Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PIUTANG DAGANG (ACCOUNT RECEIVABLE) DAN


PIUTANG WESEL (NOTES RECEIVABLE)

1. PENGERTIAN PIUTANG
Piutang merupakan klaim suatu perusahaan pada pihak lain. Bentuk klaim ini dapat
berupa perjanjian atau komitmen tidak tertulis, maupun perjanjian tertulis (disebut wesel tagih
atau notes receivable). Piutang dapat didasarkan pada faktur (invoice) dari transaksi penjualan,
disebut piutang dagang atau account receivable atau trade receivable.

2. PIUTANG DAGANG (ACCOUNT RECEIVABLE)


2.1 PENGERTIAN PIUTANG DAGANG
Piutang Dagang adalah tagihan perusahaan kepada langganan yang timbul karena adanya
penjualan barang/jasa secara kredit.
Account Receivable, are amounts owed by customer on account. They result from the sale of
good and services. These receivables are generally are expected to be collected within 30 to
60 days. They are the most significant type of claim held by company.
Piutang dagang umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun. Oleh karena itu piutang
dagang dalam Laporan Posisi Keuangan dilaporkan sebagai Aset Lancar
Termin 2 / 10 n /30 memiliki arti bahwa piutang yang timbul diharapkan dapat dilunasi
dalam jangka waktu 30 hari, namun apabila pelanggan membayar sampai dengan 10 hari
sejak tanggal pembelian, maka perusahaan akan memberikan diskon sebesar 2 %.

2.2. PENGAKUAN PIUTANG DAGANG


UD. Sentosa pada tanggal 1 Juli 2007 menjual barang dagangan kepada UD. Makmur sebesar
Rp. 10.000.000 dengan termin 2/10n/30. Pada tanggal 5 Juli 2007 UD. Makmur
mengembalikan barang yang rusak sebesar Rp. 1.000.000. Pada tanggal 11 Juli 2007 UD.
Makmur melunasi hutangnya (pencatatan dengan metode fisik)
Jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Tgl Keterangan D K
1 Juli 2007 Piutang Dagang (Account Receivable) 10.000.000
Penjualan (Sales) 10.000.000
(untuk mencatat penjualan )
5 Juli 2007 Retur penjualan (Sales returns and 1.000.000
allowances)
Piutang Dagang (Account Receivable) 1.000.000
(untuk mencatat penjualan )
11 Juli 2007 Kas (cash) 8.820.000
Potongan Penjualan (sales discounts) 180.000
Piutang Dagang (Account Receivable) 9.000.000

Potongan Penjualan: 2% x Rp. 9.000.000 = Rp.180.000 (termin 2/10/n/30)

2.3. PENURUNAN NILAI PIUTANG.


Martani dkk (2012) dalam bukunya menyatakan bahwa Piutang pada setiap tanggal
pelaporan harus dievaluasi apakah terdapat bukti objektif mengalami penurunan nilai. Jika
terdapat bukti objektif, maka akan diakui kerugian penurunan nilai. Bukti objektif terjadi akibat
dari satu atau lebih peristiwa setelah pengakuan awal yang merugikan dan berdampak pada arus
kas masa depan.
Contoh peristiwa yang menyebabkan penurunan nilai:
1. Piutang tidak dilunasi pada saat jatuh tempo
2. Bunga dan pokok tertunggak dalam beberapa kali termin pembayaran
3. Pihak pemberi pinjaman memberikan kelonggaran akibat kesulitan keuangan yang dialami
pihak peminjam. Kelonggaran diberikan dalam bentuk perpanjangan jangka waktu pelunasan
atau penurunan tingkat suku bunga.
4. Peminjam dinyatakan pailit oleh pengadilan
5. Memburuknya kondisi ekonomi yang menyebabkan kemampuan membayar pihak peminjam
akan menurun.
Jika terdapat bukti obyektif, jumlah kerugian diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat
piutang dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit masa
depan dengan yang belum terjadi, bukan estimated loss tetapi incurred loss). Tingkat diskonto
yang digunakan adalah suku bunga efektif yang berlaku pada saat pengakuan awal dari aset
tersebut. Nilai tercatat piutang dikurangi baik secara langsung atau menggunakan pos cadangan.
Kerugian diakui dalam laporan laba rugi.

