Anamnesis
masuk (Umur/RM)
14/08/19 Ny. S (46 thn. (RM: Seorang wanita umur 46 tahun GVIPIAVI gravid 36 minggu
357811) masuk ke IGD dengan keluhan Nyeri perut tembus ke
belakang sejak 2 jam SMRS. Pelepasan lendir (+), darah (-)
GVIPIAVI dan air (+) Riwayat Operasi sebelumnya (-), riwayat HT (-) .
HPHT : 25/11/2018 Riwayat DM(-), riwayat Asma(-). Riwayat konsumsi Obat-
TP: 31/08/2019 obatan (-). Riw ANC 2x. Suntik TT (+) 2x. Pasien memelihara
UK : 36 minggu kucing di rumah, pasien juga sering memakan sayur-sayuran
lebih banyak dibandingkan daging selama hamil.Riwayat
nyeri tenggorokan (+), sakit kepala (+), demam (+), kram-
kram pada tangan dan kaki (+). Riwayat Trauma (-). Riwayat
Alergi (-)
Riwayat Obstetri
• 1995/aterm/PPN/PR/Dukun
• 1997/Abortus
• 200?/ Abortus
• 200?/ Abortus
• 200?/ Abortus
• 2019/kehamilan sekarang
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Penunjang
KU: Baik/ sadar/ gizi baik Pemeriksaan Laboratorim
TD: 110/80 mmHg - WBC : 11 x 103 U/L
N: 80x/i - Hb : 11,9 gr/dl
S: 37,5 ⁰C - Ht : 36 %
P: 20x/I - PLT : 270 x 103 U/L
BB : 57 kg - RBC : 3,56 x 10 6 U/L
TB : 151 cm
Pemeriksaan Imunologi Infeksi
Pemeriksaan luar:
- HbsAg (-)
Leopold 1 : Tfu 32 cm / LP 97,5 cm
- Syphilis (-)
Leopold 2 : puki
Leopold 3 : kepala Pemeriksaan Anti bodi HIV
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada wanita hamil dan janin rentan terhadap banyak penyakit infeksi.Infeksi
maternal yang bertransmisi ke dalam rahim pada beberapa tahap kehamilan dapat
pengaruh infeksi tersebut tergantung dari virulensi agennya, umur kehamilan serta
merupakan kelompok kelainan konginetal yang didapat akibat infeksi. Infeksi TORCH
pada wanita hamil seringkali tidak menimbulkan gejala atau asimtomatik, tetapi dapat
Infeksi TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan
yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria
maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan
pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 100 sampel ibu hamil yang pernah mengalami
infeksi salah satu unsur TORCH didapatkan 12% ibu pernah melahirkan anak dengan
kelainan kongenital, 70% pernah mengalami abortus dan 18% pernah mengalami Intra
Pada ibu hamil yang terinfeksi TORCH dapat menyebabkan keguguran atau
kelainan kongenital (cacat fisik maupun mental). Kelainan kongenital ini dapat
menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem saraf pusat dan perifer yang
prenatal, perinatal, dan postnatal. Bukti infeksi dapat dilihat pada saat lahir, bayi, atau
kunci. Infeksi TORCH sering subklinis dan diagnosisnya hanya dapat dilakukan secara
TINJAUAN PUSTAKA
1.) Toxoplasma
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi. Pada
umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira
hanya 10-20% kasus infeksi. Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala
influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan
masalah. Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada
orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien
transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil
terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau
keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. Pada
Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata
fase proliferatif
stadium kista
fase schizogoni
gametogoni
fase ookista
Siklus aseksual terdiri dari fase proliferasi dan stadium kista. Fase ini dapat
terjadi dalam bermacam-macam inang. Siklus seksual secara spesifik hanya terdapat
pada kucing.5
dalam banyak jaringan saat terjadi infeksi primer. Tropozoit menjadi berkurang
jumlahnya pada saat imunitas inang terbentuk, dan infeksi dapat masuk ke dalam
stadium kronis. Apabila terjadi penurunan dan penekanan daya tahan tubuh,
tropozoit dapat kembali berproliferasi dan menjadi banyak. Fase proliferasi ini juga
terbentuk tropozoit. Kista ini dapat terbentuk selama infeksi kronis yang
berhubungan dengan imunitas tubuh. Kista terbentuk intrasel dan kemudian terdapat
secara bebas di dalam jaringan sebagai stadium tidak aktif dan dapat menetap dalam
jaringan tanpa menimbulkan reaksi inflamasi. Pada saat ini antibodi dapat menurun
meskipun masih terdapat infeksi. Pada saat daya tahan tubuh menurun dan pada saat
fase proliferasi, kista tidak terbentuk. Kista pada binatang yang terinfeksi menjadi
infeksius bila termakan oleh karnivora dan toksoplasma masuk melalui usus.5
Siklus seksual Toksoplasma gondii hanya terdapat pada kucing. Kucing dapat
terinfeksi saat makan kista, pseudokista, atau ookista. Kemudian tropozoit masuk ke
dalam epitel usus kucing dan membentuk schizon dan kemudian membentuk
feses kucing 3-5 hari setelah terinfeksi dan menetap didalamnya selama 1-2 minggu.
