirausahaan di
sekolah

C. Materi Pembelajaran dan Sumber Belajar


Sebelum materi kepemimpinan kewirausahaan disampaikan,
pengajar diklat membimbing peserta untuk melaksanakan
penugasan latihan kepemimpinan yang terkait dengan nilai-nilai
kepemimpinan kewirausahaan. Adapun penugasan latihan
kepemimpinan sebagai pembuka materi ini adalah sebagai berikut:
1. Penugasan Latihan Kepemimpinan untuk memperkuat nilai-
nilai kepemimpinan kewirausahaan
Dalam rangka memperkuat nilai-nilai kepemimpinan
kewirausahaan, kegiatan latihan kepemimpinan yang menyertai
dalam pembelajaran ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
a) Tahap pertama dilakukan melalui penugasan membuat
pabrik pesawat dan Samson Delilah/dimensi manusia.
b) Tahap kedua dilakukan melalui penugasan bom waktu dan
tali gila.
Adapun pelaksanaan penugasan latihan kepemimpinan pada
kewirausahaan adalah sebagai berikut:

48 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


a) Penugasan Latihan kepemimpinan tahap pertama
(1) Pabrik pesawat (total 35 menit)
Alat dan bahan:
Kertas HVS yang telah dipotong menjadi dua secara
simetris
Deskripsi penyelesaian penugasan:
Peserta dibagi dalam kelompok, setiap kelompok terdiri
10-13 orang.
Sekolah anda mendapat pesanan dari perusahaan
penerbangan yang terkenal didunia sekolah anda
diminta untuk membuat prototipe pesawat terbang
dengan jumlah yang banyak, anda diminta membuat
prototipe pesawat tersebut dengan perjanjian kontrak,
waktu yang sangat singkat dan spesifikasi pesawat
sudah ditentukan dalam perjanjian kontrak.
(a) Peserta diminta membuat kapal terbang sebanyak-
banyaknya dengan membuat kontrak produksi
dengan fasilitator. Waktu produksi adalah 5 menit
(b) Bahan baku dapat dibeli dari fasilitator dengan harga
Rp. 10.000,- per lembar
(c) Setelah menjadi kapal terbang, peserta dapat
menjualnya kepada fasilitator dengan harga
Rp.20.000,- per kapal terbang (yang dapat dibeli
hanya sampan yang memenuhi criteria)
(d) Apabila peserta mentargetkan minimum:
(e) 40 kapal terbang selesai dalam 5 menit memperoleh
bonus sebesar Rp. 500.000,-
(f) 50 kapal terbang selesai dalam 5 menit memperoleh
bonus sebesar Rp. 2.000.000,-
(g) 60 kapal terbang selesai dalam 5 menit memperoleh
bonus sebesar Rp. 5.000.0000,-
(h) Apabila waktu habis, akan dihitung sebagai berikut:
(i) Kapal terbang yang tidak memenuhi criteria akan
dikenakan denda sebesar Rp. 15.000,-/buah

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 49
(j) Bahan baku yang belum rusak dapat dijual kembali
kepada fasilitator dengan harga Rp. 5.000,-/lembar

(2) Samson Delilah (30 menit)


Strategi pelaksanaan:
(a) Fasilitator mendemonstrasikan gaya Samson yang
gagah, gaya harimau (mengaung) dan gaya Delilah
si gadis Cantik
(b) Setiap suku/kelompok akan dipertemukan dengan
suku/tim yang lain (2 kelompok saling berhadapan)
(c) Setiap suku/kelompok akan menirukan gaya
Samson atau Delilah atau dengan aturan sebagai
berikut:
• Samson bertemu dengan harimau maka
Samson yang akan menang
• Harimau bertemu Delilah maka harimau yang
menang
• Samson bertemu dengan Delilah maka Delilah
yang menang
1. Nilai akan diberikan kepada suku/ kelompok
yang perannya menang Suku/kelompok akan
berakting saat ada aba-aba dari pengajar
2. Setiap pasangan tim akan diberikan aba-aba
sampai 5 kali
3. Apabila ada salah satu atau lebih anggota
suku berperan tidak sesuai dengan peran
kelompok/sukunya maka akan dikenakan
denda
4. Demikian selanjutnya sampai seluruh
suku/kelompok mendapatkan gilirannya
5. Penilaian akan dilakukan berdasarkan jumlah
kemenangan
6. Alat Dan Bahan :
a. Lembar penilaian dan alat tulis
b. Sound system (mic dan speaker)
7. nilai-nilai kepemimpinan :

50 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


a. Strategi pembagian tugas yang efektif di
sekolah
b. membangun kekompakan tim kerja

D. MATERI PEMBELAJARAN
Salah satu kompetensi yang wajib dimiliki kepala sekolah adalah
kompetensi kewirausahaan, sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Dimensi kompetensi
kewirausahaan yang dimaksud dalam peraturan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah.
2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan
sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin
sekolah/madrasah.
4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.
5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar
peserta didik.

Kewirausahaan dalam konteks ini adalah penguatan jiwa, nilai, dan


semangat kewirausahaan untuk kepentingan pendidikan yang
bersifat sosial, bukan untuk kepentingan komersial.
Kewirausahaan dalam bidang pendidikan yang diambil adalah
karakteristiknya (sifatnya), seperti inovatif, bekerja keras, motivasi
yang kuat, pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik,
serta memiliki naluri kewirausahaan; bukan mengomersilkan
sekolah/madrasah. Semua karakteristik tersebut bermanfaat bagi
Kepala Sekolah dalam mengembangkan sekolah, mencapai
keberhasilan sekolah, melaksanakan tugas pokok dan fungsi
sebagai pemimpin, menghadapi kendala sekolah, dan mengelola
kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar siswa.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 51
1. Konsep Kepemimpinan Kewirausahaan
Ada dua istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan
asal-usul istilah kewirausahaan, yaitu “entrepreneurship”
(bahasa Inggris), “entrepreneur” (bahasa Perancis) yang berarti
seorang yang melakukan suatu usaha (baru) yang berisiko.
Dalam bahasa Indonesia, istilah entrepreneur diterjemahkan
“pengusaha” atau orang yang memiliki usaha. Pada tahun
1970-an “entrepreneur” diterjemahkan sebagai “wiraswasta”
yang berbeda dengan pengusaha yang lebih menekankan pada
aspek keberanian dalam mengambil risiko. Pada tahun 1980-
an digunakan istilah “wirausaha” sebagai padanan istilah
“entrepreneur”. Wirausaha diartikan sebagai seorang pahlawan
dalam usaha atau orang yang berani melakukan suatu usaha.
Drucker (1985) menilai wirausaha dalam arti jiwa atau nilai-nilai,
seperti adanya keinginan untuk melakukan perubahan (bersifat
„harus‟) terhadap sesuatu yang baru (greedy for new things).
Definisi sedikit berbeda tentang kewirausahaan disampaikan
oleh Zimmerer (2005). Disebutkan, kewirausahaan sebagai
suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan. Definisi yang lebih lengkap
dikemukakan dalam Inpres Nomor 4 tahun 1995 tanggal 30 Juni
1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan
Membudayakan Kewirausahaan. Dalam Inpres tersebut,
kewirausahaan diartikan sebagi semangat, sikap, perilaku, dan
kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau
kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan,
menerapkan cara kerja, teknologi, dan produksi baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan
yang lebih baik dan/atau memperoleh keuntungan yang lebih
besar.
Sebaliknya, peneliti lain memberikan pengertian yang sempit
tentang kewirausahaan (Vecchio, dalam Bagheri, A. & Pihie,
Z.A.L., 2009). Diantaranya menyatakan bahwa kewirausahaan

52 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


dimulai saat awal mula pengusaha mendirikan sebuah
perusahaan, sedangkan pemimpin beroperasi setelah
perusahaan itu berdiri atau sudah ada (Gupta, dkk., 2004).
Meskipun mungkin ada beberapa fitur-fitur umum, pengusaha
memiliki ciri-ciri kepribadian dan keterampilan memimpin yang
lebih kompleks dalam situasi yang luar biasa (Cogliser &
Brigham, 2004). Oleh karena itu, para pemimpin
kewirausahaan perlu mengembangkan kemampuan pribadi
dan interpersonal yang lebih untuk dapat sukses memimpin
sebuah usaha baru. Selanjutnya, dua istilah tersebut dijadikan
satu konsep, yaitu kepemimpinan kewirausahaan (entrepreneur
leadership). Dalam konteks pemaknaan, istilah kewirausahaan
sering disandingkan dengan istilah kepemimpinan.
Bila diruntut, istilah kewirausahaan dan kepemimpinan dalam
evolusi sejarahnya terdapat kesamaan. Pada awalnya kedua
istilah tersebut berfokus pada kepribadian dan karakteristik
demografis untuk membedakan antara pengusaha dan
pemimpin. Dua istilah tersebut menekankan pada perilaku
seorang pengusaha dan pemimpin yang mampu memotivasi
anak buahnya untuk mencapai visi. Kemiripan pengertian dua
konsep tersebut begitu banyak yang terinspirasi oleh
pandangan beberapa ahli yang mendefinisikan kewirausahaan
sebagai tipe kepemimpinan dalam konteks dinamika ekonomi
(Fernald, Solomon & Tarabishy; Cogliser & Brigham; Vecchio
dalam Bagheri, A. & Pihie Z.A.L., 2009).
Konsep entrepreneur leadership didefinisikan sebagai proses
menciptakan visi kewirausahaan dan menginspirasi tim untuk
mencapai visi secara cepat dalam lingkungan yang tak
menentu (Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Bilamana definisi
tersebut dikenakan kepala kepala sekolah/madrasah yang
harus memiliki kompetensi kepemimpinan kewirausahaan,
maka dapat dijelaskan sebagai berikut. Seorang kepala
sekolah/madrasah hendaknya: (1) mampu menciptakan visi
sekolah yang jelas; (2) menjadi inspirator bagi warga sekolah
yang dipimpinnya dan para pemangku kepentingan; (3) mampu

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 53
memberdayakan tim untuk bekerja cepat dan cerdas untuk
mencapai visi dalam kondisi lingkungan yang tak menentu.
Oleh sebab itu, kepala sekolah/madrasah akan dapat
merealisasi visi tersebut bilamana memiliki karakteristik: (1)
proaktif; (2) inovasi; (3) berani mengambil risiko (Surie &
Ashely; Chen; Kuratko; Gupta, MacMillan & Surie, dalam
Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009) dan peka melihat peluang
(Ciputra, 2008).
Edy Legowo, dkk. (2001) dalam penelitiannya menemukan
sebelas karakteristik pribadi wirausaha, yaitu: (1) berani
mengambilan risiko tingkat sedang; (2) kreatif dan inovatif; (3)
motivasi berprestatif; (4) kemandirian; (5) keuletan; (6)
kepemimpinan; (7) berorientasi masa depan; (8) internal locus
of control; (9) komunikatif dan reflektif; (10) perilaku
instrumental; (11) penghargaan terhadap uang.

