Anda di halaman 1dari 111

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

I DENGAN KASUS
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: GASTRITIS
DI RUANG ASOKA RSUD KONAWE SELATAN

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

SINCE
NIM. 14401 2017 00027 3

POLTEKKES KEMENKES KENDARI


JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I DENGAN KASUS
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: GASTRITIS
DIRUANG ASOKA RSUD KONAWE SELATAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma D III


Keperawatan

Oleh :

SINCE
NIM. 14401 2017 00027 3

POLTEKKES KEMENKES KENDARI


JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2018
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I DENGAN KASUS GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN: GASTRITIS DI RUANG ASOKA
RSUD KONAWE SELATAN

Yang disusun dan diajukan oleh :

SINCE
NIM. 14401 2017 00027 3

Karya Tulis ini Telah dipertahankan pada Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah
didepan TIM Penguji Pada Hari/Tanggal : / 2018
dan Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat

Menyetujui :

1. Lena Atoy, SST., MPH (……….……………………)

2. Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes (……………………………)

3. Reni Devianti Usman, M.Kep., Sp.Kep.MB (……………………………)

4. Hj. Sitti Rachmi Misbah, S.Kp., M.Kes (……………………………)

Mengetahui :
Ketua Jurusan Keperawatan

Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIP. 19700330 199503 1 001

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : SINCE

Nim : 14401 2017 00027 3

Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Tn. I dengan Kasus Gangguan

Sistem Pencernaan: Gastritis di Ruang Asoka Rsud

Konawe Selatan Tahun 2018.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, Juli 2018


Yang Membuat pernyataan

SINCE

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
1. Nama lengkap : SINCE
2. Nim : 14401 2017 000273
3. Tempat/Tanggal Lahir : Poli-Polia/ 11 November 1978
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/bangsa : Tolaki/Indonesia
7. Alamat : Ds. Punggapu, Kab. Konawe Selatan

B. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri : SDN 1 Poli-Polia, Tamat Tahun 1993
2. Sekolah Menengah Pertama : SMPN 1 Poli-Polia, Tamat Tahun 1996
3. Sekolah Menengah Umum : SPK Depkes Kendari, Tamat Tahun 2000
4. Sejak tahun 2017 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kendari Jurusan Keperawatan sampai sekarang

iv
MOTTO

Jika Anda Jatuh Ribuan Kali


Berdirilah Jutaan Kali
Karena Anda Tidak Tahu Seberapa Dekat Anda Dengan
Kesuksesan

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat sang khalik, karena atas rahmat,

inayah dan berkahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya

tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. I dengan Kasus

Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis di Ruang Asoka Rsud Konawe

Selatan”. penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan program Diploma III (DIII) pada Poltekkes Kemenkes

Kendari.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa suatu kesuksesan dan cita-cita tidak

selamanya berjalan mulus untuk mewujudkannya. Demikian pula keterbatasan

pengetahuan yang penulis miliki masih dalam proses belajar , sehingga terdapat

banyak kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Karena itu sepatutnya

penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Hj. Sitti Rachmi Misbah,

S.Kp., M.Kes selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya

untuk membimbing penulis. Selesainya karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Kendari

2. Bapak dr. Boni Lambang Pramana, M.Kes selaku Direktur RSUD

Konawe Selatan

vi
3. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku ketua jurusan

keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

4. Ibu Lena Atoy, SST., MPH selaku penguji I, Bapak Indriono Hadi,

S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku penguji II, Ibu Reni Devianti Usman,

M.Kep., Sp.Kep.MB selaku penguji III yang telah memberikan kritik

dan saran yang membangun demi kesuksesan penulis, serta arahan

perbaikan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

5. Para dosen dan seluruh staff pengajar di Poltekkes Kemenkes Kendari

jurusan keperawatan atas segala ilmunya , bimbingan dan arahanya selama

penulis dalam proses hingga akhir perkuliahan

6. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari

jurusan keperawatan angkatan 2017 yang telah berjuang bersama-sama

dalam suka maupun duka untuk mencapai cita-cita sebagai perawat

professional. Kebersamaan yang kita lewati selama menuntut ilmu di

Poltekkes Kemenkes Kendari

7. Orang tua, Ayahanda tercinta dan Ibunda tercinta yang telah mengasuh

dan mendidik serta membesarkan penulis dengan kasih sayang sekaligus

memberikan motivasi yang tak terhingga

8. Suami Tercinta yang tiada hentinya memberikan dukungan motivasi serta

doanya demi kesuksesan studi penulis

9. Saudara-saudara saya atas semua dukungan dan doanya selama penulis

dibangku kuliah

vii
10. Rekan-rekan kerja di RSUD Konawe Selatan yang selalu memberi

dukungan penuh

11. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

languung yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua

khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya di

Poltekkes Kemenkes Kendari khususnya jurusan keperawatan serta mendapat

Ridho Allah SWT.

Kendari, Juli 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

KEASLIAN PENELITIAN ............................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v

MOTTO ............................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Tujuan Studi Kasus ................................................................................. 4

C. Manfaat Penulisan ................................................................................... 5

D. Metode dan Teknik Penulisan ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi .................................................................................................... 9

B. Klasifikasi ............................................................................................. 10

C. Anatomi Fisiologi ................................................................................... 13

D. Penyebab ................................................................................................. 18

x
E. Patofisiologi ............................................................................................ 19

F. Manifestasi Klinis ................................................................................... 20

G. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 21

H. Komplikasi .............................................................................................. 23

I. Penatalaksanaan Medis ........................................................................... 24

J. Pathway ................................................................................................... 25

K. Pengkajian Keperawatan .......................................................................... 26

L. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 27

M. Intervensi Keperawatan ............................................................................ 33

N. Implementasi ........................................................................................... 44

O. Evaluasi .................................................................................................... 45

BAB III LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ......................................................................................... 46

B. Pengkajian ............................................................................................... 47

C. Data Fokus .............................................................................................. 53

D. Daftar Perumusan Masalah ..................................................................... 54

E. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 56

F. Rencana Tindakan Keperawatan ............................................................. 58

G. Implementasi dan Evaluasi ..................................................................... 62

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian ............................................................................................... 76

B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 78

C. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 80

xi
D. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 83

E. Evaluasi ................................................................................................... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................. 86

B. Saran ........................................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan ................................................................ 37

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan ............................................................... 39

Tabel 3.1 Data Fokus Pengkajian Keperawatan .......................................... 62

Tabel 3.2 Perumusan Masalah .................................................................... 63

Tabel 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan ................................................. 67

Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ................................... 71

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Saluran Pencernaan .................................................. 13

Gambar 2.2 Terjadinya Gastritis ................................................................. 13

Gambar 2.3 Anatomi Lambung .................................................................. 14

Gambar 2.4 Pathway Gastritis ..................................................................... 25

Gambar 3.1 Bagan Genogram ..................................................................... 56

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Melakukan Studi Kasus


Lampiran 2 Lembar Bimbingan KTI
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 5 Surat Keterangan Bebas Administrasi

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi

jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis dari bahasa Yunani

yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi atau

peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari

beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung

(Beyer, 2011).

Saat ini dengan semakin moderennya zaman, semakin banyak juga

penyakit yang timbul akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Salah

satunya adalah penyakit gastritis, yang terjadi karena inflamasi yang terjadi pada

lapisan lambung yang menjadikan sering merasa nyeri pada bagian perut.

Penyakit ini tidak bisa menular tapi biasanya bakteri Helycobacter pylori masuk

ke dalam tubuh manusia melalui makanan (Budiyanto, 2010).

Badan penelitian kesehatan World Health Organization (WHO)

mengadakan tinjauan terhadap 8 negara dunia dan mendapatkan beberapa hasil

persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, dimulai dari negara yang angka

kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu Amerika dengan persentase mencapai

47%, kemudian diikuti oleh India dengan persentase 43%, lalu beberapa negara

lainnya seperti Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis

29,5%, dan Indonesia 40,8% (WHO, 2015).

1
2

Berdasarkan data dari kementrian kesehatan RI, beberapa kota dengan

angka kejadian gastritis terjadi di Indonesia adalah kota medan mencapai 91,6%,

Surabaya (31,4), Denpasar (46%), Jakarta (50%), Bandung (30,5), Palembang

(35,5), Pontianak 31,5, hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang

sehat. Presentase dari angka kejadian penyakit asam lambung di Indonesia

menurut WHO tahun 2015 adalah 45,9%. Angka kejadian penyakit asam

lambung (gastritis) pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan

prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil

kesehatan Indonesia tahun 2013 di provinsi Sulawesi tenggara menurut World

Health Organization (WHO) penyakit asam lambung merupakan salah satu

penyakit di dalam sepuluh besar penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di

Rumah Sakit dan Puskesmas di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jumlah

25,154 kasus (5,6%). Rata-rata pasien yang datang di unit pelayanan kesehatan

baik di Puskesmas maupun rumah sakit mengalami keluhan yang berhubungan

dengan nyeri ulu hati (Kemenkes RI, 2015).

Data kesakitan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, pelayana

kesehatan yang berhubungan dengan nyeri uluhati baik di Puskesmas maupun di

RSUD Kabupaten/Kota dan RSUD Bahteramas sulawesi Tenggara tahun 2014

tercatat 29.785 kasus gastritis, untuk tahun 2015 adalah tercatat 30.375 sebagai

hasil laporan data Kesakitan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara

(Dinkes Provinsi Sultra, 2015).

Hasil laporan tahunan RSUD Konawe Selatan pada tahun 2018 distribusi

penderita Gastritis tiga tahun terakhir yaitu tahun 2015 sebanyak 120 orang,

2
3

tahun 2016 sebanyak 100 orang dan di tahun 2017 sebanyak 130 orang. Melihat

prevalensi tersebut terjadi peningkatan, maka hal ini perlu mendapatkan

perawatan dan pencegahan terjadinya gastritis berulang pada pasien (RSUD

Konawe Selatan, 2018).

Adapun peran perawat dalam hal penanganan masalah gastritis ini

mencakup 4 peranan yaitu upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeuruh, hal-hal yang bisa dilakukan

adalah seperti memberikan penyuluhan mengenai masalah gastritis, memberikan

pendidikan kesehatan kepada pasien maupun masyarakat seperti memberikan

informasi bagaimana melakukan pencegahan secara dini terhadap masalah

gastritis dan upaya penyembuhannya. Serta peran kita yang terakhir adalah

bagaimana cara kita memberikan pelayanan yang baik sebagai seorang perawat

dalam pemulihan kesehatan pasien atau masyarakat (Syaiful, 2015).

Hasil studi pendahuluan di ruang Asoka RSUD Konawe Selatan tanggal 7

juli 2018 pada Tn. I Klien mengatakan sudah merasakan nyeri abdomen sejak

satu hari yang lalu sebelum di rawat di RSUD Konawe Selatan yaitu klien

mengatakan nyeri terjadi saat telat makan dan yang pedis, nyeri seperti ditusuk-

tusuk dan hilang timbul, pada daerah perut kiri atas, dengan skala nyeri 5

(sedang), klien mengatakan tidak paham penyakit apa yeng di deritanya saat ini.

Upaya yang dilakukan klien untuk mengurangi rasa nyeri mengurangi bergerak

dan minum air, namun hanya berefek sementara saja. Dari hasil pemeriksaan

dokter, Tn. I di diagnosa gastritis.

3
4

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik mengambil judul

Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Tn. I dengan Kasus Gangguan

Sistem Pencernaan: Gastritis di Ruang Asoka RSUD Konawe Selatan.

B. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Tn. I dengan Kasus Gangguan

Sistem Pencernaan: Gastritis di Ruang Asoka RSUD Konawe Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan Pada Tn. I dengan Kasus

Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis di Ruang Asoka RSUD Konawe

Selatan.

b. Mampu melakukan diagnosa keperawatan Pada Tn. I dengan Kasus

Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis di Ruang Asoka RSUD Konawe

Selatan.

c. Mampu membuat intervensi keperawatan Pada Tn. I dengan Kasus

Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis di Ruang Asoka RSUD Konawe

Selatan.

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan Pada Tn. I dengan Kasus

Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis di Ruang Asoka RSUD Konawe

Selatan.

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan Pada Tn. I dengan Kasus

Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis di Ruang Asoka RSUD Konawe

Selatan.

4
5

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam

menerapkan asuhan keperawatan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah

didapat selama manempuh pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat/Pasien

Sebagai sumber informasi bagi masyarakat tentang pelayanan asuhan

keperawatan sehingga mampu merubah perilaku masyarakat kearah

perilaku yang sehat dan bagi pasien dapat memperoleh manfaat dari

pelayanan keperawatan agar mempercepat proses penyembuhan dan

mengurangi perilaku maladaptiv pasien dari pelayanan kesehatan.

b. Institusi/Pendidikan

Sebagai bahan dokumentasi atau acuan mahasiswa selanjutnya dalam

penyusunan karya tulis ilmiah.

c. Rumah Sakit/Puskesmas

Sebagai bahan acuan bagi tenaga keperawatan untuk lebih

meningkatkan mutu pelayanan khususnya dalam penerapan asuhan

keperawatan.

D. Metode dan Teknik Penelitian

Adapun metode dan teknik penelitian dalam studi kasus ini adalah:

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Studi Kasus

a) Tempat pelaksanaan

5
6

Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Asoka RSUD Konawe Selatan

b) Waktu Pelaksanaan

Studi kasus ini telah dilaksanakan pada tanggal senin 7 juli 2018 sampai 9

juli 2018

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam studi kasus ini terdiri dari :

a) Studi Kepustakaan

Dengan melakukan studi kepustakaan melalu penelusuran berbagai

sumber referensi terkait dengan judul yang diambil guna melengkapi

pendahuluan, konsep dasar medik, dan konsep dasar keperawatan.

b) Studi Kasus

Merupakan kegiatan terorganisir yang bertujuan untuk bahan dasar

dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang terdiri dari :

1) Pengkajian dan menganalisa data klien

2) Menentukan diagnosa keperawatan

3) Merencanakan intervensi keperawatan

4) Mengimplementasikan intervensi keperawatan

5) Mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan keperawatan dan

perkembangan klien.

Untuk mencapai tahap ini, maka dalam pengumpulan data, penulis

menggunakan beberapa cara antara lain, pengkajian bio-psiko-sosio-

spiritual melalui:

6
7

1) Observasi

Merupakan kegiatan pengamatan terhadap objek yang akan

diamati yang berkaitan dengan perkembangan dan keadaan umu klien.

2) Wawancara

Mengadakan wawancara langsung dengan klien dan keluarga

untuk mengetahui data subjektif klien.

3) Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan fisik klien melalui : inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi.

4) Studi Dokumentasi

Kegiatan berupa pengambilan data dari medical recoerd dan hasil

laboratorium dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya.

5) Metode Diskusi

Pelaksanaan diskusi dilakukan dengat tenaga kesehatan yang

terkait pada perawat yang bertugas di ruang perawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan

c) Diskusi

Melakukan diskusi dengan perawat ruangan dan mahasiswa

yang terkait dengan masalah dalam studi kasus ini.

3. Sistematika Penulisan

Teknik penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematis

yang terdiri dari lima bab yaitu :

7
8

BAB I : Pendahuluan Pada bagian ini terdiri dari pendahuluan

dengan latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan,

metode penulisan, dan teknik penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka yang mencakup konsep dasar medik terdiri

dari: definisi, klasifikasi, anatomi fisiologi sistem

pencernaan, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik,

pemeriksaan penunjang, komplikasi, penanganan medis,

pencegahan, pathway Sedangkan konsep keperawatan

terdiri dari : pengkajian, bagan patofisiologi, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan

evaluasi.

BAB III : Laporan Kasus yang memuat tentang pengamatan kasus

yang meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

BAB IV : Pembahasan kasus yaitu membandingkan antara teori

dengan kasus nyata.

BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat

akut, kronik difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di

perut (begah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah (Ardiansyah,

2012).

Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi

jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal

dengan magh berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti

perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan

merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang

kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung (Beyer, 2011).

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering

diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat

atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang

lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2015).

Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan Gastritis adalah suatu

peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, diffus atau lokal

dengan kerusakan “ Erosive” karena permukaan hanya pada bagian mukosa.

9
10

B. Klasifikasi

1. Gastritis Akut

Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau

alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau

perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi yang mengakibatkan

obstruksi pylorus (Brunner, 2015).

Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat

berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik.

Disebut gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai

perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi drosi yang

berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat,

menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut (Suyono, 2009).

a. Gastritis Akut Erosif

Menurut Hirlan dalam Suyono (2009), gastritis akut erosif adalah

suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan

kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi

tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di

klinik, sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai penyulit

penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui.

Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-

kadang dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran

cerna bagian atas. Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami

pendarahan sering diagnosisnya tidak tercapai (Suyono, 2009).


11

Untuk menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemerisaan khusus

yang sering dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita yang ringan

saja. Diagnosis gastritis akut erosif, ditegakkan dengan pemeriksaan

endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsi

mukosa lambung (Suyono, 2009).

b. Gastritis Akut Hemoragik

Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik ; Pertama

diperkirakan karena minum alkohol atau obat lain yang menimbulkan

iritasi pada mukosa gastrik secara berlebihan (aspirin atau NSAID

lainnya). Meskipun pendarahan mungkin cukup berat, tapi pendarahan

pada kebanyakan pasien akan berhenti sendiri secara spontan dan

mortalitas cukup rendah. Kedua adalah stress gastritis yang dialami

pasien di Rumah Sakit, stres gastritis dialami pasien yang mengalami

trauma berat berkepanjangan atau penyakit berat lainnya (Suyono, 2009).

Pengikisan mukosa lambung akibat stres merupakan lesi hemoragik

majemuk pada lambung proksimal yang timbul dalam keadaan stress

fisiologi parah dan tak berkurang. Berbeda dengan ulserasi menahun yang

lebih biasa pada traktus gastrointestinalis atas, ia jarang menembus

profunda ke dalam mukosa dan tak disertai dengan infiltrasi sel radang

menahun. Tanpa profilaksis efektif, erosi stress akan berlanjut dan bersatu

dalam 20% kasus untuk membentuk beberapa ulserasi yang menyebabkan

perdarahan gastrointestinalis atas dari keparahan yang mengancam


12

nyawa. Keadaan ini dikenal sebagai gastritis hemoragik akut (Suyono,

2009).

2. Gastritis Kronis

Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada

lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang

kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara

histologis sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa

lambung. Derajat paling ringan gastritis kronis adalah gastritis superfisial

kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus

yang lebih parah juga mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih

dalam, hal ini biasanya berhubungan dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi

kronis) dan metaplasia intestinal (Chandrasoma, 2005).

Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe,

yaitu tipe A yang merupakan gastritis autoimun yang terutama mengenai

tubuh dan berkaitan dengan anemia pernisiosa; dan tipe B yang terutama

meliputi antrum dan berkaitan dengan infeksi Helicobacter pylori. Terdapat

beberapa kasus gastritis kronis yang tidak tergolong dalam kedua tipe

tersebut dan penyebabnya tidak diketahui (Chandrasoma, 2005).

Menurut Hirlan dalam Suyono (2009), klasifikasi histologi yang sering

digunakan membagi gastritis kronik menjadi :

a. Gastritis kronik superficial

Apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik terbatas pada lamina

propria mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan kelenjar-


13

kelenjar mukosa, sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh. Sering dikatakan

gastritis kronik superfisialis merupakan permulaan gastritis kronik.

b. Gastritis kronik atrofik

Sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai dengan

distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata. Gastritis atrofik

dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik superfisialis.

C. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Saluran Pencernaan


14

Gambar 2.2 Terjadinya Gastritis

1. Anatomi

Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas

tepat di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung

J, dan bila penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal

lambung 1 sampai 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus,

korpus dan antrum pilorus. Sebelah atas lambung terdapat cekungan

kurvatura minor dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor.

Sfingter kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan.

Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan yang

masuk ke dalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki

esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal

dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi makanan

masuk ke dalam duodenum dan ketika berkontraksi sfingter ini akan

mencegah terjadinya aliran balik isi usus halus ke dalam lambung (Sudoyo,

2006).
15

Gambar 2.3 Anatomi Lambung

Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :

a. Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.

b. Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan :

a. Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot

esophagus.

b. Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus serta

membentuk otot sfingter, yang berada di bawah lapisan pertama.

c. Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan

berjalan dari orivisium kardiak, kemudian membelok ke bawah

melalui kurva tura minor (lengkung kelenjar).

c. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh

darah dan saluran limfe.

d. Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal dan terdiri atas

banyak kerutan/rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang

karena berisi makanan.


16

Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan

menurut bagian anatomi lambung yang ditempatinya. Kelenjar kardia

berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini mensekresikan mukus.

Kelenjar fundus atau gastric terletak di fundus dan pada hampir selurus

korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki tipe-tipe utama sel. Sel-sel

zimognik atau chief cells mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen diubah

menjadi pepsin dalam suasana asam. Sel-sel parietal mensekresikan asam

hidroklorida dan faktor intrinsik. Faktor intrinsik diperlukan untuk

absorpsi vitamin B 12 di dalam usus halus. Kekurangan faktor intrinsik

akan mengakibatkan anemia pernisiosa. Sel-sel mukus (leher) ditemukan

di leher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini mensekresikan

mukus. Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada pylorus

lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk menghasilkan asam

hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang disekresikan oleh

lambung adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium,

kalium dan klorida.

Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis

untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui

saraf vagus. Trunkus vagus mempercabangkan ramus gastrik, pilorik,

hepatik dan seliaka. Pengetahuan tentang anatomi ini sangat penting,

karena vagotomi selektif merupakan tindakan pembedahan primer yang

penting dalam mengobati tukak duodenum.


17

Persarafan simpatis adalah melalui saraf splenikus major dan ganlia

seliakum. Serabut-serabut aferen menghantarkan impuls nyeri yang

dirangsang oleh peregangan, dan dirasakan di daerah epigastrium.

Serabut-serabut aferen simpatis menghambat gerakan dan sekresi

lambung. Pleksus saraf mesentrikus (auerbach) dan submukosa

(meissner) membentuk persarafan intrinsik dinding lambung dan

mengkordinasi aktivitas motoring dan sekresi mukosa lambung.

Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serat hati, empedu,

dan limpa) terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka,

yang mempercabangkan cabang-cabang yang mensuplai kurvatura minor

dan mayor. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri

gastroduodenalis dan arteri pankreas tikoduodenalis (retroduodenalis)

yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding

postrior duodenum dapat mengerosi arteria ini dan menyebabkan

perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum, serta berasal dari

pankreas, limpa dan bagian lain saluran cerna, berjalan ke hati melalui

vena porta.

2. Fisiologi

a. Mencerna makanan secara mekanikal.

b. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 – 3000

mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponenen utamanya yaitu

mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen dan air. Hormon gastrik

yang disekresi langsung masuk ke dalam aliran darah.


18

c. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein

diubah menjadi polipeptida.

d. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air,

alkohol, glukosa dan beberapa obat.

e. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung

oleh HCL.

f. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung)

kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk ke dalam duodenum,

akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.

