Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN MASALAH ANSIETAS (KECEMASAN)”

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA


“ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH
ANSIETAS (KECEMASAN)”

Dosen Pembimbing: Hj. Siti Sholikhah, S.Kep, Ns., M.Kes

Disusun Oleh : (4A Keperawatan)

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN


TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nyalah, kami selaku penulisan makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH ANSIETAS (KECEMASAN)” yang
mana makalah ini sebagai salah satu seminar, Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Maka dengan terselesainya makalah ini, kami selaku penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada:
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep. M. Kes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris, S. Kep, Ns. M. Kes, selaku ketua prodi S1 KEPERAWATAN STIKES
Muhammadiyah Lamongan.
3. Hj. Siti Sholikhah, S.Kep, Ns., M. Kes selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I.
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat
digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Lamongan, 19 April 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ............................................................................................ 3
2.2 Etiologi ............................................................................................. 3
2.3 Klisifikasi Ansietas .......................................................................... 5
2.4 Manifestasi Klinis ............................................................................ 6
2.5 Patofisiologi .................................................................................... 8
2.6 Penatalaksanaan ............................................................................... 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ...................................................................................... 11
3.2 Pohon Masalah ............................................................................... 17
3.3 Diagnosa Keperawatan................................................................... 17
3.4 Perencanaan.................................................................................... 18
BAB IV PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan .................................................................................... 23
4.2 Saran ............................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari
perubahan tersebut merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang
tidak bisa bertahan dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan
sebagai stressor yang berkepanjangan, koping individu yang tidak efektif
menjadikan seseorang mengalami gangguan secara psikologis. Menurut
Organisasi kesehatan dunia (WHO), bahwa 10% dari populasi mengalami
gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan dari hasil studi bank dunia dan hasil
survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan bahwa penyakit yang merupakan
akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang merupakan angka tertinggi
dibanding prosentase penyakit lain.
Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa gangguan mental
emosional (depresi dan kecemasan) di alami oleh sekitar 11,6% populasi usia di
atas 15 tahun sedangkan sekitar 0,48% populasi mengalami gangguan jiwa berat
atau psikosis (Depkes, 2012). Gangguan ansietas lebih sering di alami oleh wanita
individu berusia kurang dari 45 tahun, bercerai atau berpisah, dan individu yang
berasal dari status sosial – ekonomi rendah (Videbeck. 2008)

1.2 Rumusan Masalah


- Apa definisi dari ansietas?
- Apa etiologi dari ansietas?
- Apa saja klasifikasi ansietas?
- Apa manifestasi klinis dari ansietas?
- Bagaimana patofisiologi ansietas?
- Bagaimana penatalaksanaan ansietas?
- Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien ansietas?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari ansietas
2. Untuk mengetahui etiologi ansietas
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari ansietas
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ansietas
5. Untuk mengetahui patofisiologi ansietas
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan ansietas
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan
pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan
gangguan fungsi yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut (Tomb. Dafit A 2003)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan
dikomunikasikan secaar interpersonal. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual terhadap
bahaya. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di dukung
oles situasi ( Videbeck. 2008)
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan
Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-
spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan
satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan
yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri.
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005)
aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju
perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut
perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.

2.2 Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan
gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008).
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda,
seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat
pada orang lain.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
 Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan oleh norma budaya, sedangakan ego di gambarkan sebagai mediator
antara tuntunan dari id dan super ego
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di
inginkan.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasa di temui dalam suatu keluarga.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus untuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-
asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme
biologis yang berhubungan dengan ansietas.
 Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
- Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah
dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
- Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

2.3 Klasifikasi Ansietas


 Tingkatan Ansietas :
- Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Menyebabkan individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan
lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.
- Ansietas Sedang
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi
individu. Sehingga individu mengalami tidak perhatian yang selektif
namun dapat lebih berfokus pasda area jika diarahkan untuk
melakukannya.
- Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada
sesuatu yang rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang
lain. Semua perilaku ditujukkan untuk mengurangi ketegangan.
Individu memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada hal lain.
- Tingkat Panik dari Ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan
arahan, karena mengalami kehilangan kendali.
 Rentang respon ansietas :

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat, dan ansietas panik.
1) Ansietas Ringan
a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
b. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta waspada.
c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
- Respon Ansietas Ringan
a. Fisiologis
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung,
muka berkerut dan bibir bergetar.
b. Kognitif
Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara
efektif.