2. Karakteristik Pemimpin Kewirausahaan


Karakter kompetensi kewirausahaan sebenarnya cukup
banyak, namun pada kesempatan ini hanya lima yang
dijelaskan. Lima karakter kepemimpinan kewirausahaan
tersebut adalah: (1) proaktif; (2) inovasi; (3) berani mengambil
risiko; (4) kerja keras dan pantang menyerah; dan (5) motivasi
berprestasi tinggi.
a) Innovativeness (inovatif)
Inovatif adalah karakteristik yang dimiliki seorang pemimpin
yang memiliki kemampuan berpikir kreatif,
mengembangkan ide-ide baru yang bermanfaat di setiap
kesempatan, memanfaatkan sumber daya yang tersedia,
dan mampu memecahkan masalah (Mattare; Chen;
Okudan & Rzasa; Gupta, MacMillan & Surie dalam Bagheri,
A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Ciri inovatif juga nampak saat
seorang pemimpin berusaha menyelesaikan masalah
dengan cara-cara baru yang lebih bermanfaat. Terbuka
untuk gagasan, pandangan, dan penemuan baru yang
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan unjuk kerjanya.

54 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


Mereka tidak terpaku pada masa lampau, tetapi selalu
berpandangan ke depan untuk mencari cara-cara baru atau
memperbaiki cara-cara yang biasa dilakukan orang lain
untuk peningkatan unjuk kerjanya. Mereka cenderung
melakukan sesuatu dengan cara yang khas, unik dari hasil
pemikirannya. Termasuk dalam perilaku inovatif ini ialah
kecenderungan untuk selalu meniru, tetapi melalui
penyempurnaan-penyempurnaan tertentu (imitative
inovative) atau dengan kata lain, amati, tiru, modifikasi
(ATM).
Pemimpin yang inovatif melekat kemampuan kreatifnya. Ia
selalu menciptakan ide atau gagasan, dan atau produk yang
bercirikan novelty (baru), original (orisinal), useable
(bermanfaat), dan high product (produk berkualitas tinggi).
Ciri bahwa suatu ide atau produk yang kreatif bilamana
diakui oleh pakar di bidangnya. Sedang inovasi adalah
penciptaan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya
(Drucker, 1985). Contoh hasil inovasi antara lain kantin
jujur, pembelajaran antikorupsi, pembelajaran berbasis
multiple intelligences, manajemen sekolah bersertifikasi
ISO, unit produksi “X” sebagai tempat praktik siswa
memperoleh pengalaman kepemimpinan kewirausahaan,
dan lain sebagainya.
Kepala sekolah perlu memiliki kemampuan inovasi agar
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinyaselalu
memikirkan, memperbaiki, mengembangkan, melakukan
pengayaan, memodifikasi sesuatu agar menjadi lebih baik
dari sebelumnya. Seorang dikatakan sebagai inovator
bilamana: (1) dalam mengerjakan tugas dengan cara yang
tidak konvensional; (2) menemukan masalah dan
memecahkannya dengan cara yang tidak biasa; (3) tertarik
pada hasil daripada proses; (4) tidak senang pada
pekerjaan yang bersifat rutin; (5) kurang senang pada
kesepakatan; dan (6) kurang sensitif terhadap orang lain
(Kirton, 1976).

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 55
Cara berpikir dan bertindak kepala sekolah yang inovatif,
antara lain: (1) berani ke luar dari kawasan nyaman (comfort
zone); (2) tidak berpikir secara konvesional; (3) bertindak
lebih cepat dibanding orang lain; (4) mendengarkan ide
stakeholders sekolah/madrasah; (5) bertanya kepada
warga sekolah/madrasah dan stakeholders apa yang perlu
diubah di sekolah ini secara berkala; (6) memotivasi diri dan
orang lain untuk cepat bergerak dengan selamat; (7)
berharap untuk menang dan memiliki kesehatan dan
kekuatan; dan (8) “rekreasi” secukupnya untuk
mendapatkan ide-ide baru (Anonim 3, 2005).
b) Kerja Keras dan Pantang Menyerah
Kerja keras dan pantang menyerah ialah kegiatan maksimal
yang banyak menguras tenaga, pikiran, dan waktu untuk
menyelesaikan sesuatu. Kepala sekolah bekerja keras
untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi
pembelajar yang efektif. Pantang menyerah adalah daya
tahan seseorang bekerja sampai sesuatu yang
diinginkannya tercapai. Pantang menyerah adalah
kombinasi antara bekerja keras dengan motivasi yang kuat
untuk sukses. Orang yang pantang menyerah selalu bekerja
keras dan motivasi kerjanya juga tak pernah pudar.
Kepala sekolah perlu memiliki sifat pantang menyerah agar
tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan
permasalahan, menghadapi tantangan, dan kendala yang
ada di sekolahnya. Kepala-kepala sekolah yang memiliki
sifat pantang menyerah akan mampu memajukan
sekolahnya dengan sukses. Cara untuk menumbuhkan sifat
pantang menyerah adalah dengan menguatkan hati diri
sendiri dan warga sekolah agar tidak mudah berputus asa
dalam mencapai sesuatu yang diinginkan, dan selalu
menjaga kesehatan jiwa dan raga agar tidak mudah letih
atau sakit.
Beberapa cara kepala sekolah untuk mempengaruhi warga
sekolah/madrasah untuk bekerja keras, antara lain: (1)

56 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


menujukkan kepada mereka bukti kerja keras diri dan
orang-orang sehingga bisa mencapai keberhasilan; (2)
mendorong mereka untuk lebih banyak bertindak daripada
hanya berbicara agar tujuan yang diharapkan terwujud; (3)
mengajak mereka untuk menetapkan target dan membuat
perencanaan tindakan dan waktu untuk mencapainya; dan
(4) mendorong mereka agar kehidupannya lebih bermakna
dan bermanfaat bagi orang lain.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 57
c) Motivasi Berprestasi Tinggi
Motivasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu dalam
untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan yang
dianggap penting. Teori kebutuhan Mc Clelland
menyatakan bahwa ada tiga jenis kebutuan manusia, yaitu
need for achievement (kebutuhan berprestasi), need for
power (kebutuhan berkuasa), dan need for affiliation
(kebutuhan berafiliasi). Menurutnya, jika seseorang memiliki
kebutuhan yang sangat kuat, maka motivasinya juga kuat.
Sebagai misal, kepala sekolah yang memiliki kebutuhan
berprestasi, maka ia terdorong untuk menetapkan tujuan
yang tinggi dan penuh tantangan, ia dengan keahliannya
akan bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut.
Kepala sekolah perlu memiliki motivasi berprestasi tinggi
agar mampu mengembangkan sekolah yang dipimpinnya.
Pada gilirannya, dimana kepala sekolah
mengaktualisasikan motivasi berprestasi yang tinggi, maka
dapat memberikan pengaruh kuat kepada warga sekolah
lainnya termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Cara
menumbuhkan motivasi dalam diri diantaranya melalui:
(1) Tetapkan tujuan, yakin dan optimis bahwa kita dapat
berubah, bahkan kita memang harus berubah untuk
mencapai titik maksimum.
(2) Susunlah target yang masuk akal.
(3) Belajar menggunakan bahasa prestasi. Gunakanlah
kata-kata optimistis, misalnya “masih ada peluang lagi”.
Jadikan konsep ini sebagai budaya berpikir, berbicara,
berdialog, dan bertindak.
(4) Belajar sendiri, cermat menganalisis diri. Masih adakah
cara berpikir, perilaku, dan kebiasaan saya yang kurang
menguntungkan.
(5) Perkaya motivasi. Kekayaan motivasi membuat kita
tidak kehabisan pemasok daya penggerak. Fokuskan
pada motivasi instrinsik (dalam diri). Sentuhan
perasaan, pikiran, dan motivasi dari orang-orang
terdekat juga dapat dimanfaatkan.