Ookista kemudian menjadi sangat infeksius saat terjadi sporulasi setelah 1-3 hari
pada suhu 22º C. Ookista dapat bertahan pada berbagai macam kondisi lingkungan
Infeksi pada manusia dapat terjadi saat makan daging yang kurang matang,
melalui lalat atau serangga. Juga ada kemungkinan terinfeksi saat menghirup udara
Cara penularan lain yang sangat penting adalah pada jalur maternofetal. Ibu
yang mendapat infeksi akut saat kehamilannya dapat menularkannya pada janin
menuruit lamanya atau umur kehamilan. Pada ibu yang mendapat infeksi sebelum
infeksi meningkat sesuai umur kehamilan, tetapi > 90% dari infeksi yang didapat
saat trimester III biasanya tidak memberikan gejala saat bayi lahir.5
terjadi selama kehamilan. Bila infeksi akut dialami ibu selama kehamilan yang telah
memiliki antibodi antitoksoplasma karena sebelumnya telah terpapar, risiko bayi lahir
memperoleh infeksi kongenital adalah sebesar 4-7/1.000 ibu hamil. Risiko meningkat
menjadi 50/1.000 ibu hamil bila ibu tidak mempunyai antibody spesifik.6
parasite dapat mencapai plasenta. Selama invasi dan menetap di plasenta parasite
janin. Telah diketahui adanya korelasi antara isolasi toksoplasma di jaringan plasenta
dan infeksi neonatus, artinya bahwa hasil isolasi negative menegaskan infeksi
toksoplasmosis kongenital ini disusun suatu konsep bahwa infeksi yang diperoleh
janin dalam uterus terjadi melalui aliran darah serta infeksi plasenta akibat
toksoplasmosis merupakan tahapan penting setelah fase infeksi maternal dan sebelum
terinfeksinya janin. Selanjutnya konsepsi ini berkembang lebih jauh dengan hasil-
plasenta
Tokoplasma gondi adalah protozoa yang dapat ditemukan pada pada hampir semua
hewan dan unggas berdarah panas. Akan tetapi kucing adalah inang primernya.
Kotoran kucing pada makanan yang berasal dari hewan yang kurang masak, yang
Contoh lainnya adalah pada saat berkebun atau saat membenahi tanaman
Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang
yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa,
tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi
utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di
yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat laboratorium
Melihat cara penularan diatas maka kemungkinan paling besar untuk terkena
infeksi toxoplamosis gondii melalui makanan daging yang mengandung ookista dan
yang dimasak kurang matang. Kemungkinan kedua adalah melalui hewan peliharaan.
