Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat
gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan
tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun di rumah
(Isaac, 2005). Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan
masa dewasa. ADHD adalah salah satu alasan dan masalah kanak-kanak yang
paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk diperiksa oleh para professional
kesehatan mental. Konsensus pendapat professional menyatakan bahwa kira-kira
3,05% atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah
sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat
hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan
bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang
berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di beberapa negara lain,
penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia.
Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan
di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena
bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk
Indonesia sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif
cenderung meningkat (Pikiran rakyat, 2009).
Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak ADHD
di Indonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita
ADHD. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik ataupun
pengaruh lingkungan yang lain, seperti pengaruh alkohol pada kehamilan,
kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu makanan, dll (Baihaqi, 2006).

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ADHD ?
2. Bagaimana etiologi ADHD ?
3. Apa saja klasifikasi ADHD ?
4. Bagaimana patofisiologi ADHD ?
5. Apa ciri-ciri anak hiperaktif ?
6. Bagaimana manifestasi klinik ADHD ?
7. Apa pemeriksaan penunjang ADHD ?
8. Bagaimana penatalaksanaan ADHD ?
9. Bagaimana pengkajian ADHD ?
10. Apa saja masalah keperawatan ADHD ?
11. Bagaimana intervensi keperawatan ADHD ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang Konsep asuhan keperawatan pada
anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang :
a. Definisi ADHD
b. Etiologi ADHD
c. Klasifikasi ADHD
d. Patofisiologi ADHD
e. Ciri-ciri Anak Hiperaktif
f. Manifestasi Klinik ADHD
g. Pemeriksaan Penunjang ADHD
h. Penatalaksanaan ADHD
i. Pengkajian ADHD
j. Masalah Keperawatan ADHD
k. Intervensi Keperawatan ADHD
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)


ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah kelainan
hiperaktivitas kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan
dikarakteristikkkan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian, impulsive
dan hiperaktif (Baihaqi, 2006).
ADHD adalah gangguan neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada
anak sejak kecil. Anak ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD
karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai
ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar,
2009). ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas
motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan
cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak
bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang
tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering
digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat
keributan (Nelson, 1999).

B. Etiologi
Pandangan-pandangan serta pendapat–pendapat mengenai asal usul,
gambaran-gambaran, bahkan mengenai realitas daripada gangguan ini masih
berbeda-beda serta dipertentangkan satu sama lainnya. Beberapa orang
berkeyakinan bahwa gangguan tersebut mungkin sekali timbul sebagai akibat dari
gangguan-gangguan di dalam neurokimia atau neurofisiologi susunan syaraf pusat.
Istilah gangguan kekurangan perhatian merujuk kepada apa yang oleh banyak
orang diyakini sebagai gangguan yang utamanya. Sindroma tersebut diduga
disebabkan oleh faktor genetik, pembuahan ataupun racun, bahaya–bahaya yang

3
4

diakibatkan terjadinya prematuritas atau immaturitas, maupun rudapaksa, anoksia


atau penyulit kelahiran lainnya (Wong, 2008).
Telah dilakukan pula pemeriksaan tentang temperamen sebagai kemungkinan
merupakan faktor yang mempermudah timbulnya gangguan tersebut,
sebagaimana halnya dengan praktek pendidikan serta perawatan anak dan
kesulitan emosional di dalam interaksi orang tua dan anak yang bersangkutan.
Sampai sekarang tidak ada satu atau beberapa faktor penyebab pasti yang tidak
dapat diperlihatkan.
Menurut Wong (2008) untuk sementara banyak pendapat yang mengungkapkan
bahwa anak yang hiperaktif memiliki pencetus antara lain :
1. Faktor Genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga
dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara
yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat
pada anak kembar. Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu XYY,
kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur.
2. Faktor Neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal,
persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia
dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-
faktor seperti bayi berat lahir rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok
dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya
perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuorologi yang
sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu
neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif
yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi
menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak
hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-
limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
5

3. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki
potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar
timah dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan
mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan
calon anak hiperaktif.
4. Faktor Kultural dan Psikososial
a. Pemanjaan
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu
manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak
yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi
kebutuhannya.
b. Kurang disiplin dan pengawasan
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya,
sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk
berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat
sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan
sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah maupun di
masyarakat.
c. Kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya
akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik
agak berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.

