Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KETERAMPILAN KIMIA
PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

Kelompok 1
1. Tia Rahman Islami (17312241004)
2. Rahmadita Tri H. (17312241007)
3. Presti Anugrah Pinantu (17312241011)
4. Miftaqul Janah (17312241015)
5. Indah Nur Ramadanti (17312241035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
A. Judul
Pembuatan Sabun Transparan
B. Tujuan
Mengetahui cara membuat sabun transparan melalui reaksi saponifikasi.
C. Dasar Teori
Secara umum, lemak berasal dari sumber hewani dan minyak berasal dari sumber nabati.
Lemak dan minyak ialah triester dari gliserol dan disebut trigliserida (Suminar, 2003). Lemak
dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa
organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon
lainnya (Netti, 2002).
Secara kimia, yang diartikan dengan lemak adalah trigliserida dari gliserol dan asam lemak
(Budimarwanti). Minyak mengandung persentase asam lemak tak jenuh yang lebih tinggi
dibandingkan lemak, sehingga membuat beberapa trigliserida berwujud padat (lemak) dan
lainnya berwujud cair (minyak) (Suminar, 2003). Lemak dan minyak yang umum digunakan
dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan
di esterifikasi dengan gliserol. Masing-masing lemak mengandung sejumlah molekul asam
lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurat) hingga C18 (asam stearat) pada
lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh (Bunta, 2013).

Gambar 5.1. Reaksi hidrolisis trigliserida (Budimarwanti).


Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dengan alkali menghasilkan
sabun dan gliserol. Salah satu bentuk sabun adalah sabun transparan (Bunta, 2013). Sabun
transparan adalah jenis sabun yang bening sehingga tampak tembus pandang dan
menghasilkan busa yang lebih lembut dan tampak lebih menarik (Priani dan Lukmayani,
2010). Sama halnya dengan sabun mandi biasa, sabun transparan juga merupakan hasil reaksi
penyabunan antara asam lemak dengan basa kuat, hanya saja penampakannya transparan
(Bunta, 2013). Sabun ini mudah sekali larut karena mempunyai sifat sukar mengering.
Faktor yang mempengaruhi transparansi sabun adalah:
1. Kandungan alcohol
Etanol digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena
sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.
2. Gula
Gula bersifat humektan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna
gula akan semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak gula, produk
sabun menjadi lengket, pada permukaan sabun keluar gelembung kecil-kecil. Gula yang
paling baik untuk sabun transparan adalah gula yang apabila dicairkan berwarna jernih
seperti gliserin, karena warna gula sangat mempengaruhi warna sabun transparan akhir.
Gula lokal yang berwarna agak kecoklatan, hasil sabun akhir juga tidak bening, jernih
tanpa warna tetapi juga agak kecoklatan.
3. Gliserin
Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan
air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga dapat ber
fungsi sebagai pelembap pada kulit. Pada kondisi at mosfer sedang ataupun pada kondisi
kelembaban tinggi, gliserin dapat melembapkan kulit dan mudah di bilas.

Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening maka hal yang paling essensial adalah kualitas
gula, alkohol dan gliserin. Oleh karena itu pemilihan material dipertimbangkan dengan warna dan
kemurniannya (Arita dkk, 2009).

Gambar 5.2. Reaksi dasar pembuatan sabun transparan (Fessenden dan Fessenden, 1982).
Kandungan utama dari sabun transparan adalah:
1. Minyak Pendukung
Berbagai jenis minyak yang sering digunakan untuk membuat sabun diantaranya
minyak zaitun, kelapa, castor, dan minyak kelapa sawit.
2. Sodium Hidroksida (NaOH)
NaOH atau kaustik soda merupakan senyawa alkali yang bersifat basa berbentuk
butiran atau keping yang sangat higroskopis. NaOH akan bereaksi dengan minyak
membentuk sabun lewat reaksi saponifikasi.
3. Asam stearate
Asam stearat membantu untuk mengeraskan sabun. Penggunaan terlalu banyak
menyebabkan sabun kurang berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak mengeras.
4. Gliserin
Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan
air. Gliserin merupakan humektan sehingga berfungsi sebagai pelembab kulit.
5. Alkohol
Alkohol adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun sehingga sabun
menjadi bening atau transparan. Untuk terjadi transparansi sabun harus benar-benar larut.
6. Gula
Bersifat humektan dan membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna gula
akan semakin transparan sabun yang dihasilkan.
7. Pewarna
Penggunaan pewarna untuk memperindah penampilan masih menjadi perdebatan.
Penggunaan pewarna ditakutkan akan membahayakan karena kulit merupakan organ tubuh
yang menyerap apapun yang diletakkan dipermukaannya.
8. Pewangi
Pewangi atau pengaroma adalah suatu zat tambahan yang ditujukan untuk
memberikan aroma wangi pada suatu sediaan agar konsumen lebih tertarik (Priani dan
Lukmayani, 2010).

Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:


1. Sabun opaque adalah jenis sabun yang biasa digunakan sehari-hari yang tidak tembus
cahaya.
2. Sabun transparan merupakan sabun yang paling banyak meneruskan cahaya jika batang
sabun dilewatkan cahaya
3. Sabun translucent merupakan sabun yang sifatnya berada di antara sabun transparan dan
sabunopaque (Bunta, 2013).

Macam-macam sabun sebagai berikut:

1. Sabun Transparan
Sabun transparan ini merupakan sabun tembus pandang yang tampilannya jernih
dan cenderung memiliki kadar rendah. Sabun ini mudah sekali larut karena mempunyai
sifat sukar mengering.
2. Castile Soap
Sabun yang terbuat dari olive oil ini untuk formulanya aman dikonsumsi karena
tidak mengandung lemak hewani sama sekali.
3. Deodorant Soap
Sabun ini bersifat sangat aktif untuk menghilangkan aroma tak sedap pada bagian
tubuh. Tidak dianjurkan untuk kulit wajah karena memiliki kandungan yang cukup keras
yang dapat menyebabkan kulit teriritasi.
4. Acne Soap
Sabun ini dikhususkan untuk membunuh bakteri-bakteri pada jerawat. Seringkali
sabun jerawat ini mengakibatkan kulit kering bila pemakaiannya di barengi dengan
penggunaan produk anti acne lain.
5. Natural Soap
Sabun alami ini memiliki formula yang sangat lengkap seperti vitamin, ekstrak
buah, minyak nabati, ekstrak bunga aloe vera danessential oil (ITS).

Keuntungan dari pembuatan sabun transparan adalah:

1. Penampilan transparan yang menawan


2. Mempunyai fungsi pelembab
3. Daya bersih yang efektif tanpa meninggalkan busa sabun
4. Lebih terasa lunak (Priyani dan Lukmayani, 2010).
D. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Hari dan tanggal : Jumat, 30 November 2018
Waktu : 11.00 – 13.00 WIB
Tempat : Selasar Laboratorium IPA UNY
2. Alat dan bahan
a. Alat
1) Kaca arloji
2) Gelas beaker 250 ml
3) Erlenmeyer
4) Batang pengaduk
5) Gelas ukur
6) Pipet tetes
7) Thermometer
8) Cetakan sabun
9) Kaki tiga
10) Bunsen
11) Spiritus
12) Neraca analitik
b. Bahan
1) VCO 10 gr
2) NaOH 30% 5 ml
3) Gliserin 8 ml
4) Gula pasir 8 gr
5) Etanol 95% 8 gr
6) Asam stearate 5 gr
7) NaCl 0,04 gr
8) Asam sitrat 0,04 gr
9) Pewarna
10) Pewangi

3. Langkah Kerja
Memanaskan VCO dalam erlenmeyer sampai suhu 60 ˚C-65 ˚C

Memanaskan asam stearat pada suhu 60˚C

Memasukkan asam stearat ke dalam minyak yang sudah


dipanaskan,diaduk terus menerus dan dijaga pada suhu 70˚C

Memasukkan NaOH sampai terbentuk reaksi


saponifikasi(sampai kalis)