Hal ini terbutki bahwa di negara Eropa yang banyak memelihara hewan peliharaan
yang suka makan daging mentah mempunyai frekuensi toxoplasmosis lebih tinggi
Sebagian besar infeksi akut pada ibu dan neonatus bersifat subklinis dan hanya
dapat dideteksi melalui pemeriksaan penapisan serologis prenatal atau neonatus. Pada
sebagian kasus, gejala ibu mungkin berupa lesu, demam, nyeri otot, dan kadang ruam
imunokompeten, infeksi awal memicu kekebalan, dan infeksi sebelum hamil hampir
Diagnosis Pranatal
anak-anak diserati kebutuhan akan konfirmasi infeksi janin prenatal pada ibu hamil,
atas konsep dasar pengobatan toksoplasmosis kongenital yang lampau. Konsep lama
hanya bersifat empiris dan berpedoman pada hasil uji serologic ibu hamil. Saat ini
guna memperoleh darah janin ataupun cairan ketuban sebagai pendekatan diagnostic
pemeriksaan spesifik dan rumit yang sifatnya biomolekuler atas komponen janin
tersebut (darah atau cairan ketuban) dalam waktu relative singkat dengan ketepatan
yang tinggi. Hasilnya sangat menentukan untuk pengobatan selanjutnya. Upaya ini
Bahkan, diagnosis prenatal dipandang lebih efektif untuk menghindari atau menekan
risiko toksoplasmosis kongenital karena upaya prevensi primer pada ibu hamil berupa
Diagnosis prenatal umumnya dilakukan pada usia kehamilan 14-27 minggu (trisemester
Pembiakan darah janin ataupun cairan ketuban dalam kultur sel fibroblast, ataupun
untuk mendeteksi adanya parasit. Pemeriksaan dengan teknik PCR guna mendeteksi
DNA T. gondii pada darah janin atau cairan ketuban. Pemeriksaan dengan teknik
ELISA pada darah janin guna mendeteksi antibody IgM janin spesifik
(antitoksoplasma).
Pemeriksaan tambahan berupa penetapan enzim liver, platelet, leukosit (monosit dan
eosinophil) dan limfosit khususnya rasio CD4 dan CD8. Daffos et al. (1988)
dengan serial/berulang. Dikatakan prosedur ini relative aman bila mulai dilakukan
Ditemukan parasite pada kultur ataupun inokulasi tikus dan DNA dari T. gondii
Beberapa factor yang harus diperhatikan karena sangat menetukan agar upaya
diagnostic prenatal menjadin aman, terpercaya, dan efisien adalah sebagai berikut:
prenatal. Jika satu dari empat syarat dibawah ini terpenuhi, akan dilakukan
- Antibody IgM +
tuntutan ultrasonografi
Kecermatan dan keterampilan yang terlatih dalam mengerjakan pekerjaan rumit
1. Pemeriksaan serologis: titer IgG yang meningkat atau sebesar 1/512 dianggap
infeksi aktif.
2. Melakukan biopsi jaringan: kelenjar yang membesar, biopsi dari jaringan otak,
- Spiramisin
orang dewasa diberikan 2-4 g/hari per oral dibagi dalam 4 dosis untuk 3 minggu,
- Piremitamin
toksoplasmosis. Obat ini bertahan lama dalam darah dengan waktu paruh
plasma 100 jam (4-5 hari. Piremitamn dan sulfadiazine bekerja sinergik
menghasilkan khasiat 8 kali lebih besar terhadap toksoplasma. Kedua obat ini
bekerja memblokir jalur metabolism asam folat dan asam para aminobenzoat
tendensi perdarahan.
Untuk mengantisipasi hal ini perlu pemeriksaan sel darah tepi dan platelet 2 kali
seminggu serta penggunaan asam folinik dalam bentuk kalsium leukovorin yang
toksoplasmosis.6
Dilaporkan pula piremitamin bersifat teratogenik. Thalhammer dan Kraubig
Toksoplasma Kongenital
diberikan setiap 2-4 hari selama 20 hari. Disertakan juga injeksi intramuscular
asam folinik 5 mg setiap 2-4 hari untuk mengatasi efek toksik piremitamin
Penderita imunodefisiensi
Kondisi penderita akan cepat memburuk menjadi fatal bila tidak diobati.
Profilaksis adalah tindakan yang paling efektif berupa perlindungan atas populasi
Dianjurkan memakan semua sayur-sayuran dan daging yang dimasak. Ookista mati
dengan pemanasan 90◦C selama 30 detik, 80◦C untuk 1 menit dan 70◦C untuk 2
kebiasaan makan daging kurang matang, adanya kucing yang terutama dipelihara
sebagai binatang kesayangan, adanya tikus dan burung sebagai hospes perantara yang
merupakan binatang buruan kucing, adanya sejumlah vector seperti lipas atau lalat
yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan. Cacing tanah juga
Walaupun makan daging kurang matang merupakan caar transmisi yang penting
untuk T. gondii, transmisi melalui ookista tidak dapat diabakan. Seekor kucing dapat
mengeluarkan sampai 10 juta butir ookista sehari selama 2 minggu. Ookista menjadi
matang dalam waktu 1-5 hari dan dapat hidup lebih dari setahun ditanah yang panas
dan lembab. Ookista mati pada suhu 45◦ - 55◦ C, juga mati bila dikeringkan atau bila
menunjukkan infeksi T.gondii pada orang yang tidak senang makan daging atau
makan daging kurang matang yang mungkin mengandung kista jaringan dan menelan
ookista matang yang terdapat dalam tinja kucing. Kista jaringan dalam daging tidak
infektif lagi bila sudah dipanaskan sampai 66◦C atau diasap. Setelah memegang
daging mentah, sebaiknya tangan dicuci bersih dengan sabun. Makanan harus dicuci
bersih atau dimasak. Kucing peliharaan sebaiknya diberi makanan matang dan
Prinsipnya adalah menginduksi respons imun dalam usus karena infeksi dengan
T. gondii utama terjadi pada kelenjar getah bening mesentrik. Disini tidak digunakan
yaitu suatu formulasi protein dalam matriks yang tderdiri atas lipid dan Quikl A
2) Rubela
Infeksi Rubela atau dikenal sebagai German measles menyerupai campak, hanya
saja bercaknya sedikit lebih kasar. Infeksi Rubella pada trisemester pertama
(sindroma rubella kongenital). Kelainan bawaan yang banyak ialah defek pada
jantung, katarak, retinitis, dan ketulian. Oleh karena itu, infeksi pada trisemester
pertama memberi pilihan untuk aborsi. Kepastian infeksi dinyatakan pada konversi
dari IgM negatif menjadi positif dan meningkatnya IgG secara bermakna. Kadar IgM
Rubella atau campak jerman adalah infeksi virus RNA dari golongan Togavirus
yang ditandai dengan ruam merah muda, demam, dan pembesaran kelenjar
limfe. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang
rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat
Gambar 3. Rubella. 5
Epidemiologi (refarat)
Kejadian Luar Biasa rubella besar terjadi di Kanada pada 1990-an. Pada tahun
2005, 220 kasus rubella yang dikonfirmasi di tiga kabupaten di Ontario. Sebagian
besar dari kasus ini berada di anggota komunitas keagamaan yang banyak anggota
belum divaksinasi atau belum diterima berbagai vaksin rutin yang direkomendasikan.
Insiden rubella telah menurun 99% dari 57.686 kasus pada 1969 menjadi 271 kasus
pada tahun 1999. Di luar kehamilan, rubella tidak berbahaya. Namun, dalam
kehamilan, penyakit ini menyebabkan kelainan bawaan janin. Wanita hamil dengan
rubella mempunyai distribusi angka cacat bawaan pada janin bergantung pada tuanya
5,3%.5 Dengan upaya vaksinasi pada remaja, prevalensi infeksi virus ini menjadi
Etiologi
Rubella disebabkan oleh virus RNA beruntai tunggal yang merupakan anggota
dari togaviridae. Terdapat dua genotip utama, dengan eropa, amerika utara, dan
jepang isolat berbeda dari beberapa ditemukan di India dan Cina. Penularan terjadi
melalui sekresi nasofaring, dan angka penularan adalah 80% pada orang yang rentan.5