C. Klasifikasi
Menurut Nelson (2008) berikut ini merupakan klasifikasi dari Attention Deficit
Hyperactivity Disorder sebagai berikut:
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
6

Dalam tipe ini, anak sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak
hiperaktif atau impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini
kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat
digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.Tidak bisa diajak bicara
atau menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa
dan kacau.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsif
Anak-anak dalam tipe ini menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan
impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada
anak- anak kecil.Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu energik,
lari ke sana kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara,
berisik. Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja
bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi
yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia menampakkan tidak perhatian,
tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran.
3. Tipe gabungan
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.
Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini
mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas dan
mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah,
mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif.

D. Patofisiologi
Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang
meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan
biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta yang
mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan yang baik
terhadap pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat perangsangan
yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka,
7

sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur


dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial-potensial yang diakibatkan
secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor
tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian
mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta
perawatan, maka angka–angka laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta
penilaian yang diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang
lebih baik (Paternotte Arga, 2010).

E. Ciri-ciri Anak Hiperaktif


Menurut Nelson (1999) berikut ini merupakan ciri-ciri dari ADHD diantaranya
sebagai berikut :
1. Ciri utama anak yang menderita ADHD, yaitu:
a. Tidak ada perhatian
Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau ketidak mampuan untuk
berkonsentrasi pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran.
Dan sering tidak mendengarkan perkataan orang lain.
b. Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak
mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.
c. Impulsif
Sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur
pekerjaannya, bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke
jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara
tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.
d. Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap
penentang/pembangkang atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita
akan marah jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun
tak berhenti. Penolakannya juga bisa ditunjukkan dengan sikap cuek.
8

e. Destruktif
Perilakunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego
misalnya, anak aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego
tersusun rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah
menghancurkan mainan lego yang sudah tersusun rapi. Terhadap barang-
barang yang ada di rumah, seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan
anak untuk menghancurkannya juga sangat besar. Oleh karena itu, anak
hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah dipegang
dan mudah rusak.
f. Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik
ke atas kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain
peran sebagai Superman. Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia
hanya naik dan turun kursi saja.
g. Tidak sabar dan usil
Yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak
mau menunggu giliran. “Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang
sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,”
komentar Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun seringkali mengusili
temannya tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong,
menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat
anak melakukan hal seperti itu.
h. Intelektualitas rendah
Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di
bawah rata-rata anak normal. Mungkin karena secara psikologis mentalnya
sudah terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.
2. Ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :
a. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering
menggeliat.
b. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
9

c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak
selayaknya.
d. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
e. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya
tidak pernah habis.
f. Sering terlalu banyak bicara.
g. Sering sulit menunggu giliran.
h. Sering memotong atau menyela pembicaraan.
i. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap
apatis terhadap lawan bicaranya).

F. Manifestasi Klinik
Menurut Paternotte Arga (2010) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat
ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :
1. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-geliat.
2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
3. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
4. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau
keadaan di dalam suatu kelompok
5. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan
6. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
7. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau
aktivitas-aktivitas bermain
8. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan
lainnya
9. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
10. Sering berbicara secara berlebihan.
11. Sering menyela atau mengganggu orang lain
10

12. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan
kepadanya
13. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya
tanpa melihat-lihat).

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Baihaqi (2006) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan
ADHD antara lain :
1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid
yang memperberat masalah.
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak
organic.
3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar
dan mengkaji responsivitas sosial dan perkembangan bahasa.
4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik
(misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain,
infeksi SSP).