58 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


Simpulannya adalah bahwa karakter-karakter
kewirausahaan di atas merupakan mind set sukses, dan itu
merupakan potensi kecerdasan entrepreneur yang dimiliki
setiap orang. Sebagian besar orang tidak menyadari telah
memiliki potensi tersebut. Isi kecerdasan kewirausahaan
adalah kecerdasan emosional, spiritual, dan basisnya di
bagian otak sebelah kanan. Kepala sekolah perlu
menyadari kepemilikan potensi itu dan hendaknya merasa
sangat perlu untuk mengasah dan mengembangkannya,
semata karena panggilan fungsi dan tugasnya.
Sebagaimana dikemukakan Okudan & Rzasa (dalam
Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L.,2009) bahwa pemimpin
kewirausahaan hendaknya terus mengembangkan semua
kualitas pribadinya untuk dapat berhasil melakukan tugas-
tugas yang menantang.

d) Risk taking (berani mengambil risiko)


Keberanian mengambil risiko, yaitu kemampuan seseorang
untuk mau mengambil langkah dalam ketidakpastian dan
mengambil beban tanggung jawab untuk masa depan
(Chen dalam Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009).
Pengambilan risiko yang diperhitungkan merupakan salah
satu karakteristik umum dari pemimpin kewirausahaan,
terutama pada tahap awal dari proses berwirausaha
(Robinson, Goleby & Hosgood; Zhao, Seibert & Hills dalam
Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Bahkan, Purdie E.
Chandra (pemilik Primagama) menyatakan entrepreneur
harus berani ambil risiko (Zaques, 2007). Ia juga
mengatakan bahwa ambil risiko itu berarti gelap.
Maksudnya, jangan terlalu banyak tahu. Setelah jalan, kita
pakai street smart. Street smart itu yang akan melahirkan
kecerdasan entrepreneur yang dibutuhkan untuk usaha
pemula.
Apa itu street smart? Untuk menjelaskan konsep street
smart, Purdi E. Chandra memberikan ilustrasi contoh

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 59
sebagai berikut. Seorang direksi bank yang ingin buka
usaha, dan ia menghitung-hitung terus dan selalu tidak
positif, akhirnya tidak berani membuka usaha. Nasihatnya
kepada direksi bank tersebut: ‟Jangan dihitung terus! Usaha
itu dibuka dulu baru dihitung„, itulah street smart. Dalam
konteks sekolah, hal tersebut dapat dicontohkan bahwa
kepala sekolah harus mau ditempatkan di sekolah manapun
walaupun kondisinya tidak seperti yang diinginkan, harus
berani melakukan perubahan-perubahan demi kemajuan
sekolah.

60 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


e) Proactiveness (proaktif)
Bersikap proaktif berarti melakukan sesuatu dengan inisiatif
sendiri, kemudian bertanggung jawab terhadap perilakunya
sendiri, baik dari masa lalu, sekarang ataupun masa
mendatang. Sikap proaktif ini menuntut untuk selalu
mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-
nilai yang dipegang dan mengesampingkan suasana hati
maupun keadaan. Sedangkan reaktif merupakan kebalikan
dari proaktif itu sendiri, seperti menyerahkan kontrol dirinya
pada situasi dan emosi dengan mengesampingkan prinsip
dan nilai yang ada.
Pemimpin yang proaktif, termasuk kepala sekolah akan (1)
mampu dan aktif mempengaruhi serta mengarahkan SDM-
nya menuju masa depan; (2) mampu memanfaatkan setiap
peluang; (3) mampu menerima tanggung jawab dari suatu
kegagalan (Kuratko, Hornsby & Goldsby, 2007); dan (4)
mampu mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi di
masa depan dan merasa terdorong untuk melakukan
perubahan dan perbaikan (Okudan & Rzasa dalam Bagheri,
A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Oleh sebab itu, pemimpin yang
proaktif bersikap „aku bisa‟ dan bertanggung jawab atas
hidupnya sendiri.
Covey (2001) mengemukakan bahwa seseorang yang
bersikap proaktif memiliki banyak manfaat, yaitu: (1) tidak
mudah tersinggung; (2) bertanggung jawab atas pilihan-
pilihannya sendiri; (3) berpikir sebelum bertindak; (4) cepat
pulih kalau terjadi sesuatu yang buruk; (5) selalu mencari
jalan keluar untuk menjadikan segalanya terlaksana; (6)
fokus pada hal-hal yang bisa mereka ubah, dan tidak
mengkhawatirkan pada hal-hal yang tidak bisa diubah.
Karakteristik proaktif sangat diperlukan bagi seorang
pemimpin termasuk kepala sekolah. Kepala sekolah yang
mengaktualisasikan karakteristik pribadi proaktif akan
mampu dan mudah mempengaruhi para guru dan staf,
siswa dan wali murid, serta stakeholder.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 61
Keadaan ini berbeda dengan apa yang akan dialami oleh
seorang yang bersikap reaktif. Seseorang yang reaktif
menunjukkan perilaku (1) mudah tersinggung; (2)
menyalahkan orang lain; (3) cepat marah dan mengucapkan
kata-kata yang belakangan mereka sesali; (4) mudah
mengeluh; (5) menunggu segalanya terjadi pada dirinya;
dan (6) berubah hanya bila perlu.

3. Strategi Pengembangan Karakter Kewirausahaan di


Sekolah
Pengembangan karakter kewirausahaan bertujuan untuk
membentuk insan yang memiliki karakter kewirausahaan.
Sebagai sasaran pengembangan karakter kewirausahaan
adalah kepala sekolah, guru, tenaga pendidikan dan
nonkependidikan, dan siswa. Berikut ini dikemukakan beberapa
strategi untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut.
a) Karakter Kewirausahaan Terintegrasi dalam Seluruh
Mata Pelajaran
Strategi pengembangan karakter kewirausahaan dapat
dintegrasikan dalam proses pembelajaran. Pengintegrasian
karakter kewirausahaan ke dalam proses pembelajaran
bidang studi menuntut para guru untuk menciptakan
pengalaman-pengalaman belajar yang kompleks. Misalnya
dalam mengerjakan tugas-tugas suatu mata pelajaran, para
siswa distimulasi untuk menghasilkan karya terbaiknya
sebagai manifestasi karakteristik kewirausahaan motivasi
berprestasi tinggi, kreatif, dan kerja keras.
Guru juga bisa memberikan tugas kelompok untuk
menyelesaikan persoalan atau isu-isu yang terkait materi
mata pelajaran tertentu. Dalam aktivitas ini, para siswa akan
berinteraksi satu sama lain dalam kelompok, saling
berargumen dan menelorkan ide, dan saling belajar dari
wawasan anggota lain yang berbeda, menetapkan
kesepakatan, menetapkan target, saling berkompetisi
antarkelompok, dan yang sejenisnya. Pengalaman-

62 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


pengalaman ini sangat mendukung terbentuknya karakter
kepemimpinan kewirausahaan mereka. Evaluasi dari hasil
belajar berbasis proyek ini akan memberikan umpan balik
dan refleksi diri, serta sebagai dasar pengembangan diri
mereka dalam kepemimpinan kewirausahaan.
b) Karakter Kewirausahaan Terpadu dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar
mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu
pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara
khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
sekolah/madrasah.
Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang bisa diberi muatan
karakter kewirausahaan, antara lain: (1) olahraga; (2) seni
budaya; dan (3) kepramukaan.
Kegiatan olahraga misalnya, bilamana diselenggarakan
kompetesi antarkelas dalam berbagai cabang olahraga,
maka para siswa di suatu kelas atau kelompok siswa akan
melakukan persiapan, antara lain dengan mengatur agenda
antara lain latihan dengan penuh motivasi untuk menang,
pembagian tugas dan peran, berkoordinasi, dan sejenisnya.
Melalui kegiatan ini, mereka akan bekerja keras,
menumbuhkan motivasi diri dan tim, bersedia menghadapi
tantangan, siap untuk kalah dan seterusnya yang itu
semuanya merupakan karakteristik kepemimpinan
kewirausahaan.
c) Pengintegrasian Karakter Kewirausahaan melalui
Budaya Sekolah
Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana
terjadi interaksi antar sesama siswa, antar guru, guru
dengan siswa, guru dengan staf, staf dengan siswa, warga
sekolah dengan kelompok masyarakat. Melalui media
interaksi sosial, pembudayaan kewirausahaan dapat

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 63
dilakukan. Dengan kata lain, pembudayaan karakter
kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-
kegiatan yang dilakukan ketika antar warga sekolah
berinteraksi dan berkomunikasi. Aktualisasi karakteristik
kewirausahaan secara verbal maupun perilaku, seperti
kejujuran, kerja keras, motivasi berprestasi tinggi, tanggung
jawab, disiplin, komitmen dapat dipersonalisasikan
(dipribadikan) ke semua warga sekolah. Proses
mempribadikan karakter kewirausahaan dalam teori
psikologi behavioristik, dapat dilakukan melalui serangkaian
proses pembiasaan. Proses pembiasaan dimulai dari: (1)
conditioning (pembiasan); (2) habit (kebiasaan); (3) traits
(sifat); (4) internalization (internalisasi); dan (5) personality
(kepribadian). Proses tersebut dapat dijelaskan dengan
contoh sebagai berikut.
Misalnya, pembentukan pribadi motivasi berprestasi tinggi.
Pembudayaan ini dapat dilakukan oleh sekolah dan juga
oleh guru kelas atau setiap guru bidang studi. Contohnya,
penetapan target menjadi “peringkat 5 besar” (karakteristik
kewirausahaan: motivasi berprestasi tinggi) se-wilayah
kabupaten/kota “X” dari sebelumnya berada di peringkat 20.
Bilamana target itu merupakan visi sekolah, dan secara
terus-menerus disampaikan di setiap upacara hari Senin,
maka itu sebenarnya proses conditioning. Bilamana hal itu
dilakukan oleh kepala sekolah secara terus-menerus, maka
secara bertahap motivasi berprestasi tinggi itu menjadi
sikap dan kebiasaan (habit) setiap warga sekolah, lambat
laun menjadi sifat (traits) mereka, yang pada titik tertentu
menginternalisasi pada diri mereka akhirnya motivasi
berprestasi tinggi tersebut menjadi pribadi setiap warga
sekolah.
Model kepala sekolah yang menunjukkan perilaku seorang
pemimpin kewirasuahaan adalah cara pembudayaan
karakteristik kewirausahaan yang lain. Pemasangan slogan-
slogan, seperti: “komunikator yang baik adalah mereka yang