Patogenesis
Infeksi terjadi melalui selaput lendir saluran pernafasan bagian atas. Setelah
tujuh hari timbul viremia yang berlangsung sampai timbulnya antibodi pada hari ke
Virus rubella disebabkan oleh droplet. Virus ini ada di dalam nasofaring dan
menyebar melalui sistem limfatik dan darah. Infeksi janin terjadi jika terdapat viremia
maternal dan terjadi melalui transmisi plasenta. Infeksi janin diperoleh secara
hematogen, dan tingkat transmisi bervariasi dengan usia kehamilan di mana infeksi
ibu terjadi. Setelah menginfeksi plasenta, virus rubella menyebar melalui sistem
darah dan iskemia dalam perkembangan organ. Ketika ibu infeksi/paparan terjadi
pada trimester pertama, tingkat infeksi janin mendekati 80%, turun menjadi 25%
pada akhir trimester kedua dan meningkat lagi di trimester ketiga dari 35% pada usia
kehamilan 27-30 minggu untuk hampir 100% melewati 36 minggu gestation. Risiko
cacat bawaan telah dilaporkan 90% bila infeksi maternal terjadi sebelum 11 minggu
kehamilan, 33% di 11-12 minggu, 11% di 13-14 minggu, 24% di 15-16 minggu, dan
0% setelah 16 minggu.2 Infeksi virus ini sangat menular dan periode inkubasi berkisar
antara 2 – 3 minggu.8
Gejala Klinis
o Pada saat kehamilan: terjadi penurunan fungsi kekebalan yang bersifat “cell
mediated”
o Infeksi virus pada wanita hamil akan memperlihatkan gejala yang lebih berat
o Sistem kekebalan yang masih belum matang pada janin akan menyebabkan
janin atau neonatus lebih rentan terhadap komplikasi yang diakibatkan infeksi
virus
Gejala berupa :
Biasanya terjadi demam ringan, sakit kepala, rasa lelah dan perasaan tidak
Pada janin, infeksi rubella dapat menyebabkan abortus bila terjadi pada
trimester I. Mula-mula replikasi virus terjadi dalam jaringan janin, dan menetap
Infeksi ibu pada trimester II juga dapat menyebabkan kelainan yang luas pada
organ. Menetapnya virus dan interaksi antara virus dan sel di dalam uterus dapat
umur kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat merupakan satu-satunya gejala yang
timbul.
b. Gangguan jantung meliputi PDA, VSD, dan stenosis katup pulmonal.
c. Gangguan mata : katarak dan glukoma. Kelainan ini jarang berdiri sendiri
d. Retardasi mental
imunologi (hipogamaglobulin).
Mellitus tipe 1, gangguan pada mata dan pendengaran yang baru muncul
bertahun-tahun kemudian.
Diagnosis
Antibodi rubella biasanya lebih dahulu muncul saat timbul ruam. Diagnosis
rubella ditegakkan bila titer meningkat 4 kali saat fase akut, dan biasanya imunitas
menetap lama. Apabila pasien diperiksa beberapa hari setelah timbul ruam, diagnosis
dapat ditegakkan dengan analisis antibodi IgM anti rubella dengan menggunakan
sistem ELISA. IgM spesifik rubella dapat terlihat 1-2 minggu setelah infeksi primer
dan menetap selama 1-3 bulan. Adanya antibodi IgM menunjukkan adanya infeksi
primer, tetapi bila negatif belum tentu tidak terinfeksi. Diagnosa ditegakkan dengan
dari dua serum yang diperoleh dua kali selang waktu 2 minggu atau setelah adanya
IgM.5
Diagnosis prenatal ditegakkan dengan memeriksa adanya IgM dari darah janin
melalui CVS (chorionic villus sampling) atau kordosintesis. Konfirmasi infeksi fetus
pada trimester I dilakukan dengan menemukan adanya antigen spesifik rubella dan
RNA pada CVS. Metode ini adalah yang terbaik untuk isolasi virus pada hasil
konsepsi.
1. CRS confirmed. Defek dan satu atau lebih tanda/ gejala berikut :
retinopati
c. CRS posible. Defek klinis yang tidak memenuhi kriteria untuk CRS compatible.