H. Penatalaksanaan
Menurut Paternotte Arga (2010) penatalaksanaan pada anak ADHD antara lain :
1. Keperawatan
a. Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang
mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan
rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan
akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, suatu penjelasan yang
terang mengenai keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua
orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.
11

b. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur


menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu,
dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.
c. Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah
dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah
bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan
keras
d. Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara
menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan
yang keras dan jungkir balik.
e. Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa,
barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
f. Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu,
dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda
sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.
2. Medis
a. Terapi farmakologi
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami
gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah
dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta fenotiazin. obat
tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih sedikit. Cara
bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan mengadakan modifikasi
di dalam gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian,
konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan mereka berikan
terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka biasanya
diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-
3 minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan
apakah akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
12

b. Dosis
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya
memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur
penderita.
1) Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia
masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap
dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta
pada waktu makan siang. Jika tidak ada respon yang diberikan maka dosis
di naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak
yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam.
Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis
sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari.
Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini
sudah berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam
rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang
diharapkan.
2) Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan
(showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg
dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya
membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi.
Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara
10-20 mg/jam
3) Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar
18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah tablet/minggu.
Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk menetapkan
keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat tersebut adalah
berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot yang
meningkat.
13

4) Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang


bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta
distonia.
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas
adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta
sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka terhadap celaan ataupun
hukuman, detak jantung yang meningkat serta penekanan pertumbuhan. Jika
terjadi hal demikian maka pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan
obat-obatan perlu dihentikan.

I. Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau
usia anak antara lain
1. Neonatus (0-28 hari)
a. Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?
b. Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?
c. Bagaimana kemampuan menghisap ?
d. Kapan mulai mengangkat kepala ?
e. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau
tangan) ?
f. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap su`ra
atau bel) ?
g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan
mulai menatap muka untuk mengenali seseorang ?
2. Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)
a. Bayi usia 1-4 bulan.
Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala
saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk
dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi
14

berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring


terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai
kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan) ?
1) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu
objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang
benda dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas,
memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan,
menagan benda di tangan walaupun hanya sebentar) ?
2) Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan
tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu
mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan
atau berekasi dengan mengoceh) ?
3) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati
tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak
tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman,
pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, walaupun tidur
dalam eshari lebih sedikit dari waktu terharga, membentuk siklus tidur
bangun, menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-
wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-wajah yang
dikenalnya, diam saja apabila ada orang asing) ?
b. Bayi Umur 4-8 bulan
1) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup
pada alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan
gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai
mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri , sudah mulai mampu duduk
dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan
kepala tegak, menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan
menumpu pada lengan, berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari
terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu
singkat) ?
15

2) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai


mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memegang, mengeksplorasi benda yangs edang dipegang, mengambil
objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua
tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu
kesatuan, memindahkan obajek dari satu tangan ke tangan yang lain) ?
3) Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan bunyi
atau kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber bunyi,
tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak,
menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat
dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?
4) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa
terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan
kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul dengan
lengan dan kaki jika sedang kesal)?
c. Bayi Umur 8-12 bulan
1) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik
dan berdiri sendiri) ?
2) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan
meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu
mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari,
membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)?
3) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai mengatakan
papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan
spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?
4) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya
kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum
dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau
lainnya dengan orang) ?
16