D. Penyebab

Penyebab utama dari gastritis adalah makanan dan minuman yang panas

yang merusak mukosa lambung, misalnya : alkohol, salisilat, keracunan makanan

yang mengandung toksin (Suyono, 2009).

Penyebab lain dari penyakit gastritis adalah Infeksi bakteri Helycobacter

Pylori, virus (termasuk herpes simpleks), jamur dan parasit : sebagian besar

penyebab gastritis atau gastritis adalah akibat infeksi bakteri Helycobacter Pylori

yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.

Hingga sekarang tidak dapat dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat

ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau

akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.

Infeksi Helycobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama

terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis.


19

Selain itu,pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat

analgesik Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS) seperti antalgin, asam mefenamat,

aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung

dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding

lambung. Penggunaan alkohol secara berlebihan, alkohol dapat mengiritasi dan

mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih

rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal. Kelainan

autoimmune, sistem kekebalan yang menyerang sel – sel normal lambung yang

menyebabkan kerusakan dinding lambung (Suyono, 2009).

E. Patofisiologi

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung

adalah:

1. Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H + meninggi

2. Perfusi mukosa lambung yang terganggu.

3. Jumlah asam lambung.

Faktor yang saling berhubungan, misalnya stress fisik yang dapat

menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-

daerah infrak kecil. Di samping itu, sekresi asam lambung juga dipicu. Pada

gastritis refluks, gastritis karena bahan kimia bahan, obat, mucosal barier rusak,

menyebabkan difusi balik ion H+ meninggi. Suasana asam yang terdapat pada

lumen lambung akan mempercepat kerusakan mucosal barrier oleh cairan usus.

Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan-

keadaan klinis yang berat belum diketahui benar. Faktor-faktor yang amat
20

penting adalah ischemia pada mukosa gaster disamping faktor pepsin, refluks

empedu dan cairan pakreas. Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid merusak

mukosa lambung melalui beberapa mekanisme. Obat-obat ini dapat menghambat

aktivitas siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase merupakan enzim yang

penting untuk pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat. Prostaglandin

mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat

penting. Selain menghambat prostaglandin mukosa, aspirin dan obat anti

inflamasi nonsteroid tertentu dapat merusak mukosa secara topical (Suyono,

2009).

F. Manifestasi Klinik

Menurut Inayah (2004), manifestasi klinik pada penderita gastritis adalah

sebagai berikut :

1. Tanda dan gejala gastritis akut

Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan abdomen yang tidak jelas

seperti mual, muntah dan anoreksia sehingga menyebabkan pemenuhan

kebutuhan nutrisi harian berkurang, intake nutrisi tidak adekuat, kehilangan

cairan dan elektrolit. Pada beberapa orang didapat keluhan yang lebih berat

seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan dan hematemesis yang

menimbulkan manifestasi kecemasan secara individu (Muttaqin, 2011).

2. Tanda dan gejala gastritis kronis

a. Gastritis sel plasma

b. Nyeri yang menetap pada daerah epigastrium

c. Nausea sampai muntah ampedu


21

d. Dyspepsia

e. Anoreksia

f. Berat badan menurun

g. Keluhan yang berhubungan dengan anemia

G. Pemeriksaan Penunjang

Jika seseorang merasakan nyeri pada perut sebelah atas disertai mual dan

gejalanya menetap maka dokter akan menduganya gastritis. Bila seseorang

didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan

untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan tersebut meliputi :

1. Pemeriksaan Darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya anti bakteri Helycobacter

pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah

kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak

menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga

dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung

akibat gastritis.

2. Pemeriksaan Pernapasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi Helycobacter

pylori atau tidak.

3. Pemeriksaan Feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat Helycobacter pylori dalam feces atau

tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.


22

Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini

menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.

4. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran

cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan

dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)

melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus

kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi) sebelum

endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani

tes ini.

Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan,

dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel

itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan

waktu lebih kurang 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung

disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari

anestesi menghilang, lebih kurang satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko

akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada

tenggorokan akibat menelan ondoskop.

5. Rontgen Saluran Cerna Bagian Atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit

pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih

dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan

akan terlihat lebih jelas ketika dirontgen (Beyer, 2011).


23

H. Komplikasi

Menurut Ali (2011), komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita

gastritis adalah :

1. Gastritis Akut

Terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagian atas berupa

hematomesis dan melena dapat berakhir sebagai syok hemoragik. Khusus

untuk perdarahan saluran cerna bagian atas, perlu dibedakan dengan tukak

peptic. Gambaran klinis yang diperhatikan hampir sama, namun pada tukak

peptic penyebab utamanya adalah infeksi Helicobater pylori, sebesar 100%

pada tukak duodenum dan 60 – 90% pada tukak lambung. Diagnosis dapat

ditegakkan dengan endoskopi.

2. Gastritis Kronik

Komplikasi yang muncul pada gastritis kronik adalah perdarahan

saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan pemeriksaan fisik tidak

dijumpai kelainan.

Pada penderita gastritis kronik dapat terjadi atrofi lambung

menyebabkan gangguan penyerapan terutama vitamin B12 selanjutnya dapat

menyebabkan anemia perniosa. Keduanya dapat dipisahkan dengan

memeriksa antibody terhadap faktor intrinsik. Penderita anemia perniosa

biasanya mempunyai antibody terhadap faktor intrinsik dalam serum atau

cairan gasternya. Selain vitamin B12, penyerapan besi juga dapat terganggu.

Gastritis kronik antrum pylorus dapat menyebabkan penyempitan daerah

antrum pylorus.
24

I. Penatalaksanaan

1. Cara Perawatan Gastritis

a. Ketika sedang sakit, makanlah makanan yang lembek yang mudah

dicerna dan tidak merangsang asam lambung.

b. Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung, seperti

makanan pedas, makanan yang asam, tinggi serat, zat tepung.

c. Hindari minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti

teh kopi, alkohol.

d. Makan secara teratur.

e. Minum obat secara teratur.

f. Hindari stress fisik dan psikologis

2. Pemberian Obat-Obatan

Pengobatan yang dilakukan terhadap gastritis bergantung pada

penyebabnya. Pada banyak kasus gastritis, pengurangan asam lambung

dengan bantuan obat sangat bermanfaat. Antibiotik untuk menghilangkan

infeksi. Penggunaan obat-obatan yang mengiritasi lambung juga harus

dihentikan. Pengobatan lain juga diperlukan bila timbul komplikasi atau

akibat lain dari gastritis. Kategori obat pada gastritis adalah :

a. Antasid : menetalisir asam lambung dan menghilangkan nyeri.

b. Acid blocker membantu mengurang jumlah asam lambung yang

diproduksi.

c. Proton pump inhibitor : menghentikan produksi asam lambung dan

menghambat H.pylori (Beyer, 2011).


J. Pathway

Endoktosia, Bakteri, Alkohol, Aspirin, Luka, Stres, Nikotin, Makan berbumbu

Sekresi asam lambung Devisiensi Pengetahuan

Mengiritasi mukosa gaster Kurang informasi

Inflamasi pada mukosa gaster


Perubahan status
kesehatan
Gastritis

Perubahan status
Peradangan mukosa Atropi progresif epitel gaster
kesehatan
lambung
Sekresi asam lambung Intake yang kurang
Dinding lambung menjadi tipis
Stressor
meningkat
Iritasi lambung Nyeri abdomen Absorbsi makanan terganggu
Koping tidak adekuat
Sensasi nyeri Klien tidak dapat Metabolisme KH. Protein
melakukan aktivitas terganggu
Ansietas /kecemasan Nyeri Akut Anoreksia mual, muntah
Intoleransi Aktivitas

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


Devisit Volume Cairan Berhubungan dari kebutuhan tubuh

Gambar 2.4 Pathway Gastritis

25
26

K. Pengkajian Keperawatan
Menurut Doengoes (2014), pengkajian merupakan tahap awal dari proses

dimana kegiatan yang dilakukan yaitu mengumpulkan data, mengelompokkan

data dan menganalisa data. Hal-hal yang perlu dikaji dalam penanganan asuhan

keperawatan penderita gangguan sistem gastrointestinal ”gastritis” antara lain

adalah :

1. Identitas pasien

2. Riwayat kesehatan pasien :

a. Riwayat kesehatan dahulu

b. Riwayat kesehatan sekarang

c. Riwayat kesehatan keluarga

d. Pola aktifitas sehari-hari (ADL) :

1) Pola Nutrisi

2) Pola Eliminasi

3) Pola Istirahat Tidur

4) Pola Aktifitas

5) Aspek Boi-Psiko-Sosial dan Spiritual

e. Pemeriksaan fisik

f. Keadaan Umum

g. Kesadaran

h. Faktor Psikologis

i. Toleransi/Kemampuan memahami tindakan

j. Koping
27

L. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon

aktual atau potensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat

mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan

potensial pasien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang

berkaitan, catatan medis pasien masa lalu dan konsultasi dengan profesional lain.

Diagnosa keperawatan pada gastritis meliputi (Nurarif .A.H, 2015):

Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Batasan Karakteristik
1. Nyeri akut Batasan karakteristik :

Definisi : Sensori yang tidak a. Laporan secara verbal atau non verbal

menyenangkan dan pengalaman b. Fakta dari observasi

emosional yang muncul secara c. Posisi antalgic untuk menghindari nyeri

aktual atau potensial kerusakan d. Gerakan melindungi

jaringan atau menggambarkan e. Tingkah laku berhati-hati

adanya kerusakan (Asosiasi f. Muka topeng

Studi Nyeri Internasional): g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek,

serangan mendadak atau pelan sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

intensitasnya dari ringan sampai h. Terfokus pada diri sendiri

berat yang dapat diantisipasi i. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,

dengan akhir yang dapat kerusakan proses berpikir, penurunan

diprediksi dan dengan durasi interaksi dengan orang dan lingkungan)

kurang dari 6 bulan. j. Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan,


28

Faktor yang berhubungan : Agen menemui orang lain dan/atau aktivitas,

injuri (biologi, kimia, fisik, aktivitas berulang-ulang)

psikologis) k. Respon autonom (seperti diaphoresis,

perubahan tekanan darah, perubahan nafas,

nadi dan dilatasi pupil)

l. Perubahan autonomic dalam tonus otot

(mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

m. Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah,

merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas

panjang/berkeluh kesah)

n. Perubahan dalam nafsu makan dan minum

2. Ketidakseimbangan nutrisi Batasan karakteristik :

kurang dari kebutuhan tubuh a. Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal

Definisi : Intake nutrisi tidak b. Dilaporkan adanya intake makanan yang

cukup untuk keperluan kurang dari RDA (Recomended Daily

metabolisme tubuh. Allowance)

Faktor yang berhubungan : c. Membran mukosa dan konjungtiva pucat

Ketidakmampuan pemasukan d. Kelemahan otot yang digunakan untuk

atau mencerna makanan atau menelan/mengunyah

mengabsorpsi zat-zat gizi e. Luka, inflamasi pada rongga mulut

berhubungan dengan faktor f. Mudah merasa kenyang, sesaat setelah

biologis, psikologis atau mengunyah makanan

ekonomi. g. Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan


29

makanan

h. Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

i. Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah

makanan

j. Miskonsepsi

k. Kehilangan BB dengan makanan cukup

l. Keengganan untuk makan

m. Kram pada abdomen

n. Tonus otot jelek

o. Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi

p. Kurang berminat terhadap makanan

q. Pembuluh darah kapiler mulai rapuh

r. Diare dan atau steatorrhea

s. Kehilangan rambut yang cukup banyak

(rontok)

t. Suara usus hiperaktif

u. Kurangnya informasi, misinformasi

3. Devisit Volume Cairan Batasan Karakteristik :

Definisi : Penurunan cairan a. Kelemahan

intravaskuler, interstisial, b. Haus

dan/atau intrasellular. Ini c. Penurunan turgor kulit/lidah

mengarah ke dehidrasi, d. Membran mukosa/kulit kering

kehilangan cairan dengan e. Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan


30

pengeluaran sodium darah, penurunan volume/tekanan nadi

Faktor yang berhubungan: f. Pengisian vena menurun

Kehilangan volume cairan secara g. Perubahan status mental

aktif, Kegagalan mekanisme h. Konsentrasi urine meningkat

pengaturan. i. Temperatur tubuh meningkat

j. Hematokrit meninggi

k. Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada

third spacing)

4. Intoleransi aktivitas Batasan karakteristik :

Definisi : Ketidakcukupan energi a. Melaporkan secara verbal adanya kelelahan

secara fisiologis maupun atau kelemahan.

psikologis untuk meneruskan b. Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi

atau menyelesaikan aktifitas terhadap aktifitas

yang diminta atau aktifitas sehari c. Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia

hari. atau iskemia

Faktor yang berhubungan : d. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat

a. Tirah Baring atau imobilisasi beraktivitas.

b. Kelemahan menyeluruh

c. Ketidakseimbangan antara

suplei oksigen dengan

kebutuhan

d. Gaya hidup yang

dipertahankan
31

5. Ansietas/Kecemasan Batasan karakteristik :

Definisi : a. Perilaku : Penurunan produktivitas, gerakan

Perasaan gelisah yang tak jelas yang ireleven, gelisah, melihat sepintas,

dari ketidaknyamanan atau insomnia, kontak mata yang buruk,

ketakutan yang disertai respon mengekspresikan kekawatiran karena

autonom (sumner tidak spesifik perubahan dalam peristiwa hidup, agitasi,

atau tidak diketahui oleh mengintai, tampak waspada.

individu); perasaan keprihatinan b. Affektif : Gelisah, distres, kesedihan yang

disebabkan dari antisipasi mendalam, ketakutan, perasaan tidak adekuat,

terhadap bahaya. Sinyal ini berfokus pada diri sendiri, peningkatan

merupakan peringatan adanya kewaspadaan, iritabihtas, gugup senang

ancaman yang akan datang dan beniebihan, rasa nyeri yang meningkatkan

memungkinkan individu untuk ketidakberdayaan, peningkatan rasa ketidak

mengambil langkah untuk berdayaan yang persisten, bingung, menyesal,

menyetujui terhadap tindakan. ragu/tidak percaya diri, khawatir.

Ditandai dengan : c. Fisiologis : Wajah tegang, Tremor tangan,

a. Gelisah Peningkatan keringat, Peningkatan ketegangan,

b. Insomnia Gemetar/Tremor, Suara bergetar.

c. Resah d. Simpatik : Anoreksia, eksitasi kardiovaskular,

d. Ketakutan diare, mulut kering, wajah merah, jantung

e. Sedih berdebar-debar, peningkatan tekanan darah,

f. Fokus pada diri peningkatan denyut nadi, peningkatan reflek,

g. Kekhawatiran peningkatan frekwensi pernapasan, pupil


32

h. Cemas melebar, kesulitan bernapas, vasokontriksi

Faktor yang berhubungan : superficial, lemah, kedutan pada otot.

Faktor keturunan, Krisis e. Parasimpatik : Nyeri abdomen, penurunan

situasional, Stress, perubahan tekanan darah, penurunan denyut nadi, diare,

status kesehatan, ancaman mual, vertigo, letih, ganguan tidur, kesemutan

kematian, perubahan konsep diri, pada ekstremitas, sering berkemih, anyang-

kurang pengetahuan dan anyangan, dorongan cegera berkemih.

hospitalisasi. f. Kognitif : Menyadari gejala fisiologis, bloking

fikiran, konfusi, penurunan lapang persepsi,

kesuiitan berkonsentrasi, penurunan

kemampuan belajar, penurunan kemampuan

untuk memecahkan masalah, ketakutan

terhadap konsekwensi yang tidak spesifik,

lupa, gangguan perhatian, khawatir, melamun,

cenderung menyalahkan orang lain.

6. Devisiensi Pengetahuan Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya

Definisi : masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi,

Tidak adanya atau kurangnya perilaku tidak sesuai.

informasi kognitif sehubungan

dengan topik spesifik.

Faktor yang berhubungan :

keterbatasan kognitif,
33

interpretasi terhadap informasi

yang salah, kurangnya keinginan

untuk mencari informasi, tidak

mengetahui sumber-sumber

informasi.

M. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan, penulis

menyusun kriteria hasil yang berpedoman pada SMART yaitu S (Specific) dimana

tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, M (Measurable) dimana

tujuan keperawatan harus dapat diukur khususnya tentang perilaku pasien (dapat

dilihat, didengar, diraba, dirasakan), A (Achievable) dimana harus dapat dicapai,

R (Reasonable) dimana tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,

T (Time) dimana mempunyai batasan waktu yang jelas (Nursalam, 2008).

Perencanaan keperawatan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan

secara mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi

kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah dalam perencanaan

keperawatan. Dalam perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan

data dan rumusan masalah keperawatan yang merupakan petunjuk dalam

membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan atau

mengeliminasi masalah kesehatan klien (Nurarif .A.H, 2015).

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
34

Intervensi dilakukan dengan ONEC yaitu (Observasi) adalah rencana tindakan

mengkaji atau melaksanakan observasi terhadap kemajuan klien untuk memantau

secara langsung yang dilakukan secara kontinue, (Nursing) adalah rencana

tindakan yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah

perluasan masalah, (Education) adalah rencana tindakan yang berbentuk

pendidikan kesehatan, dan (Colaboration) adalah tindakan medis yang

dilimpahkan pada perawat (Rohman, 2012).

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Nursing Outcome Nursing Intervention Classification
Keperawatan Classification (NOC) (NIC)
Nyeri Akut NOC 1. Lakukan pengkajian nyeri secara

1. Pain Level komprehensif termasuk lokasi,

2. Pain control karakteristik, durasi, frekuensi,

3. Comfort level kualitas dan faktor presipitasi

Kriteria Hasil : 2. Observasi reaksi nonverbal dari

1. Mampu mengontrol ketidaknyamanan

nyeri (tahu penyebab 3. Gunakan teknik komunikasi

nyeri, mampu terapeutik untuk mengetahui

menggunakan tehnik pengalaman nyeri pasien

nonfarmakologi untuk 4. Kaji kultur yang mempengaruhi

mengurangi nyeri, respon nyeri

mencari bantuan) 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa

2. Melaporkan bahwa lampau

nyeri berkurang dengan 6. Evaluasi bersama pasien dan tim


35

menggunakan kesehatan lain tentang

manajemen nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri masa

3. Mampu mengenali lampau

nyeri (skala, intensitas, 7. Bantu pasien dan keluarga untuk

frekuensi dan tanda mencari dan menemukan dukungan

nyeri) 8. Kontrol lingkungan yang dapat

4. Menyatakan rasa mempengaruhi nyeri seperti suhu

nyaman setelah nyeri ruangan, pencahayaan dan

berkurang kebisingan

5. Tanda vital dalam 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri

rentang normal 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologi, non farmakologi dan

inter personal)

11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menentukan intervensi

12. Ajarkan tentang teknik non

farmakologi

13. Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri

14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

15. Tingkatkan istirahat

16. Kolaborasikan dengan dokter jika

ada keluhan dan tindakan nyeri


36

tidak berhasil

17. Monitor penerimaan pasien tentang

manajemen nyeri

Ketidakseimbangan NOC : Weight Management

nutrisi kurang dari 1. Nutritional Status : 1. Diskusikan bersama pasien

kebutuhan tubuh food and Fluid Intake mengenai hubungan antara intake

2. Nutritional Status : makanan, latihan, peningkatan BB

nutrient Intake dan penurunan BB

3. Weight control 2. Diskusikan bersama pasien

Kriteria Hasil : mengani kondisi medis yang dapat

1. Mengerti factor yang mempengaruhi BB

meningkatkan berat 3. Diskusikan bersama pasien

badan mengenai kebiasaan, gaya hidup

2. Mengidentfifikasi dan factor herediter yang dapat

tingkah laku dibawah mempengaruhi BB

kontrol klien 4. Diskusikan bersama pasien

3. Memodifikasi diet mengenai risiko yang berhubungan

dalam waktu yang lama dengan BB berlebih dan penurunan

untuk mengontrol berat BB

badan 5. Dorong pasien untuk merubah

4. Penurunan berat badan kebiasaan makan

1-2 pounds/mgg 6. Perkirakan BB badan ideal pasien

5. Menggunakan energy Nutrition Management


37

untuk aktivitas sehari 1. Kaji adanya alergi makanan

hari 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien

3. Anjurkan pasien untuk

meningkatkan intake Fe

4. Anjurkan pasien untuk

meningkatkan protein dan vitamin

5. Berikan substansi gula

6. Yakinkan diet yang dimakan

mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

7. Berikan makanan yang terpilih (

sudah dikonsultasikan dengan ahli

gizi)

8. Ajarkan pasien bagaimana

membuat catatan makanan harian.

9. Monitor jumlah nutrisi dan

kandungan kalori

10. Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

11. Kaji kemampuan pasien untuk


38

mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

Devisit volume cairan NOC: Fluid management

1. Fluid balance 1. Timbang popok/pembalut jika

2. Hydration diperlukan

3. Nutritional Status : 2. Pertahankan catatan intake dan

Food and Fluid Intake output yang akurat

Kriteria Hasil : 3. Monitor status hidrasi ( kelembaban

1. Mempertahankan urine membran mukosa, nadi adekuat,

output sesuai dengan tekanan darah ortostatik ), jika

usia dan BB, BJ urine diperlukan

normal, HT normal 4. Monitor hasil lAb yang sesuai

2. Tekanan darah, nadi, dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,

suhu tubuh dalam batas osmolalitas urin )

normal 5. Monitor vital sign

3. Tidak ada tanda tanda 6. Monitor masukan makanan / cairan

dehidrasi, Elastisitas dan hitung intake kalori harian

turgor kulit baik, 7. Kolaborasi pemberian cairan IV

membran mukosa 8. Monitor status nutrisi

lembab, tidak ada rasa 9. Berikan cairan

haus yang berlebihan 10. Berikan diuretik sesuai interuksi

11. Berikan cairan IV pada suhu

ruangan
39

12. Dorong masukan oral

13. Berikan penggantian nesogatrik

sesuai output

14. Dorong keluarga untuk membantu

pasien makan

15. Tawarkan snack ( jus buah, buah

segar )

