Anda di halaman 1dari 28

Tugas #2

PETROLOGI

Batuan Metamorf

Muhammad Hidayat

410012219

Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

2013

PETROLOGI | Batuan Metamorf 1


PETROLOGI BATUAN METAMORF

1. Pendahuluan

Batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen maupun
batuan metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur serta struktur
sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di atas proses diagenesa dan di bawah titik
lebur; 200-350oC < T < 650-800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atm < P < 10.000 atm)
disebut batuan metamorf. Proses metamorfisme tersebut terjadi di dalam bumi pada
kedalaman lebih kurang 3 km – 20 km. Winkler (1989) menyatakan bahwasannya proses-
proses metamorfisme itu mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena
pengaruh atau respons terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang
berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan
dan diagenesa.

2. Pengenalan Batuan Metamorf

Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-kenampakan yang


jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan akibat dari tekanan-tekanan
yang tidak sama. Batuan-batuan tersebut mungkin mengalami aliran plastis, peretakan
dan pembutiran atau rekristalisasi. Beberapa tekstur dan struktur di dalam batuan
metamorf mungkin diturunkan dari batuan pre-metamorfik (seperti: cross bedding), tetapi
kebanyakan hal ini terhapus selama metamorfisme. Penerapan dari tekanan yang tidak
sama, khususnya jika disertai oleh pembentukan mineral baru, sering menyebabkan
kenampakan penjajaran dari tekstur dan struktur. Jika planar disebut foliasi. Seandainya
struktur planar tersebut disusun oleh lapisan-lapisan yang menyebar atau melensa dari
mineral-mineral yang berbeda tekstur, misal: lapisan yang kaya akan mineral granular
(seperti: felspar dan kuarsa) berselang-seling dengan lapisan-lapisan kaya mineral-
mineral tabular atau prismatik (seperti: feromagnesium), tekstur tersebut menunjukkan
sebagai gneis. Seandainya foliasi tersebut disebabkan oleh penyusunan yang sejajar dari
mineral-mineral pipih berbutir sedang-kasar (umumnya mika atau klorit) disebut
skistosity. Pecahan batuan ini biasanya sejajar dengan skistosity menghasilkan belahan
batuan yang berkembang kurang baik.

PETROLOGI | Batuan Metamorf 2


Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan lain yaitu
didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk batuan
metamorf ini mempunyai kekhasan dalam penentuannya yaitu pertama-tama dilakukan
tinjauan apakah termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran mineral) atau non foliasi
(tanpa penjajaran mineral) (Tabel 3.12). Pada metamorfisme tingkat tinggi akan
berkembang struktur migmatit (Gambar 3.12). Setelah penentuan struktur diketahui, maka
penamaan batuan metamorf baik yang berstruktur foliasi maupun berstruktur non foliasi
dapat dilakukan. Misal: struktur skistose nama batuannya sekis; gneisik untuk genis;
slatycleavage untuk slate/ sabak. Sedangkan non foliasi, misal: struktur hornfelsik nama
batuannya hornfels; liniasi untuk asbes.

Variasi yang luas dari tekstur, struktur dan komposisi dalam batuan metamorf,
membuatnya sulit untuk mendaftar satu atau lebih dari beberapa kenampakkan yang
diduga hasil dari proses metamorfisme. Oleh sebab itu hal terbaik untuk
mempertimbangkan secara menerus seperti kemungkinan banyaknya perbedaan
kenampakan-kenampakan yang ada.

Table 3.12 Diagram alir untuk identifikasi batuan metamorf secara umum (Gillen, 1982).

PETROLOGI | Batuan Metamorf 3


Gambar 3.12 Berbagai struktur pada migmatit dengan leukosom (warna terang) (Compton,
1985).

