Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................. I

DAFTAR ISI........................................................................... II

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................... III

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Pembahasan

BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................IV

2.1 Pengertian Aliran Qadariah

2.2 Pokok-Pokok Aliran Qadariah

2.3 Ajaran dan Perkembangannya

2.4 Tokoh-Tokoh Aliran Qadariah

BAB 3 PENUTUP...............................................................V

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillairabbil’alamin, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah


SWT. Karna berkat rahmat dan hidayahnya makalah Teologi Islam ini dapat kami
selesaikan. Tidak lupa pula shalawat dan salam kami curahkan kepada nabi
Muhammad SAW. Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras kami telah
berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan sesuai dengan harapan.

Kritik dan saran teman-teman semua kami butuhkan agar dapat


menyempurnakannya dimasa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman semuanya.
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Qadaiah mula-mula timbul sekitar tahun 70 H/689 M, di pimpin
oleh Ma’bad Al-Juhni Al-Bisri dan Ja’ad bin Dirham, pada masa
pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M).
Timbulnya aliran qadariah sebagai isyarat menentang
kebijaksanaan politik Bani Umayah yang di anggapnya kejam. Apabila
aliran jabriah berpendapat bahwa Khalifah Bani Umayah membunuh
orang, hal itu karena sudah di takdirkan Allah SWT. Demikian dan hal ini
berarti merupakan topeng kekejamannya, maka aliran Qadariah mau
membatasi Qadar tersebut. Mereka mengatakan bahwa Allah SWT itu
adil, maka Allah SWT akan menghukum orang yang bersalah dan
memberi pahala kepadaa orang yaang berbuat baik. Manusia harus bebas
dalam menentukan nasibnya sendiri dengan memilih perbuatan yang baik
atau yang buruk. Jika Allah SWT telah menentukan terlebih dahulu nasib
manusia, maka Allah SWT itu zalim. Karena itu, manusia harus merdeka
memilih atau ikhtiar atas perbuatannya (khaliqul af’al). Manusia harus
mempunyai kebebasan berkehendak.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian aliran qadariah
2. Pokok-pokok ajaran aliran qadariah
3. Ajaran dan Perkembangannya
4. Tokoh-tokoh aliran qadariah

C. Tujuan Pembahasa
1. Untuk mengetahui aliran Qadariah
2. Untuk mengetahui kemunculan aliran Qadariah
3. Untuk mengetahui pokok pemikiran aliran Qadariah

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aliran Qadariah

Paham Qadariah pada hakikatnya adalah sebagian dari paham


Mu’tazilah,karena imam-imamnya terdiri dari orang-orang Mu’tazilah aliran
qadariah muncul mula-mula di Basrah, lalu tersebar luaas diseluruh Irak atas
praksa Washli bin ‘Atha dan ‘Amr bin Ubait pada tahun 1005 H atau 723 M.
Akan tetapi paham ini dibicarakan dalam suatu pasal tersendiri karena sepanjang
sejarah persoalan Qadariah ini suatu soal yang besar juga,yang harus menjadi
perhatian. Ajaran-ajaran qadariah segera mendapat pengikut yang cukup sehungga
Khalifah dapat mengambil tindakan dengan alasan demi ketertiban umum.
Ma’bad Al-Juhni dan beberapa pengikutnya ditangkap dan dia sendiri dihukum
bunuh di Damaskus (80 H/690 M) Setelah peristiwa ini, maka pengaruh qadariah
semakin surut, akan tetapi dengan munculnya aliran Mu’tazilah, sebetulnya dapat
di artikan sebagai penjelmaan kembali paham-paham Qadariah. Sebab antara
keduanya, terdapat persamaaan filsafatnya, yang selanjutnya disebut kaum
Qadariah Mu’tazilah. Sebagian orang-orang qadariah mengatakan bahwa semua
perbuatan manusia yang baik itu berasal dari Allah SWT, sedangkan perbuatan
manusia yang jelek itu mansia sendiri yang menciptakannya, tidak ada sangkut
pautnya dengan Allah SWT.

Sehubungan pendapat qadariah tersebut, sebelumnya nabi Muhammad


SAW.bersabda :
Artinya : “Dari Hudzaifah Ra. Berkata : Rasulullah SAW bersabda : bagi tiap-tiap
umat ada majusinya dan majusi umatku ini ialah mereka yang mengatakan bahwa
tidak ada takdir. Barang siapa diantara mereka itu mati, maka janganlah engkau
mensholati jenazahnya. Dan barang siapa diantara mereka itu sakit, maka
janganlah kamu menjenguknya. Mereka adalah golongan Dajjal dan memang ada
hak bagi Allah untuk mengkaitkan mereka dengan dajjal “(HR.Abu Daud)

Mereka dikatakan majusi, karena mereka beranggapan adanya 2 pencipta,


yaitu pencipta kebaikan dan keburukan. Hal ini sama persis dengan ajaran agama
majusi atau zaroaster yang mengatakan adanya dewa terang, kebaikan dan siang
disebut Ahura Mazda dan dewaa keburukan, gelap dan malam, disebut Ahriman
atau Angramanyu.