2.4. PENILAIAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG DAGANG

Permasalahan yang sering muncul dalam pencatatan piutang dagang adalah bagaimana
pelaporannya dalam laporan keuangan? Hal ini penting untuk diperhatikan, karena ada
kemungkinan beberapa piutang tidak dapat tertagih. Piutang yang tidak tertagih akan
menimbulkan kerugian piutang (bad debt expense).
Pencatatan kerugian piutang dapat dilakukan dengan dua metode:
a. Metode Penghapusan Langsung (direct method)
b. Metode Cadangan (allowance method)

A. METODE PENGHAPUSAN LANGSUNG (DIRECT METHOD)


Metode ini mencatat kerugian piutang (bad debt expense) bila benar-benar terjadi adanya
piutang yang tidak dapat ditagih, sehingga diputuskan untuk menghapus piutang tersebut dari
Laporan Posisi Keuangan (diakui sebagai kerugian).

Contoh: UD Karya Jaya mempunyai piutang kepada UD. Usaha Lancar. Sebesar Rp.
2.000.000. Pada tanggal 2 Maret 2007 diketahui bahwa UD. Usaha Lancar dinyatakan pailit,
dan tidak mungkin membayar hutangnya, sehingga perusahaan memutuskan untuk
menghapus piutang kepada UD. Usaha Lancar tersebut karena tidak mungkin ditagih lagi.
Catatan : Pada saat dilakukan penghapusan, maka perusahaan yang telah dihapus akun
hutangnya (misal: terdapat piutang terhadap PT X sebesar Rp. 1.000.000 yang dihapus karena
dianggap PT. X tidak dapat melunasinya) tidak diberitahu bahwa telah dilakukan
penghapusan piutang, sehingga meskipun piutang terhadap PT X sudah dihapus, namun
masih dimungkinkan suatu saat PT. X membayar hutangnya.

Jurnal yang diperlukan untuk penghapusan piutang adalah:


Tgl Keterangan D K
2 Maret 2007 Beban Kerugian Piutang (Bad debt expense) 2.000.000
Piutang Dagang (Account Receivable) 2.000.000

Dari transaksi tersebut, maka pengaruhnya terhadap laporan keuangan:


1. Laporan Posisi Keuangan : jumlah piutang berkurang sebesar Rp. 2.000.000
2. Laba-rugi: adanya penambahan beban Rp. 2.000.000 karena kerugian piutang,
sehingga mengurangi laba saat itu.

B. METODE CADANGAN (ALLOWANCE METHOD)


Metode cadangan ini dilakukan untuk menaksir kerugian piutang yang mungkin terjadi,
sebelum piutang tersebut benar-benar tidak dapat tertagih.
Agar piutang tidak dicatat terlalu besar (overstaded) dalam Laporan Posisi Keuangan, maka
dapat dinyatakan dalam cash (net) relizable value (jumlah yang diharapkan dapat diterima
secara tunai). Cash (Net) Relizable Value excluded the amounts that the company estimates it
will not be able to collect. Piutang dagang di Laporan Posisi Keuangan (balance sheet)
dikurangi dengan estimasi piutang tak tertagih. Pada laporan laba-rugi (income statement)
beban untuk estimasi piutang tak tertagih dicatat sebagai beban kerugian piutang (bad debt
expense).

Langkah yang dilakukan adalah:


1. Penentuan Taksiran Kerugian Piutang (gunanya untuk menentukan cadangan yang
diperlukan seandainya piutang tersebut benar-benar tidak dapat tertagih). Dasar yang
digunakan dalam penentuan cadangan ini bermacam-macam, antara lain: Persentase dari
penjualan, persentase dari piutang, persentase dari saldo umur piutang (aging schedule).;
Taksiran kerugian ini biasanya dilakukan di akhir periode, dan dibuat jurnal
penyesuaiannya. Bila dirasa cadangan yang telah ditentukan kurang, maka bisa dilakukan
penjurnalan untuk penambahan cadangan pada periode-periode berikutnya.
2. Pencatatan Penghapusan Piutang (bila diyakini bahwa piutang tersebut benar-benar
tidak dapat tertagih).
3. Penerimaan kembali piutang yang telah dihapus
CONTOH:
1. PT. MANDIRI pada tanggal 31 Desember 2006 memiliki piutang sebesar Rp.
300.000.000. Dari saldo tersebut ditaksir (masih estimasi, belum benar-benar
tidakdapat ditagih) kerugian akibat piutang yang tidak tertagih sebesar Rp.
3.000.000, maka jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk pencadangan tersebut adalah:
Tgl Keterangan D K
31 Des 2006 Beban Kerugian Piutang (Bad debt expense) 3.000.000
Cadangan Kerugian Piutang (Allowance 3.000.000
for bad debt)