c. Perilaku dan Emosi


Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang
meninggi.
2) Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun,
individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dn
mengesampingkan hal lain.
 Respon Ansietas Sedang
a. Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi, gelisah
b. Kognitif
a. Lapang persepsi menyempit
b. Rangsang luar tidak mampu diterima
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
c. Perilaku dan Emosi
b. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
c. Bicara banyak & lebih cepat
d. Susah tidur
e. Perasaan tidak aman
3) Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain.
Individu tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan/ tuntunan.
 Respon Ansietas Berat
a. Fisiologis
Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan.
b. Kognitif
- Lapang persepsi sangat sempit
- Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Perilaku dan Emosi
- Perasaan ancaman tinggi
- Verbalisasi cepat
- Blocking
4) Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi
dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/
tuntunan
 Respon Ansietas Panik
a. Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, koordinasi motorik rendah.
b. Kognitif
- Lapang pandang persepsi sangat sempit
- Tidak dapat berpikir logis
c. Perilaku dan Emosi
- Agitasi mengamuk dan marah
- Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking
- Kehilangan diri kendali/ kontrol diri
- Persepsi kacau

2.5 Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1) Bayi/anak-anak
- Berhubungan dengan perpisahan
- Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
- Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2) Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
- Perkembangan seksual
- Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3) Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
- Kehamilan
- Menjadi orang tua
- Perubahan karir
- Efek penuaan

2. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
- Penurunan sensori
- Penurunan motorik
- Masalah keuangan
- Perubahan pada masa pension

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2) Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak
(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti
cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3) Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4) Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya
ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang
tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
3. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan keperawatan pada Gangguan Ansietas (Cemas)


3.1.1 Pengkajian
Dalam bagian ini perawat harus dapat memahami dan menangani pasien
yang mengalami diagnosis keperawatan ansitas, baik menggunakan cara
individual maupun kelompok. Bagian ini juga memberikan pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga pasien dengan
kecemasan.
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif
dan di komunikasikan secaar interpersonal.
Adapun tanda dan gejala dari ansietas:
a. Perilaku gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Kurang koordinasi
e. Cenderung mengalami cedera
f. Menarik diri dari hubungan interpersonal
g. Kreativitas menurun

1) Data dasar
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang,
status sosial ekonomi, adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual,
sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan
keperawatan yang sesuai.
a. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, alamat,nomor register, diagnosa medis, sumber biaya,
dan sumber informasi). Terjadi pada semua umur baik laki-laki
maupun perempuan.
b. Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang
digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien).
2) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi
terjadinya ansietas:
a. Panik
b. Ketegangan menghadapi sesuatu
c. Kurang percaya diri
d. Ketakutan kehilangan
e. Preoperasi
f. Obsesius
Menurut beberapa teori terjadinya faktor predisposisi, yaitu:
a. Teori Psikoanalisa
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2
elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen
yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan,
yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami
harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
d. Kondisi keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang
pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
e. Keadaan Biologis
Keadaan biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor
khususuntuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA),
yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas
3) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
4) Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping sbb:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari
dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik
tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk
mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan,
Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi
untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas dan bersifat maladaptif.
5) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya
gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan.
Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan
tingkat kecemasan.
Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
a. Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah
meningkat, rasa ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut
nadi menurun.
b. Sistem respirasi: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada,
napas dangkal, sensasi tercekik.
c. Neuromuskuler: reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-
kedip, insomnia, kelemahan umum.
d. GI: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman
pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
e. Perkemihan: sering berkemih
f. Kulit: berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada
kulit, wajah pucat.
Respon perilaku meliputi: motorik, afektif, dan kognitif.

6) Data yang perlu di kaji


a. Data subyektif:
Klien mengatakan: perasaan saya gelisah, berdebar-debar, sering
berkemih, mengalami ketegangan fisik, panik, tidak dapat
konsentrasi, tidak percaya diri.
b. Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering
mondar-mandir sambil berbicara sendiri atau berbicara kepada
orang lain tetapi tidak di respon, menarik diri dari lingkungan
interpersonal.
7) Status kesehatan mental
a. Kebenaran data:
Apakah semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan
apa yang disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan
rumah.
b. Status sensorik:
Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan pengecapan dan perabaan.
c. Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya.
Klien sering melamun, menyendiri, senyum sendiri karena
mendengar sesuatu,atau kadang-kadang mata menatap tajam
seperti mengawasi sesuatu.
d. Status motorik
Motorik kasar: cara klien berjalan, berpakaian, dan berbicara
apakah masih terkontrol atau tidak.
Motorik halus : misalnya Klien mampu menulis, menggenggam
sesuatu, memasukan kancing ke dalamlubang kancing tanpa
tremor.
e. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang di ungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut
tertawa.
f. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada di sekitarnya, Klien mengetahui
tentang waktu.
g. Ingatan
Apakah Klien masih mengingat apa yang di alaminya selama ini,
Apakah klien kehilangan sebagaian memori yang di ingatnya.

