Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK

TANGGUHAN, BEBAN PAJAK KINI DAN UKURAN PERUSAHAAN

TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR

MAKANAN DAN MINUMAN DI BEI PERIODE 2014 - 2018

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

NURUL TRIWULAN

NIM. 1562201035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2018

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi ini banyak terjadi persaingan diantara

perusahaan-perusahaan yang semakin berkembang dengan pesat selain itu

terdapat peluang bagi perusahaan-perusahaan untuk mengembangkan

usahanya. Negara Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi incaran

para investor global untuk berinvestasi, karena sebagian besar jumlah

emiten perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bergerak dalam

industri manufaktur (Fariezan Razak Hadi, 2015).

Laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan di Bursa Efek

Indonesia (BEI) sebagai tanggung jawab emiten kepada investor

berdasarkan prinsip keterbukaan (Keputusan ketua BAPEPAM No. KEP-

06/PM/2000). Laporan keuangan berisi informasi yang berguna bagi pihak

internal (manajemen, karyawan, auditor internal, dan lain-lain) dan pihak

eksternal perusahaan (investor, kreditur, bank, pemerintah, auditor

eksternal, dan lain-lain) (Agnes febriyanti dan Hanna, 2014).

Fleksibilitas manajemen dalam penyusunan laporan keuangan,

diatur dalam PSAK No. 1 tentang penyajian laporan keuangan dengan

pendekatan atau basis akrual (accrual basis). Implikasi PSAK No. 46

ini dikaitkan dengan isu manajemen laba (earnings management)

dimana banyak manajer memanfaatkan peluang tersebut untuk

melakukan manajemen terhadap angka laba pada perusahaannya


3

dengan pendekatan akrual untuk mendapat bonus atau penghargaan atas

kinerja yang baik dengan meminimalkan beban pajak penghasilan yang

harus dibayarkan (Suranggane, 2007 dalam Felicia Amanda dan Meiriska

Febrianti, 2015).

Fenomena yang terjadi di lapangan yang peneliti ambil dari media

www.market.bisnis.com, 27 April 2018. Mengenai “Ketika AISA

‘Dihukum’ Triliunan Rupiah di Pasar”. Dalam kasus yang mendera PT.

AISA adalah terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh PT. Info beras

Unggul (IBU), anak usaha PT. AISA yang menjual beras bukan jenis

premium tetapi dijual dengan harga premium. Hasil temuan tersebut

didapat setelah adanya penggerebekan yang dilakukan oleh Satgas Pangan

yang terdiri dari Mabes Polri, Kementerian Pertanian (Kementan) dan

komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) pada Kamis, 20 Juli 2017,

Dalam penggerebekan itu, Satgas Pangan mengklim telah mengamankan

beras 1.162 ton jenis IR 64 yang akan dijadikan beras premium dan dijual

dengan harga tiga kali lipar dipasaran.

Dari fenomena diatas, dapat disimpulkan adanya manipulasi yang

terjadi dalam pembuatan laporan keuangan. Manipulasi keuangan tersebut

dilakukan untuk mengambil keuntungan sendiri dari salah satu pihak

dengan cara memperbesar laba yang diperoleh dengan melakukan

pembohongan publik yaitu dengan menjual beras jenis IR 64 dengan harga

beras jenis premium yang harganya tiga kali lipat lebih besar.

Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan

keputusan tertentu dalam laporan keuangan dan mengubah transaksi untuk


4

mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder yang

ingin mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk

memengaruhi hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi

yang dilaporakan dalam laporan keuangan.

Manajemen laba menurut Schipper (1989) dalam Rahmawati dkk.

(2006) yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu

intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan

eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan

untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut).

Di dalam PSAK 46 dinyatakan bahwa manajemen diberikan

kebebasan menentukan pilihan kebijakan akuntansi dalam menentukan

besaran pencadangan beban atau penghasilan pajak tangguhan atas

adanya perbedaan standar akuntansi dengan peraturan perpajakan.

