2. Biodatum adalah Bidang dimana titik – titik tempat pemunculan awal/akhir tersebut
berada biasa disebut sebagai biohorison
Biozonasi adalah kandungan fosil yang terdapat dalam suatu batuan yang biasanya sering
dikaitkan dengan lingkungan pengendapan Satuan dasar dalam biostratigrafi adalah zona
(biozonasi),
3. Berdasarkan Sandi Stratigrafi Indonesia (1996), pada biostratigrafi terdapat beberapa jenis
zona yang digunakan untuk mengelompokkan umur batuan, antara lain adalah sebagai
berikut.
a.Zona Kumpulan
Zona Kumpulan ialah satu lapisan atau kesatuan sejumlah lapisan yang terdiri oleh kumpulan
alamiah fosil yang khas atau kumpulan sesuatu jenis fosil.Kegunaan Zona Kumpulan, selain
sebagai penunjuk lingkungan kehidupan purba dapat dipakai sebagai penciri waktu.Batas dan
Kelanjutan Zona Kumpulan ditentukan oleh batas-batas terdapat kebersamaannya
(kemasyarakatan) unsur-unsur utama dalam kesinambungan yang wajar. Nama Zona
Kumpulan harus diambil dari satu unsur fosil atau lebih yang menjadi penciri utama
kumpulannya.
b.Zona Kisaran
Merupakan zona dalam tubuh batuan yang kisarannya berdasarkan kumpulan
keseluruhan fosil yang ditemukan. Fungsi dari zona kisaran ini adalah untuk korelasi batuan
dengan batuan menggunakan skala waktu geologi yang sama.. Zona ini terbagi menjadi dua,
yaitu Zona Kisaran Utuh apabila Awal (First Appearance, FA) dan Akhir kemunculan (Last
Appearance,LA) dari suatu spesies ditemukan, serta Zona Kisaran Sebagian apabila hanya
salah satu dari Awal atau Akhir kemunculan suatu spesies saja yang ditemukan dalam suatu
suksesi.
c. Zona Puncak
Merupakan zona yang memperlihatkan perkembangan puncak atau kelimpahan
maksimum dari suatu takson atau spesies tertentu. Zona ini berguna untuk korelasi antar
batuan dengan kesamaan umur geologi yang sama, serta untuk petunjuk lingkungan
pengendapan dan iklim purba. Fosil rombakan tidak digunakan dalam perhitungan zona ini.
d. Zona Selang
Merupakan zona yang memperhitungkan awal kemunculan dan akhir kemunculan dari
dua takson atau spesies penciri. Zona ini berguna untuk korelasi antar tubuh batuan. Batas
atas dan bawah dari zona ini ditentukan dari Awal kemunculan (FA) dan Akhir kemunculan
(LA) dari Takson penciri dan penamaannya diambil dari takson penciri yang mencaji batas
atas dan batas bawah dari zona ini.
e. Zona Rombakan
Merupakan tubuh lapisan batuan yang mengandung sejumlah fosil rombakan.
Penamaan untuk zona ini tidak resmi digunakan. Zona rombakan biasanya khas terkait dengan
aktivitas penurunan muka air laut relatif yang besar dan dapat bersifat lokal, regional bahkan
global
f. Zona Padatan
Merupakan zona pada tubuh lapisan batuan yang dicirikan oleh kelimpahan fosil yang
padat dimana kepadatan jumlah populasinya sangat jauh lebih besar dibanding tubuh batuan
yang ada diatas maupun dibawahnya. Sama seperti zona rombakan, zona padatan pun tidak
umum digunakan dalam zonasi biostratigrafi.
Biostratigrafi memiliki peranan yang cukup banyak dalam membantu interpretasi geologi
suatu daerah. Namu, pada praktikum Paelontologi Analisis akan difokuskan pada tiga
aplikasi, antara lain:
Tujuan utamanya adalah untuk mengkorelasi jalur pengukuran stratigrafi yang satu dengan
yang lain berdasarkan umurnya, sehingga dapat diketahui posisi dari asing-masing jalur
stratigrafi ataukah saling atas-bawah atau hanya memiliki umur yang sama.
Aplikasi lain dari Biostratigrafi adalah untuk interpretasi struktur geologi bawah permukaan.
Hal ini umumnya menggunakan biostratigrafi dari satu atau lebih sumur pemboran. Apabila
dalam satu sumur terdapat loncatan umur, disebut zonal gap, dimana umumnya diinterpretasi
terdapat sesar turun yang memotong sumur tersebut. Sebaliknya apabila ditemukan zona umur
yang berulang, biasa disebut zonal repetition, umumnya di interpretasi sebagai adanya sesar
naik yang memotong sumur tersebut.
Contoh zonal repetition pada Biostratigrafi Contoh Interpretasi Geologi Bawah Permukaan berdasarkan
(Slide Kuliah oleh Wartono Rahardjo, 2007) Biostratigrafi (Slide Kuliah oleh Wartono Rahardjo, 2007)
4. Fosil indeks
a) Globorotalia acostaensis
Pemunculan awal Globorotalia acostaensis diperkirakan sekitar 10 juta tahun lalu (Berggren,
1972 dan Saito, 1977). Bolli dan Saunders (1986) menandai pemunculan awal spesies ini
adalah 11,3 juta tahun lalu.
b) Globorotalia plesiotumida
c) Globorotalia tumida
Pemunculan awal Globorotalia tumida telah diidentifikasi oleh banyak peneliti, sangat dekat
dengan batas Miosen - Pliosen. Tidak ada skala waktu
d) Sphaeroidinella dehiscens
Pemunculan awal Sphaeroidinella dehiscens telah dikenali sebagai marker horizon untuk
batas Miosen-Pliosen pada 5,3 juta tahun lalu (Salvador, 1985). Bergreen (1972) menandai
pemunculan awal spesies ini sekitar 5 juta tahun lalu.
Biozonasi Blow (1969) disebtu sebagai zonasi standar karena penelitian yang dilakukan
berdasarkan sampel yang berasal dari hampir semua belahan bumi. Blow (1969, dalam Bolli,
1985) juga telah membagi biozonasi Kenozoikum menjadi dua bagian, yaitu Paleogen
(Paleosen-Oligosen) dan Neogen (Miosen- Pleistosen). Secara Keseluruhan, biozonasi
berdasarkan Blow (1969) terdiri dari 22 zona utama Paleogen dengan notasi P1-P22, serta 23
zona utama Neogen dengan notasi N 1-N23, dimana dalam Bolli & Saunders (1987) zona
P20-P22 memiliki batas yang sama dengan N1-N3.