64 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


pandai mendengar daripada mereka yang berbicara”; “Hari
ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari
ini”, “Perjalanan yang jauh dimulai dari langkah kecil secara
terus-menerus” adalah cara yang berbeda dalam
pembudayaan karakteristik kewirausahaan. Cara yang lain
lagi, yaitu mengadakan pembalajaran berbasis
pengalaman, pembelajaran projek, kompetisi olahraga, dan
pentas seni adalah cara yang cukup signifikan untuk
membudayakan karakteristik kewirausahaan. Simpulannya
adalah banyak strategi yang bisa dilakukan sekolah dalam
upaya membudayakan sikap kewirausahaan.
(1) Pembelajaran Kewirausahaan di Sekolah
Kiyosaki (2002) menyatakan bahwa seorang pemimpin
adalah membuat orang lain tampil sebaik mungkin dan
bukan menjadi yang terbaik. Demikian pula Rhenald
Kasali (dalam Winarto, 2004), menyatakan bahwa
pemimpin dianjurkan menumbuhkan semangat
kewirausahan dalam diri setiap karyawan (intrapreneur).
Kondisi ini akan tumbuh bilamana ada rasa saling
percaya antara pemimping dan para pengikutnya. Salah
satu cara untuk menunjukkan kepercayaan para
pengikutnya adalah dengan konsisten melaksanakan
semua yang telah dikatakan (Winarto, 2004). Itulah yang
dinamakan naluri jiwa kewirausahaan.
Kepala sekolah perlu mengasah kepekaan naluri jiwa
kewirausahaannya. Naluri jiwa kewirausahaan
merupakan seperangkat sifat-sifat seorang
wirausahawan, seperti proaktif, kreatif, inovatif, berani
mengambil risiko, kerja keras, pantang menyerah,
motivasi tinggi, peka menangkap peluang, ingin selalu
melakukan perbaikan dan pengembangan, tidak pernah
puas dengan apa yang dicapai, dan keinginan agar
orang lain tumbuh dan berkembang jiwa wirausahannya,
dan juga mengembangkan unit usaha sebagai sumber
belajar siswa. Kepala sekolah/madrasah yang memiliki

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 65
naluri kewirausahaan akan menciptakan pengalaman
dan sumber belajar bidang kewirausahaan bagi guru
dan peserta didiknya. Sumber belajar yang berupa unit
usaha, antara lain dapat berupa koperasi sekolah, kantin
sekolah, unit jasa transportasi, hotel, bengkel sekolah,
dan yang sejenisnya.
Pendidikan kewirausahaan bisa efektif bilamana
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berlatih
semua komponen kepemimpinan kewirausahaan
(Okudan & Rzasa, 2006 dalam Bagheri, A. & Pihie
Z.A.L., 2009). Meskipun, memberikan kesempatan bagi
siswa untuk pengalaman kewirausahaan yang nyata,
seperti mengambil risiko, kreativitas dan inovasi melalui
pembelajaran tradisional tidaklah mudah. Selanjutnya,
bagaimana pembelajaran kepemimpinan
kewirausahaan diseyogyakan agar para guru dan siswa
di sekolah memiliki karakteristik kepemimpinan
kewirausahaan. Bagian berikut dibahas berbagai aspek
pembelajaran kewirausahaan dalam proses
pembentukan karakter kepemimpinan kewirausahaan.
Ada banyak ahli yang berpendapat tentang definisi dan
proses pembelajaran kewirausahaan. Rae, D. &
Carswell, M. (2000) mendefinisikan pembelajaran
kewirausahaan sebagai "suatu proses kesadaran yang
dinamis, reflektif, asosiatif, dan aplikasi yang melibatkan
transformasi pengalaman dan pengetahuan ke dalam
hasil belajar yang fungsional”. Masih banyak lagi definisi
pembelajaran kewirausahaan, namun para ahli
sependapat bahwa pembelajaran kewirausahaan akan
terjadi melalui proses mengalami kejadian yang
menantang dan berbeda, seperti mengenali peluang,
mengatasi masalah, dan melakukan peran yang
berbeda-beda dari seorang pengusaha (Pittaway &
Cope; Politis; Erikson; Minniti & Bygrave dalam Bagheri,
A. & Pihie, Z.A.L., 2009).

66 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


Selanjutnya, untuk membahas metode pembelajaran
kepemimpinan kewirausahaan, berikut akan diuraikan
tiga metode pembelajaran, yaitu: (1) pembelajaran
berbasis pengalaman (experiential learning); (2)
pembelajaran melalui interaksi sosial (social interaction
learning); dan (3) pembelajaran melalui pengenalan
peluang (opportunity recognition).

(2) Belajar berbasis pengalaman (Experiential


Learning)
Para ahli percaya bahwa belajar kewirausahaan
berbasis pengalaman (experiential learning) sebagai
metode yang paling meyakinkan (Henry, dkk., dalam
Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Mereka juga
menyatakan bahwa melalui experiential learning, siswa
tidak hanya memperoleh pengetahuan, keterampilan,
dan memilih kewirausahaan sebagai jalur karier masa
depan mereka, tetapi juga mendapatkan kemampuan
dalam menghadapi tantangan dan mengatasi masalah
seputar usaha mereka (Matlay; Smith, Collins & Hannon
dalam Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Experiential
learning membuat siswa "dapat menghasilkan makna
baru yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam
berpikir dan berperilaku" (Fayolle & Gailly dalam
Bagheri, A. & Pihie Z.A.L., 2009). Selain itu, experiential
learning dapat mengembangkan self-efficacy, keyakinan
yang kuat, dan keinginan untuk berhasil dalam
melakukan peran dan tugas seorang pengusaha (Zhao,
Seibert & Hills; Peterman & Kennedy dalam Bagheri, A.
& Pihie, Z.A.L., 2009). Erikson (2003) menyatakan
experiential learning sebagai faktor yang berpengaruh
dalam mengembangkan self-efficacy dalam
kewirausahaan. McGrath dan MacMillan (dalam
Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009) menyatakan bahwa
experiential learning memungkinkan pola pikir
kewirausahaan individu terdorong untuk mencari

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 67
peluang yang dapat dikembangkan daripada melalui
metode pendidikan kewirausahaan tradisional.
Experiential learning disamping menyenangkan dan
meningkatkan keinginan siswa, juga atas
keterlibatannya dapat mengembangkan kemampuan
kewirausahaan mereka menjadi pengusaha (Peterman&
Kennedy; Fiet, dalam Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009).
Harris dan Gibson (dalam Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L.,
2009) berpendapat bahwa experiential learning secara
intensif "memungkinkan siswa untuk menggali potensi
kewirausahaan mereka dan meningkatkan keterampilan
serta meningkatkan harapan untuk sukses”.
Sebuah hasil penelitian menunjukkan secara kuat
bahwa kemampuan kewirausahaan akan dipelajari
melalui proses dimana siswa secara aktif terlibat dalam
lingkungan pengalaman belajar yang menantang
(Pittaway & Cope; Hannon; Heinonen & Poikkijoki,
dalam Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Pemberian
pengalaman belajar yang menantang akan
menimbulkan kesadaran diri tentang apa kekuatan dan
kelemahannya, meningkatkan kesiapan untuk
mengambil risiko, dan meningkatkan kreativitas,
membantu memberdayakan potensi mereka secara
optimal, menerima kesalahan sebagai kesempatan
belajar, dan mendorong mereka untuk berpikir kritis
(Fuchs, Werner & Wallau, dalam Bagheri, A. & Pihie,
Z.A.L., 2009). Kegiatan yang menantang memberikan
siswa berkesempatan untuk mengalami kegagalan,
belajar dari itu, dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk mengatasi tantangan yang lebih serius
(Fayolle & Gailly, dalam Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L.,
2009). Banyak ahli percaya bahwa kreativitas, inovasi,
dan pengambilan risiko sebagai kompetensi penting
kewirausahaan tidak dapat diajarkan melalui metode
konvensional kewirausahaan (Plumly, dkk.; Heinone;

68 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


Rae dalam Bagheri, A., & Pihie, Z.A.L., 2009), melainkan
melalui experiential learning.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tentang
pembelajaran kewirausahaan tersebut, implikasinya
adalah pentingnya pendidikan kewirausahaan melalui
pemberian kesempatan bagi siswa untuk mengalami
aktivitas kewirausahaan secara langsung.
Bagaimanakah kepala sekolah menciptakan experiential
learning kepemimpinan kewirausahaan di sekolahnya?
Naluri dan kemampuan menciptakan experiential
learning bidang kewirausahaan adalah karakteristik
kepala sekolah yang memiliki kompetensi entrepreneur
leadership (kepemimpinan kewirausahaan).

(3) Belajar melalui interaksi sosial (Social Interaction


Learning)
Kompetensi kepemimpinan kewirausahaan juga dapat
diperoleh melalui belajar berinteraksi sosial. Interaksi
sosial sangat penting dalam seluruh proses
pembelajaran kewirausahaan. Secara umum,
pembelajaran kewirausahaan terjadi dalam proses
interaksi personal dengan lingkungannya (Rae &
Carswell, 2000) yang bertujuan untuk menemukan,
mengevaluasi, dan memanfaatkan peluang (Heinonen &
Poikkijoki; Corbett; Shook, Priew & McGee, dalam
Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Pada intinya interaksi
sosial dapat membentuk dan mengembangkan
persepsi, sikap, dan kemampuan kewirausahaan (Rae &
Carswell, 2000), khususnya dalam kepemimpinan
kewirausahaan (Holt, Rutherford & Clohessy, 2007;
Dess, et al, dalam Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009).
Interaksi sosial akan meningkatkan kesadaran siswa
tentang kelemahan dan kekuatan, menjadi matang
dalam menjalin jaringan, dan kemampuan
berkomunikasi. Interaksi sosial membantu siswa untuk

