Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM BATUBARA

LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL


PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB III
BRIKET BATUBARA NON-KARBONISASI

3.1. Tujuan

Tujuan dari praktikum batubara non-karbonisasi ini, antara lain:


1. Praktikan mengerti tentang briket batubara non-karbonisasi.
2. Praktikan mengerti dan mampu melaksanakan proses pembuatan briket
batubara non-karbonisasi.
3. Praktikan mampu menganalisa fungsi dari campuran bahan-bahan dalam
pembuatan briket batubara.

3.2. Dasar Teori

Yang dimaksud dengan briket batubara non-karbonisasi adalah briket


batubara yang tidak mengalami karbonisasi sebelum diproses menjadi briket
dan harganya pun lebih murah karena zat terbangnya masih terkandung dalam
briket batubara maka pada penggunaannya lebih baik menggunakan tungku
sehingga menghasilkan pembakaran yang sempurna. Briket ini digunakan
dalam industri kecil. Pada briket jenis non-karbonisasi seluruh zat terbang yang
muncul dari briket akan habis terbakar oleh lidah api di permukaan tungku.
(Tim Asisten Batubara, 2013)
Bahan baku utama dari briket batubara itu sendiri adalah batubara yang
sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama
kurang lebih 150 tahun. Teknologi pembuatan briket tidak terlalu rumit dan
dapat dikembangkan dalam waktu yang singkat.
Indonesia sebetulnya telah mengebangkan briket batubara sejak tahun
1994 namun tidak berkembang dengan baik karena minyak tanah masih tetap
disubsidi sehingga harganya masih sangat murah, sehinggga masyarakat masih
lebih memilih minyak tanah sebagai bahan bakar sehari-hari.
Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki
riwayat pemanfaatan yang sangatlah panjang, pada akhir-akhir ini harga bahan
bakar minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada meningkatnya
harga jual bahan bakar dari minyak termasuk minyak tanah di Indonesia.

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini
minyak tanah, bahan bakar alternatif yang murah dan mudah didapat. Briket
batubara merupakan salah satu bahan bakar padat alternatif yang terbuat dari
batubara. Bahwa bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar alternatif
pengganti dari minyak tanah yang mempunyai kelayakan teknis untuk
digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga. Briket juga memiliki
keuntungan ekonomis karena dapat diproduksi secara sederhana, memiliki nilai
kalori yang tinggi. (Anonim, 2013)
Teknologi pembuatan briket tidaklah terlalu rumit dan dapat
dikembangkan oleh masyarakat maupun pihak swasta dalam waktu yang relatif
singkat. Briket batubara dipilih oleh masyarakat untuk bahan bakar alternatif
karena dilihat dari segi-segi kelebihannya.
Adapun keunggulan briket batubara adalah:
1. Lebih murah.
2. Nilai kalori yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk
pembakaran yang lama.
3. Tidak beresiko meledak/terbakar.
4. Tidak mengeluarkan suara bising dan tidak berjelaga.
5. Sumber batubara melimpah.
Briket batubara memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan awal yang
memakan waktu antara 5-10 menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak
tanah sebagai penyalaan awal, briket batubara hanya efisien jika digunakan
untuk jangka waktu di atas 2 jam.
Jenis proses pembuatan briket batubara dapat dibagi menjadi 2, yaitu
berkarbonisasi dan jenis non-karbonisasi.
1. Karbonisasi (super)
Jenis ini mengalami terebih dahulu proses dikarbonisasi sebelum
menjadi briket. Dengan proses karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung
dalam briket batubara itu diturunkan serendah mungkin sehingga produk
akhirnya menjadi meningkat karena pada batubara tersebut dapat terjadi
rendemen sebesar 50%. Briket ini digunakan untuk keperluan rumah tangga
serta lebih aman dalam penggunaannya.