3. Pengertian Batuan Metamorf


Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan aslinya,
berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan (P)
yang tinggi. Batuan metamorfosa disebut juga dengan batuan malihan atau ubahan,
demikian pula dengan prosesnya, proses malihan. Proses metamorfisme atau malihan
merupakan perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan, namun dibedakan denag
proses diagenesa dan proses pelapukan yang juga merupakan proses dimana terjadi
perubahan. Proses metamorfosa berlangsung akibat perubahan suhu dan tekanan yang
tinggi, diatas 200C dan 300 Mpa (mega pascal), dan dalam keadaan padat. Sedangkan
proses diagenesa berlangsung pada suhu dibawah 200C dan proses pelapukan pada suhu
dan tekanan normal, jauh dibawahnya, dalam lingkungan atmosfir.

PETROLOGI | Batuan Metamorf 4


Preses metamorfosa dapat didefinisikan sebagai:

”Perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan dalam keadaan (fasa) padat (solid
slate) pada suhu diatas 200C dan tekanan 300 Mpa”.

Batuan metamorf memerlukan perhatian tersendiri, karena perubahannya berlangsung


dalam keadaan padat. Saat lempeng-lempeng tektonik bergerak dan fragmen kerak
bertabrakan, batuan terkoyak, tetarik (extended), terlipat, terpanaskan dan berubah
dengan cara yang kompleks. Tetapi meskipun batuan sudah mengalami perubahan dua
kali atau lebih, biasanya bekas atau bentuk batuan semula masih tersimpan, karena
perubahannya terjadi dalam keadaan padat. Padat tidak seperti cair atau gas cenderung
untuk menyimpan peristiwa-peristiwa (events) pengubahannya. Diantara kelompok
batuan, batuan metamorf merupakan yang paling kompleks, tetapi juga paling menarik
karena didalamnya tersimpan semua cerita yang telah terjadi pada kerak bumi.

4. Pembentukan Batuan Metamorf

Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika, biologi
dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan sistim
yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami
keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di
dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan
temperatur di atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai
proses metamorfisme.

Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan


waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang mendasar dari
perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi
padat. Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini, perubahan
tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang elemen-elemen lokal dan volatil
diantara mineral-mineral yang sangat reaktif. Pendekatan umum untuk mengambarkan
batas antara diagenesa dan metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari
metamorfisme sebagai kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara
normal di dalam sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit. Walaupun
hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme
shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan
muskovit. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi
ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C – 350°C yang
tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material disekitarnya.
Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorfisme adalah
laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-masing terbentuk pada
temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-

PETROLOGI | Batuan Metamorf 5


kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di
sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.

Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan
batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan
sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap. Satu kisaran dari
650°C – 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas dari metamorfisme
dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit. Batuan ini
menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa darinya muncul menjadi
batuan beku dan batuan metamorf yang lain.

Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua yaitu (1)
metamorfisme tingkat rendah (low-grade metamorphism) dan (2) metamorfisme tingkat
tinggi (high-grade metamorphism) (Gambar 3.9). Pada batuan metamorf tingkat rendah
jejak kenampakan batuan asal masih bisa diamati dan penamaannya menggunakan awalan
meta (-sedimen, -beku), sedangkan pada batuan metamorf tingkat tinggi jejak batuan asal
sudah tidak nampak, malihan tertinggi membentuk migmatit (batuan yang sebagian
bertekstur malihan dan sebagian lagi bertekstur beku atau igneous).

Gambar: memperlihatkan batuan asal yang mengalami metamorfisme tingkat rendah –


medium dan tingkat tinggi (O’Dunn dan Sill, 1986).

PETROLOGI | Batuan Metamorf 6


Pembentukan batuan metamorf selain didasarkan pada tingkat malihannya juga
didasarkan pada penyebabnya. Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf dibagi
menjadi tiga yaitu :

(1) Metamorfisme kontak/ termal, pengaruh T dominan


(2) Metamorfisme dinamo/ kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P dominan
(3) Metamorfisme regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas.

Menurut H.G.F. Winkler, 1967, metamorfisme adalah proses-proses yang mengubah


mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau tanggapan terhadap kondisi
fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi fisik dan kimia tersebut berbeda
dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan
diagenesis. Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk, bisa batuan
beku, batuan sedimen, ataupun batuan metamorf itu sendiri yang mengalami
metamorfosa.