16. Kolaborasi dokter jika tanda cairan

berlebih muncul meburuk

17. Atur kemungkinan tranfusi

18. Persiapan untuk tranfusi

Intoleransi aktivitas NOC : Energy Management

1. Energy conservation 1. Observasi adanya pembatasan klien

2. Self Care : ADLs dalam melakukan aktivitas

Kriteria Hasil : 2. Dorong anal untuk mengungkapkan

1. Berpartisipasi dalam perasaan terhadap keterbatasan

aktivitas fisik tanpa 3. Kaji adanya faktor yang

disertai peningkatan menyebabkan kelelahan

tekanan darah, nadi dan 4. Monitor nutrisi dan sumber energi

RR tangadekuat

2. Mampu melakukan 5. Monitor pasien akan adanya

aktivitas sehari hari kelelahan fisik dan emosi secara

(ADLs) secara mandiri berlebihan


40

6. Monitor respon kardivaskuler

terhadap aktivitas

7. Monitor pola tidur dan lamanya

tidur/istirahat pasien

Activity Therapy

1. Kolaborasikan dengan Tenaga

Rehabilitasi Medik dalam

merencanakan progran terapi yang

tepat

2. Bantu klien untuk mengidentifikasi

aktivitas yang mampu dilakukan

3. Bantu untuk memilih aktivitas

konsisten yangsesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan

sosial

4. Bantu untuk mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktivitas yang

diinginkan

5. Bantu untuk mendpatkan alat

bantuan aktivitas seperti kursi roda

6. Bantu untu mengidentifikasi

aktivitas yang disukai


41

7. Bantu klien untuk membuat jadwal

latihan diwaktu luang

8. Bantu pasien/keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas

9. Sediakan penguatan positif bagi

yang aktif beraktivitas

10. Bantu pasien untuk

mengembangkan motivasi diri dan

penguatan

11. Monitor respon fisik, emoi, social

dan spiritual

Ansietas/Kecemasan NOC : Anxiety Reduction (penurunan

1. Anxiety control kecemasan)

2. Coping 1. Gunakan pendekatan yang

Kriteria Hasil : menenangkan

1. Klien mampu 2. Nyatakan dengan jelas harapan

mengidentifikasi dan terhadap pelaku pasien

mengungkapkan gejala 3. Jelaskan semua prosedur dan apa

cemas yang dirasakan selama prosedur

2. Mengidentifikasi, 4. Temani pasien untuk memberikan

mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut

menunjukkan tehnik 5. Berikan informasi faktual mengenai


42

untuk mengontol cemas diagnosis, tindakan prognosis

3. Vital sign dalam batas 6. Dorong keluarga untuk menemani

normal anak

4. Postur tubuh, ekspresi 7. Lakukan back / neck rub

wajah, bahasa tubuh 8. Dengarkan dengan penuh perhatian

dan tingkat aktivitas 9. Identifikasi tingkat kecemasan

menunjukkan 10. Bantu pasien mengenal situasi yang

berkurangnya menimbulkan kecemasan

kecemasan 11. Dorong pasien untuk

mengungkapkan perasaan,

ketakutan, persepsi

12. Instruksikan pasien menggunakan

teknik relaksasi

13. Barikan obat untuk mengurangi

kecemasan

Devisiensi NOC : Teaching : disease Process

Pengetahuan 1. Kowlwdge : disease 1. Berikan penilaian tentang tingkat

process pengetahuan pasien tentang proses

2. Kowledge : health penyakit yang spesifik

Behavior 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit

Kriteria Hasil : dan bagaimana hal ini berhubungan

1. Pasien dan keluarga dengan anatomi dan fisiologi,

menyatakan dengan cara yang tepat.


43

pemahaman tentang 3. Gambarkan tanda dan gejala yang

penyakit, kondisi, biasa muncul pada penyakit, dengan

prognosis dan program cara yang tepat

pengobatan 4. Gambarkan proses penyakit,

2. Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat

mampu melaksanakan 5. Identifikasi kemungkinan

prosedur yang penyebab, dengna cara yang tepat

dijelaskan secara benar 6. Sediakan informasi pada pasien

3. Pasien dan keluarga tentang kondisi, dengan cara yang

mampu menjelaskan tepat

kembali apa yang 7. Hindari harapan yang kosong

dijelaskan perawat/tim 8. Sediakan bagi keluarga informasi

kesehatan lainnya tentang kemajuan pasien dengan

cara yang tepat

9. Diskusikan perubahan gaya hidup

yang mungkin diperlukan untuk

mencegah komplikasi di masa yang

akan datang dan atau proses

pengontrolan penyakit

10. Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan

11. Dukung pasien untuk

mengeksplorasi atau mendapatkan


44

second opinion dengan cara yang

tepat atau diindikasikan

12. Eksplorasi kemungkinan sumber

atau dukungan, dengan cara yang

tepat

13. Rujuk pasien pada grup atau agensi

di komunitas lokal, dengan cara

yang tepat

14. Instruksikan pasien mengenai tanda

dan gejala untuk melaporkan pada

pemberi perawatan kesehatan,

dengan cara yang tepat

N. Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang

telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan

perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi

prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap

intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan intervensi keperawatan.

Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah

kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan

dan diselesaikan (Wijayaningsih, 2013).


45

1. Tindakan Keperawatan Mandiri

Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan

mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang

tenang, mengompres hangat saat klien demam.

2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif

Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan

anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama

yang bertahan untuk mengatasi masalah klien.

O. Evaluasi

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap

tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi

terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah

pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan

suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnose keperawatan (Wijayaningsih,

2013).

Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu :

S : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien

O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan

dengan diagnosa keperawatan.

A : Analisis dan diagnosa.

P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang

dari intervensi.
BAB III

LAPORAN KASUS

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn. I

dengan Kasus Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis di Ruang Asoka RSUD

Konawe Selatan dengan menggunakan pengkajian auto anamnesa dan allo

anamnesa. Studi kasus ini dimulai dari tahap pengkajian, penegakan diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Identitas Klien

Nama Mahasiswa : Since

NIM : 14401201700027 3

Ruangan : Asoka

Tanggal Pengkajian : 7/7/2018 Jam : 09.00

Identitas Klien

Nama : Tn. I No. Reg. : 05 19 02

Umur : 52 Tahun Tgl. MRS : 07/06/2018

Jenis Kelamin :♂ Diagnosa : Gastritis

Suku/Bangsa : Tolaki

Agama :Islam

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Alamat : Wundu Watu

46
47

Penanggung : BPJS

B. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Keluhan utama

Klien mengatakan nyeri abdomen bagian kiri atas

b. Riwayat keluhan utama

Klien mengatakan sudah merasakan nyeri abdomen sejak satu hari yang

lalu sebelum di rawat di RSUD Konawe Selatan. yaitu klien mengatakan

nyeri terjadi saat telat makan dan yang pedis, nyeri seperti ditusuk-tusuk

dan hilang timbul, pada daerah perut kiri atas, dengan skala nyeri 5

(sedang), klien mengatakan tidak paham penyakit apa yeng di deritanya

saat ini.

c. Upaya yang telah dilakukan

Upaya yang dilakukan klien untuk mengurangi rasa nyeri mengurangi

bergerak dan minum air, namun hanya berefek sementara saja.

d. Terapi/operasi yang pernah dilakukan

Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan tindakan operasi.

2. Riwayat kesehatan masa lalu

Tn. I mengatakan tidak pernah dioperasi dan pernah dirawat di rumah

sakit sebelumnya dengan penyakit yang sama. Klien tidak ada riwayat alergi

dan klien memiliki riwayat kebiasaan merokok.


48

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan, dengan riwayat

genogram sebagai berikut :

? 52 ? ? 50 ? ?

29 25

Gambar 3.1 Bagan Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

X : Meninggal

? : Tidak Diketahui Umur

: Klien

: Tinggal Serumah

4. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Keadaan umum lemah


49

b. Kesadaran

Tingkat kesadaran composmentis

c. Tanda-tanda vital

TD : 100/70 mmHg

N : 88x/menit

S : 37ºC

P : 20x/menit

d. Berat badan: 55 kg tinggi badan: 157 cm

e. Pemeriksaan body sistem

1) Pernafasan (B1: Breathing)

Hidung terlihat simetris, tidak ada secret atau cairan dan tidak ada

polip, fungsi penciuman baik, serta dapat membedakan bau minyak

angin dan parfum. Bentuk dada simetris, palpasi dada tidak ada massa,

suara nafas vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan, perkusi

redup.

Klien mengatakan tidak ada keluahan pada pernafasan.

2) Cardiovaskuler (B2: Bleeding)

Tidak ada nyeri tekan ictus cordis teraba jelas tiga jari dibawah putting

susu. Perkusi dada redup. Suara jantung : normal S1 dan S2 tunggal

regular.

Klien mengatakan tidak ada keluahan pada jantung.


50

3) Persyarafan (B3: Brain)

Glasgow Coma Scale (GCS) 15 (E : 4, V : 5, M : 6), Klien nampak

meringis, kepala dan wajah simetris, gerakan wajah normal, sklera

putih, pupil sama besarnya kiri dan kanan, kornea bening, bola mata

simetris, kelopak mata dapat membuka dan menutup secara spontan,,

fungsi pendengaran normal, fungsi penciuman normal, fungsi

pengecapan normal, fungsi penglihatan normal.

4) Perkemihan-Eliminasi (B4: Bladder) frekuensi minum klien 4-5x/hari,

urine warna kuning bening dengan bau khas amoniak. Klien

mengatakan tidak ada gangguan pada pola eliminasi urine.

5) Pencernaan-Eliminasi (B5: Bowel) tidak terdapat peradangan pada

mulut, nyeri pada abdomen kuadran kiri atas, BAB 1 kali/hari dengan

konsistensi lunak, klien mengatakan kurang nafsu makan, klien

mengatakan mual dan muntah.

6) Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone) Pergerakan sendi klien terbatas

dengan kekuatan otot kiri dan kakan 5/5, tonus ototnya baik.

Ekstremitas atas tidak ada nyeri otot, tidak ada nyeri persedian, tidak

ada fraktur dan tidak menggunakan alat bantu. Ekstremitas bawah

tidak ada nyeri otot dan persendian, tidak ada fraktur dan tidak

menggunakan alat bantu. Klien mengatakan kesulitan untuk bergerak

karena merasakan nyeri pada abdomen, klien mengatakan nyeri

abdomen saat bergerak. Warna kulit merata sawo matang dan merata,
51

klien nampak pucat, tidak ada ikterik, tidak ada kemerahan dan

pigmentasi pada kulit, akral hangat, turgor kulit cukup kembali dalam

waktu ≤ 3detik dan tidak ada jaringan parut, laserasi, ulserasi,

ekimosis dan lepuh, kulit bersih.

7) Sistem endokrin klien tidak menggunakan terapi hormon, tidak ada

masalah pada sitem endokrin.

8) sistem reproduksi tidak ada masalah

5. Pola Aktivitas

a. Makan

Frekuensi makan klien 3x/hari dengan porsi tidak dihabiskan, jenis menu,

nasi, ikan, sayur yang disediakan Rumah Sakit klien tidak ada alergi pada

makanan, klien mengatakan mual setelah makan.

b. Minum

Frekuensi minum klien 5-6 gelas/hari, jenis minuman air putih klien tidak

ada pantangan atau alergi minuman

c. Kebersihan perorangan

Klien mengatakan selama sakit membersihkan badan dengan mengelap

basah saja, sikat gigi satu kali sehari, klien hanya mengganti pakaian dan

dibantu keluarga.

d. Istrahat dan aktivitas

Klien tidur siang selama 1 jam mulai jam 13.00 s/d jam 14.00 dan tidur

malam selama 7 jam : jam 22.00 s/d jam 05.00, klien kadang terbangun
52

saat merasakan nyeri pada abdomen dan saat berkurang klien melanjutkan

tidurnya. Klien hanya terbaring di tempat tidur. Klien mengatakan di

bantu keluarga saat ke kamar mandi.

6. Psikososial

a. Sosial/interaksi

Klien mengatakan mendapat dukunagan penuh dari keluarga, klien

kooperatif saat berinteraksi kepada perawat dan keluarga. Tidak ada

konflik yang terjadi baik berupa konflik peran, nilai dan lainnya.

b. Psikologis

Klien mengatakan tidak paham tentang penyakit penyakitnya saat ini,

klien terilhat bingung dan gelisah serta selalu bertanya tentang kondisinya.

Klien mengatakan tidak mengerti cara pengobatan yang diberikan untuk

penyembuhan penyakitnya dan klien mengatakan berharap bias cepat

sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasanya.

c. Spiritual

Tidak ada masalah dalam beribadah. Klien aktif dalam beribadah

menjalankan kewajibannya.