3. Masa Toddler
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah
dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan
dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba
menyusun atau membuat menara pada kubus)?
c. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki sepuluh
perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif
terhadap orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu
mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan lambaian anggota
badan) ?
d. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu
kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba
memakai baju) ?
4. Masa Prasekolah (Preschool)
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk
berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki,
berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan
dan berjalan dengan bantuan) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : kemampuan
menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih
ogaris yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan
jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan
tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan
sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan
bantuan, makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu menyebutkan
empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan
benda, menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan,
mengerti beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan bunyi ,
17

mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan berbagai bunyi kata,


memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang
anggota keluarga dekat) ?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain dengan
permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan
sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan
terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga) ?
5. Masa school age
a. Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah ?
b. Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah ?
c. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan
lingkungan sekolah) ?
d. Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ?
e. Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?
f. Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman
sekolah ?
g. Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak ?
h. Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah ?
6. Masa adolensence
a. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami
secara mandiri ?
b. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap
perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ?
c. Bagaimana kematangan identitas seksual ?
d. Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai
remaja ?
e. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di
rumah (misalnya membersihkan rumah,memasak) ?
18

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt


Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain :
1. Pengkajian riwayat penyakit
a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak
berusia todler atau masuk sekolah atau day care.
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang
utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif
atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu
menghadapi perilaku anak.
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan
anak atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak
berhasil.
2. Penampilan umum dan perilaku motorik
a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-
goyang saat mencoba melakukannya.
b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain
dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum
pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah
dikatakan.
d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik
yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya
3. Mood dan Afek
a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper
tantrum.
b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
19

c. Anak tampak terdorong untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan
dan kemarahan
4. Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji
anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan
5. Sensorium dan proses intelektual
a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau
persepsi seperti halusinasi.
b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau
3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya
tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau
tidak dapat berhenti memikirkan sesuatu.
e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang
mampu menyelesaikan tugas
6. Penilaian dan daya tilik diri
a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk
dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif,
seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama
sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
20

f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di
sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan
perilaku mereka sendiri
7. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum
harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak
teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka
biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri
sebagai orang yang buruk dan bodoh
8. Peran dan hubungan
a. Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara akademik maupun
sosial.
b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan
perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan
diterapi.
d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan
yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara
fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki
keluarga.
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh
atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami
ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan
waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan.
21

Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah
yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga
ada riwayat cedera fisik.

J. Masalah Keperawatan
Menurut NANDA (2015) berikut ini merupakan masalah keperawatan dari
Attention Deficit Hyperactivity Disorder diantaranya sebagai berikut :
1. Risiko cedera
Faktor risiko :
a. Eksternal
1) Agens nosokomial
2) Gangguan fungsi kognitif
3) Gangguan fungsi psikomotor
4) Hambatan fisik (mis.,desain struktur, pengetahuan, komunitas,
pengembangan, peralatan)
5) Hambatan sumber nutrisi (mis.,vitamin, tipe makanan)
6) Moda transportasi tidak aman
7) Pajanan pada kimia toksik
8) Pajanan pada patogen
9) Tingkat imunisasi di komunitas
b. Internal
1) Disfungsi biokimia
2) Disfungsi efektor
3) Disfungsi imun
4) Disfungsi integrasi sensorik
5) Gangguan mekanisme pertahanan primer (mis.,kulit robek)
6) Gangguan orientasi afektif
7) Gangguan sensasi (akibat dari cidera medulla spinalis, diabetes mellitus,
dll)
8) Hipoksia jaringan
22

9) Malnutrisi
10) Profil darah yang abnormal
11) Usia eksterm
2. Ansietas (sedang sampai berat)
a. Perilaku
1) Agitasi
2) Gelisah
3) Gerakan ekstra
4) Insomnia
5) Kontak mata yang buruk
6) Melihat sepintas
7) Mengekspresikan kekhawatiran
8) Penurunan produktivitas
9) Perilaku mengintai
10) Tampak waspada
b. Afektif
1) Berfokus pada diri sendiri
2) Distress
3) Gelisah
4) Gugup
5) Kesedihan yang mendalam
6) Ketakutan
7) Menggemerutukkan gigi
8) Menyesal
9) Peka
10) Perasaaan tidak adekuat
11) Putus asa
12) Ragu
13) Sangat khawatir
14) Senang berlebihan
23