Memasukkan etanol sambil diaduk terus menerus sampai larut


dan bening

Menambahkan asam sitrat,gula,gliserinh dan NaCL kemudian


diaduk pada suhu 70˚C sampain homogen

Menambahkan pewarna dan parfum secukupnya

Menuangkan ke dalam cetakan dan didiamkan selama +- 24


jam
E. Data Hasil
1. Organoleptik
Warna : merah, tidak transparan
Tektur : Halus, licin, keras
Perabaan : Sebelum digunakan untuk mencuci tangan permukaan sabun halus dan
setelah digunakan untuk mencuci tangan, terasa licin
Bau : harum
2. Renemen berat sabun
Massa sebelum : 40,29 grsm
Massa sesuah : 32,00 gram
Rendemen sabun : 79,42%
F. Analisis Data
1. Mencari NaOH untuk pembuatan NaOH 30% ml
30% = massa NaOH/massa campuran x 100%
30% = massa NaOH/5gr x 100%
Massa NaOH = 30% / 20%
Massa NaOH = 1,5 gr
2. Mencari rendemen
Rendemen = (Sabun yang diperoleh)/(Berat bahan baku) x 100%
= 32,00/40,29 x 100%
= 79,42%
G. Pembahasan
Praktikum yang berjudul “Pembuatan Sabun Transparan” ini bertujuan untuk mengetahui
cara membuat sabun transparan melalui reaksi saponifikasi. Praktikum ini dilakukan pada
Jumat, 30 November 2018 di Selasar Laboratorium IPA FMIPA UNY.
Pada praktikum ini, alat yang digunakan oleh praktikan di antaranya adalah sebagai
berikut; neraca analitik yang digunakan untuk menimbang masing-masing bahan yang
diperlukan, beaker glass untuk proses pemanasan sampel, erlenmeyer digunakan untuk
melarutkan NaOH yang dibutuhkan, batang pengaduk, gelas ukur dipergunakan untuk
mengukur larutan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun. Pipet tetes yang
dipergunakan untuk menambahkan atau mengurangi larutan dalam jumlah/ skala kecil,
termometer untuk melihat temperatur sampel, cetakan sabun, kaki tiga, Bunsen, dan statif yang
digunakan selama proses pemanasan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bahan pembuatan sabun terdiri dari dua
jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah
minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun
digunakan untuk menambah kualitas produk sabun. Sabun pada umumnya dikenal dalam dua
wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali
yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium
hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida
(KOH) sebagai alkali. Pada praktikum ini praktikan menggunakan NaOH maka dari itu bentuk
sabun yang dihasilkan adalah sabun yang padat. Hal ini sesuai dengan dasar teori bahwa sabun
transparan merupakan sabun yang paling banyak meneruskan cahaya jika batang sabun
dilewatkan cahaya (Bunta, 2013).
Pada praktikum kali ini menggunakan dari beberapa bahan, yaitu VCO (virgin coconut
Oil) yang digunakan sebagai bahan lemak (trigliserida). NaOH yang digunakan sebagai alkali
yang digunakan untuk proses saponifikasi. Bahan lainnya adalah etanol, etanol dapat
digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan sabun ini. Hal ini sesuai dengan dasar teori bahwa
etanol digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya
yang mudah larut dalam air dan lemak (Arita dkk, 2009).
Bahan lainnya dapat berupa NaCl. NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun
dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang
tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. Selain itu juga berfungsi untuk pembusaan sabun
dan untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit agar sesuai dengan penurunan jumlah alkali
pada akhir reaksi sehingga bahan-bahan pembuat sabun tetap seimbang. NaCl harus bebas dari
besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas. Bahan lain yang
digunakan adalah gliserin, gliserin merupkan cairan bening yang digunakan dalam pembuatan
obat-obatan, makanan, sabun, dan lain sebagainya. Gliserin ditambahkan untuk menghasilkan
yang bagus sebagai pelembab dan termasuk meningkatkan kualitas pembersihan sabun.
Gliserol dapat dilarutkan dengan mudah menjadi alkohol dan air tetapi tidak menjadi minyak.
Bahan lain yang digunakan adalah asam stearat, asam stearat merupakan
monokarboksilat berantai panjang, yang bersifat jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap
di antara atom karbonnya. Asam stearat dapat berupa cairan maupun padatan, yang berfungsi
mengeraskan sabun dan menstabilkan busa. Gula pasir juga digunakan dalam pembuatan
sabun ini, gula pasir memiliki fungsi untuk membantu perkembangan Kristal pada sabun.
Gula juga berperan untuk membuat sabun menjadi transparan. Hal ini sesuai dengan dasar
teori bahwa gula bersifat humektan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih
warna gula akan semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan (Arita dkk, 2009). Bahan
lain yang digunakan adalah asam sitrat, yang berfungsi sebagai agen pengelat (chelating
agent), yaitu pengikat ion-ion logam pemicu oksidasi pada minyak saat pemanasan. Asam
sitrat dapat pula digunakan sebagai pengawet dan pengatur pH. Pewarna ditambahkan dalam
pembuatan sabun agar tampilan sabun lebih menarik. Serta digunakan pula pewangi sebagai
aroma dalam sabun. Hal ini sesuai dengan dasar teori bahwa ewangi atau pengaroma adalah
suatu zat tambahan yang ditujukan untuk memberikan aroma wangi pada suatu sediaan agar
konsumen lebih tertarik (Priani dan Lukmayani, 2010).
Dalam praktikum mengenai pembuatan sabun transparan ini praktikan melakukan
beberapa langkah kerja sebagai berikut; memanaskan VCO dalam Erlenmeyer sampai suhu
60-65°C, memanaskan asam stearat pada suhu 60 °C. Memanasan minyak pada Beaker glass
harus dijaga suhunya, yaitu pada suhu 60°C. Pemanasan asam stearat dilakukan sampai asam
stearat meleleh pada suhu 60°C, agar mempermudah dalam proses pencampuran dengan
minyak.