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2. Non-karbonisasi (biasa)
Jenis yang ini tidak mengalami karbonisasi sebelum diproses
menjadi briket dan harganya pun lebih murah, karena zat-zat terbangnya
masih terkandung dalam briket batubara maka pada penggunaaanya lebih
baik menggunakan tungku (bukan kompor) sehingga akan menghasilkan
pembakaran yang sempurna dimana seluruh zat terbang yang muncul dari
briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket ini
pada umumya digunakan untuk industri kecil. Produsen terbesar briket
batubara di Indonesia pada saat ini adalah PT. Tambang Batubara Bukit
Asam (Persero) atau PT. BA yang mempunyai 3 pabrik yaitu di Tanjung
Enim Sumatera Selatan, Bandar Lampung dan Gresik Jawa Timur dengan
kapasitas terpasang 115.000 ton per tahun. Di samping PT. BA terdapat
beberapa dari perusahaan swasta yang memproduksi briket batubara.
(Anonim, 2013)
Salah satu masalah dalam pengembangan industri briket di Indonesia
adalah perlunya karbonisasi dalam proses pembuatannya. Hal ini terutama
karena batubara yang dapat digunakan termasuk dalam peringkat rendah
dengan kadar zat terbang rata-rata di atas 35% sehingga dalam proses
pembakarannya menimbulkan asap dan bau.
Sedangkan di Korea, Cina dan Vietnam batubara yang digunakan untuk
briket adalah dari jenis antrasit sehingga tidak perlu dilakukan proses
karbonisasi karena kadar zat terbangnya rata-rata di bawah 15%.
Proses yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan proses
non-karbonisasi. Briket batubara non-karbonisasi memungkinkan untuk
digunakan atau dibakar tanpa menimbulkan asap atau bau dengan bahan baku
batubara semi antrasit dan bahan pembantu seperti jerami, ampas tebu, serta
molaser.
Proses pengolahan briket batubara dapat didefinisikan sebagai suatu
proses pengolahan batubara, dimana briket yang dihasilkan mempunyai bentuk,
ukuran fisik, sifat kimia tertentu dengan menggunakan teknik yang tepat.
Bahan-bahan campuran dan fungsi dari briket batubara, antara lain:
1. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket batubara

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a. Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin
tinggi.
b. Semakin tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena
unsur atau zat yang mudah terbakar (volatile matter) yang terkandung di
dalamnya semakin sedikit.
c. Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin
berkurang dan lama pembakaran akan semakin cepat. Batubara dengan
nilai kalori rendah juga mengandung banyak air sehingga menyulitkan
dalam penyalaan.
d. Penyalaan, berasap dan panas yang berkurang. Solusinya dengan cara
proses pengeringan (mengurangi jumlah dari kadar air) dan dengan cara
karbonisasi (menaikkan) kadar kalori batubara.
2. Biomassa (serbuk kayu), sebagai bahan untuk mempercepat dan
mempermudah proses pembakaran
a. Semakin banyak komposisi biomassa maka briket akan semakin mudah
terbakar dan pencapaian suhu maksimalnya akan semakin cepat.
b. Kelemahannya semakin banyak komposisi biomassanya, lama
pembakaran menjadi semakin berkurang.
c. Semakin besar komposisi biomassa, maka kandungan emisi polutan Cu
dan polusi HC akan semakin berkurang.
3. Tanah liat, sebagai bahan pengeras sekaligus perekat
a. Jenis tanah yang dipilih haruslah mengandung unsur kaulinik yaitu unsur
yang mempengaruhi kerekatan, kekerasan dan kekeringan.
b. Semakin banyak komposisinya, gas Cu yang dihasilkan akan semakin
sedikit.
c. Dari hasil uji coba untuk ketahanan dan lama pembakaran komposisi
yang terbaik untuk tanah liat adalah 10%.
4. Kapur (lime), sebagai bahan imbuhan yang digunakan untuk mengikat racun
dan mengurangi bau belerang. Komposisi kapur juga perlu diperhatikan,
karena apabila terlalu banyak akan membuat panas briket berkurang.
(Anonim, 2013)

