BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan
kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
direncanakan dan tidak terkendali, ketika aksi dan reaksi objek, bahan, atau
Menurut D.A. Colling, 1990 dalam Bhaswata, (2009) kecelakaan dapat diartikan
sebagai tiap kejadian yang tidak direncanakan dan terkontrol yang dapat
kombinasi dari hal-hal tersebut yang mengganggu proses kerja dan dapat
kecelakan tidak selalu ditimbulkan oleh suatu sebab tetapi oleh kombinasi
berbagai efek dari sejumlah kelemahan ataupun gangguan yang berkaitan dengan
pemakai kendaraannya dan tata letak jalan. Begitu juga kondisi lingkungan juga
Laju kecelakaan waktu malam, untuk jalan yang tidak berlampu adalah sekitar 2
8
9
kali laju kecelakan pada siang hari. Kesalahan yang dilakukan pengemudi dan
manusia, kendaraan, dan lingkungan jalan, serta interaksi dan kombinasi dua atau
kendaraan. Pejalan kaki tersebut menjadi korban kecelakaan dan dapat juga
muda yang agak rentan kecelakaan karena pada umumnya mereka mengemudi
Udayana, Bali).
lintas ada dua faktor yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor
1) Kemampuan mengemudi
meliputi cara membelok atau merubah arah, cara mundur, cara mendahului
Kebiasaan dalam mengambil jarak atau posisi antar kendaraan dan cara
kesombongan dan membanggakan diri terhadap orang lain, dalam hal ini
dengan tujuan agar cepat sampai ke tujuan adalah sikap mementingkan diri
4) Pengalaman
ketika dalam kondisi yang biasa maupun dalam kondisi tiba-tiba yang
5) Kurang antisipasi
dengan baik agar semua bagian mobil berfungsi dengan baik, seperti mesin,
rem kemudi, ban, lampu, kaca spion, dan sabuk pengaman. Dengan demikian
Begitu juga tidak berfungsinya marka, rambu, dan alat pemberi isyarat lalu
lintas. Ahli jalan raya dan ahli lalu lintas merencanakan jalan dan aturan-
berbagai lokasi baik di dalam kota maupun di luar kota. Berbagai faktor
kondisi jalan yang sangat berpengaruh dalam kegiatan berlalu lintas. Hal ini
kota (di daerah pasar, pertokoan, perkantoran, sekolah, perumahan) dan jalan di
luar kota (pedesaan) dan cuaca saat hujan jarak pengereman menjadi lebih
jauh, jalan menjadi lebih licin serta asap dan kabut juga mengganggu jarak
pandang.
a. Meninggal dunia
kecelakkaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah
kecelakaan tersebut.
b. Luka berat
Korban kecelakaan yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau harus
dirawat inap di rumah sakit dalam jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi
anggota badan hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat
c. Luka ringan
inap atau yang harus dirawat inap di rumah sakt dari 30 hari.
Penegakan hukum yang dilakukan oleh Polisi Lalu Lintas, eksistensi polisi
Polisi Lalu Lintas adalah “mengawasi lalu lintas”. Mengawasi lalu lintas,
membantu menjaga agar sistem transportasi jalan raya berfungsi secara lancar dan
efisien. Jika seseorang diijinkan untuk menggunakan jalan raya sesuka hati
mereka, yang terjadi adalah kekacauan. Jika cacat-cacat di dalam sistem jalan
dibiarkan tidak terdeteksi dan tidak dilaporkan, lalu lintas pada akhirnya akan
berhenti sama sekali. Karena itu, tugas pengawasan lalu lintas pada dasarnya
jalan tersebut agar bisa melakukan perjalan dengan tingkat kekesalan, penundaan,
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam
penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah di atur dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam
(Soekanto, 2010).