7. Terapi

Terapi yang diberikan pada Ny. J tanggal 7 juli adalah IVFD RL 24

tetes/menit, injeksi ranitidine 1 ampul/8 jam/IV, injeksi ketorolac 1 ampul/12

jam/IV, donperidon 2 x 1 tablet, vitamin B1 2 x 1 tablet, vitamin B6 2 x 1

tablet.
53

C. Data Fokus

Nama pasien : Tn. I Nama Mahasiswa : Since

No. RM : 05 19 02 Nim :144012017000273

Ruang Rawat : Asoka

Tabel. 3.1 Data Fokus Pengkajian Keperawatan


DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF

− Klien mengatakan nyeri abdomen bagian kiri  Keadaan umum lemah

atas  Klien nampak meringis


− Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
 Palpasi: nyeri pada abdomen
tusuk dan hilang timbul kuadran kiri atas

− Klien mengatakan nyeri terjadi saat telat  Klien nampak gelisah

makan dan yang pedis


 Klien selalu bertanya tentang
− Klien mengatakan nyeri terjadi pada
kondisinya
daerah perut kiri atas
 Klien terilhat bingung
− Klien mengatakan tidak paham tentang
 Skala nyeri 5 (sedang)
penyakit penyakitnya saat ini
 TTV : TD : 100/70 mmHg, N
− Klien mengatakan tidak mengerti cara
: 88x/menit, S : 37ºC, P
pengobatan yang diberikan untuk
: 20x/menit
penyembuhan penyakitnya

− Klien mengatakan berharap bias cepat

sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasanya


54

D. Daftar Rumusan Masalah

Nama pasien : Tn. I Nama Mahasiswa : Since

No. RM : 05 19 02 Nim :14401201700027 3

Ruang Rawat : Asoka

Tabel. 3.2 Perumusan Masalah

No Data Etiologi Masalah

1 Ds : Gastritis Nyeri akut

− Klien mengatakan nyeri


Peradangan mukosa
abdomen bagian kiri atas

− Klien mengatakan Sekresi asam lambung

nyeri seperti ditusuk-


Iritasi lambung
tusuk dan hilang

timbul

− Klien mengatakan nyeri Sensasi nyeri

terjadi saat telat makan

dan yang pedis


Nyeri Akut
− Klien mengatakan

nyeri terjadi pada

daerah perut kiri atas

Do :

- Keadaan umum lemah

- Klien nampak meringis


55

- Palpasi: nyeri pada

abdomen kuadran kiri

atas

- Skala nyeri 5 (sedang)

- TTV : TD : 100/70

mmHg, N : 88x/menit,

S : 37ºC, P :

20x/menit

2 Ds : Gastritis Devisiensi

− Klien mengatakan tidak Pengetahuan

paham tentang penyakit Perubahan status kesehatan


penyakitnya saat ini

− Klien mengatakan tidak Kurang informasi


mengerti cara

pengobatan yang Devisiensi Pengetahuan

diberikan untuk

penyembuhan

penyakitnya

− Klien mengatakan

berharap bias cepat

sembuh dan bisa

beraktivitas seperti

biasanya
56

Do :

- Keadaan umum lemah

- Klien nampak gelisah

- Klien selalu bertanya

tentang kondisinya

- Klien terilhat bingung

E. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri, ditandai dengan :

Ds :

− Klien mengatakan nyeri abdomen bagian kiri atas

− Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul

− Klien mengatakan nyeri terjadi saat telat makan dan yang pedis

− Klien mengatakan nyeri terjadi pada daerah perut kiri atas

Do :

- Keadaan umum lemah

- Klien nampak meringis

- Palpasi: nyeri pada abdomen kuadran kiri atas

- Skala nyeri 5 (sedang)

- TTV : TD : 100/70 mmHg, N : 88x/menit, S : 37ºC, P : 20x/menit

2. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan

kurangnya keinginan untuk mencari informasi, ditandai dengan :


57

Ds :
− Klien mengatakan tidak paham tentang penyakit penyakitnya saat ini

− Klien mengatakan tidak mengerti cara pengobatan yang diberikan untuk

penyembuhan penyakitnya

− Klien mengatakan berharap bias cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti

biasanya

Do :

- Keadaan umum lemah

- Klien nampak gelisah

- Klien selalu bertanya tentang kondisinya

- Klien terilhat bingung


F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn. I Nama Mahasiswa : Since

No. RM : 05 19 02 Nim : 14401201700027 3

Ruang Rawat : Asoka

Tabel. 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification
Nursing Intervention Classification (NIC)
(NOC)
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Setelah dilakukan tindakan 18. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

injuri, ditandai dengan : keperawatan selama 3x24 jam termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

Ds : diharapkan pain level, pain kualitas dan faktor presipitasi

- Klien mengatakan nyeri ulu hati control, comfort level, dengan 19. Observasi reaksi nonverbal dari

- Klien mengatakan nyeri seperti kriteria hasil: ketidaknyamanan

ditusuk-tusuk dan hilang timbul 1. Keadaan umum baik 20. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

- Klien mengatakan nyeri terjadi pada 2. Mampu mengontrol nyeri mengetahui pengalaman nyeri pasien

lambung (kuadran kiri atas) 3. Skala nyeri ringan (0-3) 21. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

58
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification
Nursing Intervention Classification (NIC)
(NOC)
Do : nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan

- Keadaan umum lemah kebisingan

- Klien nampak meringis 22. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

- Skala nyeri 5 (sedang) 23. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

- TTV : TD : 110/70 mmHg, nadi : 24. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

84 kali/menit, pernapasan : 20 25. Tingkatkan istirahat

kali/menit, suhu : 36,20C 26. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan

dan tindakan nyeri tidak berhasil

2. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 15. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan

keterbatasan kognitif dan kurangnya keperawatan selama 3x24 jam pasien tentang proses penyakit yang spesifik
keinginan untuk mencari informasi, ditandai diharapkan Kowlwdge : disease 16. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
dengan : process, Kowledge : health Behavior
bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
Ds : Kriteria Hasil :
dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
− Klien mengatakan tidak paham tentang
4. Pasien dan keluarga

59
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification
Nursing Intervention Classification (NIC)
(NOC)
penyakit penyakitnya saat ini menyatakan pemahaman 17. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul

− Klien mengatakan tidak mengerti cara tentang penyakit, kondisi, pada penyakit, dengan cara yang tepat
pengobatan yang diberikan untuk prognosis dan program 18. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
penyembuhan penyakitnya
pengobatan tepat
− Klien mengatakan berharap bias cepat
5. Pasien dan keluarga mampu 19. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara
sembuh dan bisa beraktivitas seperti
melaksanakan prosedur yang yang tepat
biasanya
dijelaskan secara benar 20. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
Do :
dengan cara yang tepat
- Keadaan umum lemah
21. Hindari harapan yang kosong
- Klien nampak gelisah
22. Sediakan bagi keluarga informasi tentang
- Klien selalu bertanya tentang kondisinya
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
- Klien terilhat bingung
23. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin

diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa

60
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification
Nursing Intervention Classification (NIC)
(NOC)
yang akan datang dan atau proses pengontrolan

penyakit

24. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas

lokal, dengan cara yang tepat

61
A. Inplementasi dan Evaluasi Keperawatan

Nama pasien : Tn. I Nama Mahasiswa : Since

No. RM : 05 19 02 Nim : 14401201700027 3

Ruang Rawat : Asoka

Tabel. 3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan


HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM

1. 7/7/2018 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 8/7/2018 S:

09.00 komprehensif termasuk lokasi, 09.00 Klien mengatakan nyeri

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas mulai berkurang

dan faktor presipitasi Klien mengatakan nyerinya

Hasil : hilang timbul perlahan

Skala nyeri 5 (sedang), Sifat keluhan : berkurang

Terus menerus dan hilang timbul,

Lokasi penyebaran : pada abdomen kiri

62
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM

atas O:

2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari Keadaan umum baik

ketidaknyamanan Klien Nampak tenang

Hasil : Palpasi nyeri abdomen

Klien Nampak meringis Skala nyeri 4 (sedang)

3. Menggunakan teknik komunikasi TTV : TD : 110/70 mmHg,

terapeutik untuk mengetahui nadi : 84 kali/menit,

pengalaman nyeri pasien pernapasan : 20 kali/menit,

Hasil : suhu : 370C

Komunikasi terapeutik terbina dan

kooperatif

4. Kontrol lingkungan yang dapat A: masalah teratasi

mempengaruhi nyeri seperti suhu sebagian

63
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

Hasil: P: intervensi 1, 2, 5, 6

Klien di temani 2 orang keluarganya dilanjutkan

5. Mengajarkan tentang teknik non

farmakologi

Hasil :

Teknik relaksali nafas dalam

6. Memberikan analgetik untuk

mengurangi nyeri

Hasil :

injeksi ranitidine 1 ampul/8 jam/IV,

injeksi ketorolac 1 ampul/12 jam/IV

7. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri

64
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM

Hasil :

Masih proses reaksi mengurangi nyeri

dari obat yang di berikan dan teknik

nafas dalam yang di ajarkan

8. Tingkatkan istirahat

Hasil :

Klien mendengarkan instruksi yang di

berikan

9. Kolaborasikan dengan dokter jika ada

keluhan dan tindakan nyeri tidak

berhasil

2. 7/7/2018 1. Berikan penilaian tentang tingkat 8/7/2018 S:

09.00 pengetahuan pasien tentang proses penyakit 09.00 Klien mengatakan mengerti

65
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM

yang spesifik sedikit tentang penyakitnya

Hasil: Klien mengatakan berharap


Klien tidak paham tentang penyakitnya saat ingin cepat sembuh dan bisa
ini
pulang
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

bagaimana hal ini berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi, dengan cara yang


O:
tepat.
Keadaan umum baik
Hasil :
Klien terlihat tenang
HE tentang Gastritis

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa Klien kooperatif dalam

muncul pada penyakit, dengan cara yang komunikasi

tepat Klien dapat menyebutkan

Hasil : tetang proses penyakitnya

66
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM

HE tentang Gastritis yang telah di berikan

4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara pendidikan kesehatan


yang tepat

Hasil :

HE tentang Gastritis
A: masalah teratasi sebagian
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan

cara yang tepat


P: intervensi dilanjutkan
Hasil :

Klien mengatakan saat telat makan akan

merasakan nyeri pada abdomen

6. Sediakan informasi pada pasien tentang

kondisi, dengan cara yang tepat

Hasil :

HE

67
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM

7. Hindari harapan yang kosong

Hasil :

Pemberian informasi yang tepat dan mudah

di pahami klien

8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang

kemajuan pasien dengan cara yang tepat

Hasil :

Menginformasikan perkembangan klien

pada keluarga

9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang

mungkin diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang akan datang dan

atau proses pengontrolan penyakit

Hasil :

68
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM

HE tentang proses penyakit dan upanya

pencegahan penyakit

10. Rujuk pasien pada grup atau agensi di

komunitas lokal, dengan cara yang tepat

1. 8/7/2018 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 9/7/2018 S:

09.00 komprehensif termasuk lokasi, 09.00 Klien mengatakan tidak

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas merasakan lagi

dan faktor presipitasi

Hasil :

Skala nyeri 5 (sedang), Sifat keluhan : O:

Terus menerus dan hilang timbul, Keadaan umum baik

Lokasi penyebaran : pada abdomen kiri Klien Nampak tenang

atas TTV : TD : 110/70 mmHg,

69
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM

2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari nadi : 80 kali/menit,

ketidaknyamanan pernapasan : 20 kali/menit,

Hasil : suhu : 36,50C

Klien mulai dapat mengontrol ekspresi

saat merasakan nyeri A: masalah teratasi

3. Mengajarkan tentang teknik non sebagian

farmakologi

Hasil :

Klien mendemonstrasikan teknik P: intervensi di pertahankan

relaksali nafas dalam

4. Memberikan analgetik untuk

mengurangi nyeri

Hasil :