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Dalam sebuah briket batubara, semakin banyak komposisi batubara
maka pembakaran yang dihasilkan akan semakin panas dan semakin lama.
Namun juga harus diperhatikan nilai kalorinya. Nilai kalori batubara akan
rendah jika di dalamnya terkandung banyak air, batubara semacam ini biasanya
susah dinyalakan dan lebih banyak asapnya.
Berikut ini adalah kelemahan dari briket batubara dan solusi yang dapat
diberikan, diantaranya adalah:
1. Sulit dalam penyalaaan, solusinya adalah:
a. Bahan baku batubara dalam keadaan kering, sehingga kadar airnya
rendah.
b. Memperbesar komposisi biomassa (serbuk kayu), karena biomassa dapat
membantu mempercepat proses penyalaan.
2. Berasap dan berbau, solusinya adalah:
a. Semua bahan diusahakan dalam keadaan kering, karena kelembaban dan
kadar air yang menyebabkan asap yang banyak dan berbau.
b. Penambahan unsur kapur dalam komposisi briket.
3. Panas dan lama pembakaran, solusinya adalah
a. Pemilihan batubara dengan kalori tinggi atau dengan cara karbonisasi.
b. Pengeringan hasil briket, karena briket yang lembab dan basah akan
berpengaruh besar terhadap panas yang dihasilkan.
4. Kepadatan dan kekerasan, solusinya adalah:
a. Pemilihan tanah liat yang baik.
b. Penjemuran hasil briket sampai benar-benar kering.
c. Memperkecil bahan bau agar lebih padat.
5. Harga jual produk, solusinya adalah
a. Pemilihan lokasi pabrik yang dekat dengan sumber bahan baku dan
konsumen.
b. Proses produksi yang baik dan benar.
c. Kualitas produksi yang besar akan menurunkan biaya produksi.
(Anonim, 2013)
Pada saat ini dikenal 2 tipe briket batubara, yaitu tipe yontan dan tipe
telur. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
1. Tipe yontan (diambil dari nama tempat di Korea), berbentuk silinder dengan
garis tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 kg dan mempunyai lubang
berbentuk tabung searah memanjang sebanyak 22 lubang. Lubang tersebut
bertujuan agar briket mudah terbakar dan dapat menghasilkan panas yang
maksimum. Jenis briket ini biasanya digunakan untuk keperluan rumah
tangga.

*sumber:gambar.pelapak.com/gb/01336295366-jual-briket-batu.jpg

Gambar 3.1
Tipe Yontan
2. Tipe telur (egg), berbentuk oval, berukuran panjang 46-48 mm, dengan lebar
32-39 mm, tebal bagian tengah 20-24 mm pada bagian tepi pinggir dibuat
pipih tumpul, sehingga mudah dipindahkan dan mudah dibakar dari bagian
pinggir ke bagian tengah.

*sumber: www.femax.biz+i+brk_prodf

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.2
Tipe Telur
Batubara dibuat briket dengan tipe telur lebih banyak digunakan oleh
kalangan industri kecil sebagai bahan pembakar bata, genteng, tukang besi dan
gerabah. Meskipun banyak dipakai untuk keperluan industri tetapi juga briket
batubara tipe telur dimanfaatkan dalam skala rumah tangga dimensi dari briket
batubara ini memiliki panjang antara 45 mm samai 55 mm dan lebarnya 32 mm
sampai 48 mm serta tebal 20 mm sampai 25 mm. Briket bentuk telur cocok
untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan sedangkan bentuk kubus dan
silinder digunakan untuk kalangan industri kecil atau menengah.
Berdasarkan data tahun 1998-2005 perkembangan kebutuhan briket
batubara berfluktuatif namun cenderung ada peningkatan konsumsi terendah
sebesar 23506 ton pada tahun 2004 dan tertinggi pada tahun 1999 yang
mencapai 38302 ton. Pada sisi lain, potensi konsumsi BBM yang dapat
disubstitusi dengan briket batubara untuk 1 km dan rumah tangga sebesar 11,32
juta ton dan jumlah optimisnya sebesar 1,3 juta ton per tahun atau ekuivalen
dengan 936.000 kilo liter minyak tanah per tahun. Kondisi pasar akan dapat
menentukan bagaimana prospek briket batubara yang ada di Indonesia sebagai
bahan alternatif substitusi minyak tanah mempunyai khususnya dengan energi
alternatif lainnya sepeti bahan bakar (biofuel) dan elpiji.

3.3. Alat dan Bahan

3.3.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
a. Crusher, mereduksi ukuran partikel batubara.

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*sumber: Laboratorium Teknologi Mineral UNLAM, 2013

Gambar 3.3
Crusher
b. Sendok, berfungsi untuk memindahkan bahan pembuatan briket
batubara non-karbonisasi.

*sumber: Laboratorium Teknologi Mineral UNLAM, 2013

Gambar 3.4
Sendok

c. Sieve, digunakan untuk memisahkan material sesuai dengan ukuran


ayakan yang diinginkan.

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*sumber: Laboratorium Teknologi Mineral UNLAM, 2013

Gambar 3.5
Ayakan
d. Timbangan dan neraca analitik, digunakan untuk menimbang berat
dari komposisi-komposisi pengolahan briket.

*sumber: Laboratorium Teknologi Mineral UNLAM, 2013

Gambar 3.6
Timbangan dan Neraca Analitik

e. Palu, berfungsi untuk menghancurkan sampel batubara agar menjadi


lebih kecil.