3. Gangguan pola tidur


Batasan karakteristik :
a. Kesulitan jatuh tertidur
b. Ketidakpuasan tidur
c. Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
d. Penurunan kemampuan berfungsi
e. Perubahan pola tidur normal
f. Sering terjaga tanpa jelas penyebabnya
4. Koping defensive
Batasan karakteristik
a. Distorsi realitas
b. Hipersensitif terhadap ejakan atau penghinaan
c. Hipersensitif terhadap kritik
d. Kesulitan membina hubungan
e. Kesulitan memelihara hubungan
f. Kurang partisispasi dalam therapy
g. Menghina orang lain
h. Menyengkal kelemahan yang terjadi
i. Menyangkal masalah yang terjadi
j. Perubahan dalam uji realitas
k. Proyeksi menyalahkan diri
l. Proyeksi tanggung jawab
m. Rasionalisasi kegagalan
n. Sedikit pertisipasi dalam menjalani pengobatan
o. Sikap superior terhadap orang lain
p. Tertawa menghina
q. Waham kebesaran
24

K. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Risiko cedera Setelah dilakukan tindakan a. Observasi perilaku anak secara a. Anak-anak pada resiko tinggi
keperawatan selama 3 x 24 sering. Lakukan hal ini melalui untuk melakukan pelanggaran
jam Anak tidak akan melukai aktivitas sehari-hari dan interaksi memerlukan pengamatan yang
diri sendiri atau orang lain untuk menghindari timbulnya seksama untuk mencegah
dengan kriteria hasil : rasa waspada dan kecurigaan. tindakan yang membahayakan
a. Darurat dipertahankan bagi diri sendiri atau orang lain.
pada tingkat di mana b. Bantu anak mengenali kapan b. Informasi tentang sumber
pasien merasa tidak perlu kemarahan terjadi dan untuk tambahan dari marahan, respon
melakukan regresi. menerima perasaan-perasaan perilaku dan persepsi anak
b. Anak mencari staf untuk tersebut sebagai miliknya sendiri. terhadap situasi ini harus dicatat.
mendiskusikan perasaan- Apakah anak telah menyimpan Diskusikan apapun data dengan
perasaan yang sebenarnya. suatu: buku catatan kemarahan anak anjurkan juga respon-respon
c. Anak mengetahui, “dimana catatan yang dialami perilaku alternatif yang
mengungkapkan dan dalam 24 jam disimpan”. diidentifikasi sebagai maladaptif.
menerima kemungkinan c. Usahakan untuk bisa tetap c. Hadirnya seseorang yang dapat
konsekuensi dari perilaku bersama anak jika tingkat dipercaya memberikan rasa aman.
maladaptif diri sendiri. kegelisahan dan tegangan mulai

24
25

meningkat.
d. Arahkan perilaku kekerasan fisik
untuk ansietas anak (mis. d. Ansietas dan tegangan dapat
Kantung pasien untuk latihan diredakan dengan aman dan
tinju, jogging, bola voli). dengan adanya manfaat untuk
e. Kolaborasi dengan keluarga anak dengan cara ini.
untuk mengamakan terkait benda- e. Keamanan fisik anak adalah
benda yang berbahaya dari prioritas dari keperawatan.
lingkungan anak.
2. Ansietas Setelah dilakukan tindakan a. Bentuk hubungan kepercayaan a. Kejujuran, ketersediaan dan
keperawatan selama 3 x 24 dengan anak. Bersikap jujur, penerimaan meningkatkan
jam Anak mampu untuk konsisten di dalam berespons dan kepercayaan pada hubungan anak
mempertahankan ansietas di siap. Tunjukkan rasa hormat yang dengan staf atau perawat.
bawah tingkat sedang, positif dan tulus.
sebagaimana yang ditandai b. Sediakan aktivitas-aktivitas yang b. Tegangan dan ansietas dilepaskan
oleh tidak adanya perilaku- diarahkan pada penurunan dengan aman dan dengan manfaat
perilaku yang tidak mampu tegangan dan pengurangan untuk anak melalui aktivitas-
dalam menanggapi terhadap ansietas(misalnya berjalan atau aktivitas fisik.
stres. joging, bola voli, latihan dengan
musik, pekerjaan rumah tangga,

