Anda di halaman 1dari 3

Pernah Dimuat Di Harian Pagi Pos Kupang, edisi 30 September 2015

Menanggulangi Masalah Kelangkaan Air Bersih

Oleh : Inosensius Enryco Mokos

Mahasiswa STFK Ledalero

Masalah rumit yang sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia sekarang ini adalah
masalah kelangkaan air bersih. Kelangkaan air bersih hampir terjadi di semua daerah. Di
NTT misalnya, terjadi kelangkaan air bersih di wilayah Manggarai, Manggarai Timur
khusunya di Borong, Kabupaten Sikka khususnya di Maeumere dan sekitarnya dan daerah-
daerah lain. Kalangkaan air bersih ini sungguh menyusahkan dan merugikan masyarakat
tentunya sebab air merupakan kebutuhan pokok bagi seiap orang.

Jika dilihat dari peta bumi dan geografinya, Indonesia seharusnya tidak terlalu
khawatir terhadap krisis air karena hampir sebagian besar wilayah Indonesia merupakan
perairan, sekitar 6 persen persediaan air dunia atau sekitar 21 persen dari persediaan air Asia
Pasifik dimiliki oleh Indonesia dan juga masih ada ratusan sungai yang ada serta danau-danua
yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia sehingga diperkirakan cekungan air yang
terdapat di Indonesia sebesar 308 juta meter kubik. Tetapi mengapa masih terjadi kelangkaan
air bersih khususnya di daerah-daerah perkotaan?

Dalam Indonesia Natural Environtment Status Book (2009) disebutkan bahwa


kelangkaan air disebabkan oleh berkurangnya potensi ketersediaan air bersih, yang dari tahun
ke tahun cenderung mengalami penurunan sebesar 15-35 persen per kapita setiap tahun
(Beritasatu.com). Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan air mengalami peningaktan
yang sifnifikan. Seharusnya, penururnan debit air hanya sampai pada titik 5-7 persen setiap
tahun. Tetapi nyatanya sangat jauh dari yang diperkirakan.

Seperti yang telah disamapaikan di ats bahwa air merupakan kebutuhan pokok bagi
setiap orang maka sebab-sebab terjadinya kalangkaan air bersih harus dicari kemudian dicari
solusi yang tepat untuk menyelaesaikan masalah ini. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya kalangkaan air. Pertama, pemicu utama kelangkaan air karena peningkatan jumlah
penduduk. Berita satu.com menayatakan bahwa salah satu penyebab kelangkaan air bersih
dikarenakan pesatnya pertumbuhan ekonomi serta tidak meratanya penyebaran penduduk
Pernah Dimuat Di Harian Pagi Pos Kupang, edisi 30 September 2015

akibat urbanisasi. Kedua, kerusakan lingkungan akibat tambang. Kompas.com merilis bahwa
70 persen kerusakan lingkungan sebagai akibat dari pertambangan. Pertambangan
menyebabkan polusi udara serta penebangan pohon-pohon. Pohon-pohon yang sebenarnya
diharapkan dan berfungsi untuk meampung air malah ditebang untuk pembuatan jalan bagi
transportasi penangakutan hasil-hasil tambang serta dijadikan lahan pertambangan. Sebagai
hasilnya, kekeringan air terjadi di daerah sekitar pertambangan. Buktinya bahwa masyarakat
Borong mengalami krisis air sebagai akibat dari pertambangan yang ada di sekitar wilayah
Manggarai Timur. Ketiga, membuang sampah tidak pada tempatnya. Sampah bagi
masyarakat Indonesia adalah hal kecil yang tidak mempunyai dampak sama sekali. Karena
itu banyak masyarakat yang suka untuk membuang sampah tidak pada tempatnya. Sebut saja
masyarakat NTT. Masyarakat NTT memiliki kebiasaan untuk membuang sampah
disembarang tempat. Kalau sedang berada di jalan, sampah dibuang di jalan. Kalau sedang
berada di dekat kali (sungai kecil) sampah akan dibuang di kali. Hal lainnya, kepekaan
masayarakat NTT masih lemah. Mekipun sudah melihat sampah berserakan sembarangan,
tidak ada inisiatif sama sekali untuk memungut sampah itu. Pemerintahpun sudah berupaya
sedemikian mungkin untuk mengatasi masalah krisis air tetapi saya pikir hal itu akan terus
berlanjut selama kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada temaptnya masih
lemah. Akibatnya, masayarakat terus mengeluh kesusahan air tetapi mereka tidak sadar
bahawa tindakan mereka yang membawa penderitaan itu. Lihat saja di Maumere, sampah
berserakan di mana-mana sehingga tak heran sekarang Maumere dilanda krisis air.

Sampai pada titik ini, bersama-sama kita harus berusaha untuk mengatasi kelangkaan
air bersih. Hemat saya, ada beberapa solusi yang dapat kita lakukan untuk menangaulangi
masalah krisi air. Pertama, masyarakat harus sadar untuk mulai berhemat dalam
menggunakan air bersih. Artinya menggunakan air bersih seperlunya dan tidak boros dalam
menggunakan air bersih. Dalam hal ini, teori solidaritas dari Emile Durkheim (seorang
sosiolog) mempunyai andil. Dengan cara menghemat air, kita berusaha untuk bersolidaritas
dengan mereka yang sedang kekurangan air. Penghematan ini dimaksudakan agar air yang
masih ada bisa disalurkan kepada mereka yang berkekurangan. Kedua, seperti yang sudah
dikatakan di atas yaitu menghentikan pertambangan. Pertambangan bisa menimbulkan
dampak buruk yang begitu besar yaitu kerusakan lingkungan serta pemanasan global.
Kerusakan lingkungan sebagai akibat penebangan pohon, dan hutan yang dialihfungsikan.
Pohon-pohon yang seharusnya bisa menyerap air dan menampung air ditebang. Karenanya,
saat musim kemarau atau belum saatnya musim kemarau sudah terjadi kekeringan. Dampak
Pernah Dimuat Di Harian Pagi Pos Kupang, edisi 30 September 2015

lainnya, kita kekurangan O2 sebab pohon-pohon yang berfungsi untuk mengasilkan O2


ditebang. Ketiga, menjaga dan merawat lingkungan. Sebagai masyarakat, kita tidak hanya
bisa terus menuntut pemerintah untuk menyediakan air tetapi kita juga dituntut untuk
menjaga lingkungan. Caranya adalah dengan tidak membuang sampah disembarang tempat
terutama sampah-sampah plastik. Kita tahu, bahwa butuh 100 tahun bagi tanah untuk dapat
memproses sampah plastik. Kalau sampah plastik terkubur di tanah, maka air akan sulit
meresap ke dalam tanah di waktu musim hujan. Dampaknya, kita akan kekurangan air di saat
musim kemarau atau di saat sebelum musim kamarau. Bentuk solidaritas juga berlaku untuk
alam. Kita bersolidaritas dengan alam dengan cara membuang sampah pada tempatnya.

Kita semua harus sadar bahwa segala tindakan kita mempunyai dampak bagi
kehidupan kita. Dampak dari semua perilaku buruk kita memang tidak langsung terjadi tetapi
5-6 tahun ke depan. Untuk itu dari sekarang kita harus sadar untuk merawat lingkungan kita.
Menghemat air, menghentikan pertambangan serta membuang sampah pada tempatnya
adalah bentuk tindakan yang sangat bermanfaat untuk memelihara kehidupan kita. Tentu hal
itu tidak hanya bermanfaat bagi kehidupan kita tetapi juga untuk anak cucu kita. Mari kita
menjaga lingkungan kita.

Anda mungkin juga menyukai