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Rendy &
Margareth TH, 2012). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
trauma atau tenaga fisik. Kekuatan, tenaga, sudut, keadaan tulang dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi tersebut
lengkap atau tidak. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,
(Muttaqin, 2008).
perawat perlu mengenal anatomi dan fisiologi tulang.Untuk mengetahui lebih jauh
perawat harus mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang
a. Trauma langsung
Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur,
trauma tersebut disebut trauma tidak langsung. Misalnya jatuh dengan ekstensi
dapat menyebabkan fraktur klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak
tetap utuh.
a. Deformitas
b. Bengkak: Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah
e. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya
f. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf atau
perdarahan).
h. Krepitasi.
a. Fraktur Traumatik
Terjadi karena trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang
besar dan tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi patah.
b. Fraktur Patologis
dalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah
c. Fraktur Stress
Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.
Manifestasi kelainan akibat trauma pada tulang yang bervariasi. Menurut Nurarif
& Kusuma (2015) secara klinis keadaan patah tulang dapat di klasifikasikan
sebagai berikut:
18
Adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat
dunia luar.
Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka
pada kulit dan jaringan lunak dapat terbentuk dari dalam maupun luar.
a. Fraktur transversal
Fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma
b. Fraktur Oblique
Fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan
c. Fraktur Spiral
Fraktur yang arah garis patahnya spiral yang disebabkan oleh trauma rotasi.
d. Fraktur Komunitif
Fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan (Smeltzer
e. Fraktur Segmental
Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan (Smeltzer
f. Butterfly fraktur
segmental.
g. Impact fraktur
Menurut Muttaqin (2008) ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang
a. Tulang panjang (long bone), misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus.
Daerah batas disebut diafisi dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis
disebut metafasis. Di daerah ini sangat sering ditemukan adanya kelainan atau
penyakit karena daerah ini merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak
b. Tulang pendek (short bone) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous
(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat, misalnya tulang-
tulang karpal.
c. Tulang sutura (sutural bone) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial,
misalnya patella.
f. Tulang pipih (flat bone), misalnya parietal, iga, skapula dan pelvis.
20
yaitu:
a. Derajat I
Tandanya adanya luka < 1 cm; kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada
tanda luka remuk; fraktur yang sederhana, transversal, atau kominutif ringan;
b. Derajat II
Adanya laserasi > 1 cm; kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi;
c. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot, dan
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar daripada
yang diserap oleh tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
eksudat plasma dan leukosit, serta infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
Setiap perawat perlu mengetahui komplikasi yang biasa terjadi pada pasien
dialami klien perawat dapat mengantisipasi agar masalah tersebut tidak terjadi.
a. Komplikasi awal
dengan tidak adanya nadi CRT menurun, sianosis pada bagian distal,
tindakan darurat perubahan posisi pada yang sakit tindakan reduksi dan
pembedahan.
terjebak otot tulang saraf dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Hal ini
disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menekan otot saraf dan
pembuluh darah atau karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan
3) Infeksi adalah sistem pertahanan tubuh akan rusak bila ada trauma pada
jaringan. Pada trauma orthopedi infeksi dimulai dari kulit dan masuk
kedalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka tetapi dapat
juga karena penggunaanbahan lain dalam pembedahan seperti pin (ORIF &
b. Komplikasi Lama
1) Delayed union
dibutuhkan tulang untuk menyambung. Hal ini terjadi karena suplai darah ke
selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan untuk anggota gerak atas dan lima bulan
2) Non-union
Adalah fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan
dapat terjadi infeksi, tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi yang
3) Mal-union
a. Foto Rontgen
mengetahui tempat dan tipe fraktur. Biasanya diambil sebelum dan sesudah
atau menurun (perdarahan bermakana pada sisi fraktur tau organ jauh pada
trauma).