25
26

permainan-permainan kelompok.
c. Berikan sentuhan menyenangkan
untuk anak. Bagaimanapun juga c. Sebagaimana ansietas dapat
anak harus berhati-hati terhadap membantu mengembangkan
penggunaan. kecurigaan pada beberapa
individu yang dapat salah
menafsirkan sentuhan sebagai
d. Anjurkan anak untuk suatu agresi.
mengidentifikasi perasaan- d. Anak-anak cemas sering menolak
perasaan yang sebenarnya dan hubungan antara masalah-
untuk mengenali sendiri masalah emosi dengan ansietas
perasaan-perasaan tersebut mereka. Gunakan mekanisme-
padanya. mekanisme pertahanan projeksi
dan pemindahan yang dilebih-
e. Kolaborasi dengan dokter dalam lebihkan.
pemberian obat penenang sesuai e. Obat-obatan terhadap ansietas
dengan yang diperintahkan. Kaji (misalnya diazepam,
untuk keefektifitasannya, dan beri klordiasepoksid, alprazolam)
petunjuk kepada anak mengenai memberikan perasaan lega
kemungkinan efek-efek samping terhadap efek-efek yang tidak

26
27

yang memberi pengaruh berjalan dari ansietas dan


berlawanan. mempermudah kerjasama anak
dengan terapi.

3. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan a. Observasi pola tidur anak, catat a. Masalah harus diidentifikasi
tidur keperawatan selama 2 x 24 kondisi-kondisi yang menganggu sebelum bantuan dapat diberikan.
jam Anak mampu untuk tidur.
b. Ansietas yang dirasakan oleh
mencapai tidur tidak b. Kaji gangguan-gangguan pola
anak dapat mengganggu pola
terganggu selama 6 sampai 7 tidur yang berlangsung
tidur anak sehingga perlu
jam setiap malam dengan berhubungan dengan rasa takut
diidentifikasi penyebabnya.
kriteria hasil : dan ansietas-ansietas tertentu.
c. Sarana-sarana ini meningkatkan
a. Anak mengungkapkan c. Berikan sarana perawatan yang
relaksasi dan membuat bisa tidur.
tidak adanya gangguan- membantu tidur (misalnya: gosok
gangguan pada waktu punggung, latihan gerak relaksasi
tidur. dengan musik lembut, susu
b. Tidak ada gangguan- hangat dan mandi air hangat).
gangguan yang dialami d. Buat jam-jam tidur yang rutin, d. Tubuh memberikan reaksi
oleh perawat. hindari terjadinya deviasi dari menyesuaikan kepada suatu
c. Anak mampu untuk mulai jadwal ini. siklus rutin dari istirahat dan
tidur dalam 30 menit dan aktivitas.

27
28

tidur selama 6 sampai 7 e. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam e. Kafein adalah stimulan SSP yang
jam tanpa terbangun. pemberian makanan dan dapat mengganggu tidur.
minuman yang mengandung
kafein dihilangkan dari diet anak.
4. Koping Setelah dilakukan tindakan a. Kenali dan dukung kekuatan- a. Memfokuskan pada spek-aspek
defensif keperawatan selama 2 x 24 kekuatan ego dasar. positif dari kepribadian dapat
jam Anak akan membantu untuk memperbaiki
mendemonstrasikan konsep diri.
kemampuan untuk b. Beri semangat kepada anak untuk b. Identifikasi masalah adalah
berinteraksi dengan orang menteahui dan mengungkapkan langkah pertama pada proses
lain tanpa menjadi defensif, dan bagaimana perasaan ini perubahan ke arah resolusi.
perilaku merasionalisasi atau menimbulkan perilaku defensif,
mengekspresikan pikiran seperti menyalahkan oprang lain
waham kebesaran dengan karena prilakunya sendiri.
c. Umpan balik positif
kriteria hasil : c. Beri dengan segera umpan balik
meningkatkan harga diri dan
a. Anak mengungkapkan dan positif untuk perilaku-perilaku
memberi semangat untuk
menerima tanggung jawab yang dapat diterima.
mengulangi perilaku-perilaku
terhadap perilakunya
yang diinginkan.
sendiri.
d. Keberhasilan akan meningkatkan
b. Anak mengungkapkan d. Membantu anak untuk

