PETROLOGI
Batuan Metamorf
Muhammad Hidayat
410012219
2013
1. Pendahuluan
Batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen maupun
batuan metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur serta struktur
sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di atas proses diagenesa dan di bawah titik
lebur; 200-350oC < T < 650-800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atm < P < 10.000 atm)
disebut batuan metamorf. Proses metamorfisme tersebut terjadi di dalam bumi pada
kedalaman lebih kurang 3 km – 20 km. Winkler (1989) menyatakan bahwasannya proses-
proses metamorfisme itu mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena
pengaruh atau respons terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang
berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan
dan diagenesa.
Variasi yang luas dari tekstur, struktur dan komposisi dalam batuan metamorf,
membuatnya sulit untuk mendaftar satu atau lebih dari beberapa kenampakkan yang
diduga hasil dari proses metamorfisme. Oleh sebab itu hal terbaik untuk
mempertimbangkan secara menerus seperti kemungkinan banyaknya perbedaan
kenampakan-kenampakan yang ada.
Table 3.12 Diagram alir untuk identifikasi batuan metamorf secara umum (Gillen, 1982).
”Perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan dalam keadaan (fasa) padat (solid
slate) pada suhu diatas 200C dan tekanan 300 Mpa”.
Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika, biologi
dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan sistim
yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami
keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di
dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan
temperatur di atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai
proses metamorfisme.
Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan
batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan
sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap. Satu kisaran dari
650°C – 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas dari metamorfisme
dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit. Batuan ini
menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa darinya muncul menjadi
batuan beku dan batuan metamorf yang lain.
Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua yaitu (1)
metamorfisme tingkat rendah (low-grade metamorphism) dan (2) metamorfisme tingkat
tinggi (high-grade metamorphism) (Gambar 3.9). Pada batuan metamorf tingkat rendah
jejak kenampakan batuan asal masih bisa diamati dan penamaannya menggunakan awalan
meta (-sedimen, -beku), sedangkan pada batuan metamorf tingkat tinggi jejak batuan asal
sudah tidak nampak, malihan tertinggi membentuk migmatit (batuan yang sebagian
bertekstur malihan dan sebagian lagi bertekstur beku atau igneous).
Agen atau media yang menyebabkan proses metamorfisme adalah panas, tekanan dan
cairan kimia aktif. Ketiga media tersebut dapat bekerja bersama-sama pada batuan yang
mengalami proses metamorfisme, tetapi derajat metamorfisme dan kontribusi dari tiap
agen tersebut berbeda-beda. Pada proses metamorfisme tingkat rendah, kondisi
temperatur dan tekanan hanya sedikit diatas kondisi proses pembatuan pada batuan
sedimen. Sedangkan pada proses metamorfisme tingkat tinggi, kondisinya sedikit
dibawah kondisi proses peleburan batuan.
Metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan tubuh
magma (intrusi) dengan lebar antara 2 – 3 km (Gambar 3.10). Metamorfisme dislokasi
terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada lokasi dimana masa batuan tersebut
mengalami penggerusan. Sedangkan metamorfisme regional terjadi pada kulit bumi
bagian dalam dan lebih intensif bilamana diikuti juga oleh orogenesa (Gambar 3.11).
penyebaran tubuh batuan metamorf ini luas sekali mencapai ribuan kilometer.
1. Rekristalisasi
2. Reorientasi
a. Dalam metamorfosa yang berubah adalah : tekstur dan asosiasi mineral, yang
tetap adalah komposisi kimia dan fase padat (tanpa melalui fase cair).
b. Teksturnya selalu mereflesikan sejarah pembentukannya.
c. Ditinjau dari perubahan P & T, dikenal :
1. Progresive metamorfosa : perubahan dari P & T rendah ke P & T tinggi.
2. Retrogresive metamorfosa : perubahan dari P & T tinggi ke P & T rendah.
Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan
asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan
atau temperatur akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga
hubungan antar butiran / kristalnya. Proses metamorfisme tidak mengubah komposisi
kimia batuan. Oleh karena itu disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan
batuan metamorf ini jika tergantung pada jenis batuan asalnya.
B. Tipe Metamorfosa
a) Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses
deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf
yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang teroreintasi dan
b) Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada
daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat.
Proses yang terjadi adalah rekristalisasi dan reaksi antara mineral dengan
fluida.
2. Metamorfosa Lokal
a) Metamorfosa Kontak
c) Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinematik/Dinamik
d) Metamorfosa Hidrotermal/Metasomatisme
e) Metamorfosa Impact
f) Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Berbeda dengan batuan beku yang terbentuk melalui lelehan dan di bawah
pengaruh uniform stress, atau mempunyai bersaran yang sama dari semua arah.