d. CRI (Congenital Rubella Infection). Temuan serologi tanpa defek
f. Bukan CRS. Temuan hasil laboratorium tidak sesuai dengan CRS, yaitu tidak
IgM
IgM akan cepat memberi respon setelah muncul 2 -3 hari keluar ruam dan
IgG
Menurun perlahan sampai beberapa tahun hingga mencapai titer rendah dan
konstan
Diagnosa Rubella juga dapat ditegakkan melalui biakan dan isolasi virus pada
fase akut. Ditemukannya IgM dalam darah tali pusat atau IgG pada neonatus atau
10 – 15% wanita dewasa rentan terhadap infeksi Rubella. Perjalanan penyakit tidak
dipengaruhi oleh kehamilan dan ibu hamil dapat atau tidak memperlihatkan adanya
gejala penyakit. Derajat penyakit terhadap ibu tidak berdampak terhadap resiko
infeksi janin. Infeksi yang terjadi pada trimester I memberikan dampak besar
1. Tidak berdampak terhadap bayi dan janin dilahirkan dalam keadaan normal
2. Abortus spontan
kongenital sebesar 25% ( 50% resiko terjadi pada 4 minggu pertama ), resiko
sindroma rubella kongenital turun menjadi 1% bila infeksi terjadi pada trimester II
dan III.5
Gangguan pendengaran
Gangguan Mata :
Katarak
Retinopati
Mikroptalmia
Hepatosplenomegali
Mikrosepalus
Panensepalus
Kalsifikasiotak
Retardasi psikomotor
Hepatitis
Trombositopenik purpura
Pemeriksaan rubella harus dikerjakan pada semua pasien hamil dengan mengukur
IgG Mereka yang non-imune harus memperoleh vaksinasi pada masa pasca
persalinan. Tindak lanjut pemeriksaan kadar rubella harus dilakukan oleh karena
Infeksi rubella tidak merupakan kontra indikasi pemberian ASI. Tidak ada terapi
khusus terhadap infeksi Rubella dan pemberian profilaksis dengan gamma globulin
pasca paparan tidak dianjurkan oleh karena tidak memberi perlindungan terhadap
janin.9
Setelah vaksinasi
Penatalaksanaan
o Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan
o Acyclovir diperlukan untuk terapi infeksi primer herpes simplek atau virus
subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberi kekebalan
Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak
hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil
dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. Hal ini karena vaksin berupa virus rubella
hidup yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat
jarang.8
Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada
orang-orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi rubella
dalam uterus, sebaiknya ibu diterangkan tentang resiko dari infeksi rubella
kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada
trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila diagnosis dibuat
secara tepat.8
Pencegahan (124)
o Vaksin dengan virus hidup tidak boleh digunakan selama kehamilan termasuk polio
o Vaksin dengan virus mati seperti influenza, hepatitis A dan B boleh digunakan
selama kehamilan
* setelah melahirkan
Para pekerja ‘Healthcare’
Oleh sebab itu perlu diperiksa kembali IgG Rubella pada saat merencanakan akan
3) Sitomegalovirus (CMV)
berdasarkan struktur dan cara virus CMV pada saat melakukan replikasi. Virus ini
terinfeksi CMV. Satu persen wanita mungkin terinfeksi CMV selama kehamilan,
yang semuanya asimptomatik. Infeksi primer CMV terjadi pada 1-2% wanita hamil,
diperkirakan bahwa sekitar 50 % dari wanita usia reproduksi rentan terhadap infeksi
CMV. Serokonversi terjadi pada 1 % sampai 4 % dari seluruh kehamilan dan lebih
tinggi pada wanita yang status sosial ekonomi rendah atau yang memiliki
kebersihan pribadi yang buruk. Infeksi ini dikaitkan dengan peningkatan mortalitas
Etiologi (Refarat)
Gambar 7. Cytomegalovirus.2
berdasarkan struktur dan cara virus CMV pada saat melakukan replikasi. Virus ini
hubungan seksual. Transmisi horizontal terjadi melalui droplet infection dan kontak
dengan air ludah dan air seni. Sementara itu, transmisi vertical adalah penularan
proses infeksi maternal ke janin. Infeksi CMV kongenital umumnya terjadi karena
terhadap serviks yang telah terinfeksi melalui air susu ibu dan tindakan transfusi
Patogenesis
Infeksi CMV yang sering terjadi karena pemaparan pertama kali atas invidu
asimptomatis serta virus akan menetap dalam jaringan hospes dalam waktu yang
tidak terbatas. Selanjutnya virus masuk ke dalam sel-sel dari berbagai macam
Pada keadaan tertentu eksaserbasi terjadi dari infeksi laten disertai multiplikasi
virus. Keadaan tersebut misalnya terjadi pada individu yang mengalami supresi
imun karena infeksi HIV, atau obat-obatan yang dikonsumsi penderita transplan-
tertentu serta keadaan tersebut menekan respons sel limfosit T sehingga timbul
stimulasi antigenic yang kronis. Dengan demikian, terjadi reaktivasi virus dari
Transmisi CMV dari ibu ke janin dapat terjadi selama kehamilan dan infeksi
pada umur kehamilan kurang dari 16 minggu menyebabkan kerusakan yang serius.