3.1.1.1 Pengkajian psikologis


a. Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa. Ekspresi muka
tampak datar. Saat berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan
perawat dengan jawaban sejelas-jelasnya. Apakah Perasaan klien saat
ini cukup baik.
b. Konsep diri
Tanyakan apa yang di inginkan oleh kilen, pandangan hidup yang
bertentangan, menarik diri dari realitas dll.
c. Gaya komunikasi
Apakah klien berbicara secara santai, sulit di ajak berkomunikasi
dll.Perhatikan juga ekspresi nonverbal saat berinteraksi tampak serius
dan antusias, ada kontak mata.
d. Pola interaksi
Bagaimana cara klien berinteraksi dengan perawat, dengan anggota
keluarga yang lain di rumah.
e. Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih
suka berdiam diri di kamar, melamun. Klien mengatakan tidak

3.1.1.2 Pengkajian sosial


a. Pendidikan dan pekerjaan
b. Hubungan sosial
c. Faktor sosial budaya
d. Gaya hidup

3.2 Pohon Masalah


Gangguan pola tidur
Resiko mencederai DS, dan orla
R. Gg. Persepsi Sensori dan Audiotori : Halusinasi
Resiko perilaku kekerasan
Mudah lelah
Intoleransi aktivitas
Defisit perawatan diri
Koping Individu Tak Efektif
Ansietas (Core problem)

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain berhubungan denganansietas
2. Ansietas berhubungan dengan koping individu tak efektif.
3.4 Perencanaan
Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional
Resiko TUM: 1. Melihat/observasi 1. Intervensi diperlukan
mencederai Klien menahan ada tidaknya jika klien melakukan
diri sendiri diri untuk tidak perilaku kekerasan. tindak kekerasan
dan orang lain membahayakan terhadap diri sendiri
b.d ansietas diri dan orang dan orang lain.
lain. 2. Diskusikan ansietas, 2. Ansietas hebat sering
TUK 1: perasaan, dan kali mengakibatkan
Klien bagaimana hilangnya kontrol diri
mengatakan peningkatan dan sering
perasaan agresif ketegangan dapat menimbulkan
tetapi tidak menyebabkan tindakan permusuhan.
melakukannya permusuhan.
3. Bantu merawat diri 3. Membicarakan
dengan cara tentang rasa marah
mengikuti akan menurunkan
kecemasan. kecenderungan klien
untuk
menindaklanjuti.

TUK 2 : 1. Bantu klien untuk 1. Identifikasi dini


Klien mengidentifikasi terhadap peningkatan
memperagakan isyarat yang ketegangan dapat
keterampilan mengindikasikan mencegah klien
koping yang peningkatan frustasi kehilangan kontrol
sesuai untuk yang dapat dan melukai diri
mengatasi menimbulkan sendiri dan orang lain
distres yang prilaku merusak
hebat.

2. Dorong klien untuk 2. Kesadaran diri adalah


membentuk langkah awal untuk
kesadaran diri akan memfasilitasi kontrol
prilaku non verbal diri.
dan pernyataan
verbal yang
menunjukkan
memuncaknya
ansietas
3. Ajari klien tentang 3. Penyaluran energi
cara-cara penyaluran fisik yang nyaman
ansietas secara fisik. akan memampukan
klien mengurangi
ansietas dengan cara
yang konstruktif
4. Bantu klien 4. Keterampilan asertif
mempelajari dan ekspresi emosi
keterampilan asertif yang sesuai akan
dan ekspresi yang membantu klien
sesuai untuk menyelesaikan
emosinya yang kuat. masalah, jika masalah
tersebut muncul dan
menyebarkan
kemungkinan agresi.
5. Bersama dengan 5. Intervensi ini
klien melakukan memberi waktu
upaya kepada klien untuk
pengembangan mengatasi situasi stres
toleransi terhadap dan dapat mencegah
frustasi dan episode kekerasan.
kekecewaan.
6. Dorong klien untuk 6. Bantuan
meminta bantuan berkelanjutan
dari sumber-sumber memampukan klien
ansietas. untuk tetap berada
dalam kontrol dalam
situasi stres dan
memikul tanggung
jawab atas
perilakunya.

