KATA PENGANTAR.............................................................. I
DAFTAR ISI........................................................................... II
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................IV
BAB 3 PENUTUP...............................................................V
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Qadaiah mula-mula timbul sekitar tahun 70 H/689 M, di pimpin
oleh Ma’bad Al-Juhni Al-Bisri dan Ja’ad bin Dirham, pada masa
pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M).
Timbulnya aliran qadariah sebagai isyarat menentang
kebijaksanaan politik Bani Umayah yang di anggapnya kejam. Apabila
aliran jabriah berpendapat bahwa Khalifah Bani Umayah membunuh
orang, hal itu karena sudah di takdirkan Allah SWT. Demikian dan hal ini
berarti merupakan topeng kekejamannya, maka aliran Qadariah mau
membatasi Qadar tersebut. Mereka mengatakan bahwa Allah SWT itu
adil, maka Allah SWT akan menghukum orang yang bersalah dan
memberi pahala kepadaa orang yaang berbuat baik. Manusia harus bebas
dalam menentukan nasibnya sendiri dengan memilih perbuatan yang baik
atau yang buruk. Jika Allah SWT telah menentukan terlebih dahulu nasib
manusia, maka Allah SWT itu zalim. Karena itu, manusia harus merdeka
memilih atau ikhtiar atas perbuatannya (khaliqul af’al). Manusia harus
mempunyai kebebasan berkehendak.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian aliran qadariah
2. Pokok-pokok ajaran aliran qadariah
3. Ajaran dan Perkembangannya
4. Tokoh-tokoh aliran qadariah
C. Tujuan Pembahasa
1. Untuk mengetahui aliran Qadariah
2. Untuk mengetahui kemunculan aliran Qadariah
3. Untuk mengetahui pokok pemikiran aliran Qadariah
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aliran Qadariah
a. Orang yang berdosa besar itu bukan kafir dan bukan mukmin, tapi
fasik dan orang fasik itu masuk neraka secara kekal. Pendapat
mereka itu seperti timbul sesudah terjadi pembunuhan Khalifah
Usman, perang unta antara Khalifah Ali dan Siti Aisyah.
b. Allah SWT tidak menciptakan aamal perbuatan manusia. Manusia
sendirilah yang menciptakan segala amal perbuatannya dan karna
itulah manusia akan menerima balasan baik (surga) atas segala
amalnya yang baik, dan menerima balsan buruk (siksa neraka) atas
segala amal perbuatannya yang salah dan dosa.
c. Kuam qadariah mengatakan bahwa Allah itu Esa atau satu dalam
arti bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat azali seperti ilmu,
kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan zat-Nya
sendiri. Pendapat yang mengatakaan bahwa Allah memiliki sifat-
sifat yang qadim itu, menurut qadariah sama dengan mengataakan
bahwa Allaah itu lebih dari satu, padahal Allah itu satu dann tidak
bersekutu dalam segala hal dan dalaam segala keadaan.
d. Kaum qadariah berpendapat bahwa akal manusia mampu
mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, walaupun
Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala sesuatu
memiliki sifat yang menyebabkannya baik atau buruk.
2.3 Ajaran dan perkembangannya
Artinya:
“Sesungguhnya iman adalah ma’rifat kepada Allah Azza Wa jalla, cinta, tunduk
dengan hati kepada-Nya dan berikrar bahwa sesungguhnya Dia itu Esa, tidak ada
sesuatu pun yang semisal dengan-Nya,selam ada padanya hujjah para Nabi
as.Apabila hujjah itu ada,maka ikrar dan tashdiknya termasuk iman dan ma’rifat.
Ikrar terhadap segala apa yang berasal dari Allah SWT. ( wahyu ) yang dibawa
oleh para Nabi tidak termasuk kedalam iman yang asli. Tiap-tiap bagian
bukanlah bagian dari iman itu merupakan iman dan tidak pula bagian dari iman.
Apabila terhimpun bagian-bagian itu jadilah keseluruhannya itu iman.
Disyaratkan dari bagian iman ialah mengenal keadilan. Maksudnya qadar
(takdir) baik dan buruk seseorang tanpa sedikit pun disandarkan kepada Allah
SWT.
2.4 Tokoh-tokoh Aliran Qadariah
1.Ma’bad Al-juhni
Ma’bad Al-juhi adalah seorang Tabiin, pernah belajar kepada Washil bin
Atho’, pendiri Mu’tazilah. Dia dihukum mati oleh Al-Hajaj, Gubernur
Basrah, karena ajaran-ajarannya
2.Gailan ad-Damasyqi
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan :
Hanafi, Ahmad, Pengantar Teologi Islam, cet. III, Jakarta: Pustaka Al- Husna,
1989.
Oleh :
Rika Asronika
TA.2018/2019