Perbedaan untuk metode langsung dan metode cadangan adalah:


Metode Langsung Metode Cadangan
- (tidak ada jurnal) Beban Kerugian piutang Rp.3.000.000
Cadangan Kerg. Piutang Rp. 3.000.000

Jurnal estimasi kerugian piutang ini menimbulkan perbedaan pada Laporan Posisi Keuangan dan
Laba-Rugi untuk kedua metode tersebut.
a. Metode Langsung
1. Laporan Posisi Keuangan (Balance Sheet)
PT. MANDIRI
LAPORAN POSISI KEUANGAN
Per 31 Desember 2006
ASET KEWAJIBAN
Piutang Dagang (Account Receivable) Rp. 300.000.000
EKUITAS

2. Laba Rugi (Income Statement)


PT. MANDIRI
LABA-RUGI
Untuk Periode yang berakhir 31 Desember 2006
Pendapatan Rp. 50.000.000
Beban:
Total Beban Rp. (30.000.000)
Beban Kerugian Piutang Rp. ------

Laba Rp. 20.000.000


b. Metode Cadangan
1. Laporan Posisi Keuangan (Balance Sheet)
PT. MANDIRI
LAPORAN POSISI KEUANGAN
Per 31 Desember 2006
ASET KEWAJIBAN
Piutang Dagang (Account Receivable) Rp. 300.000.000
Cadangan Kerugian Piutang Rp. (3.000.000) EKUITAS
Piutang Dagang Rp. 297.000.000

2. Laba Rugi (Income Statement)


PT. MANDIRI
LABA-RUGI
Untuk Periode yang berakhir 31 Desember 2006

Pendapatan Rp. 50.000.000


Beban:
Total Beban Rp. (30.000.000)
Beban Kerugian Piutang Rp. ( 3.000.000)

Laba Rp. 17.000.000


Dari contoh diatas, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan dalam Laporan Posisi
Keuangan dan laba-rugi perusahaan PT. Mandiri bila menggunakan metode penghapusan
langsung dan metode cadangan.
2. Bila seorang debitur dari PT. MANDIRI dinyatakan pailit pada tanggal 10 April 2007,
sehingga tidak dapat membayar hutangnya sebesar Rp. 2.500.000.
Metode Langsung Metode Cadangan
B. Kerugian piutang Rp. 2.500.000 Cadangan Kerg. Piutang Rp.2.500.000
Piutang Dagang Rp. 2.500.000 Piutang Dagang Rp. 2.500.000

Jurnal penghapusan piutang ini menimbulkan perbedaan pada Laporan Posisi Keuangan dan
Laba-Rugi untuk kedua metode tersebut.
c. Metode Langsung
1. Laporan Posisi Keuangan (Balance Sheet)
PT. MANDIRI
LAPORAN POSISI KEUANGAN
Per 31 Desember 2008
ASET KEWAJIBAN
Piutang Dagang (Account Receivable) Rp. 297.500.000
EKUITAS

2. Laba Rugi (Income Statement)


PT. MANDIRI
LABA-RUGI
Untuk Periode yang berakhir 31 Desember 2008

Pendapatan Rp. 50.000.000


Beban:
Total Beban Rp. (30.000.000)
Beban Kerugian Piutang Rp (2.500.000)

Laba Rp. 17.500.000


d. Metode Cadangan
1. Laporan Posisi Keuangan (Balance Sheet)
PT. MANDIRI
LAPORAN POSISI KEUANGAN
Per 31 Desember 2007
ASET KEWAJIBAN
Piutang Dagang (Account Receivable) Rp. 297.500.000
Cadangan Kerugian Piutang Rp. (500.000) EKUITAS
Piutang Dagang Rp. 297.000.000