Manajemen membutuhkan penilaian dan perkiraan tertentu, sehingga

manajemen bersifat lebih fleksibel. Oleh karena adanya perbedaan

antara laba akuntansi dan penghasilan kena pajak merefleksikan

tingkat kebijakan manajer dalam memanajemen laba menjadi lebih

tinggi. (Deviana, 2010 dalam Felicia Amanda dan Meiriska Febrianti,

2015).

Laporan keuangan perusahaan dihasilkan dan disiapkan sebagai

pertanggungjawaban manajemen sehingga mencerminkan aktivitas

perusahaan. Kewajiban tersebut tidak terbatas pada kepentingan

manajemen tetapi juga untuk kepentingan otoritas pajak. Kebutuhan

dalam Standar Akuntansi Keuangan tidak selamanya sejalan dengan


5

ketentuan perpajakan. Oleh karena itu, Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) No. 46 Revisi 2012 Tentang Pajak Penghasilan ini

sebagai respon dengan diberlakukannya peraturan pajak penghasilan

yang dikeluarkan oleh otoritas perpajakan (Tiara Timurina dan Rizki

Muhammad, 2015).

Perusahaan di Indonesia dalam hal penyusunan laporan keuangan

berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),

sedangkan untuk kepentingan pajak berpedoman pada Peraturan

Perpajakan. Adanya perbedaan antara prinsip akuntansi dengan aturan

perpajakan mengharuskan manajer untuk membuat dua jenis laporan laba

rugi, yaitu laporan laba rugi komersil dan laporan laba rugi fiskal. Laporan

laba rugi komersil disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan,

sedangkan laporan laba rugi fiskal disusun berdasarkan aturan

perpajakan. Peraturan Perpajakan mengharuskan perusahaan

melakukan rekonsiliasi fiskal untuk menyesuaikan perbedaan konsep

pajak dengan konsep akuntansi komersial. Selisih yang timbul atas

perbedaan antara laba komersial dengan laba fiskal (book-tax differences)

dinamakan koreksi fiskal yang dapat berupa koreksi fiskal positif dan

koreksi fiskal negatif (Felicia Amanda dan Meiriska Febrianti, 2015).

Perkembangan yang terjadi munculnya perlakuan Laporan

keuangan komersial dan fiskal mengalami berbagai permasalah yang

timbul akibat perkembangan aturan dari perpajakan itu sendiri, PSAK No.

46 tentang pajak penghasilan yang memunculkan beberapa perbedaan

dalam pengakuan dan perlakuaannya, yaitu adanya beda tetap dan beda
6

permanen dalam aturan perpajakan. Keberadaan dua hal tersebut yang

memunculkan timbulnya istilah pajak tangguhan.

Pajak tangguhan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi

tindakan manajemen dalam melakukan manajemen laba pada suatu

perusahaan. Adapun definisi Aset Pajak Tangguhan menurut PSAK No 46

(Revisi 2014) adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan

pada periode masa depan sebagai akibat adanya :

a. perbedaan temporer yang boleh dikurangkan,

b. akumulasi rugi pajak belum dikompensasi, dan

c. akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan dalam hal peraturan

perpajakan yang mengijinkan.

Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan

terhutang pada periode masa depan sebagai akibat adanya perbedaan

temporer kena pajak (PSAK No. 46 Revisi 2014).

Aset pajak tangguhan dijadikan proksi sebagai indikator dari

praktik menajemen laba yang dilakukan perusahaan. Aset pajak

tangguhan yang jumlahnya diperbesar oleh manajemen dimotivasi

untuk minimalisasi pembayaran pajak agar tidak merugikan

perusahaan. Pajak yang seharusnya dibayarkan pada periode sekarang

dialihkan pada periode mendatang dengan demikian laba perusahaan

pun akan meningkat karena beban pajak yang harus dibayarkan lebih

kecil. Dalam suatu perusahaan terdapat pajak tangguhan (Tiara Timuriana

dan Rezwan Rizki Muhamad, 2015).