2.2 Pokok-pokok aliran qadariah

Menurut Dr.Ahmad Amin pokok-pokok ajaran qadariah adalah :

a. Orang yang berdosa besar itu bukan kafir dan bukan mukmin, tapi
fasik dan orang fasik itu masuk neraka secara kekal. Pendapat
mereka itu seperti timbul sesudah terjadi pembunuhan Khalifah
Usman, perang unta antara Khalifah Ali dan Siti Aisyah.
b. Allah SWT tidak menciptakan aamal perbuatan manusia. Manusia
sendirilah yang menciptakan segala amal perbuatannya dan karna
itulah manusia akan menerima balasan baik (surga) atas segala
amalnya yang baik, dan menerima balsan buruk (siksa neraka) atas
segala amal perbuatannya yang salah dan dosa.
c. Kuam qadariah mengatakan bahwa Allah itu Esa atau satu dalam
arti bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat azali seperti ilmu,
kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan zat-Nya
sendiri. Pendapat yang mengatakaan bahwa Allah memiliki sifat-
sifat yang qadim itu, menurut qadariah sama dengan mengataakan
bahwa Allaah itu lebih dari satu, padahal Allah itu satu dann tidak
bersekutu dalam segala hal dan dalaam segala keadaan.
d. Kaum qadariah berpendapat bahwa akal manusia mampu
mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, walaupun
Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala sesuatu
memiliki sifat yang menyebabkannya baik atau buruk.
2.3 Ajaran dan perkembangannya

Ada pendapat lain mengatakan bahwa sebenarnya yang mengembangkan


ajaran-ajaran qadariah itu bukan Ma’bad Al-Juhni. Ada seorang penduduk negri
Irak, yang mulanya beragama Kristen kemudian masuk Islam, namun akhirnya
kembali ke Kristen lagi. Dari orang inilah, Ma’abd Al-Juhni dan Gailan ad
Damasqi mengambil pemikirannya.

Mereka sulit diketahui aliran-alirannya. Karena mereka dalam segi tertentu


mempunyai kesamaan ajaran dengan Mu’tazilah dan dalam segi yang lain
mempunyai kesamaan ajaran dengan Murji’ah, sehingga disebut Murji’atul
Qadariah. Tokoh-tokohnya adalah Abi Syamr, Ibnu Syahid, Dailan Ad-Damasqi,
dan Saleh Qubbah.Mereka ini mempunyai pengertian berbeda tentang iman.

Abi Syamr berpendapat tentang iman:63

Artinya:

“Sesungguhnya iman adalah ma’rifat kepada Allah Azza Wa jalla, cinta, tunduk
dengan hati kepada-Nya dan berikrar bahwa sesungguhnya Dia itu Esa, tidak ada
sesuatu pun yang semisal dengan-Nya,selam ada padanya hujjah para Nabi
as.Apabila hujjah itu ada,maka ikrar dan tashdiknya termasuk iman dan ma’rifat.
Ikrar terhadap segala apa yang berasal dari Allah SWT. ( wahyu ) yang dibawa
oleh para Nabi tidak termasuk kedalam iman yang asli. Tiap-tiap bagian
bukanlah bagian dari iman itu merupakan iman dan tidak pula bagian dari iman.
Apabila terhimpun bagian-bagian itu jadilah keseluruhannya itu iman.
Disyaratkan dari bagian iman ialah mengenal keadilan. Maksudnya qadar
(takdir) baik dan buruk seseorang tanpa sedikit pun disandarkan kepada Allah
SWT.
2.4 Tokoh-tokoh Aliran Qadariah

1.Ma’bad Al-juhni

Ma’bad Al-juhi adalah seorang Tabiin, pernah belajar kepada Washil bin
Atho’, pendiri Mu’tazilah. Dia dihukum mati oleh Al-Hajaj, Gubernur
Basrah, karena ajaran-ajarannya

2.Gailan ad-Damasyqi

Gailan ad-Damasysqi adalah penduduk kota Damaskus, ayahnya seorang


yang pernah bekerja pada Khalifah Utsman bin Affan. Dia datang ke
Damaskus pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam bin Abdul Malik
(105-125 H). Gailan juga dihukum mati karena paham-pahamnya.

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan :

Orang-orang Qadariah pandangannya menyerupai orang-orang Majuri


(Zoroaster atau Zarastustra) agama kuno di Persia. Kebaikan atau kejahatan
masing-masing memiliki penciptanya. Mereka beranggapan bahwa dirinya
memiliki kemampuan yang Mudhat atau manfaat terhadap dirinya sendiri
selanjutnya, menurut paham Qadariah, mereka memiliki kemampuan berbuat
diluar kekuasaan Allah SWT. Dirinya sebagai makhluk memiliki kemampuan
berbuat, yang sama sekali tidak disebutkan Allah SWT karena itulah kaum
Qadariah itu disebut sebagai “Majusi”nya umat Islam,sebab kepecayaan-
kepercayaan mereka menyerupai kepercayaan-kepercayaan orang Majusi itu.
Mereka menyebarkan ajaran-ajaran yang bisa menyebabkan orang menjadi
bimbang terhadap rahmat Allah SWT, dan berputus asa terhadap nikmat-Nya.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Ahmad, Pengantar Teologi Islam, cet. III, Jakarta: Pustaka Al- Husna,
1989.

Nasir, Sahilun A, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Jakarta: Rajawali perss,


2012.

Nasution, Harun, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 1986.

Projo Dikoro, Suryanto HMS. Aliran-aliran dalam Ilmu Kalam, Yogyakarta:


Sumbang Asih Offset, 1997.

Zainudin. Ilmu Tauhid lengkap, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996.

TAUHID ILMU KALAM


ALIRAN QADARIAH

Oleh :

Rika Asronika

Resti Putri Oktaviany

Reza Maulida Putri

STAI AL-HIKMAH MEDAN

TA.2018/2019

Anda mungkin juga menyukai