70
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM

injeksi ranitidine 1 ampul/8 jam/IV,

injeksi ketorolac 1 ampul/12 jam/IV

2. 8/7/2018 1. Berikan penilaian tentang tingkat 9/7/2018 S:

09.00 pengetahuan pasien tentang proses 09.00 Klien mengatakan sudah

penyakit yang spesifik paham dan mengerti tentang

Hasil : penyakitnya

Klien mengerti dan paham tentang

penyakit serta kondisinya saat ini

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

bagaimana hal ini berhubungan dengan O:


anatomi dan fisiologi, dengan cara yang Keadaan umum baik
tepat.
Klien Nampak tenang
Hasil :
Tidak gelisah

71
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM

HE Gastritis

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa

muncul pada penyakit, dengan cara yang A:


tepat
Masalah teratasi
Hasil :

HE Gastritis
P:
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara
Intervensi di pertahankan
yang tepat

Hasil :

HE Gastritis

5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan

cara yang tepat

Hasil :

Saat telat makan klien akan merasakan nyeri

72
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM

pada abdomen

6. Sediakan informasi pada pasien tentang

kondisi, dengan cara yang tepat

Hasil :

HE

7. Hindari harapan yang kosong

Hasil :

Pemberian informasi yang tepat dan mudah

di pahami klien

8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang

kemajuan pasien dengan cara yang tepat

Hasil :

Menginformasikan perkembangan klien

pada keluarga

73
HARI, HARI,
DIAGNOSA EVALUASI PARAF
TANGGAL IMPLEMENTASI PARAF TANGGAL
KEPERAWATAN (SOAP) CI
DAN JAM DAN JAM

9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang

mungkin diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang akan datang dan

atau proses pengontrolan penyakit

Hasil :

HE tentang proses penyakit dan upanya

pencegahan penyakit

10. Rujuk pasien pada grup atau agensi di

komunitas lokal, dengan cara yang tepat

74
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membandingkan dan menganalisa antar teori

dengan kasus yang telah dibahas pada bab III mengenai Asuhan Keperawatan

Pada Tn. I dengan Kasus Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis di Ruang Asoka

RSUD Konawe Selatan

Adapun yang akan dibahas dalam bab ini meliputi kesamaan, kesenjangan

antara teori dan kasus yang ditemukan pada klien Tn. I terjadinya penyakit hingga

memunculkan diagnosa keperawatan pada pasien Gastritis Asuhan keperawatan

yang dilakukan selama 3 (tiga) hari yaitu terhitung mulai tanggal 7 juli 2018 – 9

juli 2018.

Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar

manusia di dalam asuhan keperawatan. Ruang lingkup pembahasan ini meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang

bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat

ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini

dan waktu sebelumnya (Potter dan Perry, 2009). Dari pengkajian Tn. I

ditemukan hasil yaitu keluhan utama Klien mengatakan nyeri abdomen bagian

kiri atas. Dengan riwayat keluhan utama Klien mengatakan sudah merasakan

nyeri abdomen sejak satu hari yang lalu sebelum di rawat di RSUD Konawe

Selatan yaitu klien mengatakan nyeri terjadi saat telat makan dan yang pedis,

75
76

nyeri seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul, pada daerah perut kiri atas,

dengan skala nyeri 5 (sedang), klien mengatakan tidak paham penyakit apa

yeng di deritanya saat ini. Upaya yang dilakukan klien untuk mengurangi rasa

nyeri mengurangi bergerak dan minum air, namun hanya berefek sementara

saja. Dari hasil pemeriksaan dokter, Tn. I di diagnosa gastritis.

Disamping itu, ditemukan juga pada data psikologis klien mengatakan

tidak paham tentang penyakit penyakitnya saat ini, klien terilhat bingung dan

gelisah serta selalu bertanya tentang kondisinya. Klien mengatakan tidak

mengerti cara pengobatan yang diberikan untuk penyembuhan penyakitnya

dan klien mengatakan berharap bias cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti

biasanya. Hal ini tidaak ada kesenjangan yang didapatkan oleh penulis antara

data yang didapatkan melalui hasil pengkajian dengan teori tentang gejala dan

tanda pada klien dengan gastritis akut. dikarenakan dalam setiap perjalanan

penyakit akan berdampak pada fisik maupun psikologis klien.

Tanda dan gejala gastritis akut pada anamnesis biasanya didapatkan

keluhan abdomen yang tidak jelas seperti mual, muntah dan anoreksia

sehingga menyebabkan pemenuhan kebutuhan nutrisi harian berkurang, intake

nutrisi tidak adekuat, kehilangan cairan dan elektrolit. Pada beberapa orang

didapat keluhan yang lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah,

perdarahan dan hematemesis yang menimbulkan manifestasi kecemasan

secara individu (Muttaqin, 2011).

Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan head to toe.

Pemeriksaan fisik head to toe yaitu menggunakan tekhnik inspeksi

76
77

(menggunakan indra penglihatan) memerlukan bantuan pencahayaan yang

baik dan pengamatan yang teliti. Palpasi menggunakan serabut saraf sensoris

di permukaan tangan untuk mengetahui kelembaban, suhu, tekstur, adanya

masa dan penonjolan, lokasi dan ukuran organ serta pembengkakan. Perkusi,

pemeriksaan ini menggunakan prinsip vibrasi dan getaran udara dilakukan

dengan mengetuk permukaan tubuh dengan tangan pemeriksa. Auskultasi,

menggunakan indra pendengaran bisa menggunakan alat bantu stetoskop

ataupun tidak (Debora, 2011). Dari hasil pengkajian yang didapatkan penulis

saat dilakukan pemeriksaan fisik keadaan umum Tn. I Keadaan umum lemah

Tingkat kesadaran composmentis, TTV : TD 100/70 mmHg, N 88x/menit, S

37ºC, P 20x/menit, Berat badan 55 kg dan tinggi badan 157 cm.

Pemeriksaan body system: Pernafasan (B1: Breathing) Klien

mengatakan tidak ada keluahan pada pernafasan. Cardiovaskuler (B2:

Bleeding) Tidak ada nyeri tekan ictus cordis teraba jelas tiga jari dibawah

putting susu. Perkusi dada redup. Suara jantung : normal S1 dan S2 tunggal

regular. Klien mengatakan tidak ada keluahan pada jantung. Persyarafan (B3:

Brain) Glasgow Coma Scale (GCS) 15 (E : 4, V : 5, M : 6), Klien nampak

meringis, fungsi pendengaran normal, fungsi penciuman normal, fungsi

pengecapan normal, fungsi penglihatan normal. Perkemihan-Eliminasi (B4:

Bladder) Klien mengatakan tidak ada gangguan pada pola eliminasi urine.

Pencernaan-Eliminasi (B5: Bowel) nyeri pada abdomen kuadran kiri atas,

klien mengatakan kurang nafsu makan, klien mengatakan mual dan muntah.

Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone) Pergerakan sendi klien terbatas dengan

77
78

kekuatan otot kiri dan kakan 5/5, tonus ototnya baik. Klien mengatakan

kesulitan untuk bergerak karena merasakan nyeri pada abdomen, klien

mengatakan nyeri abdomen saat bergerak.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon

aktual atau potensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat

mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan

potensial pasien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang

berkaitan, catatan medis pasien masa lalu dan konsultasi dengan profesional

lain (Nurarif .A.H, 2015). Diagnosa keperawatan pada gastritis meliputi :

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri (biologi, kimia, fisik,

psikologis), kerusakan jaringan.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan

dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh

karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

3. Devisit volume cairan berhubungan dengan: kehilangan volume cairan

secara aktif kegagalan mekanisme pengaturan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau imobilisasi

kelemahan menyeluruh, ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan

kebutuhan, gaya hidup yang dipertahankan.

5. Ansietas/Kecemasan berhubungan dengan Faktor keturunan, Krisis

situasional, Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian,

perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi

78
79

6. Dervisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,

interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk

mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

Berdasarkan data hasil pengkajian pada Tn. I dengan keluhan utama

Klien mengatakan nyeri abdomen bagian kiri atas, maka di tegakkan diagnosa

utama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen injuri. adanya keluahan pada

data psikologis klien mengatakan tidak paham tentang penyakit penyakitnya

saat ini, klien mengatakan tidak mengerti cara pengobatan yang diberikan

untuk penyembuhan penyakitnya dan klien mengatakan berharap bias cepat

sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasanya sehingga di tegakkan pula

diangnosa keperawatan Dervisiensi pengetahuan berhubungan dengan

keterbatasan kognitif dan kurangnya keinginan untuk mencari informasi.

Dari data pengkajian dan penegakkan diagnosa keperawatan tersebut

tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori dimana diagnosa

keperawatan yang telah ditemukan pada kasus Tn. I terdapat dalam teori

namun tidak memuat diagnosa keperawatan secara keseluruhan seperti:

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

: Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena

faktor biologis, psikologis atau ekonomi. Devisit volume cairan berhubungan

dengan: kehilangan volume cairan secara aktif kegagalan mekanisme

pengaturan. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau

imobilisasi kelemahan menyeluruh, ketidakseimbangan antara suplei oksigen

dengan kebutuhan, gaya hidup yang dipertahankan. Ansietas/Kecemasan

79
80

berhubungan dengan faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan

status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang

pengetahuan dan hospitalisasi. Hal ini terjadi karena tidak ada data pendukung

saat pengkajian untuk menegakan diagnosa kepearawatan tersebut. Setiap

klien mempunyai daya presepsi pemahaman tentang kesehatan dan penyakit

yang berbeda-beda dan juga dipengaruhi kemampuan tubuh untuk merespon

penyebab suatu penyakit yang dialami pasien (Nikmatur rohmah, 2009).

C. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan, penulis

menyusun kriteria hasil yang berpedoman pada SMART yaitu S (Specific)

dimana tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, M

(Measurable) dimana tujuan keperawatan harus dapat diukur khususnya

tentang perilaku pasien (dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan), A

(Achievable) dimana harus dapat dicapai, R (Reasonable) dimana tujuan harus

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, T (Time) dimana mempunyai

batasan waktu yang jelas (Nursalam, 2008).

Perencanaan keperawatan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan

secara mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi

kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah dalam perencanaan

keperawatan. Dalam perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan

data dan rumusan masalah keperawatan yang merupakan petunjuk dalam

membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan atau

mengeliminasi masalah kesehatan klien (Nurarif .A.H, 2015).

80
81

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.

Intervensi dilakukan dengan ONEC yaitu (Observasi) adalah rencana tindakan

mengkaji atau melaksanakan observasi terhadap kemajuan klien untuk

memantau secara langsung yang dilakukan secara kontinue, (Nursing) adalah

rencana tindakan yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki dan

mencegah perluasan masalah, (Education) adalah rencana tindakan yang

berbentuk pendidikan kesehatan, dan (Colaboration) adalah tindakan medis

yang dilimpahkan pada perawat (Rohman, 2012).

Rencana keperawatan yang dilakukan oleh penulis berdasarkan

Nursing Outcome Classification (NOC) dan Nursing Intervention

Clasification (NIC) antara lain pada diagnosa utama yaitu nyeri akut

berhubungan dengan Agen injuri, dengan tujuan: pain level, pain control,

comfort level, dan kriteria hasil: Keadaan umum baik, mampu mengontrol

nyeri, skala nyeri ringan (0-3). Intervensi yang dilakukan adalah : lakukan

pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, observasi reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan, gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien, kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan, ajarkan tentang teknik non

farmakologi, berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, evaluasi keefektifan

kontrol nyeri,tingkatkan istirahat, kolaborasikan dengan dokter jika ada

keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.