2. Laba Rugi (Income Statement)


PT. MANDIRI
LABA-RUGI
Untuk Periode yang berakhir 31 Desember 2007

Pendapatan Rp. 50.000.000


Beban:
Total Beban Rp. (30.000.000)
Laba Rp. 20.000.000
Untuk metode cadangan, tidak ada perubahan dalam laba-ruginya, karena
penghapusan piutang hanya berpengaruh pada akun piutang dagang, dan cadangan kerugian
piutang, yang kesemuanya terdapat pada Laporan Posisi Keuangan.
Apabila terdapat penghapusan piutang dalam jumlah yang sangat besar, maka hal ini
akan sangat berpengaruh pada laba-rugi perusahaan yang menerapkan metode penghapusan
langsung, karena seluruh kerugian dibebankan langsung pada tahun tersebut. Hal ini dapat
mengakibatkan kerugian dalam jumlah besar pada periode tersebut.
Penghapusan piutang dalam jumlah besar tidak akan berpengaruh kepada Laba-rugi
perusahaan yang menerapkan metode cadangan, karena kerugian itu telah dialokasikan
/dicadangkan pada tahun-tahun sebelumnya (dalam cadangan kerugian piutang).
3. Penerimaan kembali piutang yang telah dihapus.
a. Bila ternyata debitur yang telah dihapus dapat membayar pada periode yang sama dengan
periode penghapusan (membayar pada tanggal 20 Desember 2007)
Contoh: Piutang sebesar Rp. 2.500.00 yang telah dihapus pada tanggal 10 April 2007,
ternyata dapat melunasi seluruh hutangnya pada tanggal 20 Desember 2007, maka langkah
yang dilakukan adalah:
Menjurnal balik piutang yang telah dihapuskan, sehingga tercatat kembali dalam
pembukuan sebagai piutang
Metode Langsung Metode Cadangan
Piutang Dagang Rp. 2.500.000 Piutang Dagang Rp. 2.500.000
B. Kerugian piutang Rp. 2.500.000 Cadangan Kerg. Piutang Rp.2.500.000

Jurnal untuk mencatat penerimaan kas yang telah dihapus


Metode Langsung Metode Cadangan
Kas Rp. 2.500.000 Kas Rp. 2.500.000
Piutang Dagang Rp. 2.500.000 Piutang Dagang Rp. 2.500.000

Alternatif jurnal yang lain, adalah dengan cara menggabungkan jurnal balik dan jurnal
penerimaan kas, yaitu:
Metode Langsung Metode Cadangan
Kas Rp. 2.500.000 Kas Rp. 2.500.000
B. Kerugian Piutang Rp. 2.500.000 Cadangan Kerg. Piutang Rp.2.500.000
c. Bila ternyata debitur yang telah dihapus dapat membayar pada periode yang berbeda
dengan periode penghapusan (membayar pada tanggal 20 Desember 2008, padahal
penghapusan dilakukan pada tahun 2007)
Jurnal untuk tahun 2008 bagi metode cadangan sesuai dengan langkah yang dilakukan
untuk penghapusan pada periode yang sama dengan periode penghapusan, yaitu
melakukan jurnal balik serta melakukan jurnal penerimaan kas, namun jurnal ini tidak
dapat dilakukan bagi perusahaan yang menggunakan metode penghapusan langsung,
karena untuk metode penghapusan langsung jurnal penghapusannya adalah:
Beban kerugian piutang Rp. xxx
Piutang dagang Rp. xxx
Akun beban kerugian yang dicatat pada tahun 2007 akan ditutup pada tanggal 31
Desember 2007 (jurnal penutup), sehingga pada awal tahun 2008 akan bersaldo nol, sehingga hal
ini tidak memungkinkan bagi perusahaan untuk menjurnal balik beban kerugian yang telah
memiliki saldo nol tersebut, sehingga untuk mencatat penerimaan pada periode yang berbeda
dengan periode penghapusan bagi metode langsung adalah dengan menjurnal pendapatan lain-
lain:
Memunculkan lagi piutang
Metode Langsung Metode Cadangan
Piutang Dagang Rp. 2.500.000 Piutang Dagang Rp. 2.500.000
Pendapatan lain-lain Rp. 2.500.000 Cadangan Kerg. Piutang Rp.2.500.000
Mencatat penerimaan kas
Metode Langsung Metode Cadangan
Kas Rp. 2.500.000 Kas Rp. 2.500.000
Piutang Dagang Rp. 2.500.000 Piutang Dagang Rp. 2.500.000