3. Waktu
Untuk mengetahui berapa lama berlangsungnya proses metamorfisme tidaklah
mudah dan sampai saat ini masih belum diketahui bagaimana caranya.
Batuan metamorf terbentuk akibat perubahan tekanan dan atau temperatur, dalam
keadaan padat serta tanpa merubah komposisi kimia batuan asalnya.
b) Berdasarkan setting
Contact Metamorphism
Pyrometamorphism
Regional Metamorphism
Orogenic Metamorphism
Burial Metamorphism
Ocean Floor Metamorphism
Hydrothermal Metamorphism
Fault-Zone Metamorphism
Impact or Shock Metamorphism
Fasies metamorfosis
Sekumpulan batuan yang masing‐masing mempunyai paragenesa mineral tertentu;
mempunyai keseimbangan P dan T yang sama. Mineral indikatornya berupa
himpunan mineral yang mencirikan kondisi P & T tertentu.
a) Warna
Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada
di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir,
granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berhubungan erat
dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah
pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses
sebelum,dan sesudah kristalisasi.
a) Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah
tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru.
Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata –blastik.
b) Tekstur Palimpset
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal
masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata –blasto.
a) Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri
b) Subhedral, bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
c) Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.
Pengertian bentuk kristal ini sama dengan yang dipergunakan pada batuan beku.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi :
Selain tekstur yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa tekstur khusus
lainnya yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi, Yaitu:
c) Struktur Batuan
1. Foliasi
Struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral – mineral pipih sebagai
akibat dari proses metamorphosis. Dapat diperlihatkan boleh mineral –
mineral prismatic yang menunjukkan orientasi – orientasi tertentu. Dihasilkan
oleh proses metamorfisme regional, kataklastik.
2. Non-Foliasi
Struktur yang dibentuk oleh mineral yang equidimensional yang terdiri
dari butiran butiran granular. Dihasilkan oleh proses metamorfisme kontak.
Tatanama batuan metamorf secara umum tidak sesismatik penamaan batuan beku
atau sedimen. Kebanyakan nama batuan metamorf didasarkan pada kenampakan
struktur dan teksturnya. Untuk memperjelas banyak dipergunakan kata tambahan yang
menunjukkan ciri khusus batuan metamorf tersebut, misalnya keberadaan mineral
pencirinya (contohnya sekis klorit) atau nama batuan beku yang mempunyai
komposisi yang sama (contohnya granite gneiss). Beberapa nama batuan juga
Amphibolit, yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan
mineral utama penyusunnya adalah amfibol(umumnya hornblende) dan
plagioklas. Batuan ini dapat menunjukkan schystosity bila mineral prismatiknya
terorientasi.
Eclogit, yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan
mineral penyusun utamanya adalah piroksen ompasit (diopsid kaya sodium dan
aluminium) dan garnet kaya pyrope.
Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral karbonat (kalsit atau
dolomit) dan umumnya bertekstur granoblastik.
Kuarsit, yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80% kuarsa.
Abu-abu
kehitama Metamorfo
n, hijau, sa regional
merah BATU
Kilap Dari SABAK
suram mudstone,
Belahan siltstone, (SLATE)
berkemb claystone
ang baik dll
SLATY
Klo
CLEAVA
GE Kehijaua rit
n atau
merah
Kilap
sutera Mi
FILIT
Belahan ka
tidak
berkemb
ang baik
FOLI Foliasi Kw
ASI kadang- arsa
kadang
bergelom
Metamorfo
SCHIST bang Amphib
sa SEKIS
OSE Kadang- ole
Regional
kadang
hadir
garnet
Kwarsa
dan
feldspar
nampak
berselang
Metamorfo
GNEISSI seling Piroks
sa GENIS
C dengan en
Regional
lapisan
tipis yang
kaya
amphibol
dan mika
Warna
NON FOLIASI beragam KWARSA KWARSIT
Lebih
Warna
gelap
Berbutir
Metamorfo
halus
sa HORNFE
Lebih KWARSA/MIKA
Termal/Ko LS
keras ntak
dibanding
gelas
Warna
putih
sampai
dengan
hitam
Kadang
masih DOLOMIT
terdapat
fosil Atau MARMER
Lebih
keras KALSIT
dibanding
kuku jari
Bereaksi
dengan
HCl
Hijau
terang
sampai
gelap
Kilap
SERPENT
berminya SERPENTIN
IN
k
Lebih
keras dari
kuku jari
Hitam
Pecahan
“ANTRAS
konkoidal
ITE
Lebih
keras dari COAL”
kuku jari
http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/14/petrologi-batuan-metamorf/
http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-metamorf/
http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_metamorf
http://en.wikipedia.org/wiki/Metamorphic_rock