Proses metamorfisme kadang-kadang tidak berlangsung sempurna, sehingga


perubahan yang terjadi pada batuan asal tidak terlalu besar, hanya kekompakkan pada
batuan saja yang bertambah. Proses metamorfisme yang sempurna menyebabkan
karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi. Pada kondisi perubahan yang sangat ekstrim,
peningkatan temperatur mendekati titik lebur batuan, padahal perubahan batuan selama
proses metamorfisme harus tetap dalam keadaan padat. Apabila sampai mencapai titik
lebur batuan maka proses tersebut bukan lagi proses metamorfisme tetapi proses aktivitas
magma.

Agen atau media yang menyebabkan proses metamorfisme adalah panas, tekanan dan
cairan kimia aktif. Ketiga media tersebut dapat bekerja bersama-sama pada batuan yang
mengalami proses metamorfisme, tetapi derajat metamorfisme dan kontribusi dari tiap
agen tersebut berbeda-beda. Pada proses metamorfisme tingkat rendah, kondisi
temperatur dan tekanan hanya sedikit diatas kondisi proses pembatuan pada batuan
sedimen. Sedangkan pada proses metamorfisme tingkat tinggi, kondisinya sedikit
dibawah kondisi proses peleburan batuan.

Metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan tubuh
magma (intrusi) dengan lebar antara 2 – 3 km (Gambar 3.10). Metamorfisme dislokasi
terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada lokasi dimana masa batuan tersebut
mengalami penggerusan. Sedangkan metamorfisme regional terjadi pada kulit bumi
bagian dalam dan lebih intensif bilamana diikuti juga oleh orogenesa (Gambar 3.11).
penyebaran tubuh batuan metamorf ini luas sekali mencapai ribuan kilometer.

PETROLOGI | Batuan Metamorf 7


A. Tahap-Tahap Proses Metamorfisme

1. Rekristalisasi

Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini terjadi penyusunan


kembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada sebelumnya
sudah ada.

2. Reorientasi

Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini pengorientasian kembali


dari susunan kristal-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan struktur
yang ada.

3. Pembentukan mineral-mineral baru

Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawi yang


sebelumnya telah ada.

a. Dalam metamorfosa yang berubah adalah : tekstur dan asosiasi mineral, yang
tetap adalah komposisi kimia dan fase padat (tanpa melalui fase cair).
b. Teksturnya selalu mereflesikan sejarah pembentukannya.
c. Ditinjau dari perubahan P & T, dikenal :
1. Progresive metamorfosa : perubahan dari P & T rendah ke P & T tinggi.
2. Retrogresive metamorfosa : perubahan dari P & T tinggi ke P & T rendah.

Kondisi yang mengontrol metamorfosa/mempengaruhi rekristalisasi dan tekstur.

1) Tekanan : - Tekanan Hidrostatik


- Tekanan searah (stress)

Di sini dikenal 2 kelompok mineral yaitu :

a. Stress mineral : yaitu mineral-mineral yang tahan terhadap tekanan.


Contoh : staurolit, kinit

b. Anti stress mineral : yaitu mineral-mineral yang jarang dijumpai pada


batuan yang mengalami stress.
Contoh : olivin, andalusit

2) Temperatur : pada umumnya perubahan temperatur jauh lebih efektif


daripada perubahan tekanan dalam hal pengaruhnya bagi perubahan
mineralogi.

Katalisator : berfungsi mempercepat reaksi, terutama pada metamorfose


bertemperatur rendah. Ada 2 hal yang dapat mempercepat reaksi yaitu :

(a) Adanya larutan-larutan kimia yang berjalan antar ruang butiran.

PETROLOGI | Batuan Metamorf 8


(b) Deformasi batuan, dimana batuan pecah-pecah menjadi fragmen-
fragmen kecil sehingga memudahkan kontak antar larutan nimia
dengan fragüen-fragmen.

Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan
asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan
atau temperatur akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga
hubungan antar butiran / kristalnya. Proses metamorfisme tidak mengubah komposisi
kimia batuan. Oleh karena itu disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan
batuan metamorf ini jika tergantung pada jenis batuan asalnya.