Infeksi eksogenus dapat bersifat primer yaitu terjadi pada ibu hamil dengan pola
imunologik seronegatif dan nonprime bila ibu hamil dalam keadaan seropositive.6
Infeksi endogenus adalah hasil suatu reaktivasi virus yang sebelumnya dalam
keadaan paten. Infeksi maternal primer akan memberikan akibat klinik yang jauh
ibu. Sebagian besar infeksi tidak menimbulkan gejala, tetapi sekitar 15% orang
limfositosis.2
Infeksi primer CMV pada ibu hamil ditularkan ke janinnya pada sekitar 40
persen kasus dan dapat menyebabkan morbiditas berat. Sebaliknya infeksi rekuren
pada ibu hanya menginfeksi janin pada 0,15 sampai 1 persen kasus. Infeksi janin
kardiomegali, dan oligo atau polihidramnion. Sebagian besar bayi yang terinfeksi
tidak memperlihatkan gejala saat lahir, tetapi sebagian mengalami sekuele yang
Diagnosis
Infeksi primer pada kehamilan dapat ditegakkan baik dengan metode serologik
(tampak adanya IgM dan IgG anti CMV) sebagai hasil pemeriksaan serial dengan
interval kira-kira 3 minggu. Dalam metode serologic infeksi primer dapat pula
ditentukan dengan Low IgG Avidity, yaitu antibody klas IgG menunjukkan
minggu setelah infeksi primer. Dalam hal ini lebih dari 90% kasus infeksi primer
yang mengikat antigen Pp 65, suatu protein (polipeptida dengan berat molekul 65
kilo dlaton) dari CMV di dalam sel leukosit dalam darah ibu.6
Diagnosis Pranatal
menunjukkan infeksi primer pada umur kehamilan sampai 20 minggu. Hal ini
karena diperkirakan 70% dari kasus menunjukkan janin tidak terinfeksi. Dengan
demikian, diagnosis prenatal dapat mencegah terminasi kehamilan yang tidak perlu
terhadap janin yang sebenarnya tidak terinfeksi sehingga kehamilan tersebut dapat
karena pengobatan dengan antivirus (ganciclovir) tidak memberi hasil yang efektif
dan memuaskan.6
dalam hubungan ini paling baik dikerjakan pada umur kehamilan 21-23 minggu
Mencegah hasil negative palsu sebab diuresis janin belum sempurna umur
Dibutuhkan waktu 6-9 minggu setelah terjadinya infeksi maternal agar virus
Infeksi janin yang berat karena transmisi CMV pada umumnya bila infeksi
lebih baik jika dibandingkan dengan kordosintesis. Demikian pula halnya biopsi vili
korialis dikatakan tidak meningkatkan kemampuan mendiagnosis infeksi CMV
intrauterine. Kedua prosedur ini korodosentesis dan biopsy membawa risiko bagi
terinfeksi CMV.6
Tidak ada terapi yang memuaskan dapat diterapkan, khususya pada pengobatan
infeksi kongenital. Dengan demikian, dalam konseling infeksi primer yang terjadi
mengobati infeksi CMV yang serius seperti renitis, esophagitis pada penderita
Obat yang digunakan untuk anti CMV untuk saat ini adalah Ganciclovir,
Foscarnet, Cidofivir dan Valanciclovir, tetapi sampai saat ini belum dilakukan
evaluasi disamping obat tersebut dapat menimbulkan intoksikasi serta resistensi.