7

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Tiara Timuriana dan

Rezwan Rizki Muhamad (2015) aset pajak tangguhan memiliki pengaruh

signifikan terhadap tindakan earning management yang dilakukan oleh

perusahaan. Sedangkan menurut Sofia Prima Dewi dan Fenny (2009)

berpendapat bahwa aset pajak tangguhan berpengaruh negatif terhadap

menajemen laba.

Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa

yang akan datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu)

antara perlakuan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiskal yang

masih dapat dikompensasikan di masa datang (tax loss carry forward)

yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu

yang dapat memberikan koreksi positif atau negatif (Fariezan Razak Hadi,

2015).

Menurut Thomas Junior Sibarani, Nur Hidayat Dan Surtikanti

(2015) Beban pajak tangguhan memiliki pengaruh signifikan terhadap

tindakan earning management yang dilakukan oleh perusahaan. Tindakan

earning management mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang

didapatkan oleh perusahaan dalam satu periode. Sedangkan hasil

penelitian Felicia Amanda dan Meiriska Febrianti (2015) sependapat

dengan hasil penelitian Desy Anggraeni (2014) yang berpendapat bahwa

Beban pajak tangguhan berpengaruh negatif terhadap menajemen.

Selain dari pajak tangguhan, manajemen laba dapat juga

dipengaruhi oleh beban pajak kini perusahaan. Definisi Beban Pajak Kini

menurut PSAK No 46 (Revisi 2014) adalah jumlah pajak penghasilan


8

yang terhutang (dilunasi) atas laba kena pajak (rugi pajak) untuk satu

periode. Kenaikan beban atas beban pajak kini dapat menyebabkan

penurunan peluang perusahaan melakukan manajemen laba dengan asumsi

bahwa nilai variable lain tetap, sebaliknya apabila beban pajak kini

berkurang maka menaiklah probabilitas perusahaan melakukan

manajemen laba.

Hasil penelitian terdahulu tentang pengaruh beban pajak kini

terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh Felicia Amanda dan

Meiriska Febrianti (2015) menyatakan bahwa beban pajak kini

berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun dalam penelitian yang

dilakukan oleh Desy Anggraeni (2014) menyatakan bahwa beban pajak

kini tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manajemen laba

tidak hanya dari aspek pajak saja, namun ukuran suatu perusahaan dapat

pula mempengaruhi tindakan manajemen laba pada suatu perusahaan.

Ukuran perusahaan merupakan penilaian kinerja keuangan

perusahaan yang dapat dilihat dari jumlah aset pada laporan keuangan.

Dimana dapat menunjukkan kinerja perusahaan dari segi kegiatan

aktivitas maupun operasionalnya. Sehingga masyarakat luas mampu

menilai perusahaan tersebut. Semakin besar perusahaan maka semakin

besar aktivitas operasional yang ada diperusahaan tersebut dan

berdampak pada hasil penjualan yang tinggi sehingga mampu

meningkatkan aktiva perusahaan (Eva Rafika Dewi, Elva Nuraina dan Nik

Amah, 2017).
9

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat

mendorong perusahaan melakukan manajemen laba. Perusahaan yang

berukuran kecil melakukan manajemen laba dengan tujuan untuk

menarik para investor untuk menanamkan sahamnya yang dapat

dilihat dari total aktiva perusahaan yang tinggi, sedangkan perusahaan

yang berukuran besar melakukan manajemen laba bertujuan untuk

menghindari adanya fluktuasi laba. Semakin besar perusahaan dapat

menarik para investor dan pemerintah untuk menanamkan sahamnya

sehingga perusahaan dapat memainkan labanya dengan cara

melakukan manajemen laba (Eva Rafika Dewi, Elva Nuraina dan Nik

Amah, 2017).

Ukuran perusahaan ditunjukkan melalui log total aktiva, karena

dinilai bahwa ukuran ini memiliki tingkat kestabilan yang lebih

dibandingkan proksi-proksi lainnya dan cenderung berkesinambungan

antar periode. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sofia Prima Dewi dan

Fenny (2009) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap

Manajemen Laba sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Eva

Rafika Dewi, Elva Nuraina dan Nik Amah (2017) bahwa ukuran

perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba.

Berdasarkan adanya perbedaan hasil atau research gap yang sudah

dipaparkan dan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh atas perbedaan

prinsip akuntansi (PSAK) dengan peraturan perpajakan dalam penyusunan

laporan keuangan, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Beban


10

pajak Kini dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba Pada

Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman di BEI Periode 2014

- 2018”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas,

maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Semakin kecil aset pajak tangguhan maka semakin besar beban pajak

di masa depan dan semakin besar aset pajak tangguhan masa semakin

kecil beban pajak dimasa depan. Besar kecilnya beban pajak akan

mempengaruhi perolehan laba yang akan di peroleh dimasa depan,

sehingga adanya peluang bagi manajer untuk melakukan manajemen

laba dengan menggunakan penyesuaian koreksi positif dan negatif.

2. Saat jumlah beban pajak tangguhan tinggi maka akan membuat laba

perusahaan mengalami penurunan sehingga memberikan peluang yang

lebih besar bagi manajer untuk melakukan manajemen laba.

3. Ketika beban pajak kini meningkat maka akan menurunkan laba

perusahaan sehingga memberikan peluang yang lebih besar bagi

manajer untuk melakukan manajemen laba.

4. Ukuran perusahaan dapat mengklarifikasikan suatu perusahaan dalam

kategori besar maupun kecil. Semakin besar suatu perusahaan maka

semakin kompleks transaksi yang dilakukannya dan laba yang di

hasilkan sehingga akan besar pula manajemen laba yang dilakukan

dari setiap transaksi.


11

5. Adanya benturan kepentingan (conflict of interest) antara manajemen

dengan Principal (pemegang saham).

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel independen dalam penelitian ini menggunakan Aset Pajak

Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Kini, dan Ukuran

Perusahaan.

2. Variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan Manajemen

Laba.

3. Objek pada penelitian ini menggunakan data perusahaan di Bursa Efek

Indonesia (BEI) Sub Sektor Makanan Dan Minuman periode 2014-

2018.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Apakah pengaruh Aset Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba

pada perusahaan Makanan dan Minuman periode 2014 - 2018?

2. Apakah pengaruh Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba

pada perusahaan Makanan dan Minuman periode 2014 - 2018?

3. Apakah pengaruh Beban Pajak Kini terhadap Manajemen Laba pada

perusahaan Makanan dan Minuman periode 2014 – 2018?


12

4. Apakah pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada

perusahaan Makanan dan Minuman periode 2014 - 2018?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan adanya hal-hal yang dianggap

perlu untuk diteliti lebih lanjut. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Aset Pajak Tangguhan

terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Makanan dan Minuman

periode 2014 – 2018.

2. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Beban Pajak Tangguhan

terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Makanan dan Minuman

periode 2014 - 2018.

3. Untuk mengetahui pengaruh Beban Pajak Kini terhadap Manajemen

Laba pada perusahaan Makanan dan Minuman periode 2014 - 2018.

4. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen

Laba pada perusahaan Makanan dan Minuman periode 2014 - 2018.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Laba. Selain itu

juga sebagai bahan referensi khususnya di bidang ilmu ekonomi akuntansi


13

dan sebagai bahan referensi bagi penelitian berikutnya. Diharapkan bagi

penelitian berikutnya dapat mengambil faktor-faktor yang mengenai

tentang variabel tersebut dan menambahkan variabel yang lainnya serta

mengambil sampel pada perusahaan sektor lainnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

yang baik dalam pengembangan wawasann mengenai Manajemen

Laba karena masih sedikit yang meneliti permasalahan diatas.

Dalam hal ini dapat membuka kesempatan bagi peneliti berikutnya

dalam menggunakan variabel-variabel maupun alat ukur lainnya.

b. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui Manajemen

Laba dan dampaknya di mata publik, selain itu bisa meningkatkan

performa perusahaan yang selalu menginginkan perusahaan

mendapatkan laba. Sekaligus menyumbangkan wawasan pemikiran

tentang ruang lingkup perusahaan yang berdampak pada segala sisi

untuk kemajuan perusahaan.


14

Anda mungkin juga menyukai