a. Fase inflamasi
Adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi
dan membersihkan area luka benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk
hemostasis. Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit dan setelah itu akan
darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis
ekstra vaskuler. Fungsi netrofil adalah melakukan fagositosis benda asing dan
bakteri di daerah luka selama 3 hari dan kemudian akan digantikan oleh sel
makrofag yang berperan lebih besar jika dibanding dengan netrofil pada
proses penyembuhan luka. Dengan adanya luka yang bersih, tidak terdapat
infeksi atau kuman serta terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini
adanya: eritema, hangat pada kulit, edema dan rasa sakit yang berlangsung
b. Fase Proliferasi
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan
sangat besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada persiapan
jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari
fibroblas, memberikan tanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga
fibroblas sebagai satu kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah
sel dan pembuluh darah baru yang tertanam di dalam jaringan baru tersebut
kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih menonjol pada luka
dengan defek luas dibandingkan dengan defek luka minimal. Fase proliferasi
akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat
proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai faktor yang dibentuk oleh
c. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir
kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan
serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.
Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10
setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi
26
akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali pembentukan kolagen juga akan
muda yang terbentuk pada akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang,
yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih baik. Untuk mencapai penyembuhan
parut dan luka akan selalu terbuka. Luka dikatakan sembuh jika terjadi
kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan kulit mampu atau tidak
penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun hasil yang dicapai
luasnya luka.
a. Fase Inflamasi
Dengan adanya patah tulang tubuh mengalami respons yang sama dengan bila
ada cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan
yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang.
darah. Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih
b. Fase Proliferasi
dengan jaringan fibrosa, tulang rawan dan tulang serat imatur. Bentuk kalus
minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan
d. Fase Konsolidasi
immatur (move bone) diubah menjadi matur (lamellar bone). Keadaan tulang
ini menjadi lebih kuat sehingga osteoklast dapat menembus jaringan debris
pada daerah fraktur dan diikuti osteoblas tyang akan mengisi celah diantara
fragmen dengan tulang yang baru. Proses ini berjalan perlahan-lahan selama
28
beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk menerima beban yang
normal.
e. Fase Remodelling
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
melibatkan tulang kompak dan kanselus serta stress fungsional pada tulang.
Ketika remodeling telah sempurna, muatan permukaan patah tulang tidak lagi
negatif.
1998). Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)
Menurut Depkes RI tahun 2009, masa remaja dibagi menjadi dua, yaitu
masa remaja awal (usia 12-16 tahun) dan masa remaja akhir (usia 17–25
29
2) Ketidakstabilan emosi.
hidup.
7) Senang bereksplorasi.
berkelompok.
10) Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat
kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa dewasa
2) Pengalaman hidup
Menurut Depkes RI tahun 2009, masa ini dibagi menjadi tiga, yaitu masa lansia
awal (usia 46-55 tahun), masa lansia akhir (usia 56-65 tahun) dan masa manula
(usia 65-ke atas). Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai
Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas
sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata
tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan,
Selain itu pada masa tua juga sering terjadi gangguan-gangguan psikologis
yang dapat berupa gangguan persepsi, proses berpikir, gangguan sensorik dan
Faktor pendorong:
Faktor pendukung: 1. Keluarga
1. Adanya sarana 2. Guru
Faktor disposisi : 3. Sebaya
kesehatan
1. Pengetahuan 4. Petugas
2. Terjangkaunya
2. Sikap kesehatan
sarana kesehatan
3. Kepercayaan 5. Tokoh
3. Peraturan
4. Nilai dan masyarakat
kesehatan
norma 6. Pengambil
4. Keterampilan
terkait kesehatan keputusan
SEHAT
pengkajian dan penindak lanjutkan yang diadaptasi dari konsep Lawerence Green.
Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor yang mempengaruhi
meningkatkan perilaku tersebut terarah yang lebih positif. Proses pengkajian atau
pada tahap precede dan proses penindaklanjutan pada tahap proceed. Dengan
(Nursalam, 2016):
a. Kualitas hidup (quality of life) adalah sasaran utama yang ingin dicapai
Kualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin
tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualtas hidup juga semakin tinggi.
b. Derajat kesehatan (health) adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang
kesehatan yang sedang dihadapi. Pengaruh yang paling besar terhadap derajat
kesehatan.
organizations) adalah suatu faktor yang imbul karena adanya aksidan reaksi
perilaku tertentu. Selanjutnya perilaku itu sendiri di tentukan atau dibentuk dari 3
masyarakat.
dan faktor kebijakan, peraturan serta organisasi. Semua faktor tersebut merupakan
ruang lingkup promosi kesehatan. Faktor lingkungan adalah segala faktor baik
fisik, biologis maupun sosial budaya yang langsung dapat mempengaruhi derajat
variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2016).
Faktor Faktor pendukung: Faktor pendorong:
predisposisi: 1. Puskesmas 1. Keluarga
1. Pengetahuan 2. Posyandu 2. Suami
2. Sikap 3. Rumah sakit 3. Guru
3. Keyakinan 4. Lingkungan
4. Petugas kesehatan
4. Kepercayaan 5. Obat-obatan
5. Nilai-nilai 6. Ekonomi/uang 5. Tokoh agama
6. Tradisi 6. Tokoh masyarakat
7. Usia 7. Teman sebaya
7. Usia
Faktor fisiologis:
1. Pengemudi mabuk
2. Pengemudi mengantuk atau lelah
3. Pengemudi lengah
4. Pengemudi yang agresif
5. Jarak terlalu rapat
Faktor psikologis:
1. Kemampuan mengemudi
2. Pola berlalu lintas (kebiasaan
dalam mengemudi)
3. Percaya diri berlebihan
4. Pengalaman
5. Kurang antisipasi
Fraktur
Keterangan:
Dalam penjelasan kerangka konsep ini menjelaskan bahwa derajat
kesehatan disini dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor lingkungan. Faktor
lingkungan meliputi faktor fisik an faktor biologis, sedangkan faktor perilaku
dipengaruhi oleh sikap. Faktor perilaku disini agar dapat menghasilkan reaksi atau
perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
1. Faktor predisposisi terdiri dari pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi
derajat kesehatan seseorang, kepercayaan yang dimiliki masyarakat tentang
kebiasannya dapat mempengaruhi kesehatannya.
2. Faktor pendukung terdiri dari adanya sumber kesehatan, tersedia atau tidaknya
atau sumber kesehatan, komunitas/ pemerintahan hukum, prioritas dan
komunitas untuk kesehatan, keahlian yang yang berhubungan dengan
kesehatan dengan tercapainya sumber daya kesehatan informasi yang baik
maka disini faktor pendukung sangat berperan penting terhadap terjadinya
fraktur akibat kecelakaan lalu lintas.
3. Faktor pendorong terdiri dari keluarga yang pendorong untuk memenuhi
derajat kesehatan, teman sebaya yang mendorong seseorang untuk memenuhi
derajat kesehatanya, guru sebagai contoh untuk meningkatkan derajat
kesehatan, petugas kesehatan memberikan penyuluhan informasi tentang
kesehatan agar derajat kesehatan seseorang semakin tinggi.
Faktor usia pengemudi kendaraan di jalan raya mempengaruhi terjadinya
kecelakaan lalu lintas, hal ini dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan faktor
psikologis. Faktor fisiologis terdiri dari pengemudi yang mabuk, mengantuk atau
lelah, lengah, agresif dan jarak yang terlalu dekat saat berkendara. Faktor
psikologis terdiri dari kemampuan mengemudi yang kurang terampil, kebiasaan
mengemudi, percaya diri berlebihan, pengamalan dan kurang antisipasi saat
mengemudi. Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan fraktur akibat dari trauma
langsung dan trauma tidak langsung. Fraktur yang dialami oleh pengemudi dapat
berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
37
2.6 Hipotesa
HI : Ada hubungan antara faktor usia dengan kejadian fraktur akibat kecelakaan
lalu lintas.
H0 : Tidak ada hubungan antara antara faktor usia dengan kejadian fraktur akibat
kecelakaan lalu lintas.