Pada suatu survey di India kejadian IgM pada kelompok pasien dengan riwayat
obstetric buruk (lahir mati, kematian neonatal) ditemukan hanya 3,6%. Infeksi yang
terjadi pada bayi relative jarang, berupa infeksi paru, mata, dan kulit. Kini terbukti
bahwa jika ibu sudah mempunyai infeksi (vesikel yang nyeri pada vulva secara
kronik), kemungkinan infeksi pada bayi hampir tidak terbukti, jadi diperbolehkan
persalinan pervaginam. Tetapi, sebaliknya infeksi yang baru terjadi pada kehamilan
Definisi (torch(bahan)
Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus
DNA yang lain mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel
matang perlu dibedakan dari sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi ini adalah
dibatasi oleh fragmen perifer darin kromatin pada tepi membran inti.5
anak dan sebagian besar seropositif telah didapat pada waktu umur 7
tahun.
b. virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara ekslusif hanya ditemukan pada
Penyebaran
Virus herpes simpleks menyebar melalui kontak tubuh secara langsung dan
sebagian besar dengan kontak seksual. Dalam keadaan tanpa adanya antibodi,
kontak dengan partner seksual yang menderita lesi herpes aktif, sebagian besar akan
Penyebaran transplasenta sangat jarang terjadi dan masih belum jelas, tetapi
diduga tidak jauh berbeda dengna penularan virus herpes yang lain seperti
Penularan pada bayi dapat terjadi bila janin yang lahir kontak dengan virus
pada ibu yang terinfeksi virus aktif dari jalan lahirnya dan ini merupakan penularan
pada neonatal yang paling sering terjadi. Meskipun demikian kejadian herpes
ketuban masih utuh atau tidak, ada atau tidaknya lesi herpes genital, dan ada atau
tidaknya antibodi virus herpes simpleks. Pada ibu hamil dengan infeksi primer dan
belum terbentuk antibodi maka penularan dapat terjadi sampai 50% sedangkan pada
Patogenesis (Refarat)
gangguan kekebalan sel T, seperti pada penerima transplantasi organ dan pada
satu-satunya penerima alami, dan tidak ada vektor yang terlibat dalam transmisi.
ditularkan melalui kontak pribadi yang dekat, dan infeksi terjadi melalui
Secara umum gejala klinik infeksi virus herpes simpleks dapat dibagi menjadi:
Infeksi Primer
menyebabkan lesi vulva dan disuria namun kadang - kadang juga tanpa gejala.
Pada pemeriksaan ditemukan ulkus multiple yang disertai rasa nyeri hebat.
Terjadi pada penderita dengan riwayat lesi oro-labial HSV-1 yang kemudian
dibandingkan gejala yang ditimbulkan oleh infeksi HSV 1. Infeksi non primer
Herpes Rekuren
ebih ringan dibandingkan infeksi pertama. Seringkali didahului oleh rasa gatal,
Pada pemeriksaan dijumpai satu atau dua ulcus yang meliputi area kecil 90%
penderita infeksi HSV 2 dan 60% pada infeksi HSV 1 akan mengalami
Diagnosis
cukup mahal dan membutuhkan waktu lebih dari 48 jam. Cara yang lebih cepat
97,5 % dan spesifitas 98% meskipun waktu yang dibutuhkan tetap lebih dari 24
jam.
Penatalaksanaan
Obat antivirus untuk menurunkan berat dan lamanya gejala. Obat ini tidak dapat
Regimen
Rekurensi dapat diringankan dengan obat antiviral sedini mungkin saat erupsi
belum muncul.
Dosis
Pencegahan
Pencegahan antara lain dengan cara menjaga kebersihan perseorangan dan
kondom dalam aktifitas seksual, dan penggunaan sarung tangan dalam menangani
lesi infeksius.2
Komplikasi (124)
Infeksi primer yang terjadi pada masa kehamilan, khususnya bila terjadi pada
trimester III akan dapat menular ke neonatus saat melewati jalan lahir. Herpes
akibat serangan yang sering berulang. Infeksi primer dapat menyebabkan meningitis
atau neuropatia otonomik. Infeksi jarang menyebar keseluruh tubuh hingga “life
threatening”. Keadaan ini sering terjadi pada ganguan kekebalan dan masa
kehamilan. 8
BAB III
KESIMPULAN
dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya
virus Polio, dan virus Coxsackie-B). Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil
karena dapat mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada wanita belum
pada suatu daerah. Apabila ternyata infeksi pada bayi jarang, maka penapisan
agaknya tidak layak dilakukan. Terlebih lagi pengobatan pada penyakit ini tidak
cara mengetahui media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari
kemungkinan tertular. Hidup bersih dan makan makanan yang dimasak dengan
matang.8 (124)
DAFTAR PUSTAKA