B. Tipe Metamorfosa

Bucher & Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya,


metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Metamorfosa regional/ dinamothermal

Metamorfosa regional/dinamothermal merupakan metamorfosa yang terjadi


pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga, yaitu
metamorfosa orogenik, burial dan dasar samudera(Ocean-floor).

a) Metamorfosa Orogenik

Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses
deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf
yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang teroreintasi dan

PETROLOGI | Batuan Metamorf 9


membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer.
Proses metamorfosa memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara
puluhan juta tahun.

b) Metamorfosa Burial

Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada
daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat.
Proses yang terjadi adalah rekristalisasi dan reaksi antara mineral dengan
fluida.

c) Metamorfosa dasar Samudera (Ocean-Floor)

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di


sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf
yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya
pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara
batuan dan air laut tersebut.

2. Metamorfosa Lokal

Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada daerah


yang sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa
ini dapat dibedakan menjadi :

a) Metamorfosa Kontak

Metamorfosa kontak terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di


sekitar kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan
terjadi karena pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma
serta kadang oleh deformasi akibat gerakan magma. Zona metamorfosa
kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa
rekristalisasi, reaksi antar mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta
penggantian/penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya
berbutir halus.

b) Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal

Metamorfosa ini adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang


menunjukkan efek hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan
magma pada kondisi volkanik atau quasi volkanik, contohnya pada xenolith
atau pada zona dike.

c) Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinematik/Dinamik

Metamorfosa kataklastik terjadi pada daerah yang mengalami deformasi


intensif, seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis
yang mengakibatkan penggerusan dan granulasi batuan. Batuan yang

PETROLOGI | Batuan Metamorf 10


dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault breccia, fault
gauge, atau milonit.

d) Metamorfosa Hidrotermal/Metasomatisme

Metamorfosa hidrothermal terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas


yang panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan
sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia. Perubahan
juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure.

e) Metamorfosa Impact

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah


meteorit. Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai
dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite.

f) Metamorfosa Retrogade/Diaropteris

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya penurunan temperatur sehingga


kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan
mineral stabil pada temperatur yang lebih rendah.

PETROLOGI | Batuan Metamorf 11


Gambar 3.10 memperlihatkan kontak aureole disekitar intrusi batuan beku (Gillen, 1982).

PETROLOGI | Batuan Metamorf 12


Gambar 3.11 penampang yang memperlihatkan lokasi batuan metamorf (Gillen, 1982).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Metamorfisme

Komposisi batuan asal sangat mempengaruhi pembentukan himpunan mineral baru,


demikian pula dengan suhu dan tekanan. Suhu dan tekanan tidaklah berperan langsung,
akan tetapi juga ada atau tidaknya cairan serta lamanya mengalami panas dan tekanan
yang tinggi, dan bagaimana tekanannya, searah, terpuntir dan sebagainya.

1. Pengaruh cairan terhadap reaksi kimia


Pori-pori yang terdapat pada batuan sedimen atua batuan beku terisi ole cairan
(fluida), yang merupakan larutan dari gas-gas, garam dan mineral yang terdapat pada
batuan yang bersangkutan. Pada suhu yang tinggi intergranular ini lebih bersifat uap
dan pada cair, dan mempunyai peran yang penting dalam metamorfisme. Di bawah
suhu dan tekanan yang tinggi akan terjadi pertukaran unsur dari larutan ke mineral-
mineral dan sebaliknya. Fungsi cairan ini sebagai media transport dari larutan ke
mineral dan sebaliknya, sehingga mempercepat proses metamorfisme. Jika tidak ada
larutan atau jumlahnya sedikit sekali, maka metamorfismenya akan berlangsung
lambat, karena perpindahannya akan melalui diffusi antar mineral yang padat.