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*sumber: Laboratorium Teknologi Mineral UNLAM, 2013

Gambar 3.7
Palu
f. Safety tools, alat ini digunakan untuk melindungi diri pada saat
proses preparasi. Alat-alat yang digunakan pada saat proses preparasi
adalah safety shoes, sarung tangan, masker dan kacamata.

*sumber: Laboratorium Teknologi Mineral UNLAM, 2013

Gambar 3.8
Safety tools

g. Cetakan briket, digunakan untuk mencetak campuran dari material


menjadi bentuk briket.

*sumber: Laboratorium Teknologi Mineral UNLAM, 2013

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.9
Cetakan Briket
h. Ember, digunakan untuk menampung bahan-bahan pembuatan briket
batubara non-karbonisasi.

*sumber: Laboratorium Teknologi Mineral UNLAM, 2013

Gambar 3.10
Ember

3.3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan briket batubara
non-karbonisasi adalah:
a. Batubara dengan kalori 4500 kkal, berfungsi untuk campuran briket.
b. Kaolin, berfungsi sebagai campuran untuk mengurangi asap dan
penstabilisasi panas dalam pembakaran briket.
c. Kanji, berfungsi sebagai perekat campuran batubara dan kaolin
sehingga briket yang dihasilkan menjadi kompak dan kuat.
d. Serbuk kayu, berfungsi untuk mempercepat pembakaran briket.
e. Kapur, berfungsi untuk mengurangi bau pada saat pembakaran.
3.3. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan untuk pembuatan briket batubara, yaitu:

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Batubara dengan
kalori 4500 kkal

direduksi dengan palu

Batubara dengan ukuran


5-10 cm

digerus dengan crusher

Batubara dengan Ukuran ±


33 mm (8 mesh)

Batubara + kaolin + kanji +


serbuk kayu + kapur gamping
dengan total berat 200 gram

dicampur dan dicetak

Briket batubara non-karbonisasi

Gambar 3.11
Flowchart Pembuatan Briket Batubara Non-Karbonisasi

Langkah kerja:
1. Menyiapkan material batubara dengan kalori 4500 kkal.
2. Batubara digerus dengan ukuran 5-10 cm dengan menggunakan palu.
3. Menggerus batubara yang berukuran 5-10 cm dengan crusher menjadi
ukuran ± 3 mm (8 mesh).
4. Mencampurkan batubara dengan kaolin kering, kanji, kapur gamping dan
serbuk kayu hingga berat totalnya mencapai 200 gram.
5. Mencetak campuran material tadi dengan menggunakan cetakan briket
batubara kemudian mengeringkannya.
6. Mengamati dan mencatat:
a. Campuran bahan briket
b. Kekuatan fisik briket

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
c. Bentuk hasil akhir cetakan

3.5. Data Hasil Pengamatan


Hasil Pengamatan dari praktikum briket batubara non-karbonisasi dapat
dilihat tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Data Hasil Pengamatan Briket Batubara Non-Karbonisasi

Nama % % % % %
No. Keterangan
Sampel Batubara Kanji Kaolin Serbuk Kayu Kapur
1. Biasa 1 75 15 10 - - a. Kekuat
an Fisik:
kompak
b. Permuk
aan: kasar
c. Warna:
hitam
d. Briket
yang berhasil:
8

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
e. Briket
yang retak: 0

a.
Kekuatan Fisik:
kompak
b.
Permukaan:
kasar
c.
2. Biasa 2 80 15 5 - -
Warna: hitam
d.
Briket yang
berhasil: 7
e.
Briket yang
retak: 1
a. Kekuatan
Fisik: cukup
kompak
b.Permukaan:
kasar
Biomassa
3. 70 15 5 5 5 c. Warna: Hitam
1
kecoklatan
d.Briket yang
berhasil: 7
e. Briket yang
gagal: 1
a. Kekuatan
Fisik: kompak
b.Permukaan:
kasar
Biomassa
4. 75 15 5 2,5 2,5 c. Warna: Hitam
2
d.Briket yang
berhasil: 8
e. Biket yang
retak: 0

3.6. Pengolahan Data


Berikut ini adalah perhitungan yang diperlukan untuk melengkapi data
hasil pengamatan:

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
1. Berat total campuran (batubara+kaolin+kanji+serbuk kayu kering) =
200 gram.
2. Batubara yang digunakan untuk praktikum ini adalah batubara dengan
kalori 7500 kkal.
Berikut ini adalah data hasil perhitungan campuran dari komposisi
briket batubara non-karbonisasi:
1. Campuran 1 (Briket Batubara Non-Karbonisasi Biasa 1)
Diketahui: Batubara = 75%
Kaolin = 10%
Kanji = 15%
Ditanya: a. Berat batubara dalam campuran
b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran
Jawab:
75
a. Berat batubara dalam campuran = x 200 gram = 150 gram
100
10
b. Berat kaolin dalam campuran = x 200 gram = 20 gram
100
15
c. Berat kanji dalam campuran = x 200 gram = 30 gram
100
2. Campuran 2 (Briket Batubara Non-Karbonisasi Biasa 2)
Diketahui: Batubara = 80%
Kaolin = 5%
Kanji = 15%
Ditanya: a. Berat batubara dalam campuran
b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran

Jawab:
80
a. Berat batubara dalam campuran = x 200 gram = 160 gram
100

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
5
b. Berat kaolin dalam campuran = x 200 gram = 10 gram
100
15
c. Berat kanji dalam campuran = x 200 gram = 30 gram
100
3. Campuran 3 (Briket Batubara Non-Karboniasasi Biomassa 1)
Diketahui: Batubara = 70%
Kaolin = 5%
Kanji = 15%
Serbuk kayu = 5%
Kapur = 5%
Ditanya: a. Berat batubara dalam campuran
b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran
d. Berat serbuk kayu dalam campuran
e. Berat kapur dalam campuran
Jawab:
70
a. Berat batubara dalam campuran = x 200 gram = 140
100
gram
5
b. Berat kaolin dalam campuran = x 200 gram = 10 gram
100
15
c. Berat kanji dalam campuran = x 200 gram = 30 gram
100
5
d. Berat serbuk kayu dalam campuran = x 200 gram = 10 gram
100
5
e. Berat kapur dalam campuran = x 200 gram = 10 gram
100
4. Campuran 4 (Briket Batubara Non-Karboniasasi Biomassa 2)
Diketahui: Batubara = 75%
Kaolin = 5%
Kanji = 15%
Serbuk kayu = 2,5%
Kapur = 2,5%
Ditanya: a. Berat batubara dalam campuran

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran
d. Berat serbuk kayu dalam campuran
e. Berat kapur dalam campuran
Jawab:
75
a. Berat batubara dalam campuran = x 200 gram = 150
100
gram
5
b. Berat kaolin dalam campuran = x 200 gram= 10 gram
100
15
c. Berat kanji dalam campuran = x 200 gram= 30 gram
100
2,5
d. Berat serbuk kayu dalam campuran = x 200 gram = 5 gram
100
2,5
e. Berat kapur dalam campuran = x 200 gram= 5 gram
100

3.7 Pembahasan
Pada kegiatan praktikum kali ini yaitu mengenai pembuatan briket
batubara non-karbonisasi. Dari percobaan 1 dan 2 bahan yang digunakan yaitu

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
batubara, kaolin, kanji. Sedangkan pada percobaan 3 dan 4 bahan yang
digunakan yaitu serbuk kayu, batubara, kaolin, kanji dan kapur.
Pada campuran 1, pembutan briket batubara non-karbonisasi dengan
komposisi batubra 75% (150 gram), kaolin 10% (20 gram) dan kanji 15% (30
gram) diperoleh 8 buah briket yang tercetak baik artinya dari 8 cetakan yang
dibuat tidak ada satupun hasil briket yang retak maupun pecah pada saat proses
terakhir pencetakan. Hal ini dikarenakan komposisi briket pada persentase
campurannya sudah seimbang dan briket yang dihasilkan cukup kompak
dengan warna hitam dan permukaan yang kasar. Hal ini mungkin dari besarnya
campuran kanji yang diberikan yaitu 15% (30 gram) yang menyebabkan briket
menjadi kompak.
Pada briket batubara non-karbonisasi campuran 2 yaitu komposisi
batubara sebesar 80% (160 gram), kaolin 5% (10 gram) dan kanji 15% (30
gram). Pada campuran briket batubara non-karbonisasi yang ke 2 ini memiliki
perbedaan dengan campuran 1 yaitu pada persentase batubara sebesar 80% hal
ini membuat kami berfikir untuk menurunkan persentase campuran kaolin dari
percobaan sebelumnya menjadi 5% saja dan persentase kanji kami buat tetap
yaitu sebesar 15%. Setelah dilakukan proses pencetakan briket, ternyata briket
yang diperoleh sebanyak 7 buah briket yang tercetak sempurna. Satu buah
briket mengalami retak dan pecah pada saat proses pengangkatan tutup cetakan
briket. Percobaan ini bisa dikatakan berhasil, meskipun ada salah satu briket
yang pecah. Pecahnya salah satu briket ini kemungkinan besar bukan
dikarenakan persentase komposisi briket yang tidak seimbang, melainkan
kurang berhati-hatinya praktikan dalam proses pengangkatan tutup pencetak
briket sehingga briket yang masih dalam keadaan basah menjadi retak dan
akhirnya pecah. Selain itu, hal lain yang dapat mengakibatkan briket tersebut
pecah yaitu mungkin tidak meratanya pembagian besar jumlah campuran briket
pada setiap cetakan briket yang berjumlah 8 buah tersebut. Ada salah satu
lubang cetakan briket yang terisi sedikit oleh campuran yang sudah disiapkan
sehingga kepadatan pada setiap hasil cetakan berbeda-beda, ada salah satu
briket yang tidak kompak dan akhirnya retak dan pecah.

