Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ENERGETIKA DAN KINETIKA


KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

Disusun oleh :
Meliana Nur Savitri
(105117008)
(Kelompok 3)

Asisten Praktikum :
Riyani Tri Yulianti

LABORATORIUM KIMIA TERINTEGRASI


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN KOMPUTER
UNIVERSITAS PERTAMINA
9 SEPTEMBER 2019
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut
sampai membentuk larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya
diubah, maka hasil kelarutannya juga akan berubah.
Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh. Larutan
dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat
melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang
dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh. Dan bila jumlah zat
terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh. Daya
larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut,
temperatur dan sedikit tekanan.
Latar belakang atau alasan praktikum ini dilaksanakan adalah agar
praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan, mengetahui pengaruh temperatur pada suatu kelarutan.
Pengaruh suhu terhadap kelarutan dapat dilihat pada peristiwa
sederhana yang terjadi pada kehidupan sehari-hari yaitu kelarutan
gula dalam air. Gula yang dilarutkan ke dalam air panas, dan satu
lagi ke dalam air dingin, maka gula akan lebih cepat larut pada air
panas karena semakin besar suhu semakin besar pula kelarutannya.
Aplikasi kelarutan dalam dunia industri adalah pada pembuatan
reaktor kimia, pada proses pemisahan dengan cara pengkristalan
integral, selain itu juga dapat digunakan untuk dasar atau ilmu dalam
proses pembuatan granul-granul pada industri baja.
1.2 Tujuan Praktikum
- Menentukan nilai kelarutan (S) asam oksalat jenuh dalam
percobaan kelarutan sebagai fungsi temperatur
- Menentukan nilai entalpi (ΔH) larutan dalam percobaan
kelarutan sebagai fungsi temperatur
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut
sampai membentuk larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya
diubah, maka hasil kelarutannya juga akan berubah. Ada tiga jenis
larutan berdasarkan kelarutannya yaitu Larutan jenuh, tidak jenuh dan
lewat jenuh. Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila
larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat
terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh, dan bila
jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh.
Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut,
temperatur dan tekanan. (Estime, et al., 2010)
Kelarutan sebagian besar zat padat meningkat dengan meningkatnya
suhu. Namun, efeknya sulit untuk diprediksi dan sangat bervariasi dari
satu zat terlarut ke yang lain. hubungan suhu kelarutan dapat
divisualisasikan dengan bantuan kurva kelarutan, melalui grafik
kelarutan vs suhu (CK-12 Foundation, 2019).

https://chem.libretexts.org/Bookshelves/Introductory_Chemistry/Book%3A_Introductory_Chemistr
y_(CK-12)/16%3A_Solutions/16.04%3A_How_Temperature_Influences_Solubility

Gambar 2.1 grafik hubungan kelarutan terhadap suhu berbagai komponen

Hubungan tetapan kesetimbangan suatu proses dengan suhu, diberikan


oleh Van’t Hoff:
𝑑 ln 𝑆 ∆𝐻
=
𝑑𝑡 𝑅𝑇 2
∆𝐻 1
ln 𝑠 = − +𝐶
𝑅 𝑇
𝑠2 ∆𝐻 𝑇2 − 𝑇1
ln = − ( )
𝑠1 𝑅 𝑇2 𝑇1
Pada umumnya panas pelarutan bernilai (+), sehingga menurut Van’t Hoff
kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut (∆𝐻 (+)) =
endotermis. Sedangkan untuk zat yang ∆𝐻 (-) adalah eksotermis. Kenaikan
suhu akan menaikkan jumlah zat yang larut. Jika suhu dinaikkan, maka
proses akan menyerap kalor. Dalam hal ini, pembentukan larutan lebih
disukai. Suatu zat yang menyerap kalor ketika melarut cenderung lebih
mudah larut pada suhu tinggi (Bennet, 2015).

III. METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan
- Larutan asam oksalat jenuh
- Larutan NaOH 0,5 M
- Indikator PP
- Es batu
- Garam dapur

3.2 Alat
- Termometer 0 - 150oC
- Buret 50 mL IWAKI CTE 33
- Erlenmeyer 250 mL IWAKI CTE 33
- Erlenmeyer 100 mL IWAKI CTE 33
- Gelas kimia 1000 mL IWAKI CTE 33
- Pipet volumetrik 5 mL IWAKI CTE 33
- Batang pengaduk
- Penangas es
3.3 Prosedur Kerja
- Pembakuan NaOH

Asam Oksalat 0,316 gram

- Dilarutkan dengan aqua DM


- Ditambah indikator pp

Larutan Asam Oksalat

NaOH XM

- Dititrasikan pada asam oksalat


- Dilakukan duplo

NaOH 0.5 M

- Titrasi kelarutan asam oksalat

mulai

Larutan Asam Oksalat jenuh

- Dimasukkan 100 mL ke
dalam erlenmeyer 250mL
- Dimasukkan ke penangas es
- Ditambahkan garam 2-3
sendok ke penangas
- Ditunggu hingga suhu 0oC

Larutan Asam Oksalat dingin


stabil
- Diambil 2 x 5 mL pada suhu
5-25oC dan 25-5oC
- Dititrasikan dengan NaoH
0,5 M

selesai

IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Tabel 4.1.1 data titrasi pembakuan NaOH


Nama I II
Massa H2C2O4 (g) 0,316 0,3164
V NaOH (mL) 9,9 10,1

Tabel 4.1.2 data titrasi kelarutan asam oksalat saat suhu naik

V H2C2O4 Volume NaOH (mL)


no. T (°C)
(mL) I II rata-rata
1 5 8,90 9,20 9,05
2 10 12,70 12,10 12,40
3 15 5 14,60 14,40 14,50
4 20 14,30 15,30 14,80
5 25 18,60 19,00 18,80

Tabel 4.1.3 data titrasi kelarutan asam oksalat saat suhu turun

V H2C2O4 Volume NaOH (mL)


no. T (°C)
(mL) I II rata-rata
1 25 19,60 19,80 19,70
2 20 17,00 16,10 16,55
3 15 5 14,20 14,00 14,10
4 10 11,50 11,40 11,45
5 5 10,20 9,80 10,00
4.2 Pembahasan
Percobaan ini tentang kelarutan dalam fungsi temperatur,
percobaan ini dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan
temperatur terhadap nilai kelarutan suatu larutan kimia. Dalam
percobaan ini menggunakan asam oksalat yang diamati pengaruh
perubahan temperaturnya terhadap kelarutannya. Dan juga
menggunakan NaOH sebagai titrat, karena perhitungan nilai
kelarutan menggunakan metode titrasi. Karena NaOH merupakan
larutan baku sekunder, maka dilakukan pembakuan terlebih dahulu
untuk mengetahui konsentrasi NaOH secara pasti. Zat yang
digunakan pada percobaan adalah asam oksalat, karena kelarutan
asam oksalat sangat sensitif terhadap suhu. Sehingga dengan
berubahnya suhu, kelarutannya juga akan berubah. Selain itu asam
oksalat memiliki kelarutan yang kecil bila dilarutkan dalam air
Asam oksalat yang dihitung nilai kelarutan (S) dan nilai panas
kalor (ΔH) nya merupakan asam oksalat jenuh. Larutan jenuh
adalah saat larutan tidak bisa lagi melarutkan zat apapun. Pada
larutan jenuh terjadi keseimbangan antara zat terlarut dalam larutan
dan zat yang tidak terlarut. Dalam keseimbangan ini kecepatan
melarut sama dengan kecepatan mengendap, artinya
konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Pengubahan
temperatur dapat mengganggu keseimbangan pada larutan jenuh
sehingga konsentrasi larutan berubah. Bila larutan dibuat tidak
jenuh, saat temperatur diturunkan larutan akan mengkristal, namun
pengkristalan tidak berlangsung lama karena pada larutan tidak
jenuh tidak terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dan tidak
terlarut. Akibatnya zat yang mengkristal dapat dilarutkan kembali
sehingga pengubahan temperatur tidak memberikan pengaruh
signifikan kepada kelarutan (Cahyani & Rahayu, 2011).
Asam oksalat dimasukkan dalam penangas es hingga mencapai
suhu 0°C lalu didiamkan selama 5 menit agar stabil. Dalam suhu
rendah seperti ini, asam oksalat yang semula tak berwarna dan
tanpa endapan perlahan mulai membentuk endapan putih
didalamnya, semakin suhu turun maka makin banyak pula endapan
pada asam oksalat.
Asam oksalat ini dititrasi dengan NaOH 0,5 M pada suhu 5°C
hingga 25 °C dan pada suhu 25°C hingga 5°C dengan interval
masing-masing 5°C.
Dilakukan titrasi secara duplo pada setiap kenaikan atau penurunan
suhu 5°C, saat suhu naik maka volume NaOH meningkat juga
begitu pula saat penurunan suhu. Dengan volume titrasi ini, nilai
kelarutan (S) dapat ditentukan. Nilai S meningkat seiring
meningkatnya suhu. Hal ini berarti suhu mempengaruhi kelarutan
asam oksalat. Hal ini dapat diamati juga saat larutan jenuh asam
oksalat dimasukkan dalam penangas es. Lama-lama muncul
endapan dan makin banyak saat suhu makin rendah. Sehingga
benar temperatur mempengaruhi kelarutan asam oksalat.
Lalu saat nilai S diketahui, nilai ΔH dapat diketahui lewat bantuan
grafik 1/T vs ln S. Dimana sesuai perhitungan diatas ΔH bernilai
positif (+) pada kenaikan atau penurunan suhu asam oksalat. ΔH
positif merupakan tanda bahwa reaksi berjalan secara endotermis,
dimana saat suhu naik maka semakin banyak zat yang larut, dan
juga reaksi ini menyerap kalor dari lingkungan ke sistem yang
mengakibatkan suhu sistem meningkat.

V. KESIMPULAN
- Dari hasil percobaan didapat nilai kelarutan asam oksalat saat
kenaikan dan penurunan suhu berturut-turut adalah sebesar 1,3963
mol/1000g dan 1,4415 mol/1000g. Nilai kelarutan meningkat seiring
meningkatnya suhu.
- ΔH larutan hasil percobaan saat kenaikan dan penurunan suhu secara
berturut-turut adalah 22,6448 KJ/mol dan 23,7414 KJ/mol.
Keduanya bernilai + yang menandakan bahwa reaksi berjalan secara
endotermis atau menyerap kalor saat reaksi berlangsung.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Bennet, P., 2015. Chemical Thermodnamics. [Online]


Available at:
http://www.geo.utexas.edu/courses/376m/leturenotes/thermo.pdf
[Accessed 7 September 2019].

Cahyani, P. & Rahayu, T., 2011. Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu.


Semarang: Universitas Negeri Semarang.

CK-12 Foundation, 2019. How Temperature Influences Solubility.


[Online]
Available at:
https://chem.libretexts.org/Bookshelves/Introductory_Chemistry/Book
%3A_Introductory_Chemistry_(CK-
12)/16%3A_Solutions/16.04%3A_How_Temperature_Influences_Sol
ubility
[Accessed 7 September 2019].

Estime, N., Teychené, S., Autret, J.-M. & Biscans, B., 2010. Influence
of pH, Temperature and Impurities on the Solubility of an Active
Pharmaceutical Ingredient (API). International Journal of Chemical
Reactor Engineering, 8(1).
LAMPIRAN
- Pembakuan NaOH

Dari reaksi

2 NaOH + H2C2O4 → Na2C2O4 + H2O


Maka terdapat perbandingan bahwa mol NaOH = 2 x mol H2C2O4
n NaOH = n H2C2O4
𝑚
MxV = 2 x 𝑀𝑚

Sesuai data pada tabel 4.1.1 M NaOH dapat dihitung sebagai berikut :

(1) n NaOH = n H2C2O4


𝑚
MxV = 2x
𝑀𝑚
0,316 𝑔
M x 9,9 mL = 2 x 126 𝑔/𝑚𝑜𝑙

M1 = 0,5066 M
(2) n NaOH = n H2C2O4
𝑚
MxV = 2 x 𝑀𝑚
0,3164 𝑔
M x 10,1 mL = 2 x 126 𝑔/𝑚𝑜𝑙

M2 = 0,4972 M

∴ Maka rata-rata M NaOH adalah

𝑀1+𝑀2 0,5066 𝑀+0,4972 𝑀


𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 0,5019 𝑀
2 2

- Perhitungan nilai S
Dengan menggunakan persamaan

𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛


𝑆=
𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑥 V H2C2O4
9.05 𝑚𝐿 𝑥 0,5019 𝑀 𝑚𝑜𝑙
𝑆1 = 𝑔 = 0,9084 𝑔
1 𝑚𝐿 𝑥 5 𝑚𝐿 1000

Dengan menggunakan perhitungan yang sama maka nilai S1-5 pada suhu naik
dan suhu turun dapat dihitung dan nilainya seperti pada tabel 4.2.1 dan 4.2.2.
Tabel 4.2.1 data perhitungan nilai S pada suhu naik
Volume NaOH (mL)
ρ V H2C2O4 S (mol /
no. T (°C) rata-
(g/mL) (mL) I II 1000g)
rata
1 5 8,90 9,20 9,05 0,9084
2 10 12,70 12,10 12,40 1,2447
3 15 1 5 14,60 14,40 14,50 1,4555
4 20 14,30 15,30 14,80 1,4856
5 25 18,60 19,00 18,80 1,8871
rata- rata S (mol / 1000g) 1,3963

Tabel 4.2.2 data perhitungan nilai S pada suhu turun


Volume NaOH (mL)
ρ V H2C2O4 S (mol /
no. T (°C) rata-
(g/mL) (mL) I II 1000g)
rata
1 25 19,60 19,80 19,70 1,9775
2 20 17,00 16,10 16,55 1,6613
3 15 1 5 14,20 14,00 14,10 1,4154
4 10 11,50 11,40 11,45 1,1494
5 5 10,20 9,80 10,00 1,0038
rata- rata S (mol / 1000g) 1,4415

- Pembuatan grafik 1/T vs ln S


Tabel 4.2.3 data perhitungan 1/T vs ln S pada suhu naik
S (mol /
No. T (°C) T (K) 1/T (K-1) ln S
1000g)
1 5 278 0,00360 0,9084 -0,0961
2 10 283 0,00353 1,2447 0,2189
3 15 288 0,00347 1,4555 0,3753
4 20 293 0,00341 1,4856 0,3958
5 25 298 0,00336 1,8871 0,6350
Grafik 4.2.1 kelarutan sebagai fungsi temperatur
(kenaikan suhu)
0,8000

0,6000
y = -2723,7x + 9,7688
0,4000 R² = 0,9306

ln S
0,2000

0,0000
0,00330 0,00335 0,00340 0,00345 0,00350 0,00355 0,00360 0,00365
-0,2000
1 / T (K-1)

Tabel 4.2.4 data perhitungan 1/T vs ln S pada suhu turun


S (mol /
No. T (°C) T (K) 1/T (k-1) ln S
1000g)
1 25 298 0,00336 1,9775 0,6818
2 20 293 0,00341 1,6613 0,5076
3 15 288 0,00347 1,4154 0,3474
4 10 283 0,00353 1,1494 0,1392
5 5 278 0,00360 1,0038 0,0038

Grafik 4.2.2 kelarutan sebagai fungsi temperatur


(penurunan suhu)
0,8000
0,7000
0,6000 y = -2855,6x + 10,257
0,5000 R² = 0,996
0,4000
ln S

0,3000
0,2000
0,1000
0,0000
0,00330 0,00335 0,00340 0,00345 0,00350 0,00355 0,00360 0,00365
-0,1000
1 / T (K-1)
- Perhitungan nilai ΔH
ΔH 1
Persamaan garis pada grafik 4.2.1 dan 4.2.2 yaitu ln 𝑆 = − +
R 𝑇

𝐶, yang berpola 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏, maka nilai ΔH dapat dihitung dengan


:
ΔH
𝑎= −
R
ΔH = −𝑎 𝑥 𝑅
J
Dengan R = 8,314 mol K dan a = slope pada persamaan 𝑦 = 𝑎𝑥 +

𝑏
Maka ,
(1) Perhitungan ΔH saat suhu naik
𝑦 = −2723,7 𝑥 + 9,7688
ΔH =-axR
J
= -(-2723,7) x 8,314
mol K

= 22644,8418 Joule/mol
= 22,6448 KJ/mol
(2) Perhitungan ΔH saat suhu turun
𝑦 = −2855,6 𝑥 + 10,257
ΔH =-axR
J
= -(-2855,6) x 8,314 mol K

= 23741,4584 Joule/mol
= 23,7414 KJ/mol

Anda mungkin juga menyukai