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 69
berbagi pengalaman, meningkatkan penalarannya
ketika menghadapi wawasan yang berbeda, dan
menemukan kelemahan penalaran diri, dan cara-cara
untuk meningkatkannya, menyesuaikan pemahaman
mereka atas dasar pemahaman orang lain, dan yang
lebih penting, yaitu menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh untuk memecahkan
masalah (Fuchs, Werner & Wallau dalam Bagheri, A. &
Pihie, Z.A.L., 2009). Pengetahuan dan keterampilan
yang diperolehnya merupakan hasil dari interaksi sosial
antara orang-orang yang memiliki pengalaman dan
perspektif yang berbeda dengan tingkat yang lebih tinggi
daripada pembelajaran secara individual. Di sisi lain,
pembelajaran melalui interaksi sosial dapat
meningkatkan kreativitas dan inovasi yang merupakan
komponen inti dari karakteristik kewirausahaan. Layak
untuk dikatakan bahwa dengan terlibat di berbagai peran
kegiatan kewirausahaan, pemimpin kewirausahaan
belajar berinteraksi sosial melalui proses sosialisasi.
Program pendidikan kewirausahaan menyediakan
berbagai peluang untuk interaksi sosial siswa, yang itu
dapat mengembangkan kepemimpinan kewirausahaan
mereka (Vecchio, 2003). Pertama, mereka memberikan
kesempatan untuk interaksi sosial dengan guru dan
rekan-rekan dalam kelompok. Interaksi sosial dalam
proses pembelajaran kewirausahaan sangat penting
karena dapat meningkatkan rasa senang saat
berkegiatan kewirausahaan dan meningkatkan tingkat
persepsi mereka tentang kewirausahaan para siswa.
Kedua, program pendidikan kewirausahaan
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk terlibat
dengan pengusaha lain, investor, dan guru pada acara-
acara, seperti pelatihan, pertemuan kelompok, dan
transaksi bisnis dimana mereka memiliki kesempatan
untuk mengamati dan belajar dari model-model orang
sukses (Souitaris, Zerbinati & Al -Laham, 2007; Zhao,

70 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


Seibert & Hills, dalam Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009).
Akhirnya, program tersebut memberikan pengalaman
sosial bagi siswa sehingga mereka tertarik menjadi
wirausahawan (Peterman & Kennedy, 2003). Oleh
karena itu, Collins dan Robertson (2003) percaya bahwa
pembelajaran kewirausahaan dapat dilaksanakan
melalui interaksi sosial.

(4) Pengenalan peluang (opportunity recognition)


Sementara, dua metode pembelajaran kewirausahaan
terfokus pada bagaimana kemampuan kepemimpinan
kewirausahaan berkembang melalui pengalaman dan
interaksi sosial. Metode lain, yaitu pengenalan terhadap
peluang juga dapat dilaksanakan. Pengenalan terhadap
peluang lebih pada menerapkan pengetahuan yang
diperoleh untuk mengembangkan ide baru dan
mengeksplorasi sesuatu yang sudah ada. Pengenalan
peluang melibatkan tidak hanya keterampilan teknis,
seperti analisis keuangan dan penelitian pangsa pasar,
tetapi juga bentuk perwujudan kreativitas yang nyata,
membangun tim, pemecahan masalah, dan
kepemimpinan. Hal ini dapat melibatkan baik
pengenalan peluang yang sudah ada dengan
meningkatkan operasional kegiatan yang ada dan atau
penciptaan peluang baru. Identifikasi peluang biasanya
diajarkan melalui latihan dengan teknik pemecahan
masalah, berpikir kreatif, dan inovatif daripada kegiatan
di kelas tradisional (Klein & Bullock, 2006).
Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa
pendidikan kewirausahaan hendaknya memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengalami secara
seimbang semua komponen kepemimpinan
kewirausahaan (Okudan &Rzasa dalam Bagheri, A. &
Pihie, Z.A.L., 2009). Mereka melakukan penelitian
dengan metode kualitatif untuk mencari jawab atas

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 71
pertanyaan bagaimana program kewirausahaan di
perguruan tinggi (dapat juga dianalogikan di sekolah)
berkontribusi pada pengembangan kepemimpinan
kewirausahaan, khususnya dalam mengembangkan
visi, sikap, proaktif, inovatif, dan pengambilan risiko?
Berikut ini hasil penelitian yang berupa narasi jawaban-
jawaban subjek atas pertanyaan tersebut.
Subjek mengemukakan bahwa:
"Sedikit sekali, ketika belajar kewirausahaan yang
membantu saya untuk mengembangkan
pengetahuan saya tentang kepemimpinan,
bagaimana saya mengelola diri, atau mengatur
waktu saya, bagaimana saya bisa mengenal
orang, menjadi independen, untuk menjadi kuat,
menjadi pekerja keras dan kompetitif”.
Subjek juga sepakat bahwa:
"...sebagian besar isi program kewirausahaan adalah
sama...., mereka meyakini bahwa tugas-tugas
dengan banyak dokumen dalam pembelajaran
kewirausahaan tidak cukup menantang siswauntuk
mengembangkan kemampuan berinovasi
danberkreasi. Tugas tersebut juga tidak
menghadapkan siswa untuk mengambil risiko atau
ketidakpastian dan kegagalan sebagaimana
kehidupan nyata seorang pengusaha. Siswa menjadi
"mudah bosan dan putus asa".
Subjek juga mengatakan bahwa:
"kita tidak bisa memaksa seseorang untuk menjadi
seorang pemimpin yang baik", sehingga program
pendidikan kewirausahaan harus:
"Membuat proyek agar siswa mengalami
kepemimpinan dalam suatu proyek bisnis yang
mereka lakukan bersama teman-teman mereka,
jadi seperti kegiatan mengenai kewirausahaan

72 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


harus memiliki kegiatan tentang kepemimpinan,
itu akan datang dari pengalaman".
Sementara, subjek yang lain melihat masalah tersebut
dari sudut yang sedikit berbeda dan ia menyatakan
sebagai berikut:
"Saya pikir, kita dapat merancang beberapa
simulasi bisnis dan membiarkan siswa bersaing
satu sama lain dan mencoba untuk membuatnya
berkompetisi, membuatnya senang. Saya berpikir,
pertama-tama siswa harus memiliki kesempatan
untuk memilih apa yang ingin mereka lakukan, dan
melakukan sesuatu yang mereka tertarik, dan
memberikan hadiah kepada siswa yang
memberikan ide-ide yang sangat brilian ...”
Makna yang bisa diambil dari hasil penelitian tersebut
bahwa dalam proses pembelajaran kepemimpinan
kewirausahaan yang tidak lain bertujuan untuk
mengembangkan karakteristik kepemimpinan
kewirausahaan (inovatif, proaktif, keberanian
mengambil risiko, manajemen waktu dan diri,
mengahadapi tantangan, dan yang sejenisnya) kepada
siswa bisa berhasil bilamana dilakukan dengan
pembelajaran berbasis proyek, pengalaman langsung,
dan atau simulasi bisnis.
Berdasarkan uraian di atas, diharapkan Saudara telah
mendapat pencerahan tentang berbagai pandangan
mengenai konsep kepemimpinan kewirausahaan dan
metode-metode pembelajaran kewirausahaan yang
efektif untuk pengembangan kepemimpinan
kewirausahaan para siswa. Sebagai Calon Kepala
Sekolah mendatang, Saudara ditantang untuk mampu
bersikap dan bertindak proaktif, inovatif, mengambil
risiko dalam merancang program kewirausahaan yang
mampu membentuk kompetensi siswa berkarakter
pemimpin kewirausahaan.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 73
C. Aktivitas Pembelajaran
LK.03 (Menganalisis karakteristik pemimpin
kewirausahaan)

Tujuan penugasan
(1) Menganalisis karakteristik kepemimpinan
kewirausahaan melalui tokoh yang berhasil
mengembangkan jiwa wirausaha
(2) Menanamkan nilai mandiri pada diri calon kepala
sekolah

Petunjuk pengerjaan:
(1) Bacalah modul ini pada materi karakteristik
kepemimpinan kewirausahaan dengan cermat
(2) Lakukan analisis karakteristik kepemimpinan
kewirausahaan dalam studi kasus di bawah ini
(3) Mengerjakan penugasan secara mandiri dan
presentasikan hasil diskusi di depan kelas

Penilaian:
Penilaian PPK (Penguatan Pendidikan Karakter):
mandiri
Skor 4 : apabila dapat mengidentifikasi 5 karakter
pemimpin kewirausahaan dan contoh
implementasinya untuk masing-masing karakter
dengan mandiri.
Skor 3 : apabila dapat mengidentifikasi 4 karakter
pemimpin kewirausahaan dan contoh
implementasinya untuk masing-masing karakter
dengan mandiri.
Skor 2 : apabila dapat mengidentifikasi 3 karakter
pemimpin kewirausahaan dan contoh
implementasinya untuk masing-masing karakter
dengan mandiri.

