KETERAMPILAN KIMIA
PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN
Kelompok 1
1. Tia Rahman Islami (17312241004)
2. Rahmadita Tri H. (17312241007)
3. Presti Anugrah Pinantu (17312241011)
4. Miftaqul Janah (17312241015)
5. Indah Nur Ramadanti (17312241035)
Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening maka hal yang paling essensial adalah kualitas
gula, alkohol dan gliserin. Oleh karena itu pemilihan material dipertimbangkan dengan warna dan
kemurniannya (Arita dkk, 2009).
Gambar 5.2. Reaksi dasar pembuatan sabun transparan (Fessenden dan Fessenden, 1982).
Kandungan utama dari sabun transparan adalah:
1. Minyak Pendukung
Berbagai jenis minyak yang sering digunakan untuk membuat sabun diantaranya
minyak zaitun, kelapa, castor, dan minyak kelapa sawit.
2. Sodium Hidroksida (NaOH)
NaOH atau kaustik soda merupakan senyawa alkali yang bersifat basa berbentuk
butiran atau keping yang sangat higroskopis. NaOH akan bereaksi dengan minyak
membentuk sabun lewat reaksi saponifikasi.
3. Asam stearate
Asam stearat membantu untuk mengeraskan sabun. Penggunaan terlalu banyak
menyebabkan sabun kurang berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak mengeras.
4. Gliserin
Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan
air. Gliserin merupakan humektan sehingga berfungsi sebagai pelembab kulit.
5. Alkohol
Alkohol adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun sehingga sabun
menjadi bening atau transparan. Untuk terjadi transparansi sabun harus benar-benar larut.
6. Gula
Bersifat humektan dan membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna gula
akan semakin transparan sabun yang dihasilkan.
7. Pewarna
Penggunaan pewarna untuk memperindah penampilan masih menjadi perdebatan.
Penggunaan pewarna ditakutkan akan membahayakan karena kulit merupakan organ tubuh
yang menyerap apapun yang diletakkan dipermukaannya.
8. Pewangi
Pewangi atau pengaroma adalah suatu zat tambahan yang ditujukan untuk
memberikan aroma wangi pada suatu sediaan agar konsumen lebih tertarik (Priani dan
Lukmayani, 2010).
1. Sabun Transparan
Sabun transparan ini merupakan sabun tembus pandang yang tampilannya jernih
dan cenderung memiliki kadar rendah. Sabun ini mudah sekali larut karena mempunyai
sifat sukar mengering.
2. Castile Soap
Sabun yang terbuat dari olive oil ini untuk formulanya aman dikonsumsi karena
tidak mengandung lemak hewani sama sekali.
3. Deodorant Soap
Sabun ini bersifat sangat aktif untuk menghilangkan aroma tak sedap pada bagian
tubuh. Tidak dianjurkan untuk kulit wajah karena memiliki kandungan yang cukup keras
yang dapat menyebabkan kulit teriritasi.
4. Acne Soap
Sabun ini dikhususkan untuk membunuh bakteri-bakteri pada jerawat. Seringkali
sabun jerawat ini mengakibatkan kulit kering bila pemakaiannya di barengi dengan
penggunaan produk anti acne lain.
5. Natural Soap
Sabun alami ini memiliki formula yang sangat lengkap seperti vitamin, ekstrak
buah, minyak nabati, ekstrak bunga aloe vera danessential oil (ITS).
3. Langkah Kerja
Memanaskan VCO dalam erlenmeyer sampai suhu 60 ˚C-65 ˚C
Dari hasil percobaan ini, rendemen sebesar 79,42 %, dengan komposisi yang digunakan
yaitu VCO 10 ml, NaOH 30% 5 ml, gliserin 8 ml, gula pasir 8 gram, etanol 95% 8 gram, asam
stearat 5 gram, NaCl 0,04 gram, Asam sitrat 0,04 gram, Pewarna secukupnya, dan pewangi
secukupnya. Dari setiap sabun didapat rendeman yang berbeda-beda. Perbedaan ini
disebabkan karena dari segi komposisi bahan yang berbeda dan perlakuan pada bahan juga
berbeda sehingga menyebabkan redemen yang diperoleh juga berbeda, disamping itu
perbedaan ini bisa disebabkan karena massa sabun yang dihasilkan.
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus
induk lemak disebut fatty acid yang terdiri dari rantai hidrocarbon panjang (C12 sampai C18)
yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan
karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi merupakan hidrolisis basa suatu ester
dengan alkali (NaOH). Range atom C di atas mempengaruhi sifat-sifat sabun seperti kelarutan
, proses emulsi , dan pembasahan. Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah
air, gliserin, garam dan kemurnian lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat
digunakan untuk membuat sabun. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alkohol
dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat, dan asam palmitat. Lemak padat
mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak seperti minyak zaitun
mengandung ester dari gliserol asam oleat. Reaksinya sebagai berikut:
Sabun memiliki sifat membersihkan, Sifat ini disebabkan proses kimia koloid , sabun
(garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat plar maupun
non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai
rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka
air) dan larut dalam zat organik sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik
(suka air) dan larut dalam air.
Berdasarkan data hasil pengamatan dan literature yang didapatkan maka terdapat
beberapa ketidaksesuaian antara hasil pengamatan dengan literature tersebut, beberapa di
anataranya adalah sabun yang dihasilkan tidak transparan karena gula yang digunakan tidak
berwarna putih bersih tetapi putih kekuningan yang menyebabkan sabun menjadi kurang
transparan. Selain itu sabun hasil praktikum juga mongering kurang dari 24 jam.
Ketidak sesuaian hasil pengamatan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor di
antaranya yakni, praktikan kurang tepat atau kurang hati-hati dalam memasukkan bahan
campuran, perbandingan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun kurang tepat,
proses pengadukan yang dilakukan oleh praktikan yang tidak stabil, kualitas dan kandungan
dari VCO yang digunakan dan lain sebagainya.
H. Kesimpulan
Cara membuat sabun transparan melalui reaksi saponifikasi yaitu memanaskan VCO dalam
erlenmeyer sampai suhu 60-65 o C, memanaskan asam stearat pada suhu 60 o C. Memanasan
minyak pada Beaker glass harus dijaga suhunya, yaitu pada suhu 60°C. Pemanasan asam
stearat dilakukan sampai asam stearat meleleh pada suhu 60°C, agar mempermudah dalam
proses pencampuran dengan minyak. Dilanjutkan dengan memasukkan asam stearat ke dalam
minyak yang telah dipanaskan dan mengaduk terus menerus dan dijaga pada suhu 70 o C.
kemudian praktikan memasukkan NaOH hingga terbentuk reaksi saponifikasi (sampai kalis).
Memasukkan etanol sambil mengaduk terus menerus sampai larut dan bening. Kemudian
menambahkan asam sitrat, gula, gliserin, dan NaCl dan mengaduk pada suhu 70 o C sampai
homogen agar ketika apabila setelah mengeras dan dikeluarkan dari cetakan tidak terdapat
endapan. Langkah selanjutnya yakni menambahkan pewarna dan parfum secukupnya serta
menuangkan dalam cetakan dan mendinginkan sampel yang telah dibuat. Pengadukan yang
dilakukan selama proses pembuatan sabun secara terus menerus bertujuan agar sampel tidak
mengeras.
Reaksi yang terjadi yaitu
I. Daftar Pustaka
Fessenden dan Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid Dua. Jakarta: Erlangga.