PETROLOGI | Batuan Metamorf 13


2. Suhu dan tekanan
Batuan apabila dipanaskan pada suhu tertentu akan membentukmineral-mineral
baru, yang hasil akhirnya adalah batuan metamorf. Sumber panasnya berasal dari
panas dalam bumi. Batuan dapat terpanaskan oleh timbunan (burial) atau terobosan
dapat juga menimbulkan perubahan tekanan, sehingga sukar dikatakan metamorfisme
hanya disebabkan ole keniakan suhu saja. Tekanan dalam proses metamorfisme
bersifat sebagai stress yang mempunyai besaran serta arah. Tekstur batuan metamorf
memperlihatkan bahwa batuan ini terbentuk di bawah differensial stress, atau
tekanannyatidak sama besar dari segala arah.

Berbeda dengan batuan beku yang terbentuk melalui lelehan dan di bawah
pengaruh uniform stress, atau mempunyai bersaran yang sama dari semua arah.

3. Waktu
Untuk mengetahui berapa lama berlangsungnya proses metamorfisme tidaklah
mudah dan sampai saat ini masih belum diketahui bagaimana caranya.

Dalam percobaan di laboratorium memperlihatkan bahwa di bawah tekanan suhu


tinggi serta waktu reasi yang lama akan menghasilkan kristal dengan ukuran yang
besar. Dan dalam kondisi yang sebaliknya dihasilkan kristal yang kecil. Dengan
demikian untuk sementara ini disimpulkan bahwa batuan berbutir kasar merupakan
hasil metamorfisme dalam waktu yang panjang serta suhu dan tekanan yang tinggi.
Sebaliknya yang berbutir halus, waktunya pendek serta suhu dan tekanan yang
rendah.

Batuan metamorf terbentuk akibat perubahan tekanan dan atau temperatur, dalam
keadaan padat serta tanpa merubah komposisi kimia batuan asalnya.

Proses metamorfosa/malihan dipengaruhi oleh komposisi batuan asal dan kondisi


metamorfosis.

PETROLOGI | Batuan Metamorf 14


6. Tipe-tipe Metamorfosis

a) Berdasarkan penyebab/proses utama


 Dynamic Metamorphism(metamorfisme dynamo), terjadi akibat pengaruh tekanan
kuat dalam waktu yang lama. Contohnya batu sabak.
 Metamorfosa kontak (Thermal Metamorphism), terjadi akibat pengaruh suhu yang
tinggi karena adanya aktifitas magma. Contohnya marmer.
 Metamorfosa dinamo-termal (Dynamo-thermal Metamorphism), terjadi akibat
tambahan tekanan dan kenaikan temperatur. Contohnya skis.

b) Berdasarkan setting
 Contact Metamorphism
 Pyrometamorphism
 Regional Metamorphism
 Orogenic Metamorphism
 Burial Metamorphism
 Ocean Floor Metamorphism
 Hydrothermal Metamorphism
 Fault-Zone Metamorphism
 Impact or Shock Metamorphism

7. Fasies dan Seri Fasies Metamorfosis

 Fasies metamorfosis
Sekumpulan batuan yang masing‐masing mempunyai paragenesa mineral tertentu;
mempunyai keseimbangan P dan T yang sama. Mineral indikatornya berupa
himpunan mineral yang mencirikan kondisi P & T tertentu.

 Seri fasies metamorfosis


Sekumpulan fasies metamorfosis yang mencirikan suatu daerah secara
individu;dalam satu diagram P‐T ditunjukkan oleh satu kurva atau sekumpulan kurva
yang memperlihatkan batasan dari tipe fasies dan metamorfosis yang berbeda ‐‐‐‐>
akibat adanya gradien geotermalberbeda di daerah terjadinya metamorfosis.

8. Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Metamorf

a) Warna

Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.mineral


penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga
dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya.

PETROLOGI | Batuan Metamorf 15


b) Tekstur Batuan

Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada
di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir,
granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berhubungan erat
dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah
pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses
sebelum,dan sesudah kristalisasi.

Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blastoatau


akhiran blastic yang ditambahkan pada istilah dasarnya. Penamaan tekstur tersebut
akan dibahas pada bagian berikut ini. Tekstur metamorf yaitu :

1) Tekstur berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa

a) Kristaloblastik

Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah
tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru.
Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata –blastik.

a. Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya


kristal besarnya disebut porfiroblast.

b. Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral


seragam.

c. Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling


sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.

d. Tekstur Nematoblastik: tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-


mineral prismatik yang sejajar dan terarah.

e. Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral


berbentuk euhedral.

f. Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya


berbentuk anhedral.

b) Tekstur Palimpset

Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal
masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata –blasto.

a. Tekstur Blastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang


porfiritik.