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Pada percobaan 3, komposisi briket yang digunakan yaitu batubara
sebesar 70% (140 gram), kaolin 5% (10 gram), kanji 15% (130 gram), serbuk
kayu 5% (10 gram), kapur 5% (10 gram). Pada percoban yang ketiga ini yang
membedakan dari percobaan sebelumnya yaitu komposisi briket ditambah
dengan serbuk kayu dan kapur. Dari hasil pencetakan diperoleh 8 buah briket
yang tercetak baik tanpa mengalami adanya retakan atau pecah. Namun pada
saat proses penjemuran ada satu buah briket yang pecah, hal ini diakibatkan
kurang hati-hatinya praktikan pada saat mau melakukan proses penjemuran
briket.
Pada percobaan 4, komposisi batubara yang digunakan yaitu 75% (150
gram), kaolin 5% (10 gram), kanji 15% (30 gram), serbuk kayu 2,5% ( 5 gram),
kapur 2,5% (5 gram), dari 8 buah briket yang dicetak, diperoleh 8 briket yang
tercetak sempurna, artinya pada percobaan ini komposisi campurannya sudah
seimbang tidak ada briket yang pecah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan briket batubara non-
karbonisasi ini yaitu praktikan harus mampu memperkirakan komposisi
campuran sebagai bahan pembuatan briket agar nantinya briket dapat tercetak
sempurna. Praktikan juga harus berhati-hati dan teliti pada saat pembuatan
briket seperti proses pencetakan yaitu penggunaan alat pencetak briket maupun
pada saat akan melakukan proses penjemuran.
Briket batubara non-karbonsasi yang terbaik dari campuran briket yang
berbeda-beda yaitu pada campuran 4 atau biomassa II, dimana hasil briket yang
didapat memiliki warna yang hitam dan briket yang berhasil adalah 8.
Sedangkan briket batubara yang kurang baik yaitu pada campuran 2 atau biasa
II, dimana didapat permukaan briket yang kasar dan ada satu buah briket yang
pecah.

3.8 Penutup
3.8.1. Kesimpulan

Kelompok VIII
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah:
a. Briket batubara non-karbonisasi yang paling baik adalah pada
percobaan keempat (biomassa II) dengan campuran batubara 75%,
kaolin 5%, kanji 15%, serbuk kayu 2,5% dan kapur 2,5%.
b. Briket batubara non-karbonisasi yang paling tidak baik adalah pada
percobaan kedua (biasa II) dengan campuran batubara 80%, kaolin
5% dan kanji 15%.
c. Beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam pembuatan briket
batubara yaitu ukuran butir, tekanan mesin pencetak pada saat
pencetakan dan kadar air yang terkandung dalam batubara.
3.8.2. Saran
Adapun saran untuk praktikum briket non-karbonisasi ini
adalah:
a. Sebaiknya praktikan menggunakan alat safety yang lengkap pada
saat melaksanakan praktikum.
b. Sebaiknya alat pencetak briket ditambah lagi agar praktikum lebih
cepat selesai.
c. Praktikan melakukan percobaan dengan cekatan untuk menghemat
penggunaan waktu dikarenakan jumlah alat yang ada terbatas.

Kelompok VIII

Anda mungkin juga menyukai