Alternatif jurnal yang lain, adalah dengan cara menggabungkan jurnal balik dan jurnal
penerimaan kas, yaitu:
Metode Langsung Metode Cadangan
Kas Rp. 2.500.000 Kas Rp. 2.500.000
Pendapatan lain-lain Rp. 2.500.000 Cadangan Kerg. Piutang Rp.2.500.000

2.5. PENENTUAN BESARNYA CADANGAN


Dalam metode cadangan, perlu dilakukan estimasi (perkiraan) jumlah piutang yang mungkin
tidak tertagih. Langkah penting yang perlu dilakukan adalah menentukan besarnya cadangan
kerugian piutang tersebut. Ada beberapa cara untuk mengestimasi cadangan kerugian yang
diperlukan, yaitu:
a. Sebesar prosentase (%) tertentu dari penjualan
b. Sebesar prosentase (%) tertentu dari piutang
c. Sebesar prosentase (%) tertentu dari saldo umur piutang
Contoh:
Catatan pembukuan PT. Abadi per tanggal 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut:
Piutang dagang (account receivable) Rp. 80.000.000
Cadangan Kerugian Piutang (allowance for bad debt) Rp. 2.000.000
Penjualan Rp. 130.000.000
Diminta: Buatlah jurnal penyesuaian taksira kerugian piutang bila:
a. Sebesar 2 % dari total penjualan
= 2 % x Rp. 130.000.000 = Rp. 2.600.000
Karena saldo cadangan kerugian piutang sudah memiliki saldo Rp. 2.600.00, maka
hanya perlu ditambahkan Rp. 600.000, sehingga total cadangan menjadai Rp.
2.600.000
Tgl Keterangan D K
31 Des 2007 Beban Kerugian Piutang (Bad debt expense) 600.000
Cadangan Kerugian Piutang (Allowance 600.000
for bad debt)

b. Sebesar 3 % dari saldo piutang


= 3 % x Rp. 80.000.000 = Rp. 2.400.000
Karena saldo cadangan kerugian piutang sudah memiliki saldo Rp. 2.400.00, maka
hanya perlu ditambahkan Rp. 400.000, sehingga total cadangan menjadai Rp.
2.400.000
Tgl Keterangan D K
31 Des 2007 Beban Kerugian Piutang (Bad debt expense) 400.000
Cadangan Kerugian Piutang (Allowance 400.000
for bad debt)
c. Daftar Umur Piutang (aging schedule)
Contoh: saldo rekening per 31 Desember 2007 dari PT. Jaya Raya adalah:
Piutang Dagang Rp. 140.000.000
Cadangan Kerugian Piutang Rp. (1.000.000)
Catatan: termin pembayaran adalah n/30
A. Daftar Saldo Piutang
Piutang sebesar Rp. 300.000.000 merupakan piutang terhadap debitur sebagai berikut:
No Pelanggan Jumlah (Rp) Tgl. Faktur
1 Toko Pelangi 25.000.000 12-12- 2007
25.000.000 10-10-2007
2 UD. ABC 20.000.000 8-11-2007
10.000.000 2-10-2007
15.000.000 16-8-2007
3 Toko Nusantara 25.000.000 20-12-2007
20.000.000 10-9-2007
4 UD. Lestari 10.000.000 5-11-2007
Total 150.000.000
Prosentase taksiran kerugian:
Umur %
Belum Jatuh Tempo 1%
Lewat 1-30 hari 2%
Lewat 31 – 60 hari 4%
Lewat 61 – 90 hari 5%
> 90 hari 8%
Catatan: termin pembayaran adalah n/30
Daftar Umur Piutang Dagang per 31 Desember 2007
Pelanggan Jumlah Belum JT Lewat Lewat Lewat >
1-30 hr 31 – 60 hr 61 – 90 hr 90 hr
Toko Pelangi 50.000.000 25.000.000 25.000.000
UD. ABC 45.000.000 20.000.000 10.000.000 15.000.000
Toko Nusantara 45.000.000 25.000.000 20.000.000
UD. Lestari 10.000.000 10.000.000
Jumlah 150.000.000 50.0000.000 30.000.000 35.000.000 20.000.000 15.000.000