PETROLOGI | Batuan Metamorf 16


b. Tekstur Blastopsefit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen
yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir.

c. Tekstur Blastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran


butirnya sama dengan pasir.

d. Tekstur Blastopellit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang


ukuran butirnya lempung.

2) Tekstur berdasarkan ukuran butir

Berdasarkan ukuran butirnya, tekstur batuan metamorf dapat dibedakan


menjadi :

a) Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata


b) Afanit, Bila butiran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata

3) Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal

Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi :

a) Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri
b) Subhedral, bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
c) Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.

Pengertian bentuk kristal ini sama dengan yang dipergunakan pada batuan beku.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi :

1. Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh Kristal berbentuk euhedral


2. Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk
anhedral.

4) Tekstur berdasarkan bentuk mineral

Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan


menjadi :

a) Lepidoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk tabular.


b) Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.

PETROLOGI | Batuan Metamorf 17


c) Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured(tidak teratur) dan
umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

d) Granuloblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,


equidimensional, batas mineralnya bersifat unsutured(lebih teratur) dan
umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

Selain tekstur yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa tekstur khusus
lainnya yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi, Yaitu:

 Porfiroblastik yaitu apabila terdapat beberapa mineral yangh ukurannya lebih


besar tersebut sering disebut sebagai porphyroblasts.
 Poikiloblastik/Sieve Texture yaitu tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts
tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
 Mortar teksture yaitu apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada
massa dasar material yang berasal dari kirstal yang sama yang terkena
pemecahan (crushing).
 Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak
menunjukkan keteraturan orientasi.
 Sacaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
 Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut
bertekstur homeoblastik, sedangkan batuan yang mempunyai lebih dari satu
tekstur disebut bertekstur heteroblastik.

c) Struktur Batuan

Secara umum struktur batuan metamorf terdiri atas :

1. Foliasi
Struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral – mineral pipih sebagai
akibat dari proses metamorphosis. Dapat diperlihatkan boleh mineral –
mineral prismatic yang menunjukkan orientasi – orientasi tertentu. Dihasilkan
oleh proses metamorfisme regional, kataklastik.

a. Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral


pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.

b. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral


granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding
mineral pipih.

PETROLOGI | Batuan Metamorf 18


c. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).

d. Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral


dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.

2. Non-Foliasi
Struktur yang dibentuk oleh mineral yang equidimensional yang terdiri
dari butiran butiran granular. Dihasilkan oleh proses metamorfisme kontak.

a. Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran


mineral relatif seragam.

b. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya


penghancuran terhadap batuan asal.

c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya


orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya
halus.

d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan


permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar
dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.

e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal


berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.

f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari


butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.

g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya


mempunyai ukuran beragam.

h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang


berbentuk jarus atau fibrous.

9. Penamaan dan Klasifikasi Batuan Metamorf

Tatanama batuan metamorf secara umum tidak sesismatik penamaan batuan beku
atau sedimen. Kebanyakan nama batuan metamorf didasarkan pada kenampakan
struktur dan teksturnya. Untuk memperjelas banyak dipergunakan kata tambahan yang
menunjukkan ciri khusus batuan metamorf tersebut, misalnya keberadaan mineral
pencirinya (contohnya sekis klorit) atau nama batuan beku yang mempunyai
komposisi yang sama (contohnya granite gneiss). Beberapa nama batuan juga

PETROLOGI | Batuan Metamorf 19


berdasarkan jenis mineral penyusun utamanya (contohnya kuarsit) atau dapat pula
dinamakan berdasarkan fasies metamorfiknya (misalnya granulit).

Selain batuan yang penamaannya berdasarkan struktur, batuan metamorf lainnya


yang banyak dikenal antara lain :

 Amphibolit, yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan
mineral utama penyusunnya adalah amfibol(umumnya hornblende) dan
plagioklas. Batuan ini dapat menunjukkan schystosity bila mineral prismatiknya
terorientasi.