81
82

Rencana keperawatan yang dilakukan penulis pada diagnosa kedua

yaitu defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan

kurangnya keinginan untuk mencari informasi, dengan Tujuan : Kowlwdge :

disease process, Kowledge : health Behavior. Kriteria Hasil : pasien dan

keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan

program pengobatan, pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur

yang dijelaskan secara benar. Intervensi yang dilakukan adalah Berikan

penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang

spesifik, Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini

berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat,

Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara

yang tepat, Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat, Identifikasi

kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat, Sediakan informasi pada

pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat, Hindari harapan yang kosong,

Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang

tepat, Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk

mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan

penyakit, Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara

yang tepat.

Dalam intervensi tidak didapatkan adanya kesenjangan antara intervesi

yang ada dalam teori dan intervensi yang penulis terapkan dalam praktek.

Alasannya karena semua intervensi yang ada dalam teori telah diterapkan

dalam praktek klinik dilapangan.

82
83

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan,

adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan

untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan

dilakukan dan diselesaikan (Wijayaningsih, 2013).

Implementasi keperawatan ini akan merumuskan repon terhadap

implementasi yang diberikan kepada klien untuk melanjutkan proses

keperawatan yang telah ada. Seperti ditemukan pada respon di hari pertama

tindakan keperawatan pada Tn. I tanggal 7 juli 2018 yang belum menunjukan

perubahan dalam tindakan keperawatan sehingga intervensi keperawatan tetap

dilaksanakan dan pada tanggal 8 juli sampai 9 juli 2018 terjadi perubahan

kesehatan pada klien dan implementasi keperawatan tetap dipertahankan.

E. Evaluasi

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien

terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian

tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien.

Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah perilaku

klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnose

keperawatan (Wijayaningsih, 2013).

Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP,

yaitu :

S : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien

83
84

O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan

dengan diagnosa keperawatan.

A : Analisis dan diagnosa.

P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan

datang dari intervensi.

Evaluasi hasil pada tanggal 8 juli 2018 pukul 09.00 WITA Diagnosa

utama nyeri akut dengan data subyektif : klien mengatakan nyeri mulai

berkurang, klien mengatakan nyerinya hilang timbul perlahan berkurang.

Obyektif : keadaan umum baik, klien nampak tenang, palpasi nyeri abdomen,

skala nyeri 4 (sedang), TTV : TD : 110/70 mmHg, nadi : 84 kali/menit,

pernapasan : 20 kali/menit, suhu : 370C. Asesment : masalah teratasi sebagian.

Planing : intervensi dilanjutkan. Diagnosa kedua devisiensi pengetahuan

dengan data. Subyektif : klien mengatakan mengerti sedikit tentang

penyakitnya, klien mengatakan berharap ingin cepat sembuh dan bisa pulang.

Obyektif : keadaan umum baik, klien terlihat tenang, klien kooperatif dalam

komunikasi, klien dapat menyebutkan tetang proses penyakitnya yang telah di

berikan pendidikan kesehatan. Asesment : masalah teratasi sebagian. Planing :

intervensi dilanjutkan.

Evaluasi hasil pada tanggal 9 Juli 2018 pukul 09.00 WITA. Diagnosa

utama nyeri akut dengan data subyektif : klien mengatakan tidak merasakan

lagi. Obyektif : keadaan umum baik, klien nampak tenang, TTV : TD : 110/70

mmHg, nadi : 80 kali/menit, pernapasan : 20 kali/menit, suhu : 36,50C.

Asesment : masalah teratasi sebagian. Planing : intervensi dipertahankan.

84
85

Diagnosa kedua devisiensi pengetahuan dengan data subyektif : klien

mengatakan sudah paham dan mengerti tentang penyakitnya. Obyektif :

keadaan umum baik, klien nampak tenang, tidak gelisah. Asesment : masalah

teratasi. Planing : intervensi dipertahankan.

Pada teori maupun kasus dalam membuat evaluasi berdasarkan tujuan

dan kriteria hasil yang dicapai. Dimana pada kasus penulis memerlukan

evalusi dari tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari terhitung

mulai tanggal7 juli 2018 sampai 9 juli 2018 selama 3x24 jam.

Dari dua masalah yang yang ditemukan antara lain, nyeri akut

berhubungan dengan Agen injuri dan derfisiensi pengetahuan berhubungan

dengan keterbatasan kognitif dan kurangnya keinginan untuk mencari

informasi. Ke dua diagnosa keperawatan pada studi kasus taratasi sebagian

dan intervensi tetap dipertahankan, selama studi kesus dilaksanakan klien

dan keluarga sangat kooperatif serta adanya kerjasama yang baik dengan tim

medis lain dan petugas ruangan.

85
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah mempelajari teori-teori dari pengalaman langsung di lahan

praktek melalui studi kasus serta kesenjangan yang terjadi antara teori dan

praktek tentang teori penyakit Gastritis pada Tn. I maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian pada pada Tn. I pada tanggal 7 juli 2018 di ruang asoka

RSUD Konawe Selatan dengan menganalisa data yang ditemukan antara

lain, data subyektif: klien mengatakan nyeri abdomen bagian kiri atas,

klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul, klien

mengatakan nyeri terjadi saat telat makan dan yang pedis, klien

mengatakan nyeri terjadi pada daerah perut kiri atas, klien mengatakan

tidak paham tentang penyakit penyakitnya saat ini, klien mengatakan tidak

mengerti cara pengobatan yang diberikan untuk penyembuhan

penyakitnya, klien mengatakan berharap bias cepat sembuh dan bisa

beraktivitas seperti biasanya. Data obyektif: keadaan umum lemah, klien

nampak meringis, palpasi: nyeri pada abdomen kuadran kiri atas, klien

nampak gelisah, klien selalu bertanya tentang kondisinya, klien terilhat

bingung, skala nyeri 5 (sedang), TTV : TD : 100/70 mmHg, N: 88x/menit,

S: 37ºC, P: 20x/menit.

86
87

2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan saat dilakukan pengkajian dan

menyimpulkan analisa data pada Tn. I adalah nyeri akut berhubungan

dengan agen injuri. dervisiensi pengetahuan berhubungan dengan

keterbatasan kognitif dan kurangnya keinginan untuk mencari informasi.

3. Perencanaan tindakan keperawatan dilakukan secara komprehensif

terstruktur masalah keperawatan tersebut. Mulai degiatan intervensi ini

meliputi: memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil

serta tindakan keperawatan, pelaksanaan implementasi keperawatan yang

akan dilaksanakan sesuai rencana intervensi keperawatan, dan tidak

adanya kesenjangan antara teori dengan studi kasus untuk implementasi

keperawatan dan pada tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses

keperaatan yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan asuhan

keperawatan atas tindakan yang diberikan

4. Implementasi dan evaluasi keperawatan ini akan merumuskan repon

terhadap implementasi yang diberikan kepada klien untuk melanjutkan

proses keperawatan yang telah ada. Seperti ditemukan pada respon di hari

pertama tindakan keperawatan pada Tn. I tanggal 7 juni 2018 yang belum

menunjukan perubahan dalam tindakan keperawatan sehingga intervensi

keperawatan tetap dilaksanakan dan pada tanggal 8 juli sampai 9 juli 2018

terjadi perubahan kesehatan pada klien dan implementasi keperawatan

tetap dipertahankan, Dimana pada kasus penulis memerlukan evalusi dari

tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari terhitung mulai

tanggal7 juli 2018 sampai 9 juli 2018 selama 3x24 jam. Ke dua diagnosa

87
88

keperawatan pada studi kasus taratasi sebagian dan intervensi tetap

dipertahankan, selama studi kesus dilaksanakan klien dan keluarga sangat

kooperatif serta adanya kerjasama yang baik dengan tim medis lain dan

petugas ruangan.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu

seefektif mungkin sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada

pasien secara menyeluruh.

2. Praktis

a. Bagi Masyarakat/Pasien

Diharapkan pasien dan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan

tentang penyakit gastritis akut sehingga dapat dilakukan pencegahan

lebih dini.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan dan keterampilannya melalui praktek klinik keperawatan.

c. Bagi Rumah Sakit/ Puskesmas

Tingkatkan kerjasama dan komunikasi yang baik antara perawat

dengan perawat, perawat dengan klien, dalam melaksanakan Asuhan

Keperawatan, sebab dengan adanya kerjasama dan komunikasi yang

baik akan memperlancar dalam tindakan perawatan. Selain itu perlu

juga di berikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang baik , karena

88
89

dalam hal ini manusia harus di pandang sebagai makhluk bio-psiko-

sosial dan spiritual.

89
DAFTAR PUSTAKA

Ali. 2011. Gastritis. EGC : Jakarta.


Alim, Baitul. 2011. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Tanggerang.
Ardiansyah. Muhamad. 2012. Medikal Bedah untuk mahasiswa. DIVA Press:
Jogjakarta
Bayu. 2009. Penanganan Gastritis. EGC : Jakarta.
Beyer. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama Anonimous :
Jakarta.
Bicley, Lynns. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta.
Budiyanto, Carko. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. EGC : Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC : Jakarta.
Chandrasoma. 2005. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan. EGC :
Jakarta.
Debora. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Salemba Medika :
Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Sultra, 2015. Laporan Data Angka Kesakitan 2015. Dinas
Kesehatan Provinsi Sultra: Kendari.
Doengoes. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.
Herdman, TH. 2013. Diagnosa Keperawatan ; Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
EGC : Jakarta.
Inayah. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan Edisi Pertama. Salemba Medika : Jakarta.
Iscan. 2010. Perbandingan Nyeri Pasca Operasi Herniorraphy Secara Lichtenstein
Dengan Trabacco. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas : Padang.
Kemenkes RI. 2008. Ilmu Penyakit Dalam. Depkes RI : Jakarta.
Kemenkes RI, 2015. Laporan Data Angka Kasus Gastritis.Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Dinas: Jakarta.
Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep Proses dan
Praktik Edisi 7 Volume 1. EGC : Jakarta.
Mubarak, Ikbal Wahit. 2006. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan
Aplikasi Dalam Praktik. EGC : Jakarta.
Muttaqin. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan. Salemba
Medika : Jakarta.
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika :
Jakarta.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. MediAction: Jogjakarta.
Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan
Praktik Volume 1 Edisi 4. EGC : Jakarta.
Price & Wilson. 2005. Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta.
Prince. 2005. Anatomi Fisiologi. EGC : Jakarta.
Rachadian. 2012. Informasi Spesialite Obat Indonesia. PT ISFI : Jakarta.
Refelina. 2009. Artikel : AINS & Penyakit Gastritis. Kompas Edisi I : Jakarta.
Rock, Cl. 2004. Kebutuhan Dasar dan Proses Keperawatan Edisi 3. Salemba
Medika : Jakarta.
Rohman. 2012. Pedoman Praktik Keperawatan. EGC : Jakarta.
Rohmah, Nikmatur (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta
:Ar.Ruzz media.
RSUD Konawe Selatan. 2018. Register Tahunan RSUD Konawe selatan. RSUD
Konawe selatan: Kabupaten Konawe Selatan.
Shinya. 2008. Gastroenterologi Hepatologi. Sagung Seto : Jakarta.
Silvia. 2010. Gangguan Sistem Pencernaan. EGC : Jakarta.
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. EGC :
Jakarta.
Sudoyo. 2006. Gastroenterologi. PT Alumni : Jakarta.
Suyono, Slamet. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan
FKUI : Jakarta.
Syaiful. (2015). Fungsi dan Peran Perawat dalam Menyelenggarakan Praktik
Mandiri di Kota Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Wijayaningsih, Kartika sari. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV.
Trans Info Media.
WHO. (2015). World health statistics. (diakses tanggal 5 juli 2018).
http://www.who.int/entity/whosis/whostat/EN_W

Anda mungkin juga menyukai