Penentuan besarnya cadangan kerugian piutang tak tertagih adalah:


Umur Piutang % kerugian Saldo Piutang Taksiran Kerugian
(Rp) (Rp)
Belum Jatuh Tempo 1% 50.000.000 500.000
Lewat 1-30 hari 2% 30.000.000 600.000
Lewat 31 – 60 hari 4% 35.000.000 1.400.000
Lewat 61 – 90 hari 5% 20.000.000 1.000.000
> 90 hari 8% 15.000.000 1.200.000
Jumlah 4.700.000
Saldo Cadangan Kerugian Piutang (K) 1.000.000
Penyesuaian yang dicatat 3.700.000

Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut:


Tgl Keterangan D K
31 Des 2007 Beban Kerugian Piutang (Bad debt expense) 3.700.000
Cadangan Kerugian Piutang (Allowance 3.700.000
for bad debt)

3. PIUTANG WESEL (NOTES RECEIVABLE)

Jenis piutang yang lain selain piutang dagang (account receivable) adalah piutang wesel
(notes receivable) dan promes (promisory notes).
Wesel tagih (notes receivable atau promisory notes) merupakan klaim perusahaan
kepada pihak ketiga yang didukung janji tertulis untuk membayar dalam jangka waktu tertentu.
Wesel tagih biasanya memiliki bunga, walau ada beberapa wesel tagih yang tidak berbunga

3.1. TANGGAL JATUH TEMPO WESEL


Tanggal jatuh tempo (maturity date) piutang wesel dinyatakan dengan tiga cara:
Atas penagihan, pihak tertarik akan membayar wesel pada saat ditagih oleh pemegang wesel.
Dalam hal ini tidak disebutkan secara pasti tanggalnya.
Pada tanggal tertentu, tanggal jatuh tempo ditulis secara eksplisit dlam surat wesel. Contoh:
Pada tanggal 10 Januari 2008 harap dibayar ……..
Pada akhir masa tertentu, artinya setelah sekian hari, bulan, atau tahun, wesel harus dibayar.
Contoh: enam puluh hari setelah tanggal tersebut diatas, harap dibayar …….
Contoh: a. Wesel Harian
Untuk wesel harian, tanggal jatuh tempo dihitung menurut bulan yang bersangkutan.
Sebagai contoh: Tanggal penarikan wesel 12 Januari 2007, umur 60 hari, maka jatuh temponya
adalah:
Januari 31 - 12 : 19 hari
Februari : 28 hari
Maret : 13 hari
Jumlah 60 hari, maka jatuh tempo tanggal
13 Maret 2007
b. Wesel Bulanan
Untuk wesel bulanan, maka tanggal jatuh tempo adalah pada tanggal yang sama dengan tanggal
penarikan wesel tersebut.
Contoh:
- Tanggal penarikan wesel bulanan adalah 20 Maret 2007, umur 2 bulan, maka jatuh tempo
adalah tanggal 20 Mei 2007.
- Tanggal penarikan wesel bulanan adalah 31 Januari 2008, umur 1 bulanan, maka tanggal
jatuh tempo dianggap 1 Maret 2008 (karena tidak ada tanggal 31 Februari 2007).