74 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


Skor 1 : apabila dapat mengidentifikasi 2 karakter
pemimpin kewirausahaan dan contoh
implementasinya untuk masing-masing karakter
dengan mandiri
No. Nama Biografi Singkat Karakteristik
Tokoh Jiwa
Wirausaha
1. Jack Ma From zero to hero, ungkapan itu
(Pengusaha) yang tepat disematkan untuk Jack
Ma karena hanya butuh waktu
semalam, ia ditasbihkan menjadi
orang terkaya nomor satu di China
atau negeri tirai bambu.
Ia dulu hanya seorang guru bahasa
inggris di negeri tirai bambu ini
kemudian berubah menjadi
seorang milyarder nomor satu di
negara tersebut dan masuk ke
dalam jajaran orang terkaya di
dunia urutan 26 berkat usahanya
yaitu Alibaba.com yang sukses
dalam penawaran saham perdana
atau IPO (Initial Public Offering)
pertama yang kemudian
membawanya menjadi orang kaya
baru.
Sebelum mendirikan bisnisnya
yaitu Alibaba.com, founder atau
CEO dari alibaba.com ini
dahulunya hanya seorang guru
bahasa inggris. Dimana sebelum
menjadi guru, ia sudah puluhan kali
mendaftar pekerjaan namun selalu
ditolak, ia mendaftar menjadi
karyawan di KFC, namun dari 24
orang yang mandaftar hanya 23

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 75
yang diterima, dimana hanya ia
satu-satunya yang tidak diterima.
Jack Ma pertama kali
menggunakan internet pada 1995
saat dia mencari kata `beer` dan
`China`. Tapi saat itu, Ma tidak
menemukan hasil pencarian yang
diharapkan melalui internet.
Berbekal rasa penasaran, dia
lantas menciptakan laman website
untuk jasa terjemahan bahasa
China dengan seorang teman.
Hanya dalam beberapa jam saja,
dia menerima banyak surat
elektronik (email) yang cukup
membantunya membangun situs
tersebut.
Kejadian itulah yang kemudian
menjadi faktor pemicu berdirinya
Alibaba Group empat tahun
kemudian. Kini, alibaba merupakan
retailer online terbesar di China dan
berada di posisi kedua dunia
setelah Wal-Mart.
(https://www.17sekians.com/cerita-
singkat-jack-ma-biografi-dan-sang-
pendiri-alibaba-com/)

76 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


No. Nama Biografi Singkat Karakteristik
Tokoh Jiwa
Wirausaha
3 Mudianto Bukan karya dalam bentuk buku
(Kepala atau aplikasi yang membuatnya
Sekolah juara. Mudianto menyebutnya
SMKN 3 dengan istilah Retooling.
Surabaya, Sebuah program untuk
Juara 1 menaungi siswa yang belum
Kepala mendapatkan pekerjaan.
SMK Baginya, sekolah tak boleh
berprestasi hanya berfokus pada berapa
Nasional persen siswa yang lulus. "Tapi
tahun juga berapa banyak lulusan
2018) sekolahnya yang kerja atau
wirausaha. Atau yang
melanjutkan kuliah," katanya.
Dengan filosofi itu, awal
menjabat, Mudianto merombak
total manajemen bursa kerja di
sekolahnya. Mulai legalitas,
sarana-prasarana, hingga
pemetaan kelulusan.
Diusahakan tidak ada satu pun
lulusan yang luput dari
pendataan sekolah. "Guru yang
menjadi penanggung jawab
pasti senang jika muridnya
berhasil," jelas Mudianto.
Tidak mudah bagi Mudianto
menata bursa kerja baru di
sekolahnya. Dia harus "ngamen"
ke sejumlah industri Menjajaki
kerja sama, mendapatkan hibah
alat-alat peraga, hingga

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 77
menciptakan program yang
sesuai. Dia tak ragu melakukan
sinkronisasi kurikulum,
memberikan kesempatan
kepada siswa dan guru untuk
magang. "Kami semua lalu
mengadakan MoU. Sehingga
ada ikatan jelas. Paling jelek,
siswa kami bisa mendapat
kesempatan magang lebih baik
ketimbang dari sekolah lainnya,"
paparnya.
Hingga sekarang terdapat lebih
dari 50 perusahaan yang
bekerja sama dengan SMKN 3.
Layaknya bursa kerja lain, di
sekolah tersebut juga kerap
diadakan acara job matching.
Namun, Mudianto membuatnya
berbeda. Jika kebanyakan acara
serupa dilakukan dalam satu
waktu dengan mengumpulkan
seluruh perusahaan, Mudianto
membuatnya lebih efektif.
Jadi, proses tersebut dibuat
beberapa hari. Per hari hanya
ada 3 sampai 4 perusahaan.
Seluruh proses perekrutan
dilaksanakan dalam satu hari
penuh. Hasilnya pun dapat
diketahui hari itu juga. Pagi
datang dan tes, sore
pengumuman.
Cara itu mendapat kesan positif
dari pihak industri. Sebab,

78 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


mereka bisa lebih cepat
mendapatkan calon karyawan
baru. Pihak siswa juga begitu.
Tidak perlu menunggu lama
untuk mengetahui apakah dia
diterima atau tidak. "Kalau cara
konvensional, kan cuma
kumpulkan berkas, lalu tidak
tahu kapan dipanggilnya.
Bahkan, tidak dipanggil,"
terangnya.
Siswa yang tidak diterima juga
akan mengetahui
kekurangannya. Sebab, ada
proses diskusi sebelum
pengumuman. Hal itulah yang
menjadi dasar pihak sekolah
menjalankan program Retooling.
Siswa akan mengetahui
kelemahannya di bidang apa.
Lalu, sekolah mengadakan
pelatihan bidang tersebut.
Misalnya, pelatihan aplikasi
Autocad tingkat lanjut yang
sudah berjalan. Ada juga
program yang telah selesai,
yakni penerapan aplikasi cat
tembok. Pelatihan tersebut
sukses meningkatkan serapan
tenaga kerja pada lulusan
sekolah itu.
Bukan hanya untuk alumni
SKMN 3. Mudianto juga
mempersilakan seluruh pihak
dari luar sekolah untuk

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 79
mengikuti pelatihan. Bahkan,
orang yang sudah bekerja
dipersilakan untuk ikut.
"Mungkin sudah kerja tapi ingin
mendalami pelatihan yang kami
buat, silakan datang," imbuhnya.
Namun, program tersebut
memang diprioritaskan untuk
alumni yang belum bekerja.
Selain itu, keterbatasan alat dan
pemateri membuat kuota
pelatihan cukup terbatas. Kelas
Autocad hanya melayani 20
orang. Program tersebut
berlangsung selama tiga bulan.
"Prosesnya gali lubang tutup
lubang. Kalau sebelum tiga
bulan itu sudah ada yang
mendapat pekerjaan, akan diisi
pendaftar lainnya. Semua
program ini gratis," tegasnya.
(ahmad didin/c6/ano)
(https://www.jpnn.com/news/ini-
dia-profil-mudianto-kepala-smk-
terbaik-se-indonesia )

80 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


LK.04: Mencipta Media pembelajaran
Tugas: Pembuatan media pembelajaran berbasis bahan limbah
sekolah
Tujuan penugasan:
(1) Membuat media pembelajaran berbasis bahan limbah sekolah
(2) Menguatkan nilai karakter kreatif dan inovasi pada calon
kepala sekolah.
Petunjuk pengerjaan:
(1) Buatlah perencanaan untuk pembuatan media pembelajaran
berbasis limbah dengan menerapkan nilai kreatif dan inovasi.
(2) Buatlah media pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang
sudah dibuat.
(3) Mempresentasikan media pembelajaran.

Penilaian PPK (Penguatan Pendidikan Karakter): kreatif dan


inovatif
Skor 4 : apabila dapatmembuat perencanaan, pembuatan
media pembelajaran sesuai dengan perencanaan dan
mempresentasikan hasil dengan menunjukkan nilai
inovasi.
Skor 3 : apabila dapat membuat perencanaan, pembuatan
media pembelajaran tidak sesuai dengan perencanaan
dan mempresentasikanhasil dengan menunjukkan nilai
inovasi.
Skor 2 : apabila dapat membuat media pembelajaran tanpa
perencanaan dan mempresentasikan hasil dengan
menunjukkan nilai inovasi.
Skor 1 : apabila dapat membuat media pembelajaran tanpa
menunjukkan nilai inovasi.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 81
LOMBA KREATIVITAS PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN
BERBASIS BAHAN LIMBAH SEKOLAH

Langkah-langkah penugasan:
1. Master trainer membagi peserta menjadi enam kelompok.
2. Tiap kelompok wajib membuat media pembelajaran berbasis
bahan limbah sekolah (bebas untuk mata pelajaran apapun).
3. Panitia menyediakan enam paket bahan limbah sekolah (misal:
kardus bekas, kertas HVS, kertas tidak terpakai, CD bekas,
botol air mineral, kulit permen, daun-daun, dan lain-lain).
4. Panitia menyediakan enam paket peralatan (gunting, cuter,
lem, dan lain-lain).
5. Tiap kelompok menerima satu paket bahan limbah sekolah dan
satu paket peralatan.
6. Tiap kelompok bisa mencari limbah lain di sekitar lokasi diklat
sebagai pelengkap.
7. Setelah selesai, tiap kelompok
mempresentasikan hasil karyanya
dipresentasikan dalam format ppt (ditulis pada
LK.04):
Nama media pembelajaran
Ide kreatif/inovatif
Manfaat media pembelajaran
8. Pengajar melakukan penilaian terhadap hasil kerja kelompok,
penilaian meliputi:
Proses (kerjasama tim, kerja keras, motivasi, pantang
menyerah)
Hasil (kreativitas, inovasi, kebermanfaatan produk,
penampilan produk)
Presentasi hasil (form penilaian terlampir)
Pemenang: adalah yang memperoleh skor tertinggi

82 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


LK. 05 (Membuat program pengembangan kewirausahaan di
sekolah)
Tujuan penugasan
a. Membuat program pengembangan kewirausahaan di sekolah
yang dapat diimplementasikan di sekolah.
b. Menunjukkan nilai inovasi dan tanggung jawab pada diri calon
kepala sekolah
Petunjuk pengerjaan:
a. Bacalah instruksi penugasan dengan cermat
b. Mengerjakan penugasan dengan menunjukkan inovasi
c. Mempresentasikan hasil penugasan

Penilaian PPK (Penguatan Pendidikan Karakter): inovasi


Skor 4 : apabila dapat membuat program pengembangan
kewirausahaan di sekolah dengan mengisi 8 (nama
program, latar belakang program, tujuan, indicator
keberhasilan, program/kegiatan, skenario/langkah-
langkah, metode pengumpulan data, nilai
kepemimpinan) secara logis dan sistematis dengan
menunjukkan nilai inovasi.
Skor 3 : apabila dapat membuat program pengembangan
kewirausahaan di sekolah dengan mengisi nama
program, latar belakang program, tujuan, indicator
keberhasilan, program/kegiatan, skenario/langkah-
langkah, metode pengumpulan data, nilai
kepemimpinan) secara logis dan sistematis dengan
menunjukkan nilai inovasi.