Ansietas TUM: 1. Dorong pasien 1. Perasaan sakit


berhubungan Klien mengungkapkan yang tidak diakui
demgan menunjukkan secara verbal adalah stressor,
koping kemampuan perasaan yang mengungkapkan
individu tak mengatasi panik kuat, tidak nyaman, perasaan yang tidak
efektif. dengan khususnya ansietas, nyaman membantu
mengurangi rasa bersalah, & meredakan stres
perilaku frustasi.
penyebab panik 2. Bantu klien 2. Sebelum klien
TUK 1: mengidentifikasi dapat memperoleh
Pasien bercerita stressor internal kendali terhadap
tentang stressor yang umumnya serangan, stressor
kehidupan, yang terjadi sebelum yang berhubungan
b.d serangan serangan. dengan panik harus
panik di masa di identifikasi.
lalu. 3. Diskusikan dan 3. Analisis stimulus
analisa situasi eksternal yang
panik dengan klien, menyertai panik
berfokus pada membantu klien
stimulus eksternal mengantisipasi dan
yang merangsang pada akhirnya
serangan. mengontrol
serangan.
4. Diskusikan 4. Klien perlu
mekanisme koping, mengetahui metode
seperti gerakan koping klien yang
fisik dan latihan dapat digunakan
nafas dalam yang untuk mengatasi
lambat, dan ansietas yang tidak
bagaimana dapat ditoleransi
mekanisme akibat serangan
panik.

TUK 2: klien 1. Ajari klien strategi 1. Memiliki


meunjukkan intuk mengatasi pengetahuan tentang
perulaku yang stressor internal cara alternatif untuk
membantu seperti ketakutan menangani stres
mengontrol atau perasaan tidak akan meningkatkan
keadaan panik menentu. kendali perilaku.
2. Ajari klien tentang 2. Keterampilan ini
cara perpindah dari memampukan klien
keadaan internal ke untuk melepas
keadaan eksternal. ansietas melalui
fokus keluar.
3. Diskusikan 3. Memfasilitasi daya
hubungan antara tilik klien kedalam
ansietas dengan hubungan antara
respon fisiologis ansietas dan gejala
yang secra khas fisik akibat serangan
ditunjukkan dalam panik.
serangan panik.

4. Bantu klien untuk


4. Klien perlu
memodifikasi
mengetahui akibat
situasi yang dapat
gejala fisiologis
dirubah.
ansieta diikuti oleh
pikiran spontan yang
mengganggu
penilaian tentang
apa yang sedang
terjadi.
5. Dorong klien 5. Mengembangkan
membentuk sistem dan menggunakan
pendukung dan sistem pendukung
mencari bantuan meningkatkan
ketika tanda dan tanggung jawab
gejala ansietas pribadi dan
muncul. pengakuan pribadi
tentang kebutuhan
memperoleh bantuan
terhadap stres.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang
masih banyak terjadi baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang
seperti Indonesia. Ansietas sendiri merupakan kekhawatiran atau keadaan
emosional yang tidak jelas, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
memiliki objek yang spesifik.
 Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas Ringan
b. Ansietas Sedang
c. Ansietas Berat
d. Tingkat Panik dari Ansietas
 Patofisiologi :
a. Bayi/ anak-anak
b. Remaja
c. Dewasa
d. Lanjut usia
 Faktor Predisposisi
- Dalam pandangan psikoanalisis
- Menurut pandangan interpersonal
- Menurut pandangan perilaku
- Kajian keluarga
- Sedangkan kajian biologis
 Faktor Presipitasi
- Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik
- Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal

4.2 Saran
Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak
berobyek, sehingga memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap lapisan
masyarakat. Langkah-langkah pencegahan tersebut dapat berupa :
- Kurikulum pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang pendidikan
- Perbaikan pelayanan kesehatan jiwa pada di setiap lapisan institusi kesehatan
- Gaya hidup yang sehat :
- Makan makan yang bergizi dan seimbang.
- Tidur yang cukup.
- Cukup olahraga.
- Tidak merokok.
- Tidak meminum minuman keras.

DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC.

Tomb, D. A. (2001). Buku Saku Psikiatri (5th ed). Jakarta : EGC.

Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan


Psikiatrik :Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan (3rd ed).
Jakarta : EGC.
Videbecek, S. L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Tomb, Davit A. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai