Anda di halaman 1dari 7

Imunologi dan Gizi

Dosen Pengampu : Diyan Yunanto Setyaji, S.Gz., M.P.H

Disusun Oleh :

Audrey Angelica Bratandari Situmeang

201833007

SARJANA GIZI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih-Nya sehingga penyusunan
makalah Imunologi dan Gizi mengenai Hubungan Asupan Energi dan Protein Terhadap
Sistem Imun ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini sebagai bukti pemenuhan
kewajiban saya untuk melaksanakan tugas dengan baik.

Makalah ini dapat dibuat dan diselesaikan dengan adanya bantuan dari pihak lain.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Diyan Yunanto Setyaji, S.Gz,
M.P.H selaku dosen pengampu mata kuliah Imunologi dan Gizi yang membimbing saya
dalam mengerjakan makalah ini dan kepada teman -teman yang sudah membantu dalam hal
diskusi. Makalah ini saya buat guna membantu proses pembelajaran saya.

Demikian makalah ini saya buat. Semoga bermanfaat bagi kita serta para pembaca.
Saya juga sangat berharap kritik dan saran atas ketidaksempurnaan makalah ini, agar lebih
baik lagi untuk proses kedepannya.

Yogyakarta, 16 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Kekurangan Energi-Protein (KEP)?

2. Apa pengaruh KEP terhadap sistem imun?

I.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kekurangan Energi-Protein (KEP)

2. Mengetahui pengaruh KEP terhadap sistem imun


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kekurangan Energi-Protein (KEP)

Kekurangan Energi-Protein (KEP) adalah keadaan spesifik dimana tubuh mengalami


defisiensi energi dan protein. KEP terdiri dari tiga jenis yaitu Kwashiorkor, Marasmus, dan
Kwashiorkor-Marasmus. Kwarshiorkor merupakan KEP tingkat berat yang disebabkan oleh
asupan protein yang inadekuat dengan asupan energi yang cukup. Gejala umum dari
kwashiorkor adalah hipoalbuminemia, edema, penurunan imunitas, dermatitis, anemia, apatis,
dan terjadi penipisan rambut.

II.2 Pengaruh KEP Terhadap Sistem Imun

Jika tubuh kekurangan atau mengalami defisiensi protein dan energi akan
mengakibatkan depresi sistem imun dalam tubuh. Kekurangan protein yang terus menerus
akan menyebabkan atrofi atau pengecilan organ limfoid primer yaitu bone marrow dan timus.
Dimana bone marrow adalah tempat maturasi limfosit B, sedangkan timus adalah tempat
maturasi limfosit T.

Timus berfungsi mengolah sel-sel darah putih atau leukosit yang diproduksi di
sumsum tulang dan mengubahnya menjadi sel limfosit T. Jika timus mengalami atrofi, maka
akan berdampak langsung terhadap produksi jumlah sel darah putih atau leukosit di dalam
tubuh. Atrofi timus akan menyebabkan leukopenia. Leukopenia adalah rendahnya jumlah
leukosit di dalam tubuh. Dapat dikatakan leukopenia jika leukosit di dalam tubuh kurang dari
4.000/mm3.

Selain leukosit, penderita kwashiorkor juga mengalami penurunan imunoglobulin G.


Imunoglobulin G atau IgG adalah jenis antibodi utama dan paling banyak dalam tubuh. IgG
berfungsi mengikat patogen, mengaktifkan komplemen dan meningkatkan fagositosis. Jika
IgG mengalami penurunan jumlah, maka akan berdampak terjadinya penurunan kemampuan
fagositosis.

Pada kondisi KEP terjadi gangguan fisiologis tubuh, salah satunya adalah sintesis
transferin. Transferin adalah protein pengangkut zat besi dalam darah menuju sumsum
tulang, limpa, hati, serta tempat penyimpanan lain dalam tubuh. Pada penderita KEP, mRNA
transferin di hepar menurun, sehingga sintesis transferin juga menurun dan konsentrasi
transferin plasma berkurang. Keadaan ini mengakibatkan jumlah Fe yang terikat dengan
transferin juga berkurang sehingga kadar Fe bebas di dalam plasma meningkat. Keadaan
tersebut memicu peningkatan produksi radikal bebas yang bersifat toksik dan menimbulkan
kematian
DAFTAR PUSTAKA

1. Sulistyowati, E., Arlik Rio Julia dan Dhaniar Mudita

Anda mungkin juga menyukai