OLEH : KEL. L 19
A. Latar Belakang
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
dengan tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan harta atau
kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa
depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak
membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya dan untuk belajar mandiri. Anak sebagai orang atau manusia yang
mempunyai pikiran, sikap, perasaan dan minat yang berbeda dengan orang
dewasa dengan segala keterbatasan.
Anak sakit yang dirawat di Rumah Sakit umumnya mengalami krisis oleh
karena seorang anak akan mengalami stress akibat terjadi perubahan lingkungan
serta anak mengalami keterbatasan untuk mengatasi stress. Krisis ini dipengaruhi
oleh berbagai hal yaitu usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang
penyakit, perpisahan atau perawatan di rumah sakit, support system serta
keseriusan penyakit dan ancaman perawatan. Suatu proses yang memiliki alasan
yang berencana atau darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggal dirumah
sakit, menjalani terapi dan perwatan sampai pemulangannya kembali ke rumah di
namakan hosptalisasi. Selama proses tersebut anak dan orang tua dapat
mengalami kejadian yang menurutbeberapa penelitian ditunjukkan dengan
pengalaman traumatic dan penuh dengan stress. Perasaan yang sering muncul
yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wulandari dan erawati, 2016).
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini
tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat
dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan
melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Terapi bermain diharapkan dapat berpengaruh pada anak
untuk menghilangkan batasan, hambatan dalam diri stress, frustasi serta
mempunyai masalah emosi dengan tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak
sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan dan anak yang sering di ajak bermain
akan lebih kooperatif dan mudah di ajak kerja sama dalam masa perawatan (Yusuf
dkk 2013).
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembang-
kan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain mewarnai gambar dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
b. Tujuan Khusus
1. Anak mampu untuk berkenalandengan teman sebaya walaupun dalam rawatan
2. Anak mampu melakukan kegiatan mewarnai dan
3. membubuhkan warna dengan tepat pada gambar dengan rapi tanpa keluar dari
garis
4. Anak mampu menggerakkan jari jemari dan secara optimal sehingga dapat
mewarnai dengan rapi
5. Anak tampak bahagia, tampak senyum dan tampak senang selama menjalani
perawatan di RS
BAB II
TINJAUAN TEORI
c. Klasifikasi Bermain
1. Berdasarkan Isi Permainan
a) Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan
antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan
kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya atau orang
lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah “Cilukba”, berbicara sambil
tersenyum dan tertawa, atau sekadar memberikan tangan pada bayi untuk
menggenggamnya, tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan
tertawa. Bayi akan mencoba berespons terhadap tingkah laku orang tuanya
misalnya dengan tersenyum, tertawa, dan mengoceh.
b) Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada
anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak
akan membuat gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat
dibentuknya dengan pasir . Bisa juga dengan menggunakan air anak akan
melakukan macam-macam permainan, misalnya memindah-mindahkan air ke
botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan
semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan
yang dilakukannya sehingga susah dihentikan
c) Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan
anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil
memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke
tempat yang lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan
tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang di lakukan.
Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil.
d) Games
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor.Permainan ini bisa
dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya.Banyak sekali jenis
permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang
modern.misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.
e) Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa,
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada
di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan
tertentu, dan situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang digunakannya
sebagai alat permainan.Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan
situasi serta lingkungannya tersebut.
f) Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran sebagai
orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru
orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya
yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi
percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan
ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu .
e) Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis
ini, juga tujuan dan pemimpin permainan.Anak yang memimpin permainan
mengatur dan mengarahkananggotanya untuk bertindak dalam permainan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut.Misalnya,
pada permainan sepak bola, ada anak yang memimpin permainan, aturan main
harus dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama,
yaitu memenangkan permainan dengan memasukkan bola ke gawang lawan
mainnya.
C. Reaksi Hospitalisasi
1. Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang
dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan
2. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga,
kehilangan kelompok sosial, perasaan takut mati, kelemahan fisik
3. Reaksi nyeri bisa digambarkan dengan verbal dan non verbal
BAB III
KEGIATAN BERMAIN
A. Rancangan bermain
Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat kali ini bertema “mengurangi
stress efek Hospitalisasi”.Kegiatan ini anak diajak untuk mewarnai kertas yang sudah
disediakan sebgai bentuk keceriaan walaupun dalam rawatan.
C. Sasaran
a. Kelompok anak usia3 sampai 7 tahun
b. Kriteria inklusi:
1. Anak yang di rawat inap
2. Anak yang tidak memiliki masalah intoleransi aktivitas
3. Anak dengan kemampuan baik dalam mengikuti terapi bermain
Kriteria ekslusi :
1. Anak yang terpasang infus
2. Anak yang terpasang kateter
3. Anak yang terpasang oksigen
4. Anak yang sedang dilakukan tindakan atau terapi
D. Waktu Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Selasa, 06 Agustus 2019
Waktu : 10.00 s/d 10.30 WIB
Tempat : Ruang Bermain Anak Irna Anak Lt. 3 RSUP Dr. M. Djamil
Waktu yang dipilih untuk memberikan permainan ini pada anak, yaitu pada
saat anak tersebut sedang santai, atau tidak pada waktu makan dan tidur,lamanya
bermain adalah sekitar 30 menit untuk menghindari anak merasa bosan dengan
permainan tersebut.
E. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Risky Firmansyah, S.Kep
2. Leader : Lentina Sosomar, S.Kep
3. Co Leader : Rima Anggreni, S.Kep
4. Fasilitator : Kodariyah, S.Kep
5. Observer :Sri Aria Indah P, S.Kep
Adek Suci Ramadhani, S.Kep
Prima Wiasari, S.Kep
Firma Nelis Emi, S.Kep
F. Setting tempat
Keterangan :
I. Evaluasi
a. Evaluasi struktur yang diharapkan :
1. Alat-alat yang digunakan lengkap
2. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
b. Evaluasi proses yang diharapkan
1. Terapi dapat berjalan dengan lancar
2. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
3. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
4. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
c. Evaluasi hasil yang diharapkan
a) 70 % Anak mampu untuk berkenalan dengan teman sebaya walaupun
dalam rawatan
b) 70 % Anak mau melakukan kegiatan mewarnai sampai selesainya
kegiatan.
c) 70 % Anak mampu membubuhkan warna dengan tepat pada gambar
dengan rapi tanpa keluar dari garis.
d) 70 % Anak tampak bahagia, tampak tersenyum dan tampak senang
selama menjalani perawatan di RS
Beri tanda ceklis pada kolom ya / tidak, kalau tindakan dilakukan sesuai proses
beri tanda ceklis di kolom ‘ya’, jika tidak dilakukan beritanda ceklis di kolom
‘tidak’.
Evaluasi struktur :
1. Alat-alat yang digunakan lengkap √
2. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana √
Evaluasi proses
1. Terapi dapat berjalan dengan lancar √
2. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan √
baik
3. Tidak adanya hambatan saat melakukan √
terapi
4. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama √
dan bekerja sesuai tugasnya
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak
dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi
poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor
keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak
hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak.Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus
melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Selemba Medika
Dayani, N. E., Budiarti, L. Y., Lestari, D. R., (2015). Treapi Bermain ClayTerhadap
Mangkkurat.
Medika.
Internet.http://klinis.wordpress.com/2007/08/30/penerapan-terapi-bermain-bagi-
penyandang-autisme-1/.