Skor 2 : apabila dapat membuat program pengembangan


kewirausahaan di sekolah dengan mengisi 4 (nama
program, latar belakang program, tujuan, indicator
keberhasilan, program/kegiatan, skenario/langkah-
langkah, metode pengumpulan data, nilai
kepemimpinan) secara logis dan sistematis dengan
menunjukkan nilai inovasi.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 83
Skor 1 : apabila dapat membuat program pengembangan
kewirausahaan di sekolah dengan mengisi 2 (nama
program, latar belakang program, tujuan, indicator
keberhasilan, program/kegiatan, skenario/langkah-
langkah, metode pengumpulan data, nilai
kepemimpinan) secara logis dan sistematis dengan
menunjukkan nilai inovasi.

Nama Program/kegiatan: _____________________________


Aspek/ Tujua Indikator Metode Nilai
N Skenario/Lang
komponen n keberhasil pengumpu kepemimpi
o kah-langkah
an lan data nan
1 SDM
sekolah
2 Sarana
Prasarana
Sekolah
Pengemban
3 gan
kapasitas
peserta didik
4
Pembiayaan
5 Budaya
Sekolah
(penguatan
pendidikan
karakter)

Keterangan:
1. Buatlah program pengembangan kewirausahaan di
sekolah dengan memilih salah satu dari aspek/komponen
yang tertera dalam tabel.
2. Skenario/langkah-langkah meliputi persiapan,
pelaksanaan, monev, dan refleksi
3. Kerjakan dalam kelompok (5-8 orang) dan presentasikan
hasil diskusi di depan kelas
4. Nilai karakter yang diamati, yaitu Kerja sama tim, Disiplin,
dan Tanggung jawab.

84 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


E. Penguatan
Untuk lebih mendalami materi Kepemimpinan Kewirausahaan,
saudara dapat membaca buku tentang Entrepreneurship and
Leadership, Vecchio. R. P., 2003 atau Pengantar Kewirausahaan
dan Manajemen Bisnis Kecil, Zimmerer, Thomas W., 2005.
F. Rangkuman
Kepala sekolah/madrasah dipersyaratkan memiliki kompetensi
kepemimpinan kewirausahaan. Kepala sekolah yang memiliki
kompetensi ini bercirikan inovatif, kreatif, bekerja keras, pantang
menyerah, memiliki motivasi berprestasi tinggi, proaktif serta berani
mengambil risiko dan memiliki kreativitas untuk selalu mencari
solusi terbaik dalam pengelolaan sekolah. Kepala
sekolah/madrasah yang memiliki karakter tersebut akan mampu
menciptakan visi dan terus berupaya keras untuk mencapai visi
tersebut meskipun dalam kondisi lingkungan yang tidak menentu.
Mereka juga sebagai inspirator dan pemberdaya bagi
lingkungannya.
Kepala sekolah yang profesional akan selalu bekerja keras dan
sepenuh hati untuk mencapai keberhasilan sekolah. Datang paling
awal dan pulang paling akhir, selalu memantau kegiatan belajar
mengajar, memantau kondisi lingkungan, adalah beberapa
aktivitas yang menggambarkan kerja keras dalam memajukan
sekolah. Kepala sekolah yang bermental wirausaha juga memiliki
kemampuan mengembangkan sekolah dengan sumber daya yang
terbatas melalui cara-cara yang tidak biasa. Kepala sekolah akan
selalu mengembangkan kreativitas dan menciptakan inovasi yang
berguna bagi pengembangan sekolah. Tidak hanya mengandalkan
barang yang sudah jadi (tinggal beli), tidak hanya menunggu
instruksi dari atasan atau lainnya, namun harus mampu bertindak
kreatif untuk mengembangkan sekolah.
Kepala sekolah harus mampu menciptakan pengalaman-
pengalaman belajar melalui kegiatan-kegiatan kewirausahaan dan
menciptakan income generating bagi sekolah. Kegiatan
kewirausahaan di sekolah yang melibatkan peserta didik akan

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 85
memberi pengalaman nyata belajar wirausaha, sehingga
memperkaya pengalaman belajar peserta didik.
G. Refleksi dan tindak lanjut
Peserta diminta untuk mereflesikan di akhir kegiatan pembelajaran
mengenai hal-hal sebagai berikut:
(1) mendeskripsikan pemahamannya tentang materi
kepemimpinan kewirausahaan;
(2) menilai tingkat wawasannya terhadap materi kepemimpinan
kewirausahaan;
(3) menyatakan apa yang harus dipelajari dan dikembangkannya;
(4) nilai-nilai apa saja yang sudah mulai saudara miliki dan
diterapkan selama kegiatan pelatihan.
H. Evaluasi
Jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk mengukur tingkat
keberhasilan Saudara dalam mempelajari mata diklat ini:
1. Jelaskan konsep kepemimpinan kewirausahaan dari beberapa
ahli kemudian rancanglah konsep kepemimpinan
kewirausahaan sesuai dengan pemikiran anda sendiri!
2. Bagaimanakah karakteristik kepemimpinan kewirausahaan
yang tepat dan sesuai untuk diterapkan dalam rangka
mengembangkan jiwa wirausaha di sekolah!
3. Bagaimanakah strategi yang kreatif dan inovatif dalam rangka
implementasi pengembangan karakter kepemimpinan
kewirausahaan di sekolah!
4. Rancanglah sebuah program/kegiatan dalam rangka
implementasi kepemimpinan kewirausahaan di sekolah!

86 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


2. Penugasan latihan kepemimpinan tahap kedua
(disampaikan setelah materi kepemimpinan kewirausahaan
selesai)
a) Bom waktu (40 menit)
Pelaksanaan penugasan bom waktu mengitu arahan
Pengajar Diklat.
Skenario penugasan:
Suku anda dikenal sebagai masyarakat penjinak bom yang
handal. Pada hari ini suku anda menerima panggilan darurat
dari suku tetangga untuk menjinakkan dan mengamankan
bom waktu yang siap meledak ke suatu tempat yang aman.
Selama bekerja menjinakkan dan mengamankan bom
waktu, suku anda dilarang keras berbicara, menyentuh bom
waktu, mendekati lokasi bom waktu pada radius tertentu,
menjatuhkan atribut ke lokasi bom waktu, dan
menggunakan alat penjinak selain yang disediakan. Bom
waktu itu sangat peka terhadap setiap getaran dan benda
aneh yang menyentuhnya. Lama bekerja 20 menit.
Pelanggaran terhadap aturan di atas dianggap gagal dan
penugasan harus diulang dari awal lagi. Pelanggaran 1-5
didenda 10.000 per pelanggaran, pelanggaran seterusnya
25.000 per pelanggaran.

b) Tali gila (45 menit)


Bahan dan alat
1. tali raffia/tambang sampai dengan + 8 (delapan) meter
2. Tutup mata hitam sejumlah peserta
3. Tambang plastik 10 (sepuluh) meter/kapur tulis putih
untuk membuat kotak

Persiapan Penugasan (5 Menit)


1. Pengajar memberi penjelasan tugas ketua
suku/kelompok
2. Pengajar mendemonstrasikan contoh hasil pekerjaan
yang bisa diterima

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 87
3. ketua suku/kelompok diberikan training/latihan membuat
simpul tali yang benar
4. ketua suku/kelompok kembali ke kelompoknya memberi
penjelasan tugas dan demonstrasi membuat simpul tali
yang benar
5. ketua suku/kelompok kembali ke pengajar untuk
melakukan kontrol kesiapan dari kelompoknya
6. Setiap suku/kelompok melaksanakan tugas sesuai
kontrol yang telah disepakati (pengajar boleh
mengganggu/mengecoh/mengambil anggota dari suku)

Mengatur Strategi (10 Menit)


1. Pengajar menggali strategi yang akan digunakan oleh
pemimpin/ketua kelompok, apakah pemimpin/ketua
menggunakan ide anggotanya
2. Pengajar menanyakan efektifitas strategi yang akan
digunakan dan menyanyakan strategi lain jika strategi
awal gagal
3. Pengajar menanyakan peran masing-masing anggota
dalam menyelesaikan tugas serta langkah apa yang
akan ditempuh dalam melaksanakan tugas agar berhasil

Pelaksanaan penugasan mengikuti instruksi pengajar


diklat.
Penutupan Kegiatan Latihan kepemimpinan
Adapun kegiatan akhir dari penugasan latihan
kepemimpinan adalah:
1. Menyaksikan tayangan aktivitas latihan kepemimpinan
2. Menyaksikan film laskar pelangi sebagai simpulan nilai-
nilai kepemimpinan
3. Melakukan refleksi umum mengenai penguatan nilai-
nilai kepemimpinan untuk diaplikasikan di sekolah
4. Menutup kegiatan latihan kepemimpinan

88 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


KEGIATAN ON THE JOB LEARNING (OJL)

A. KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN
Kegiatan On the Job Learning (OJL) adalah kegiatan calon kepala
sekolah di sekolah magang satu dan sekolah magang dua untuk
mengimplementasikan hasil pengalaman belajar mereka selama in
service learning 1 (IN-1). Dengan kata lain, mereka melaksanakan
proses yang disebut dengan pembelajaran langsung (learning
with).
Pada On the Job Learning (OJL), Saudara akan melaksanakan
beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Melaksanakan RTK dalam rangka peningkatan kinerja sekolah
yang dilakukan selama 40 jpl dengan mengintegrasikan nilai
karakter integritas (sub nilai komitmen) dan mandiri (sub nilai
kreatif)
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru junior sebagai
wujud implementasi kepemimpinan pembelajaran dengan
menjunjung tinggi nilai karakter mandiri (sub nilai professional)
Selama saudara melaksanakan kegiatan OJL baik di sekolah
magang 1 maupun sekolah magang 2, diharapkan Saudara tidak
meninggalkan tugas utama sebagai pendidik (guru) yaitu mengajar
dengan mengatur waktu secara fleksibel.
Tagihan hasil kegiatan selama OJL salah satu diantaranya adalah
menuangkan dalam Laporan OJL yaitu Laporan Pelaksanaan RTK
yang ditulis dalam bab III.A. juga dibuat dalam bentuk bahan tayang
yang akan dipresentasikan pada kegiatan In-2.