 Eclogit, yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan
mineral penyusun utamanya adalah piroksen ompasit (diopsid kaya sodium dan
aluminium) dan garnet kaya pyrope.

PETROLOGI | Batuan Metamorf 20


 Granulit, yaitu tekstur batuan metamorf dengan tekstur granoblastik yang
tersusun oleh mineral utama kuarsa dan felspar serta sedikit piroksen dan garnet.
Kuarsa dan garnet yang pipih kadang dapat menunjukkan struktur gneissic.

 Serpentinit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineralnya hampir


semuanya berupa mineral kelompok serpentin. Kadang dijumpai mineral
tambahan seperti klorit, talk dan karbonat yang umumnya berwarna hijau.

 Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral karbonat (kalsit atau
dolomit) dan umumnya bertekstur granoblastik.

PETROLOGI | Batuan Metamorf 21


 Skarn, yaitu marmer yang tidak murni karena mengandung mineral calc-silikat
seperti garnet, epidot. Umumnya terjadi karena perubahan komposisi batuan
disekitar kontak dengan batuan beku.

 Kuarsit, yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80% kuarsa.

PETROLOGI | Batuan Metamorf 22


 Soapstone, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral utama talk.

 Rodingit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi calc-silikat yang terjadi


akibat alterasi metasomatik batuan beku basa didekat batuan beku ultrabasa
yang mengalami serpentinitasi. (Diktat praktikum petrologi, 2007).

PETROLOGI | Batuan Metamorf 23


Tabel Identifikasi Batuan Metamorf

PETROLOGI | Batuan Metamorf 24


KOMPOSISI MINERAL NAMA
STRUKTUR CIRI LAIN GENESA
UTAMA BATUAN

 Abu-abu
kehitama Metamorfo
n, hijau, sa regional
merah BATU
 Kilap Dari SABAK
suram mudstone,
 Belahan siltstone, (SLATE)
berkemb claystone
ang baik dll
SLATY
Klo
CLEAVA
GE  Kehijaua rit
n atau
merah
 Kilap
sutera Mi
FILIT
 Belahan ka
tidak
berkemb
ang baik

FOLI  Foliasi Kw
ASI kadang- arsa
kadang
bergelom
Metamorfo
SCHIST bang Amphib
sa SEKIS
OSE  Kadang- ole
Regional
kadang
hadir
garnet

 Kwarsa
dan
feldspar
nampak
berselang
Metamorfo
GNEISSI seling Piroks
sa GENIS
C dengan en
Regional
lapisan
tipis yang
kaya
amphibol
dan mika
 Warna
NON FOLIASI beragam KWARSA KWARSIT
 Lebih

PETROLOGI | Batuan Metamorf 25


keras
dibanding
kaca

 Warna
gelap
 Berbutir
Metamorfo
halus
sa HORNFE
 Lebih KWARSA/MIKA
Termal/Ko LS
keras ntak
dibanding
gelas

 Warna
putih
sampai
dengan
hitam
 Kadang
masih DOLOMIT
terdapat
fosil Atau MARMER
 Lebih
keras KALSIT
dibanding
kuku jari
 Bereaksi
dengan
HCl

 Hijau
terang
sampai
gelap
 Kilap
SERPENT
berminya SERPENTIN
IN
k
 Lebih
keras dari
kuku jari

 Hitam
 Pecahan
“ANTRAS
konkoidal
ITE
 Lebih
keras dari COAL”
kuku jari

PETROLOGI | Batuan Metamorf 26


 Abu-abu
hijau
sampai
abu-abu
biru SOAP
 Kilap STONE
TALK
berminya
k
 Lebih
lunak dari
kuku jari

PETROLOGI | Batuan Metamorf 27


10. Referensi

http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/14/petrologi-batuan-metamorf/

http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-metamorf/

http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_metamorf

http://en.wikipedia.org/wiki/Metamorphic_rock

PETROLOGI | Batuan Metamorf 28

Anda mungkin juga menyukai