Penulis :
2018
MUAMALAH
Pendahuluan
Referensi
1.1 Pengertian Muamalah
1.2 Sumber Hukum Muamalah
1.3 Kaidah Muamalah
1.4 Ruang Lingkup Muamalah
1.4.1 Muamalah Duniawiyah
1.4.2 Muamalah dalam Keluarga
1.4.3 Muamalah dalam Bermasyarakat
1.4.4 Muamalah Maliyah (Harta Benda)
1.4.5 Muamalah Munakahat (Pernikahan)
1.4.6 Muamalah Mawarits (Warisan atau peninggalan)
1.4.7 Muamalah Siyasah (Bernegara)
1.4.8 Muamalah dalam Lingkungan
1.4.9 Muamalah dalam IPTEK
REFERENSI
Assadiqi, Kasmudi. 2013. Pengantar Fiqh Muamalah. Gresik dan Yogyakarta
Dari segi bahasa muamalat ( ال ُم َعا َمالت ) merupakan bentuk jama’ dari
( ُع َل ْي ِه ْم ْال َم ْس َكنَة َ ت ْ ض ِر َبُ للا َو ِ ّ َب ِ ّمنِ ض َ َللاّ َو َحبْل ِ ّمنَ االنَّا ِس َوبآ ُء ْو ِبغ
ِ َ َِ ّمن
علَ ْي ِه ُم الذّلَّ ِة اَيْنَ َماث ُ ِقفُ ْوآ ا َِّّل ِب َح ْب ِل ْ َض ِرب
َ ت ُ )
ِ تَ ْح ِر
( يم َها َ اإل َبا َح ِة ِإ َّّل أ َ ْن َيدُل دَ ِليْل
علَى ِ ت ْ َ ) ا َ ْْل
ِ ص ُل فِى ال ُم َعا َم َال
Kaidah ini dirumuskan bahwa segala sesuatu muamalah itu boleh
dilakukan sampai ada dalil yang melarangnya. Maksud kaidah ini bahwa
dalam setiap muamalah dan transaksi pada dasarnya boleh dilakukan
seperti jual beli, sewa menyewa, kerjasama, gadai kecuali yang dengan
tegas diharamkan oleh Allah SWT seperti menimbulkan kemudharatan,
tipuan, judi, riba.
1.3.2 Asal dalam transaksi adalah keridhaan (persetujuan) dari kedua pihak
yang berakad
( عاقُ ِد
َ َّ ِإلت َزَ َماهُ ِباات ضي ْال ُمت َ َعاقِدَي ِْن َو َنتَ ْي َجتُهُ َما
َ ص ُل فِى ْال َع ْق ِد ِر
ْ َ ) ْاْل
Keridhaan dalam melakukan transaksi adalah prinsip. Oleh karena itu,
transaksi barulah sah apabila didasarkan kepada keridhaan kedua belah
pihak. Artinya tidak sah suatu akad apabila suatu pihak dalam keadaan
terpaksa, dipaksa atau merasa tertipu. Bisa juga terjadi pada waktu akad
sudah saling meridhai tetapi kemudian salah satu pihak merasa tertipu
maka akad tersebut bias batal. Contohnya seperti pembeli yang merasa
tertipu karena dirugikan oleh penjual (barangnya terdapat cacat).
1.3.3 Apabila sesuatu itu batal, maka batallah apa yang di dalamnya
( ان
ِ ض َم
َّ بِال ) الخ ََرا ُج
Contoh kaidah tersebut adalah pembeli mengembalikkan seekor binatang
dengan alasan cacat. Penjual tidak boleh meminta bayaran atas
penggunaan binatang tersebut, karena penggunaan binatang itu sudah
menjadi haknya pembeli.
Contoh lain yang relevan sekarang ini ialah garansi pada alat-alat
elektronik.
1.3.5 Tidak boleh seorangpun merubah milik orang lain tanpa izin pemiliknya
( إ ْذنِ ِه ف فِي ِم ْل ِك ْالغَي ِْر ِب َال َ َ وز ِْل َ َحد أ َ ْن َيت
َ ص َّر ُ ) َّليَ ُج
Atas dasar kaidah ini, maka penjual haruslah pemilik barang yang dijual
atau wakil dari pemilik barang atau yang diberi wasiat. Tidak ada hak
orang lain pada barang yang dijual. Tidak dibolehkan seseorang
mengambil harta orang lain yang kemudian diakuinya kecuali dengan
izin pemilik harta itu.
1.3.6 Setiap utang piutang yang mendatangkan manfaat adalah riba yaitu
haram
( ح َرام
َ ) ُكل قَرض َج َّر نَ ْفعا فَ ُه َو ربا
Seperti QS Ali-Imran : 130 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memakan riba dengan berlipat ganda”
1.4 Ruang Lingkup Muamalah
Ruang Lingkup Muamalah sebagai berikut :
1.4.1 Muamalah Duniawiyah
Setiap manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi seperti dalam
Q.S Al-Baqarah (2) : 30 sehingga memandang dan menyikapi kehidupan
dunia secara aktif dan positif serta tidak menjauhkan diri dari kehidupan
dengan landasan iman, Islam, dan ihsan dalam arti berakhlaq karimah.
Manusia pun harus mencerminkan cara berpikir yang Islami yang dapat
membuahkan karya-karya pemikiran maupun amaliah yang
mencerminkan keterpaduan antara orientasi habluminallah dan
habluminannas serta maslahat bagi kehidupan umat manusia.