Anda di halaman 1dari 4

PRAKTIKUM BATUBARA

LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN


BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB II
SAMPLING

2.1. Pengertian Sampling


Pengambilan sampel (sampling) ialah mengambil sebagian kecil material
yang akan mewakili sifat-sifat keseluruhan material tersebut. Syarat utama adalah
sampel itu harus mewakili atau representatif bahan yang disampling.
(Muchjidin, 2013)
Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan unsur
mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang
tersebut tidak boleh sama dengan nol. Di samping itu, pengambilan sampel secara
acak (random) harus menggunakan teknik yang tepat sesuai dengan ciri-ciri
populasi dan tujuan penelitian.
Dalam menentukan teknik pengambilan sampel yang akan diterapkan
dalam suatu penelitian, seorang peneliti harus memperhatikan hubungan antara
biaya, tenaga dan waktu di satu pihak, serta tingkat presisi di pihak lain. Jika jumlah
biaya, tenaga dan waktu sudah dibatasi sejak semula, seorang peneliti harus
berusaha mendapatkan teknik pengambilan sampel yang menghasilkan presisi
tertinggi.
(Triyono, 2018)

2.2. Macam-macam Sampling


Sampling terbagi menjadi beberapa macam teknik. Adapun macam-macam
sampling adalah sebagai berikut :
1. Grab Sampling merupakan teknik pemercontoh dengan cara mengambil bagian
(fragmen) yang berukuran besar dari suatu material baik di alam maupun dari
suatu tumpukan yang mengandung mineralisasi secara acak tanpa seleksi
khusus
2. Bulk Sampling merupakan metode sampling dengan cara mengambil material
dalam jumlah (volume) yang besar dan umum dilakukan pada semua fase
kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan).
3. Chip sampling (contoh tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan cara
mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur
(dengan lebar 15 cm) yang memotong zona mineralisasi dengan menggunakan
palu atau pahat.

Kelompok I
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

4. Channel Sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan contoh dengan


membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih
(mineralisasi).
(Nugraha, 2016)

2.3. Alat Sampling Batubara


Adapun peralatan yang digunakan dalam proses pengambilan sampling
batubara yaitu :
1. Alat manual yang diguakan untuk proses pengambilan sampel batubara
a. Ladle adalah alat sampling dengan bukaan minimal 2,5 kali ukuran batubara top
size.
b. Auger, adalah alat sampling yang menggunakan mekanisme skrup spiral
berputar.
c. Scoop, adalah alat sampling yang digunakan untuk mengambil batubara
d. Sampling frame, adalah alat sampling untuk batubara diatas conveyor.
2. Alat mekanik yang digunakan untuk proses pengambilan sampel batubara
a. Swing arm cutter, adalah mesin yang sangat efisien untuk memotong bagian kecil
dalam ukuran lot kecil dan rata-rata.
b. Pipe sampler, Bentuk dari alat ini berupa pipa dengan salah satu ujungnya
runcing dan ujung lainnya dipakai sebagai pegangan.
c. Rotary car dumper system (tube sampler), terdiri dari beberapa tabung
berdiameter besar. Masing-masing dengan satu atau dua bukaan yang terpasang
pada rotary car dumper.
d. Spoon sampler, terdiri atas satu atau lebih pipa dan diatur seperti roda
ditempatkan diatas dan kemudian berputar.
e. Auger drill, alat sampling yang digunakan untuk menembus material batubara
dengan cara menarik material dari dalam.
(Speight, 2005).

* Sumber : Speight, 2005


Gambar 2.1
Alat-Alat Sampling

Kelompok I
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2.4. Kesalahan dalam Sampling


Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling, antara lain
sebagai berikut:
1. Salting, yaitu peningkatan kadar pada sampel yang diambil sebagai akibat
masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam sampel.
2. Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke dalam sampel.
3. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan posisi
(lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.
4. Kesalahan analisis kimia, akibat sampel yang diambil kurang representatif.
(Nugraha, 2016)

2.5. Cara Pengambilan Sampel


Langkah-langkah untuk pengambilan sampel berdasarkan standar AS
2646.1 sebagai berikut :
1. Tetapkan untuk keperluan apa sampel diambil, apakah untuk memonitor kinerja
suatu pusat pencucian batubara atau untuk transaksi jual beli batubara.
2. Tetapkan parameter batubara yang harus ditentukan, misalnya total moisture,
analisis proksimat, total sulfur, calorific vlue, HGI.
3. Tetapkan besarnya presisi yang diperlukan untuk masing-masing parameter.
4. Tetapkan data awal untuk menentukan variasi increment primer dan preparasi
sampel serta pengujian untuk menghitung banyaknya total increment primer.
5. Tetapkan lot.
6. Tetapkan apakah bayaknya total increment primer dalam langkah 4 adalah praktis
menurut sistem pengambilan sampel. Apabila jumlah ini dipandang tidak praktis,
maka perlu adanya pembagian lot menjadi beberapa sampling unit
7. Tetapkan interval pengambilan sampel dalam ton untuk pengambilan sampel
secara manual dari batubara yang diam (tidak bergerak) atau dalam ton atau
menit untuk pengambilan sampel secara mekanis atau manual dari batubara
yang mengalir
(Muchjidin, 2005)

Kelompok I
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL DAN
BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Kelompok I

Anda mungkin juga menyukai