B. KEPEMIMPINAN KEWIRAUSAHAAN
Pada On the Job Learning (OJL), Saudara akan melaksanakan
RTK yang telah Saudara susun. RTK akan dilakukan setara 40 jam
pelajaran dengan mengedepankan fleksibilitas dalam
pelaksanaannya. Pada kegiatan OJL ini Saudara mempraktikkan
semua nilai kepemimpinan kewirausahaan, yang meliputi inovasi

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 89
dan kreativitas, bekerja keras, dan pantang menyerah, motivasi
yang kuat, dan naluri kewirausahaan lainnya. Nilai-nilai tersebut
diharapkan mewarnai dan menjadi spirit untuk menyelesaikan
seluruh tugas pada On the Job Learning (OJL), khususnya dalam
melaksanakan tindak kepemimpinan.
Dengan menerapkan secara langsung pada aktivitas nyata di
sekolah, diharapkan nilai-nilai tersebut semakin mendalam
tertanam dalam diri saudara. Hal penting yang perlu diperhatikan
adalah Saudara tidak meninggalkan tugas utama mengajar
Saudara selama melaksanakan tugas OJL.

90 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


KEGIATAN IN SERVICE LEARNING 2 (IN-2)

A. KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN
Kegiatan In-2 adalah akhir kegiatan diklat dengan pola In-On-In.
Kegiatan ini merupakan tahap pelaporan dari kegiatan OJL.
Kaitannya dengan konteks kepemimpinan pembelajaran yang
menjadi perhatian adalah laporan dan bahan presentasi hasil
kegiatan Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK) dalam rangka
peningkatan kinerja sekolah dengan mengintegrasikan karakter
integritas (komitmen) dan mandiri (kreatif). Demikian juga dengan
laporan dan bahan presentasi dari hasil kegiatan supervisi guru
junior secara professional sebagai wujud implementasi
kepemimpinan pembelajaran.
Pada saat In-2, diharapkan peserta telah terlihat hasil internalisasi
(menuai) nilai-nilai integritas, mandiri, dan gotong royong yang
telah tertanam kuat dan tumbuh pada diri saudara melalui proses
habituasi selama In-1 dan OJL.
B. KEPEMIMPINAN KEWIRAUSAHAAN
Kegiatan In-2 adalah akhir kegiatan diklat dengan pola In-On-In.
Kegiatan ini berupaya untuk mengumpulkan informasi untuk
melengkapi proses penilaian dan pengukuran seluruh proses dan
hasil pembelajaran melalui kegiatan presentasi laporan OJL dan
penilaian dokumen portofolio. Dalam kegiatan In Servive Learning
2, saudara diharapkan semakin memantapkan pemahaman dan
pengamalan nilai-nilai utama karakter, yaitu religius, mandiri,
gotong royong dan integritas, sehingga dapat digunakan sebagai
salah modal penting dalam melaksanakan tugas-tugas
kependidikan, terlebih ketika suatu saat saudara diberi amanah
sebagai kepala sekolah.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 91
92 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH
DAFTAR PUSTAKA

Daresh, John C., Playko, Marshal A. 1995. Supervision as a Proactive


Process, Waveland press

Davies, Brent. & Brundrett, Mark. 2010. Developing Successful


Leaderhip. London New York: Springer Dordrecht Heildeberg

Deal, T.E. and Peterson, K.D. 1998. Shaping School Culture: The
Heart of Leadership. San Fransisco, CA. Jossey Bass Publishers

Dirjen PMPTK. 2007. Kepemimpinan Pembelajaran Yang efektif.


Peraturan Pendidikan Nasional RI nomor 13 tahun 2007

Glatthorn, A.A.1993. OBE Reform and the Curriculum Process.


Journal of Curriculum and Supervision, 8, 4, pp. 354-363

Glickman, Carl D. 2002. How to Help Teachers Succeed. Virginia


USA: ASCD

Marzano, Robert J. Timothy Waters, Brian A. McNulty ( 2005) School


leadership that works : from research to results. Alexandria:
ASCD

Maxwell, John C. 2005. The 360⁰ Leader. Jakarta: Buana Ilmu


Populer

Pusbangtendik. 2011. Kepemimpinan Pembelajaran: Materi


Pelatihan Penguatan Kemampuan
Kepala sekolah. Jakarta: Pusbangtendik

Senge Peter . 2000. A Fifth Discipline Resource Schools That Learn:


A Fifth Discipline Fieldbook for Educators, Parents, and Everyone
Who Cares About Educatio. New York: Doubleday

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 93
Stephen P. Robbins, Phillip L. Hunsaker. 2003. Training in
Interpersonal Skills. England: Pearson Education Limited

Ali, Muhammad. 2014. Lesson Study for Learning community: Best


Practice Pendidikan di
Jepang, diunduh Tanggal 23 Maret 2016 url:
http://pps.uny.ac.id/printpdf/berita/lesson-
study-learning-community-best-practice-pendidikan-di-
jepang.html

Sato, Manabu. 2012. “MEREFORMASI SEKOLAH” Konsep dan


praktek Komunitas Belajar, JICA, Tokyo.

Sato, Masaaki. 2012. “Dialog dan Kolaborasi di Sekolah Menengah


Pertama” – Praktek “Learning community”, JICA, Tokyo.

http://www.kompasiana.com/baktigunawan/penerapan-teori-belajar-
vygotsky-dalam-interaksi-belajar-
mengajar_550d985b8133115d22b1e4d8
https://fmgmpbatangbarat.wordpress.com/lesson-study-langkah-
menuju-peningkatan-mutu-pembelajaran/

Bagheri, A., & Pihie, Z. A. L., 2009. An Exploratory Study of


Entrepreneurial Leadership Development of University
Students.European Journal of Social Sciences. 11-1.

Cogliser, C. C., & Brigham, K. H., 2004. The Intersection of


Leadership and Entrepreneurship: Mutual Lessons to be
Learned. Leadership Quarterly 15, pp. 771– 799

Collins, A. & Robertson, M., 2003.The Entrepreneurial Summer


School as a Successful Model for Teaching. Education +
Training 45(6), pp. 324-330.

Covey. S., 2007. The 7 Habits of Highly Effective Teens. (7 Kebiasaan


Remaja yang Sangat Efektif).

94 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kemendiknas.
2010.
Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan. Jakarta:
Depdiknas.

Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu


Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Kependidikan
Kemendiknas. 2010. Kewirausahaan. Materi Pelatihan
Penguatan Kepala Sekolah. Jakarta: Dirjen PMPTK.

Edy Legowo, Munawir Yusuf, dan Joko Sutrisno. 2001. Standarisasi


Tes Kepribadian Kewirausahaan Pemuda Mahasiswa Versi
Indonesia sebagai Penunjang Pendidikan Kewirausahaan di
Perguruan Tinggi. Penelitian RUKK-LIPI. Surakarta: FKIP
UNS.

Erikson, T., 2003. Towards a Taxonomy of Entrepreneurial


Learning Experiences Among Potential Entrepreneurs.
Journal of Small Business and Enterprise Development
10(1), pp. 106- 112.

Inpres Nomor 4 Tahun 1995 tanggal 30 Juni 1995


tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan
dan Membudayakan Kewirausahaan.

Kiyosaki, Robert T., dan Sharon L. Lerchter CPA., 2002. Rich Kid
Smart Kid.

Klein, P. G. & Bullock, J. B., 2006. Can Entrepreneurship Be Taught?


Journal of Agricultural and Applied Economics 38(2), pp. 429-
439. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kuratko, D. F., Hornsby, J. S. & Goldsby, M. G., 2007. The


Relationship of Stakeholder Salience, Organizational
Posture, and Entrepreneurial Intensity to Corporate

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 95
Entrepreneurship. Journal of Leadership and Organizational
Studies 13(4), pp. 56-72.

Lubis S.H., 2007. Total Motivation.Yogyakarta: Kelompok Pro-U


Media.
Peterman, N. E. & Kennedy, J., 2003. Enterprise Education:
Influencing Students‟
Perceptions of Entrepreneurship. Entrepreneurship: Theory &
Practice 28(2), pp.
129-145

Rae, D. & Carswell, M., 2000. Using a Life-Story Approach in


Entrepreneurial Learning: The Development of a Conceptual
Model and Its Implications in The Design of Learning
Experiences. Education + Training 42(4/5), pp. 220-7.

Surie, G. & Ashley, A., 2008. Integrating Pragmatism and Ethics in


Entrepreneurial Leadership for Sustainable Value Creation.
Journal of Business Ethics 81, pp. 235– 246.

Suryana. 2003. Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses


Menuju Sukses. Jakarta : Penerbit Salemba Empat

Vecchio. R. P., 2003. Entrepreneurship and Leadership: Common


Trends and Common Threads. Human Resource
Management Review 13, pp. 303–327.

Wawan Dhewanto. 2013. Intrapreneurship: Kewirausahaan


Korporasi. Bandung: Rekayasa Sains.
Winarto, P., 2004. First Step to be An Entrepreneur: Berani Mengambil
Risiko untuk
Menjadi Kaya. Jakarta: PT Gramedia.

Zaqeus Edy. 2007. Kalo Mau Kaya Ngapain Sekolah: Jurus-jurus


Sukses 16 Entrepreneur
Sejati. Yogyakarta: Gradien Books.

96 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH


Zimmerer, Thomas W., 2005. Pengantar Kewirausahaan dan
Manajemen Bisnis Kecil.
Jakarta: Indeks.

LATIHAN KEPEMIMPINAN | 97
98 | MODUL PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH

Anda mungkin juga menyukai