Dilanjutkan dengan memasukkan asam stearat ke dalam minyak yang telah


dipanaskan dan mengaduk terus menerus dan dijaga pada suhu 70°C. kemudian praktikan
memasukkan NaOH hingga terbentuk reaksi saponifikasi (sampai kalis). Memasukkan etanol
sambil mengaduk terus menerus sampai larut dan bening. Praktikan kemudian menambahkan
asam sitrat, gula, gliserin, dan NaCl dan mengaduk pada suhu 70°C sampai homogen agar
ketika apabila setelah mengeras dan dikeluarkan dari cetakan tidak terdapat endapan. Langkah
selanjutnya yakni menambahkan pewarna dan parfum secukupnya serta menuangkan dalam
cetakan dan mendinginkan sampel yang telah dibuat. Pengadukan yang ddilakukan selama
proses pembuatan sabun secara terus menerus bertujuan agar sampel tidak mengeras.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diketahui hasil
pengamatan oleh praktikan sebagai berikut, hasil pengamatan merupakan hasil organoleptik
yang meliputi warna, tekstur, perabaan dan bau. Warna yang dihasilkan setelah praktikum
adalah merah, tekstur dari sabun sendiri keras, halus dan licin. Hasil perabaan sampel sabun
yang telah dibuat halus dan licin, sedangkan bau sabun yang dibuat oleh praktikan adalah
harum. Berikut ini merupakan hasil praktikum yang telah dilaksanakan oleh praktikan
mengenai pembuatan sabun transparan

Gambar. Hasil Pembuatan Sabun

Sumber Gambar. Dokumen Pribadi

Dari hasil percobaan ini, rendemen sebesar 79,42 %, dengan komposisi yang digunakan
yaitu VCO 10 ml, NaOH 30% 5 ml, gliserin 8 ml, gula pasir 8 gram, etanol 95% 8 gram, asam
stearat 5 gram, NaCl 0,04 gram, Asam sitrat 0,04 gram, Pewarna secukupnya, dan pewangi
secukupnya. Dari setiap sabun didapat rendeman yang berbeda-beda. Perbedaan ini
disebabkan karena dari segi komposisi bahan yang berbeda dan perlakuan pada bahan juga
berbeda sehingga menyebabkan redemen yang diperoleh juga berbeda, disamping itu
perbedaan ini bisa disebabkan karena massa sabun yang dihasilkan.

Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus
induk lemak disebut fatty acid yang terdiri dari rantai hidrocarbon panjang (C12 sampai C18)
yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan
karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi merupakan hidrolisis basa suatu ester
dengan alkali (NaOH). Range atom C di atas mempengaruhi sifat-sifat sabun seperti kelarutan
, proses emulsi , dan pembasahan. Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah
air, gliserin, garam dan kemurnian lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat
digunakan untuk membuat sabun. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alkohol
dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat, dan asam palmitat. Lemak padat
mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak seperti minyak zaitun
mengandung ester dari gliserol asam oleat. Reaksinya sebagai berikut:

Sabun memiliki sifat membersihkan, Sifat ini disebabkan proses kimia koloid , sabun
(garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat plar maupun
non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai
rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka
air) dan larut dalam zat organik sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik
(suka air) dan larut dalam air.

Berdasarkan data hasil pengamatan dan literature yang didapatkan maka terdapat
beberapa ketidaksesuaian antara hasil pengamatan dengan literature tersebut, beberapa di
anataranya adalah sabun yang dihasilkan tidak transparan karena gula yang digunakan tidak
berwarna putih bersih tetapi putih kekuningan yang menyebabkan sabun menjadi kurang
transparan. Selain itu sabun hasil praktikum juga mongering kurang dari 24 jam.
Ketidak sesuaian hasil pengamatan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor di
antaranya yakni, praktikan kurang tepat atau kurang hati-hati dalam memasukkan bahan
campuran, perbandingan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun kurang tepat,
proses pengadukan yang dilakukan oleh praktikan yang tidak stabil, kualitas dan kandungan
dari VCO yang digunakan dan lain sebagainya.
H. Kesimpulan
Cara membuat sabun transparan melalui reaksi saponifikasi yaitu memanaskan VCO dalam
erlenmeyer sampai suhu 60-65 o C, memanaskan asam stearat pada suhu 60 o C. Memanasan
minyak pada Beaker glass harus dijaga suhunya, yaitu pada suhu 60°C. Pemanasan asam
stearat dilakukan sampai asam stearat meleleh pada suhu 60°C, agar mempermudah dalam
proses pencampuran dengan minyak. Dilanjutkan dengan memasukkan asam stearat ke dalam
minyak yang telah dipanaskan dan mengaduk terus menerus dan dijaga pada suhu 70 o C.
kemudian praktikan memasukkan NaOH hingga terbentuk reaksi saponifikasi (sampai kalis).
Memasukkan etanol sambil mengaduk terus menerus sampai larut dan bening. Kemudian
menambahkan asam sitrat, gula, gliserin, dan NaCl dan mengaduk pada suhu 70 o C sampai
homogen agar ketika apabila setelah mengeras dan dikeluarkan dari cetakan tidak terdapat
endapan. Langkah selanjutnya yakni menambahkan pewarna dan parfum secukupnya serta
menuangkan dalam cetakan dan mendinginkan sampel yang telah dibuat. Pengadukan yang
dilakukan selama proses pembuatan sabun secara terus menerus bertujuan agar sampel tidak
mengeras.
Reaksi yang terjadi yaitu

I. Daftar Pustaka

Arita dkk, 2009. Pembuatan Sabun Transparan. Diakses dari http://library.usu.ac.id/


download/ft/tkimia-Netti.pdf) pada tanggal 4 Desember 2018 pukul 15.12 WIB.

Fessenden dan Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid Dua. Jakarta: Erlangga.

Netti, 2002. Pembuatan Sabun. Diakses dari https://prosiding.lppm.unisba.ac.id/Sains


/article/download/125.pdf). Pada tanggal 5 Desember 2018 pukul 16.00 WIB.

Priani dan Lukmayani, 2010. Jenis- Jenis Sabun. Diakses dari


http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-30226-2310030059-Chapter1.pdf) pada
tanggal 4 Desember 2018 pukul 13.45 WIB.
Suminar, Hart..2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas.Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai