Anda di halaman 1dari 16

TERAPI KEPERAWATAN KOMPLEMENTER RELAKSASI

INDRA VISUAL

Dosen Pembimbing :

Enung Mardiyana H., S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun oleh :

FINA FITRIYAH
P27820118052

TINGKAT II REGULER B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
1. Relaksasi
1.1. Pengertian Relaksasi
Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan mental
sehingga menjadi rileks (Suryani,2000).
Relaksasi merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan, pertama-tama
ketegangan jasmaniah yang nantinya akan berdampak pada penurunan ketegangan jiwa
(Wiramihardja,2006).
Menurut Thantawy (1997: 67) “relaksasi adalah teknik mengatasi
kekhawatiran/kecemasan atau stress melalui pengendoran otot-otot dan syaraf, itu terjadi atau
bersumber pada obyek-obyek tertentu”. Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada
aspek fisik dan mental manusia, sementara aspek spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan
relaksasi, seluruh tubuh dalam keadaan homeostatis atau seimbang, dalam keadaan tenang
tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang
nyaman.
Menurut pendapat Cormier dan Cormier, 1985 (Abimanyu dan Manrihu, 1996:320)
Relaksasi dapat diartikan sebagai usaha untuk mengajari seseorang untuk relaks, dengan
menjadikan orang itu sadar tentang perasaan-perasaan tegang dan perasaan-perasaan relaks
kelompok-kelompok otot utama seperti tangan, muka, dan leher, dada, bahu, punggung, perut,
dan kaki.
Relaksasi merupakan upaya sejenak untuk melupakan kecemasan dan mengistirahatkan
pikiran dengan cara menyalurkan kelebihan energi atau ketegangan (psikis) melalui sesuatu
kegiatan yang menyenagkan.
Relaksasi dapat memutuskan pikiran-pikiran negatife yang menyertai kecemasan
(Greenberg,2000).
Chaplin (1975) memberi pengertian relaksasi sebagai kembalinya otot ke keadaan istirahat
setelah kontraksi. Atau relaksasi merupakan suatu keadaan tegang yang rendah dengan tanpa
adanya emosi yang kuat.
Sedangkan menurut Hakim (2004: 41) relaksasi merupakan suatu proses pembebasan diri
dari segala macam bentuk ketegangan otot maupun pikiran senetral mungkin atau tidak
memikirkan apapun.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi adalah
salah satu bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk
gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan pikiran dan anggota tubuh
seperti otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks, normal
dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan sampai kepada gerakan kaki.
1.2. Karakteristik Relaksasi
1. Merupakan metode untuk mengembalikan tubuh dalam kondisi homeostatis sehingga
konseli dapat kembali tenang.
2. Relaksasi tidak menganggap penting usaha pemecahan masalah penyebab terjadinya
ketegangan melainkan menciptakan kondisi individu yang lebih nyaman dan
menyenangkan
1.3. Tujuan Relaksasi
1. Melegakan stress untuk penyakit darah tinggi, penyakit jantung, susah hendak tidur,
sakit kepala disebabkan tekanan dan asma.
2. Membantu orang menjadi rileks, dan dengan demikian dapat memperbaiki berbagai
aspek kesehatan fisik.
3. Membantu individu untuk dapat mengontrol diri dan memfokuskan perhatian sehingga
ia dapat mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi yang menegangkan.
1.4. Prinsip Relaksasi
1. Teknik relaksasi adalah seni keterampilan dan pengetahuan, sehingga ketika seseorang
berusaha meraih kesehatan lahir batinnya melalui metode relaksasi, dianjurkan untuk
memahami benar, apa yang akan diupayakan dan apa yang diharapkan dari hasilnya.
2. Relaksasi dapat menjadi suatu kegiatan harian yang rutin, semakin sering dan teratur
teknik relaksasi ini diterapkan maka diri konseli akan semakin rileks.
1.5. Jenis-jenis Relaksasi
Lichstein (1988), mengemukakan jenis-jenis teknik relaksai antara lain:
1. Autogenic Training yaitu suatu prosedur relaksasi dengan membayangkan (imagery)
sensasi-sensasi yang meyenagkan pada bagian-bagian tubuh seperti kepala, dada,
lengan, punggung, ibu jari kaki atau tangan, pantan, pergelangan tangan. Sensasi-
sensasi yang dibayangkan itu sepert rasa hangat, lemas atau rileks pada bagian tubuh
tertentu, juga rasa lega karena nafas yang dalam dan pelan. Sensasi yang dirasakan ini
diiringi dengan imajinasi yang meyenangkan misalnya tentang pemandangan yang
indah, danau, yang tenang dan sebagainya.
2. Progressive Training adalah prosedur teknik relaksasi dengan melatih otot-otot yang
tegang agar lebih rileks, terasa lebih lemas dan tidak kaku. Efek yang diharapkan
adalah proses neurologis akan berjalan dengan lebih baik. Karena ada beberapa
pendapat yang melihat hubungan tegangan otot dengan kecemasan, maka dengan
mengendurkan otot-otot yang tegang diharapkan tegangan emosi menurun dan
demikian sebaliknya.
3. Meditation adalah prosedur klasik relaksasi dengan melatih konsentrasi atau perhatian
pada stimulus yang monoton dan berulang (memusatkan pikiran pada kata/frase
tertentu sebagai focus perhatiannya ), biasanya dilakukan dengan menutup mata
sambil duduk, mengambil posisi yang pasif dan berkonsentrasi dengan pernafasan
yang teratur dan dalam. Ketenangan diri dan perasaan dalam kesunyian yang tercipta
pada waktu meditasi harus menyisakan suatu kesadaran diri ynag tetap terjaga,
meskipun nampaknya orang yang melakukan meditasi sedang berdiam diri/terlihat
pasif dan tidak bereaksi terhadap lingkungannya.Selain ketiga jenis di atas relaksasi
juga dapat menggunakan media aroma, suara, cita rasa makanan, minuman, keindahan
panorama alam dan air. Semua itu merupakan teknik relaksasi fisik/tubuh.
Bernstein dan Borkovec,1973; Goldfried dan Davidson,1976; Walker dkk,1981 juga
merumuskan relaksasi otot menjadi tiga macam tipe yaitu :
1. Relaxation via tension- Relaxation, yaitu relaksasi otot bertujuan untuk mengurangi
ketegangan dan kecemasan dengan cara melemaskan otot-otot badan disini konseli
diberitahu bahwa pada fase menegangkan akan membantu dirinya untuk lebih
menyadari sensasi yang berhubungan dengan kecemasan dan sensasi-sensasi tersebut
bertindak sebagai isyarat utau tanda untuk melemaskan ketegangan. Konseli dilatih
untuk melemaskan otot yang tegang dengan cepat seolah-olah mengeluarkan
ketegangan dari badan sehingga konseli akan merasa rileks. Pada mulanya prosedur
pelemasan otot-otot dengan cepat ini dikenalkan oleh Lazarus dan Paul (dikutip oleh
Goldfried dan Davidson,1976). Otot yang dilatih adalah otot lengan, tangan, bisep,
bahu, leher, wajah, perut, dan kaki.
2. Relaxation via Letting Go. Metode ini bertujuan memperdalam relaksasi konseli
dilatih untuk menyadari dan merasakan rileksasi. Konseli dilatih untuk menyadari
ketegangannya dan berusaha sedekat mungkin untuk mengurangi serta menghilangkan
ketegangan tersebut dengan demikian, konseli akan lebih peka terhadap ketegangan
dan lebih ahli dalam mengurangi ketegangan.
3. Differential Relaxation. Merupakan salah satu penerapan keterampilan relaksasi
progesif. Latihan relaksasi ini dapat dilakukan dengan cara merangsang konseli untuk
relaksasi yang dalam pada otot-otot yang tidak diperlukan untuk melakukan aktivitas
tertentu, kemudian mengurangi ketegangan yang berlebihan pada otot-otot yang
diperlukan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Latihan relakssai ini dapat
dilakukan apabila subyek telah mencapai keadaan yang rileks. Latihan relaksasi
deferensial yang teratur akan menghasilkan penurunan tingkat ketegangan secara
umum. Hal ini akan menghasilkan berkurangnya ketegangan dan meningkatkan rasa
nyaman sewaktu individu melakukan aktivitas sehari-hari. Program yang dilakukan
untuk relaksasi diferensial, meliputi suatu seri latihan yang dimulai dari situasi yang
hanya sendiri di ruang sunyi sampai pada situasi dengan orang lain di tempat yang
ramai, dari posisi duduk sampai posisi berdiri, dari aktivitas yang sederhana sampai
aktivitas yang kompleks. Dalam teknik ini konseli diberi sutu seri pertanyaan yang
tidak dapat dijawab secara lisan, tetapi dirasakan sesuai dengan apa yang dapat atau
tidak dapat dialami oleh konseli pada waktu instruksi dilakukan.
Selain itu juga ada macam relaksasi kesadaran indra yang dikembangkan oleh
Goldfried yang dipelajari dari Weitzman. Dalam teknik ini konseli diberi sutu seri pertanyaan
yang tidak dapat dijawab secara lisan, tetapi dirasakan sesuai dengan apa yang dapat atau
tidak dapat dialami oleh konseli pada waktu instruksi dilakukan. Seperti pada relaksasi otot,
instruksi relaksasi kesadaran indra juga dapat diberikan melalui tape recorder sehingga dapat
digunakan untuk latihan di rumah.
1.6. Manfaat Relaksasi
Ada beberapa manfaat dari penggunaan teknik relaksasi. Burn (dikutip oleh Beech
dkk, 1982) melaporkan beberapa keuntungan yang diperoleh dari latihan relaksasi, antara lain:
1. Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebihan
karena adanya stress.
2. Masalah-masalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi, sakit kepala,
insomnia dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi.
3. Mengurangi tingkat kecemasan.
4. Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stress dan mengontrol
anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan, seperti pada
pertemuan penting, wawancara atau sebagainya.
5. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering terjadi selama
periode stress, misalnya naiknya jumlah rokok yang dihisap, konsumsi alkohol,
pemakaian obat-obatan, dan makanan yang berlebih-lebihan.
6. Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan penampilan fisik.
7. Kelelahan, aktivitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat diatasi dengan
menggunakan ketrampilan relaksasi.
8. Kesadaran diri tentang keadaan fisiologis seseorang dapat meningkat sebagai hasil
dari relaksasi, sehingga memungkinkan individu untuk menggunakan ketrampilan
relaksasi untuk timbulnya rangsangan fisiologis.
9. Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dalam operasi,
seperti pada persalinan yang alami, relaksasi tidak hanya mengurangi kecemasan
tetapi juga memudahkan pergerakan bayi melalui cervix.
10. Konsekuensi fisiologis yang penting dari relaksasi adalah bahwa tingkat harga diri dan
keyakinan diri individu meningkat sebagai hasil kontrol yang meningkat terhadap
reaksi stress.
11. Meningkatkan hubungan antar personal.
Menurut Welker, dkk, dalam Karyono,1994; penggunaan teknik relaksasi memiliki
beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan ketenangan batin bagi individu.
2. Mengurangi rasa cemas, khawatir dan gelisah.
3. Mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa.
4. Mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi lebih rendah dan tidur menjadi nyenyak.
5. Memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap penyakit.
6. Kesehatan mental dan daya ingat menjadi lebih baik.
7. Meningkatkan daya berfikir logis, kreativitas dan rasa optimis atau keyakinan.
8. Meningkatkan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
9. Bermanfaat untuk penderita neurosis ringan, insomnia, perasaan lelah dan tidak enak
badan.
10. Mengurangi hiperaktif pada anak-anak, dapat mengontrol gagap, mengurangi
merokok, mengurangi phobia, dan mengurangi rasa sakit sewaktu gangguan pada saat
menstruasi serta dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan.
Terapi relaksasi dilakukan untuk mencegah dan mengurangi ketegangan pikiran dan
otot - otot akibat stres karena ketegangan dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Bila
ketegangan terjadi maka tubuh akan menjadi lemah dan akibatnya tubuh tidak dapat
melakukan fungsinya secara optimal. Relaksasi penting apabila anda mempunyai gejala
seperti berikut:
1. Berdebar-debar.
2. Sakit kepala.
3. Berpeluh.
4. Susah untuk bernafas.
5. Paras glukos darah yang tidak terkawal.
6. Keadaan badan yang tidak selesa seperti ketidakcernaan,sembelit dan kegelisahan.
7. Kepenatan atau susah hendak tidur.
8. Ketegangan otot terutama otot ditengkuk dan otot bahu.
9. Susah untuk memberi tumpuan dan mudah risau.
10. Kurang sabar, mudah tersinggung dan cepat marah.
11. Hilang selera makan atau makan berlebihan.
12. Hilang minat terhadap seks.
1.7. Kelebihan dan Kekurangan Relaksasi
Kelebihan
1. Konseli menjadi tidak merasa tegang dan tertekan dengan penggunaan teknik ini.
2. Tidak memerlukan model atau media.
Kekurangan
1. Pelaksanaan teknik relaksasi memerlukan waktu yang relative lama (karena dilakukan
berulang-ulang atau tidak hanya sekali).
2. Pelaksanaanya membutuhkan tempat yang kondusif (nyaman dan tenang).
3. Konseli yang kurang bisa memfokuskan pikiran atau konsentrasinya dapat
menghambat pelaksaan teknik relaksasi.
4. Membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup banyak.
Selain itu, menurut Nadjamuddin keterbatasan dalam pelaksanaan relaksasi antara lain
disebabkan karena adanya faktor:
1. Faktor teknis ini meliputi kurang terampilnya instruktur dalam memberikan instruksi,
sehingga kesannya kaku; media yang digunakan dalam relaksasi kurang begitu
diperhatikan; kondisi ruangan kurang diperhatikan.
2. Faktor dari Dalam Diri. Konseli kurang bisa mengontrol diri; konseli salah kostum;
konseli mengutamakan nilai pribadinya.
3. Faktor dari Masalah Konseli itu Sendiri. Beratnya masalah yang dihadapi konseli itu
membuatnya dikuasai masalah tersebut padahal seharusnya dia harus mampu
menguasai masalah tersebut. Meskipun dia sudah beberapa kali diterapi kurang
menunjukkan perubahan yang lebih baik.
1.8. Tahap-tahap atau Langkah-langkah Relaksasi
Dalam menerapkan teknik relaksasi kita perlu mempertimbangkan beberapa persiapan
yang harus diperhatikan seperti setting lingkungan yang tenang atau tidak mengganggu,
pakaian yang longgar atau tidak mengikat, perut yang tidak sedang kelaparan atau
kekenyangan, serta tempat yang nyaman dan tepat untuk mengambil posisi tubuh. Bisa pula
ditambahkan aromatherapy dan alunan musik klasik dalam pelaksanaan teknik relaksasi.
Untuk dapat melakukan teknik relaksasi secara efektif, konseli harus terlebih dahulu
mengenal secara baik bagian-bagian dari tubuhnya. Tubuh adalah satu kesatuan system unik
yang terdiri dari beberapa sub-sistem seperti system pencernaan, system pernafasan, system
saraf, system rangka, dan sebagainya. Posisi atau postur untuk relaksasi bebas, dapat dengan
duduk di lantai atau kursi, berdiri auatupun berbaring yang penting dapat membawa konseli
ke keadaan rileks atau istirahat serta berguna untuk memperbaiki postur tubuh yang salah.
Secara umum pelasanaan relaksasi atau penenangan dilakukan dengan cara
mengendurkan urat-urat seluruh bagian badan secara berangsur-angsur sehingga tidak ada lagi
bagian tubuh yang kejang atau kaku.
1. Persiapan lingkungan Fisik
a. Kondisi Ruangan. Ruang yang digunakan untuk latihan relaksasi harus tenang, segar,
nyaman, dan cukup penerangan sehingga memudahkan konseli untuk berkonsentrasi.
b. Kursi. Dalam relaksasi perlu digunakan kursi yang dapat memudahkan individu untuk
menggerakkan otot dengan konsentrasi penuh; seperti menggunakan kursi malas, sofa,
kursi yang ada sandarannya atau mungkin dapat dilakukan dengan berbaring di tempat
tidur.
c. Pakaian. Saat latihan relaksasi sebaiknya digunakan pakaian yang longgar dan hal-hal
yang mengganggu jalannya relaksasi (kacamata, jam tangan, gelang, sepatu, ikat
pingga) dilepas dulu.
2. Lingkungan yang ada dalam Diri Konseli. Individu harus mengetahui bahwa:
a. Latihan relaksasi merupakan suatu ketrampilan yang perlu dipelajari dalam waktu
yang relatif lama dan individu harus disiplin serta teratur dalam melaksanakannya.
b. Selama frase permulaan latihan relaksasi dapat dilakukan paling sedikit 30 menit
setiap hari, selama frase tengah dan lanjut dapat dilakukan selama 15-20 menit, dua
atau tiga kali dalam seminggu. Jumlah sesion tergabtung pada keadaan individu dan
stress yang dialaminya.
c. Ketika latihan relaksasi kita harus mengamati bahwa bermacam-macam kelompok otot
secara sistematis tegang dan rileks.
d. Dalam melakukan latihan relaksasi individu harus dapat membedakan perasaan tegang
dan rileks pada otot-ototnya.
e. Setelah suatu kelompok otot rileks penuh, bila individu mengalami ketidakenakan
ketidakenakan, sebaiknya kelompok otot tersebut tidak digerakkan meskipun individu
mungkin merasa bebas bergerak posisinya.
f. Saat relaksasi mungkin individu mengalami perasaan yang tidak umum, misalnya
gatal pada jari-jari, sensasi yang mengambang di udara, perasaan berat pada bagian-
bagian badan, kontraksi otot yang tiba-tiba dan sebagainya, maka tidak perlu takut;
karena sensasi ini merupakan petunjuk adanya relaksasi. Akan tetapi jika perasaan
tersebut masih mengganggu proses relaksasi maka dapat diatasi dengan membuka
mata, bernafas sedikit dalam dan pelan-pelan, mengkontraksikan seluruh badan
kecuali relaksasi dapat diulangi lagi.
g. Waktu relaksasi individu tidak perlu takut kehilangan kontrol karena ia tetap berada
dalam kontrol yang dasar.
h. Kemampuan untuk rileks dapat bervariasi dari hari ke hari.
i. Relaksasi akan lebih efektif apabila dilakukan sebagai metode kontrol diri.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penerapan teknik relaksasi adalah:
1. Rasional.
2. Instruksi tentang pakaian.
3. Menciptakan lingkungan yang aman.
4. Konselor memberi contoh latihan relaksasi itu.
5. Intruksi-instruksi untuk relaksasi.
6. Penilaian setelah latihan.
7. Pekerjaan rumah dan tindak lanjut.

2. Indra Visual

2.1. Pengertian

Terapi penglihatan atau vision therapy adalah serangkaian latihan dan teknik yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penglihatan dan koordinasi antara mata dan
otak, terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan belajar dan membaca.

Terapi ini merupakan pengobatan non bedah untuk masalah mata yang umum,
termasuk mata malas dan kelainan refraksi seperti miopi, presbiopi, hiperopia, dan
astigmatisma. Teknik terapi ini dapat sangat memperlambat atau mencegah
perkembangan penyakit.

Berlawanan dari keyakinan umum, terapi penglihatan tidak hanya terbatas pada
latihan untuk mata, meskipun itu adalah salah satu strategi yang paling terkenal. Terapi
ini juga menggunakan teknik perilaku untuk meningkatkan persepsi atau proses
pengolahan gambar pada mata, serta mengobati atau mencegah masalah mata tertentu.

2.2. Manfaat

Manfaat terapi indra visual secara umum

1. Meningkatkan kemampuan dasar dan efisiensi penglihatan


2. Menjadikan membaca, mengeja, dan belajar lebih mudah dan menyenangkan

3. Meningkatkan prestasi anak atau orang dewasa berkebutuhan khusus dalam kehidupan
nyata seperti sekolah atau tempat kerja

4. Mengubah cara mata dan otak mengolah gambar atau informasi visual

2.3. Teknik

Teknik terapi indra visual secara umum

Pertama, ahli optometri akan mengevaluasi tingkat keparahan gangguan penglihatan


melalui pemeriksaan mata menyeluruh. Pemeriksaan ini dapat termasuk memeriksa sejarah
kesehatan pasien dan keluarganya, kesehatan keseluruhan, pemeriksaan mata, menguji
pergerakan mata, dan mengenali kelainan refraksi.

Tergantung pada hasilnya, selanjutnya ahli optometri akan membuat rencana yang
mencakup kondisi fisik, mental, dan tingkah laku. Seluruh prosedur harus berkelanjutan,
artinya ketika pasien mengalami peningkatan, maka tekniknya juga harus ditingkatkan.

Alat yang digunakan saat terapi sangat beragam, termasuk penyaring, plester mata
khusus, lensa terapeutik, dan papan penyeimbang. Terapi ini hanya boleh dilakukan oleh yang
terlatih dan diizinkan untuk menjalankan terapi penglihatan.

Setiap sesi terapi penglihatan dapat berlangsung hingga 1 jam dan harus dilakukan di
klinik atau ruang dokter. Meskipun begitu, ahli optometri dapat meningkatkan rencana terapi
dengan melakukan pemeriksaan di rumah pasien.

2.4. Jenis dan Contoh Terapi Indra Visual

1. Terapi Visi Orthoptic , juga dikenal sebagai orthoptics .

Orthoptics adalah bidang yang berkaitan dengan evaluasi dan perawatan pasien dengan
gangguan sistem visual dengan penekanan pada penglihatan binokular dan gerakan
mata. Umumnya dipraktikkan oleh ahli ortopedi , dokter mata , ahli kacamata perilaku, dokter
spesialis mata anak , dan dokter spesialis mata umum, ahli ortopedi tradisional menangani
masalah ketegangan mata , sakit kepala yang disebabkan secara visual, strabismus , diplopia ,
dan keterampilan visual terkait yang diperlukan untuk membaca .

Orthoptics menekankan diagnosis dan manajemen non-bedah strabismus (mata


berkeliaran), amblyopia (mata malas) dan gangguan pergerakan mata. Kata ortoptik berasal
dari kata Yunani ὀρθός orthos , "lurus" dan οτικός optikal , "berkaitan dengan penglihatan"
dan banyak praktik ortoptis menyangkut pembiasan dan kontrol mata berotot. Orthoptists
adalah profesional terlatih yang berspesialisasi dalam perawatan ortoptic. Dengan pelatihan
khusus, di beberapa negara orthoptists mungkin terlibat dalam pemantauan beberapa bentuk
penyakit mata, seperti glaukoma, skrining katarak, dan retinopati diabetik.

2. Terapi Visi Perilaku , atau terapi visi integrasi visual (juga dikenal
sebagai optometri perilaku ).

Behavioral VT bertujuan untuk mengobati masalah termasuk kesulitan perhatian dan


konsentrasi visual, yang oleh para ahli kacamata perilaku diklasifikasikan sebagai kelemahan
pemrosesan informasi visual. Ini memanifestasikan diri mereka sebagai ketidakmampuan
untuk mempertahankan fokus atau untuk mengalihkan fokus dari satu area ruang ke area
lainnya. Beberapa praktisi menyatakan bahwa pelacakan mata yang buruk dapat berdampak
pada keterampilan membaca, dan menyarankan bahwa pelatihan penglihatan dapat
meningkatkan beberapa keterampilan visual yang bermanfaat untuk membaca.

Behavioral Vision Therapy dipraktikkan terutama oleh dokter mata yang berspesialisasi
dalam bidang ini. Secara historis, ada perbedaan filosofi antara optometri dan kedokteran
mengenai kemanjuran dan relevansi terapi penglihatan: Organisasi besar,
termasuk International Orthoptic Association dan American Academy of
Ophthalmology telah menyimpulkan bahwa tidak ada validitas untuk perbaikan signifikan
secara klinis dalam penglihatan dengan Terapi Visi Perilaku, dan karenanya tidak
mempraktikkannya. Namun, organisasi optometrik utama, termasuk American Optometric
Association , American Academy of Optometry , College of Optometrists in Vision
Development , dan Program Perluasan Optometrik , mendukung pernyataan bahwa terapi
visual non-strabismik dapat mengatasi masalah visual yang mendasarinya. diklaim
memengaruhi potensi belajar. Organisasi optometrik ini berhati-hati untuk membedakan,
bahwa terapi penglihatan tidak secara langsung mengobati gangguan belajar.

Perawatan terapi penglihatan bertujuan untuk melatih: keterampilan Motor-Visual Bruto,


keterampilan Motor-Visual Halus, Persepsi Visual, Visi Periferal, Kontras & Persepsi Warna.

Latihan

Beberapa latihan di VT melibatkan penggunaan:

1. Prisma longgar, dekat titik konvergensi - untuk pelatihan vergence

2. Lensa lepas (cekung dan cembung), sirip lensa, dekat titik akomodasi - untuk
pelatihan akomodatif
3. Stereoscopes, kartu stereogram, vectographs, anaglyphs, amblyoscopes,
synoptophores, program pelatihan terkomputerisasi, dan prisma bacaan dasar - untuk
pelatihan fusi dan vergensi

4. Bola Marsden, pelatih rotasi, dan fixator saccadic untuk pelatihan gerakan mata

5. Visigraph / ReadAlyzer membaca pelacak gerakan mata

6. Papan keseimbangan / balok

7. Sequencer directional

Behavioral optometry adalah cabang optometry yang mengeksplorasi bagaimana fungsi


visual mempengaruhi aktivitas sehari-hari pasien. Terapi penglihatan adalah bagian dari
optometry perilaku. Secara umum, terapis penglihatan berusaha untuk meningkatkan
penglihatan, dan karenanya kesejahteraan sehari-hari, dari pasien yang menggunakan "latihan
mata," prisma, dan lensa, dengan lebih menekankan pada fungsi visual pasien. Di antara
sekolah-sekolah kedokteran, ophthalmology tidak melihat manfaat dalam prosedur yang
mengelilingi banyak praktik optometry perilaku, dengan alasan bahwa belum ada penelitian
yang cukup dari prestasi yang cukup tinggi untuk menjamin praktik terapi penglihatan.

Teknik Behavioral optometry

Pada tahun 2008, ilmuwan visi Brendan Barrett menerbitkan ulasan tentang optometry
perilaku atas undangan UK College of Optometrists . Barrett menulis bahwa optometry
perilaku bukan bidang yang terdefinisi dengan baik tetapi kadang-kadang dikatakan sebagai
"perpanjangan" untuk optometri, mengambil pendekatan holistik : praktisi terapi
menggunakan teknik di luar optometri utama untuk "mempengaruhi proses visual". Barrett
membahas teknik-teknik ini di bawah sepuluh judul:

1. Terapi penglihatan untuk gangguan akomodasi / vergensi - latihan mata dan pelatihan
untuk mencoba dan meringankan gangguan ini. Ada bukti bahwa gangguan
konvergensi dapat ditolong dengan latihan mata, tetapi tidak ada latihan bukti yang
baik yang membantu gangguan akomodasi.

2. Terapi anak yang kurang berprestasi diklaim dapat membantu anak-anak


dengan disleksia , dyspraxia , dan attention deficit disorder - target pasar
"rentan". Tidak ada bukti bahwa optometri perilaku bermanfaat dalam kaitannya
dengan kondisi ini.
3. Prisma untuk gangguan binokular dekat dan untuk menghasilkan perubahan postur -
penggunaan prisma "kuk" untuk mengarahkan pandangan seseorang dan membawa
sejumlah manfaat yang diklaim termasuk perbaikan postur tubuh dan peningkatan
kesejahteraan. Ada kekurangan bukti untuk efek yang mungkin dimiliki oleh
pendekatan ini.

4. Near point stress dan low-plus - penggunaan lensa khusus untuk menyesuaikan
penglihatan dekat-bidang, bahkan untuk orang-orang yang biasanya tidak
membutuhkan kacamata. Ini diklaim membawa manfaat postur dan menghilangkan
tekanan visual. Beberapa penelitian telah dilakukan di bidang ini dan efektivitasnya
tetap "tidak terbukti".

5. Penggunaan lensa plus rendah di dekat untuk memperlambat perkembangan miopia

6. Terapi untuk mengurangi miopia

7. Pendekatan perilaku terhadap pengobatan strabismus dan amblyopia

8. Pelatihan kesadaran dan sinonim pusat dan periferal

9. Terapi visi olahraga

10. Gangguan neurologis dan rehabilitasi saraf setelah trauma / stroke.

Barrett mencatat kurangnya uji coba terkontrol yang dipublikasikan dari teknik ini. Dia
menemukan bahwa ada beberapa area di mana bukti yang tersedia menunjukkan bahwa
pendekatan tersebut mungkin memiliki beberapa nilai, yaitu dalam pengobatan insufisiensi
konvergensi, penggunaan prisma kuk pada pasien neurologis, dan dalam rehabilitasi
penglihatan setelah penyakit atau cedera otak — tetapi dia menemukan bahwa di daerah lain
di mana teknik telah digunakan, mayoritas, tidak ada bukti nilainya. Sebaliknya, Steven
Novella menunjukkan bahwa satu-satunya syarat bahwa ada bukti ilmiah berkualitas baik
adalah gangguan konvergensi. Ini menunjukkan masalah yang umum dengan pengobatan
komplementer atau integratif, jenis pengobatan alternatif , adalah bahwa penggunaan yang
menjanjikan untuk mengobati gangguan tunggal diterapkan pada berbagai gangguan yang
tidak ada bukti.

Latihan mata

Latihan mata yang digunakan dalam terapi penglihatan umumnya dapat dibagi
menjadi dua kelompok; mereka yang dipekerjakan untuk hasil "strabismik" dan mereka yang
dipekerjakan untuk hasil "non-strabismik", untuk meningkatkan kesehatan mata. Dokter mata
dan ortoptis tidak mendukung latihan ini sebagai memiliki validitas yang signifikan secara
klinis untuk perbaikan dalam penglihatan. Biasanya, mereka melihat aktivitas motorik
perseptual ini berada dalam bidang terapi wicara atau terapi okupasi .

Beberapa latihan yang digunakan adalah

1. Pelatihan titik dekat konvergensi , atau kemampuan kedua mata untuk fokus pada satu
titik di ruang,

2. Bacaan prisma dasar, kartu stereogram , program pelatihan terkomputerisasi


digunakan untuk meningkatkan kehebatan fusional.

3. Pemakaian lensa cembung

4. Pemakaian lensa cekung

5. "Cawthorne Cooksey Exercises" juga menggunakan berbagai latihan mata, namun ini
dirancang untuk mengurangi gangguan vestibular, seperti pusing, bukan masalah
mata.

6. Latihan antisupresi - ini tidak lagi biasa dilakukan, meskipun kadang-kadang dapat
digunakan.

Latihan mata yang digunakan dalam Behavioral Vision Therapy, juga dikenal sebagai
Developmental Optometry dipraktekkan terutama oleh Behavioral Optometrists. Terapi Visi
Perilaku bertujuan untuk mengobati masalah termasuk kesulitan perhatian dan konsentrasi
visual , yang dapat memanifestasikan diri sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan
fokus atau untuk mengalihkan fokus dari satu area ruang ke area lainnya.

Beberapa latihan yang digunakan adalah:

1. Bola Marsden

2. Pelatih rotasi

3. Sinonim

4. Papan keseimbangan / balok

5. Fixator saccadic

6. Sequencer directional

Fusional Amplitude dan Relative Fusional Amplitude training


1. Dirancang untuk mengurangi ketidakcukupan konvergensi . Studi CITT (Convergence
Insufficiency Treatment Trial) adalah uji coba acak, multi-pusat double-blind (tingkat
keandalan yang tinggi) yang mengindikasikan bahwa Orthoptic Vision Therapy adalah
metode yang efektif untuk pengobatan convergence insufficiency (CI). Baik optometri
dan oftalmologi adalah rekan penulis penelitian ini.

2. Dirancang untuk mengurangi exotropia intermiten atau bentuk strabismus lain yang
kurang umum.

Latihan mata do-it-yourself tertentu diklaim oleh sebagian orang untuk


meningkatkan ketajaman visual dengan mengurangi atau menghilangkan kesalahan
bias . Klaim semacam itu terutama bergantung pada bukti anekdotal , dan umumnya tidak
didukung oleh ortoptis, dokter mata atau dokter mata. Anak-anak sekolah Cina selalu
melakukan latihan mata dua kali sehari selama sekolah, yang wajib. Mereka juga merupakan
bagian dari kategori bentuk lain karena mereka juga melakukan latihan sendiri meskipun
beberapa ilmuwan mengatakan bahwa mereka benar-benar membahayakan mata anak-anak.

Ahli kacamata Jerman Hans-Joachim Haase mengembangkan metode untuk memperbaiki


dugaan ketidakselarasan. Metodenya, yang disebut metode MKH , tidak diakui sebagai
pendekatan berbasis bukti.

3. Terapi Penglihatan Alternatif

Ada sejumlah pendekatan lain yang belum dipelajari dalam pengobatan tradisional,
meskipun beberapa pasien merasa memberi mereka bantuan. Metode-metode ini biasanya
sedang diteliti oleh jurnal oftalmologi dan optometrik. Terapi alternatif ini umumnya
dipraktikkan oleh para profesional yang tidak berlisensi, meskipun sebagian kecil dokter mata
juga menyediakannya.

Terapi penglihatan alternatif termasuk metode yang beberapa pasien rasakan secara
subyektif membantu mereka. Banyak dokter mata dan dokter mata skeptis terhadap
kemanjuran metode dan praktik ini, meskipun beberapa telah ditemukan setidaknya memiliki
dasar dalam prinsip-prinsip yang dipelajari sampai tingkat tertentu (seperti sintonik
dan melanopsin , TBI dan lensa berwarna, dan adopsi EMDR oleh Rumah Sakit VA di AS).
1. Fototerapi Sintonik & Metode Irlen
2. Metode Bates
3. Pendekatan Neo-Reichian
4. Iridology
5. Desensitisasi dan Pemrosesan Ulang Gerakan Mata ( EMDR )
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Apa itu Terapi Penglihatan: Gambaran Umum, Manfaat, dan Hasil yang
Diharapkan (Online). Tersedia https://www.docdoc.com/id/info/procedure/terapi-
pengelihatan/ (15 September 2019)

Wikipedia. 2019. Terapi Penglihatan (Online). Tersedia


https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/Vision_therapy&hl
=id&sl=en&tl=id&client=srp (15 September 2019)

Anda mungkin juga menyukai