3.2. PERHITUNGAN BUNGA UNTUK WESEL BERBUNGA


Untuk wesel yang tidak berbunga, maka nilai jatuh temponya adalah sama dengan nilai
piutangnya, sedangkan untuk wesel yang berbunga, maka perlu diperhitungkan pula bunga
pada nilai jatuh temponya.
Contoh:
Tanggal Keterangan
14/2/2007 PT. Sukses menjual separtai barang dagangan kepada PT. Jaya
sebesar Rp. 50.000.000 dengan syarat pembayaran 2/10 n/30.
13/3/2007 PT. Jaya tidak dapat melunasi hutangnya sesuai dengan ketentuan,
yaitu 30 hari setelah tanggal transaksi. PT. Jaya kemudian menarik
sebuah promes per 1 bulan (jatuh tempo tanggal 13/4/2007)
22/3/2007 PT. Sukses menjual barang dagangan kepada PT. Jaya, sebesar Rp.
30.000.000 dengan menarik wesel berbunga 6 % per tahun, jangka
waktu 60 hari
13/4/2007 PT. Jaya melunasi hutangnya kepada PT. Sukses untuk transaksi
tanggal 13/3/2007 lalu
21/5/2007 PT. Jaya melunasi hutangnya kepada PT. Sukses atas wesel berbunga
tertanggal 22/3/2007 lalu
Jurnal yang diperlukan untuk PT. Sukses adalah:
Tgl Keterangan D K
14/2/2007 Piutang dagang (account receivable) 50.000.000
Penjualan (sales) 50.000.000
13/3/2007 Piutang wesel (notes receivable) 50.000.000
Piutang dagang (account receivable) 50.000.000
22/3/2007 Piutang wesel (notes receivable) 30.000.000
Penjualan (sales) 30.000.000
13/4/2007 Kas (cash) 50.000.000
Piutang wesel (notes receivable) 50.000.000
21/5/2007 Kas (cash) 30.100.000
Piutang wesel (notes receivable) 30.000.000
Pendapatan bunga ( interest revenue) 100.000
Bunga:
60/360 x 6/100 x 30.000.000 = 100.000

3.3. PIUTANG WESEL TIDAK DAPAT DITAGIH


Pada saat jatuh tempo (maturity date), terdapat kemungkinan bahwa piutang wesel tidak dapat
ditagih dalam jumlah penuh. Untuk itu wesel yang tidak dapat ditagih tersebut dialihkan
menjadi piutang dagang (account receivable). Bila diketahui bahwa piutang tersebut benar-
benar tidak ada harapan untuk ditagih, maka piutang ters
Contoh:
a. Pada tanggal 1 Maret 2007 PT. Lancar menjual barang dagangannya kepada PT. Aman
senilai Rp. 20.000.000 dengan menarik wesel berjangka waktu 2 bulan.
Jurnal untuk PT. Lancar adalah (metode fisik):
Tgl Keterangan D K
1 Maret 2007 Piutang wesel (notes receivable) 20.000.000
Penjualan (sales) 20.000.000

b. Pada tanggal 1 Mei 2007 PT. Aman tidak dapat melunasi hutang weselnya yang telah
jatuh tempo senilai Rp. 20.000.000 kepada PT. Lancar. Untuk itu jurnal bagi PT. Lancar
adalah sebagai berikut:
Tgl Keterangan D K
1 Mei 2007 Piutang Dagang (account receivable) 20.000.000
Piutang wesel ( notes receivable) 20.000.000

c. Pada tanggal 1 Nopember 2007 diketahui bahwa tidak ada harapan untuk menagih
piutang terhadap PT. Aman, karena perusahaan tersebut telah bangkrut.

Jurnal penghapusan piutang:


Metode Langsung Metode Cadangan
B. Kerugian piutang Rp. 2.500.000 Cadangan Kerg. Piutang Rp.2.500.000
Piutang Dagang Rp. 2.500.000 Piutang Dagang Rp. 2.500.000

DISKON PENJUALAN
Untuk transaksi penjualan, seringkali perusahaan memberikan diskon. Potongan penjualan yang
dikaitkan dengan pembayaran dapat dicatat dengan menggunakan dua metode, yaitu metode
piutang neto (net method) dan metode piutang bruto (gross method).
Ilustrasi:
1. Pada tanggal 2 Januari 2013 terjadi penjualan Rp. 10.000.000 dengan termin 2/10 n/30:
Metode Bruto:
Piutang Dagang Rp. 10.000.000
Penjualan Rp. 10.000.000
Metode Neto:
Piutang Dagang Rp. 9.800.000
Penjualan Rp. 9.800.000

2. Bila pembayaran dilakukan pada periode diskon:


Metode Bruto:
Kas Rp. 9.800.000
Diskon Penjualan Rp. 200.000
Piutang Dagang Rp. 10.000.000
Metode Neto:
Kas Rp. 9.800.000
Piutang Dagang Rp. 9.800.000

3. Bila pembayaran dilakukan setelah periode diskon:


Metode Bruto:
Kas Rp. 10.000.000
Piutang Dagang Rp. 10.000.000
Metode Neto:
Kas Rp. 10.000.000
Piutang Dagang Rp. 9.800.000
Diskon penjualan hangus Rp. 200.000

Anda mungkin juga menyukai