Anda di halaman 1dari 10

https://karyatulisilmiah.

com/referat-skoliosis/

https://www.scribd.com/doc/154758229/referat-skoliosis

https://jurnalpediatri.com/2016/03/06/skoliosis-gangguan-bentuk-tulang-punggung/

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/scoliosis/symptoms-causes/syc-20350716

https://www.medicalnewstoday.com/articles/190940.php

https://www.aans.org/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Scoliosis

http://eprints.ums.ac.id/36922/3/BAB%20%20I.pdf

1. Definisi

Skoliosis adalah kelengkungan ke samping dari tulang belakang yang paling sering terjadi
selama percepatan pertumbuhan sebelum pubertas. Sementara skoliosis dapat disebabkan oleh
kondisi seperti cerebral palsy dan distrofi otot, penyebab sebagian besar skoliosis tidak diketahui.

Sebagian besar kasus skoliosis ringan, tetapi beberapa anak mengalami deformitas tulang
belakang yang terus bertambah parah saat mereka tumbuh. Skoliosis yang parah bisa mematikan.
Kurva tulang belakang yang sangat parah dapat mengurangi jumlah ruang di dalam dada,
sehingga sulit bagi paru-paru untuk berfungsi dengan baik.

Anak-anak yang memiliki skoliosis ringan dimonitor secara ketat, biasanya dengan X-ray, untuk
melihat apakah kurva semakin memburuk. Dalam banyak kasus, perawatan tidak diperlukan.
Beberapa anak perlu memakai penjepit untuk menghentikan lengkungan dari memburuk. Yang
lain mungkin memerlukan operasi untuk menjaga skoliosis agar tidak memburuk dan
meluruskan kasus skoliosis yang parah.

Seseorang dengan skoliosis akan memiliki kurva berbentuk C atau S di tulang belakang mereka.
Dapat muncul pada usia berapa saja, tetapi sering muncul dari usia 10 hingga 12 tahun, atau
selama remaja, tetapi bayi dapat memiliki gejala.

Alasan untuk perubahan bentuk biasanya tidak diketahui, tetapi beberapa kasus terkait dengan
cerebral palsy, distrofi otot, spina bifida, atau cacat lahir.

Kurva struktural bersifat permanen, dan mungkin karena kondisi lain. Kurva nonstruktural
bersifat sementara dan kemungkinan akan menghilang seiring waktu.

Skoliosis menurut National Institute of Arthitis and Musculoskeletal and Skin Disease (NIAMS)
USA merupakan kelainan muskuloskeletal yang digambarkan dengan bengkoknya tulang
belakang ke arah samping. 80-85% kasus yang dijumpai merupakan type idiopatik skoliosis yang
ditemukan pada masa pubertas, pada perempuan ditemukan lebih banyak dari pada laki-laki, bisa
diakibatkan dari faktor keturunan (Mujianto, 2013).

Skoliosis merupakan kelainan postur dimana sekilas mata penderita tidak mengeluh sakit,
tetapi suatu saat dalam posisi yang dibutuhkan suatu 2 kesiapan tubuh membawa beban tubuh
misalnya berdiri, duduk dalam waktu yang lama, maka kerja otot tidak akan pernah seimbang.
Hal ini yang akan mengakibatkan suatu mekanisme proteksi dari otot-otot tulang belakang untuk
menjaga keseimbangan, manifestasinya yang terjadi justru overuse pada salah satu sisi otot yang
dalam waktu terus menerus dan hal yang sama terjadi adalah ketidakseimbangan postur tubuh ke
salah satu sisi tubuh. Jika hal ini berlangsung terus menerus pada sistem muskuloskletal tulang
belakang akan mengalami bermacam-macam keluhan antara lain, nyeri otot, keterbatasan gerak
(range of motion) dari tulang belakang atau back pain, kontaktur otot, dan menumpuknya
problematik akan berakibat pada terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari bagi penderita,
seperti halnya gangguan pada sistem pernapasan, sistem pencernaan dan sistem kardiovaskuler.
Pembengkokan yang disebabkan karena salah sikap terjadi pada masa kanak-kanak antara umur
6 tahun sampai 17 tahun dan dapat disebabkan karena kebiasan yang salah, terutama dalam sikap
duduk di sekolah. Skoliosis ini tidak berat tidak progresif dan dapat diperbaiki dengan perbaikan
sikap (Soeharso, 1993). Hal ini akibat kebiasaan posisi duduk dan berdiri yang salah dalam
waktu yang lama dan seringnya sikap bermalas-malasan. Pemeliharaan postur dibutuhkan otot-
otot yang kuat. Karena ketidakseimbangan otot dan adanya kontraktur otot.

Ketegangan otot para vertebra salah satu sisi dapat meningkatkan derajat kelengkungan
ke arah lateral atau skoliosis. Pravelensi terjadinya skoliosis di Sekolah Dasar Negeri 1 Blulukan
dari 63 anak Setelah dilakukan pengukuran dengan test adam foward bending 3 dan
menggunakan skoliometer terdapat 12 anak yang mengalami skoliosis dengan derajat kurang
dari 10 derajat. Perbandingan antara laki–laki 41,7% dan perempuan 58,3% yang mengalami
skoliosis sebesar lima banding tujuh. Senada dalam hal tersebut, penyakit ini banyak
diketemukan dalam usia remaja dimana saat remaja terjadi percepatan dari pertumbuhan.
Biasanya penyakit ini dirasakan pada umur sekitar 10 tahun sampai umur pertumbuhan tulang
berhenti (Soetjiningsih, 2004). Terapi Latihan merupakan salah satu modalitas yang digunakan
fisioterapis untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan pasien dengan kondisi
muskuloskeletal atau kardiopulmonari dengan sasaran akhir memperbaiki gerak dan fungsi
(Kisner, 1990). Secara umum tujuan terapi skoliosis ialah mencegah disfungsi seperti
mengembangkan, meningkatkan, memperbaiki dan memelihara kekuatan, daya tahan dan
kesegaran kardiovaskular, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, koordinasi, keseimbangan dan
keterampilan fungsional (Kisner, 1990).

. Gejala/Symptomps

-Tanda dan gejala skoliosis mungkin termasuk:

-Bahu tidak rata

-Satu pundak yang tampak lebih menonjol dari yang lain

-Pinggang tidak rata

-Satu pinggul lebih tinggi dari yang lain

-Jika kurva skoliosis semakin memburuk, tulang belakang juga akan berotasi atau berputar,
selain melengkung dari sisi ke sisi. Hal ini menyebabkan tulang rusuk di satu sisi tubuh untuk
menonjol lebih jauh daripada di sisi yang lain.
Banyak tanda Skoliosis yang terlihat dan dapat dideteksi secara dini pada masa kanak-kanak.
Termasuk:
 Lengkungan bentuk 'S' di punggung ketika berdiri

 Garis pinggang miring

 Lengkung tubuh ke satu sisi apabila dilihat dari depan atau belakang

 Satu payudara lebih besar daripada lainnya pada wanita

 Satu bahu yang tampak lebih tinggi daripada lainnya

Skoliosis biasanya terdeteksi saat masa sekolah anak-anak, sewaktu diperiksa oleh perawat yang
mengamati asimetri torso ketika anak tersebut membungkuk ke depan.

2. Epidemiologi

Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang sering terjadi. Angka kejadiannya
tergantung pada sudut kelengkungan yang terbentuk. Menurut Kane diperkirakan bahwa skoliosis
≥ 10o terjadi pada 25 per 1.000 penduduk. Penyebab yang paling sering ditemukan masih idiopatik.
Dan skoliosis yang terjadi pada anak-anak lebih berat dibandingkan dengan dewasa. Hal ini terjadi
dikarenakan progresifitas pertumbuhan kelengkungan tulang belakang pada anak-anak terjadi
lebih cepat. Selain itu, insiden skoliosis juga meningkat pada orang-orang yang memiliki kelainan
neuromuskuler atau faktor predisposisi lainnya.3
Berdasarkan pada The National Scoliosis Foundation, di Amerika Serikat didapatkan
skoliosis pada 6.000 orang. Dan 2% hingga 4% adalah idiopatik skoliosis pada dewasa. Idiopatik
skoliosis pada dewasa atau Adolescent Idiopathic scoliosis (AIS) terhitung pada 80% dari kasus
idiopatik skolisosis dan sering terjadi berumur antara 10 hingga16 tahun. Terbanyak pasien
idiopatik skoliosis pada dewasa adalah wanita, tapi insidensi bervariasi, tergantung pada derajat
kelengkungan dan tipe dari skoliosis. Ciri khas pada pasien skoliosis adalah berpostur tubuh yang
tinggi. Wanita dewasa yang skoliosis saat remaja dengan kelengkungan thoraks ke arah kanan.
AIS meliputi antara pria dan wanita, tapi tidak dengan rasio yang sama. Kelengkungan tulang
belakang sering terdapat pada daerah thorak atau thorakolumbal dan pada banyak kasus seringnya
melengkung ke arah kanan. Perbedaan insiden antara pria dan wanita berhubungan dengan derajat
kelengkungan. Bagaimanapun, pada pasien dengan kelengkungan tulang belakang 25o atau lebih,
sering terjadi pada wanita.1
Infantile idiopathic scoliosis atau idiopatik skoliosis pada bayi sering ditemukan pada umur
6 bulan dan banyak terjadi pada laki-laki dan keturunan Eropa. Kelengkungannya sering terjadi
pada tulang belakang segmen thoraks dan melengkung ke arah kiri. Pada banyak kasus,
kelengkungan tersebut dapat diobati pada saat umur 3 tahun. Jumlah skoliosis pada bayi berjumlah
hanya 0,5% dari seluruh skoliosis yang idiopatik pada Amerika Serikat dan 4% hingga 5% pada
negara Eropa.1
Juvenile idiopathic soliosis atau Skoliosis pada anak-anak hampir sama dengan dewasa.
Perempuan lebih banyak terkena pada tipe ini. Kelengkungan skoliosis pada anak-anak seringnya
ke arah kanan. Karena tingginya rasio progresi kelengkungan dan perlunya operasi maka skoliosis
pada tipe ini disebut dengan malignansi subtipe dari adolescent idiopatik skoliosis.1

3. Klasifikasi/ jenis-jenis

The Scoliosis Assocition of Kingdom menjelaskan lima tipe utama skoliosis:

-Skoliosis kongenital, ketika tulang belakang tidak terbentuk dengan benar sebelum lahir

-Skoliosis awitan dini muncul antara kelahiran dan 10 tahun

-Skoliosis idiopatik remaja, yang terjadi saat anak tumbuh, yang menyebabkan melengkung dan
memutar tulang belakang

-Skoliosis degeneratif dapat mempengaruhi orang dewasa karena keausan sistem skeletal, apakah
mereka sudah memiliki skoliosis atau tidak

-Skoliosis neuromuskular bermula dari masalah pada otot atau sistem saraf

-Scheuermann's kyphosis, di mana bagian depan tulang belakang tumbuh lebih lambat daripada
bagian belakang, membuat mereka lebih kecil

-Syndromic scoliosis terkait dengan salah satu dari berbagai sindrom, termasuk sindrom Marfan
dan trisomi 21
 Skoliosis Kongenital, akibat cacat lahir kongenital di tulang belakang dan sering dikaitkan
dengan cacat organ tubuh lainnya
 Skoliosis Degeneratif, disebabkan oleh degenerasi cakram yang memisahkan vertebra atau
artritis dalam persendian yang menautkannya. Jenis Skoliosis ini terjadi pada usia lanjut.
 Skoliosis Otot Saraf, akibat hilangnya kendali saraf atau otot yang menunjang tulang belakang
(umumnya akibat Cerebral Palsy atau Muscular Dystrophy)
 Skoliosis dari Penyebab yang Tidak Diketahui (Idiopathic), salah satu bentuk skoliosis paling
umum, yang biasanya terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja
Skoliosis bisa ringan, sedang, atau parah.

4. Faktor Resiko

Faktor risiko untuk mengembangkan tipe skoliosis yang paling umum termasuk:

Usia. Tanda dan gejala biasanya dimulai selama percepatan pertumbuhan yang terjadi sesaat
sebelum pubertas.

Seks. Meskipun kedua anak laki-laki dan perempuan mengembangkan skoliosis ringan pada
tingkat yang sama, anak perempuan memiliki risiko yang jauh lebih tinggi dari kurva memburuk
dan membutuhkan perawatan.

Sejarah keluarga. Skoliosis dapat terjadi dalam keluarga, tetapi kebanyakan anak-anak dengan
skoliosis tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarga.

Umur: Tanda dan gejala sering mulai selama percepatan pertumbuhan sebelum pubertas.

Jenis Kelamin: Wanita memiliki risiko lebih tinggi.

Genetika: Orang dengan skoliosis mungkin memiliki kerabat dekat dengan kondisi tersebut.
5. Penyebab/Etiologi

-Kondisi neuromuskular: Ini mempengaruhi saraf dan otot dan termasuk cerebral palsy,
poliomielitis, dan distrofi otot.

-Skoliosis kongenital (hadir saat lahir) Ini jarang terjadi dan terjadi karena tulang di tulang
belakang berkembang secara tidak normal ketika janin tumbuh di dalam ibu.

-Gen spesifik: Setidaknya satu gen diduga terlibat dalam skoliosis.

-Panjang kaki: Jika satu kaki lebih panjang dari yang lain, individu dapat mengalami skoliosis.

-Syndromic scoliosis: Skoliosis dapat berkembang sebagai bagian dari penyakit lain, termasuk
neurofibromatosis dan sindrom Marfan.

-Osteoporosis: Ini dapat menyebabkan skoliosis sekunder akibat degenerasi tulang.

-Penyebab lainnya: Postur tubuh yang buruk, membawa ransel atau tas, gangguan jaringan ikat,
dan beberapa cedera.

Penyebab Skoliosis tergantung pada jenisnya. Ini tidak disebabkan oleh karena membawa benda-
benda berat (seperti tas sekolah yang berat pada satu bahu), olahraga atau aktivitas fisik, postur
berdiri atau tidur yang buruk, atau kekurangan kalsium dalam gizi.

1. Kelainan fisik

Ketidak seimbangan pertumbuhan tulang dan otot yang yang mengakibatkan


kecendrungan untuk terjadinya suatu Scoliosis. Ketidak seimbangan otot sekitar tulang belakang
yang mengakibatkan distrosi spinal atau perbedaan otot pada saat pertumbuhan. Selain itu dapat
disebabkan pula oleh gangguan pada tulang kaki, pinggul atau tulang belakang. Tapi, beberapa
orang yang bahunya miring belum tentu karena Scoliosis, melainkan sekadar kebiasaan saja.

2. Gangguan pada kelenjar Endokrin


Ketidakseimbangan pada hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, seperti pituitary
dan adrenal sebagai pendorong pertumbuhan otot dan tulang.

3. Faktor Keturunan

Kelainan Scoliosis dapat ditimbulkan oleh gen, artinya bahwa seorang anak dari penderita
Scoliosis memiliki kemungkinan mengidap Scoliosis.

4. Masalah pada Saraf

Masalah pada saraf juga dapat menyebabkan timbulnya Scoliosis. Misalnya, karena
pembentukan urat saraf tulang belakang yang tidak normal dan terdapat benjolan di sepanjang
perjalanan saraf.

5. Faktor Bawaan

Bentuk tulang belakang yang tidak normal atau bisa juga merupakan bentuk yang didapat,
misalnya karena patah atau bergesernya tulang belakang.

6. Kebiasaan atau sikap tubuh yang buruk

Kesalahan dalam posisi duduk atau pun dalam posisi tidur secara terus menerus akan
menyebabkan deformasi pada tulang belakang, terutama pada periode pertumbuhan. Faktor ini
pula yang dapat menyebabkan bertambahnya ukuran kurva pada penderita Scoliosis. Seseorang
yang berjalan miring demi mencegah rasa sakit sebagai akibat kelumpuhan atau luka karena
kecelakaan, juga dapat menyebabkan Scoliosis. Faktor kebiasaan atau kesalahan dalam suatu
posisi, seperti posisi duduk maupun posisi tidur adalah faktor pembentukan Scoliosis pada seorang
anak, karena kebiasaan seperti itu seringkali tidak disadari.

6. Diagnosis

a. Anamnesis
Pada Skoliosis dengan kelengkungan kurang dari 200, tidak akan menimbulkan masalah.
Namun, keluhan yang muncul adalah rasa pegal. Sedangkan pada kelengkungan 20 – 40 derajat,
penderita akan mengalami penurunan daya tahan dalam posisi duduk atau berdiri berlama-lama.
Bila lengkungan ke samping terlalu parah, yaitu ukuran kurva di atas 400 akan menyebabkan
kelainan bentuk tulang belakang yang cukup berat, keluhan akan semakin berat seiring dengan
berjalannya pertumbuhan tulang.7

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada posisi berdiri atau membungkukkan badan ke arah
depan atau belakang, kemiringan atau asimeteris dari bahu dan pelvis, tidak sama panjang antara
ukuran kaki kiri dengan kaki kanan.8

Tabel 2. Pemeriksaan fisik pada skoliosis2

Terdapat ciri- ciri penting yaitu :9

1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping.


2. Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris. Bahu kanan lebih tinggi daripada bahu
kiri.
3. Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi atau lebih menonjol
daripada yang lain.
4. Ketika membungkuk ke depan, terlihat dadanya tidak simetris.
5. Badan miring ke salah satu sisi, paha kirinya lebih tinggi daripada paha kanan.
6. Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak rata ,batas celana yang tak
sama panjang.
7. Untuk Skoliosis yg Idiopatik kemungkinan terdapat kelainan yang mendasarinya,
misalnya neurofibromatosis yang harus diperhatikan adalah bercak “café au lait”
atau Spina Bifida yang harus memperhatikan tanda hairy patches (sekelompok
rambut yg tumbuh di daerah pinggang).
8. Pasien berjalan dengan kedua kaki lebar.
9. Perut menonjol.
10. Sedangkan pada kasus yang berat dapat menyebabkan :

Kepala agak menunduk ke depan

Punggung lurus dan tidak mobile

Pangggul yang tidak sama tinggi

7. Prognosis

Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan. Semakin


besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa
pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis
yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan
timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah.

Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang
baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki
penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan dari
pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda.

Anda mungkin juga menyukai