28
29

korelasi antara perasaan- menetapkan sasaran-sasaran yang harga diri.


perasaan realistis, konkret dan
ketidakseimbangan dan membutuhkan tindakan-tindakan
kebutuhan untuk yang cocok untuk mencapai
mempertahankan ego sasaran-sasaran ini.
melalui rasionalisasi dan e. Evaluasi dengan anak keefektifan e. Karena keterbatasan kemampuan
kemuliaan. perilaku-perilaku yang baru dan untuk memecahkan masalah,
c. Anak tidak menertawakan diskusikan adanya perubahan bantuan mungkin diperlukan
atau mengkritik orang untuk perbaikan. untuk mengatur kembali dan
lain. mengembangkan strategi baru,
d. Anak berinteraksi dengan pada kondisi di mana metode-
orang lain dengan situasi- metode koping baru tertentu
situasi kelompok tanpa terbukti tidak efektif.
bersikap defensif.

29
30

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan yang berupa kurangnya perhatian dan kiperaktivitas atau yang
lebih dikenal dengan Attention Deficits Hiperactivity Disorder (ADHD) dapat kita
temui dalam banyak bentuk dan perilaku yang tampak. Sampai saat ini ADHD
masih merupakan persoalan yang kontroversial dan banyak dipersoalkan di dunia
pendidikan. Beberapa bentuk perilaku yang mungkin pernah kita lihat seperti:
seorang anak yang tidak pernah bisa duduk di dalam kelas, dia selalu bergerak;
atau anak yang melamun saja di kelas, tidak dapat memusatkan perhatian kepada
proses belajar dan cenderung tidak bertahan lama untuk menyelesaikan tugas; atau
seorang anak yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke
hal lain.
ADHD sendiri sebenarnya adalah kondisi neurologis yang menimbulkan
masalah dalam pemusatan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas, dimana tidak
sejalan dengan perkembangan usia anak. Jadi disini, ADHD lebih kepada
kegagalan perkembangan dalam fungsi sirkuit otak yang bekerja dalam
menghambat monitoring dan kontrol diri, bukan semata-mata gangguan perhatian
seperti asumsi selama ini. Hilangnya regulasi diri ini mengganggu fungsi otak
yang lain dalam memelihara perhatian, termasuk dalam kemampuan membedakan
reward segera dengan keuntungan yang akan diperoleh di waktu yang akan datang
(Barkley, 1998).
Anak-anak dengan ADHD biasanya menampakkan perilaku yang dapat
dikelompokkan dalam 2 kategori utama, yaitu: kurangnya kemampuan
memusatkan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas. Penyebab ADHD yang
tepat belum diketahui dengan jelas, sering dianggap 'disfungsi otak minimal',
karena percaya ada kerusakan ringan pada otak. Mereka menemukan bahwa
struktur yang menghubungkan kedua belahan otak dan daerah yang

30
31

mengendalikan ingatan (memori) serta emosi berukuran lebih kecil pada penderita
ADHD.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi dikemudian hari. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
32

DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi, Sugiarmin. (2006). Memahami dan membantu anak ADHD. Bandung : PT


Refika Aditama
Wong donna. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik vol 1 & vol 2. Jakarta : EGC
Nelson. (1999). Ilmu kesehatan anak vol. 1. Jakarta : EGC
Paternotte Arga. (2010). ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Jakarta :
Prenada

Anda mungkin juga menyukai