Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

RUMAH SAKIT UMUM NURDIN HAMZAH


TANJAB TIMUR
Jl. W.R. Supratman Parit Culum I. Muara Sabak Barat SEHAT

2010

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM NURDIN HAMZAH


KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
NOMOR : TAHUN 2019
TENTANG

KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI


RSU NURDIN HAMZAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

DIREKTUR RSU NURDIN HAMZAH


Menimbang : a. Bahwa dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi di
rumah sakit harus selalu berorientasi pada keselamatan pasien dan
petugas di rumah sakit;
b. Bahwa untuk menunjang penerapan kewaspadaan isolasi di setiap
unit pelayanan harus tersedia sarana dan prasarana yang diperlukan;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a
dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Nurdin Hamzah tentang kebijakan Penerapan
Kewaspadaan Isolasi.

Mengingat : 1. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. SK Menkes 1165.A./Menkes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi
Rumah Sakit;
4. SK Menkes No. 270/MENKES/2007 Tentang Pedoman Manajerial
PPI di RS dan Fasilitas pelayanan kesehatan Lainnya;
5. SK Menkes NO 382/Memkes/2007 Tentang Pedoman PPI di RS
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya;
6. Permenkes No. 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Di Pelayanan Kesehatan;
7. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1116/Menkes/SK/VII/2003
Tentang Pedoman penyelenggaraan sistem Surveilans Epidemologi
Kesehatan;
8. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1479/Menkes/SK/X/2003
Tentang pedoman penyelenggaraan Sistem surveilans Epidemologi
penyakit menular dan penyakit tidak menular;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM NURDIN


HAMZAH TENTANG KEBIJAKAN PENERAPAN
KEWASPADAAN ISOLASI DI RSU NURDIN HAMZAH
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR;
Kesatu : Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan
Penerapan Kewaspadaan Isolasi di Rumah Sakit Umum Nurdin
Hamzah yang disusun oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit Umum Nurdin Hamzah;
Kedua : Kebijakan ini mengatur bagaimana penerapan kewaspadaan
isolasi di unit pelayanan Rumah Sakit Umum Nurdin Hamzah;
Ketiga : Komite PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi
kebijakan dan melaporkan pelaksanaan kebijakan tersebut;
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Muara Sabak


Pada Tanggal : 2019

DIREKTUR RSU NURDIN HAMZAH


KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

dr. H. Muhammad Nasrul Felani


NIP. 19801230 200903 1 008
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
RUMAH SAKIT UMUM NURDIN HAMZAH
TANJAB TIMUR
Jl. W.R. Supratman Parit Culum I. Muara Sabak Barat SEHAT

2010

Lampiran
Keputusan Direktur RSU Nurdin Hamzah
Nomor :
Tanggal : 2019

KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI


RUMAH SAKIT UMUM NURDIN HAMZAH

A. Kebijakan Umum
1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada
petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak
diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap petugas harus
menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan standar
dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di rumah sakit
yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaan APD, pemrosesan peralatan perawatan
pasien, pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah, kesehatan
karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk), praktek menyuntik yang
aman dan praktek untuk lumbal punksi.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan standar
pada kasus – kasus yang mempunyai risiko penularan melalui kontak, droplet, udara
(airborne), common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan), dan vektor (lalat,
nyamuk, tikus).

B. Kebijakan Khusus
1. Penempatan pasien tidak infeksius.
a. Menggunakan kewaspadaan standar :
1) Penempatan Pasien.
Pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan kecuali ruang isolasi.
2) Kebersihan Tangan
 Lakukan lima saat kebersihan tangan
 Gunakan cairan berbasis alkohol (handrub) dan atau sabun antiseptik
(handwash)
3) Alat Pelindung Diri (APD)
a) Sarung Tangan.
Pakai sarung tangan bila menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi
dan barang-barang terkontaminasi. Pakai sarung tangan sebelum menyentuh
lapisan mukosa dan kulit yang luka (non-intact skin). Ganti sarung tangan di
antara dua tugas dan prosedur berbeda pada pasien yang sama setelah
menyentuh bagian yang kemungkinan mengandung banyak mikroorganisme.
Lepas sarung tangan setelah selesai melakukan tindakan, sebelum menyentuh
barang dan permukaan lingkungan yang tidak terkontaminasi, dan sebelum
berpindah ke pasien lain, dan cuci tangan segera untuk mencegah
perpindahan mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan.
b) Masker, Pelindung Mata,dan Pelindung Wajah.
Gunakan masker dan pelindung mata atau wajah untuk melindungi lapisan
mukosa pada mata, hidung dan mulut saat melakukan prosedur atau aktifitas
perawatan pasien yang memungkinkan adanya cipratan darah, cairan tubuh,
sekresi dan ekskresi.
c) Gaun.
Gunakan gaun untuk melindungi kulit dan untuk mencegah ternodanya
pakaian saat melakukan prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang
memungkinkan adanya cipratan darah. Lepas gaun kotor sesegera mungkin
dan cuci tangan untuk mencegah perpindahan mikroorganisme ke pasien
lain atau lingkungan.
4) Peralatan Perawatan Pasien
Penanganan peralatan pasien yang terkena darah, cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi
hendaknya diperlakukan sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan dengan kulit
dan lapisan mukosa, tidak mengotori pakaian, dan tidak memindahkan
mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan. Pastikan bahwa peralatan yang
dapat dipakai ulang tidak dipakai lagi untuk pasien lain sebelum dibersihkan dan
diproses selayaknya. Pastikan bahwa peralatan sekali pakai, dan yang
terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dibuang dengan cara yang benar.
5) Pengendalian Lingkungan
Lakukan prosedur untuk perawatan rutin, pembersihan, dan desinfeksi
permukaan lingkungan, tempat tidur, peralatan di samping tempat tidur dan
pinggirannya, permukaan lainnya yang sering disentuh, dan pastikan kegiatan
ini dilaksanakan dan dimonitor. Rumah sakit harus mempunyai desinfektan
standar.
6) Linen
Tangani, tranportasikan dan proseslah linen yang terkontaminasi dengan darah,
cairan tubuh, sekresi dan ekskresi dengan baik sehingga tidak bersentuhan
dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak mengotori pakaian, dan tidak
memindahkan mikroorganisme ke pasien lain dan lingkungan.
7) Kesehatan Karyawan / Perlindungan Petugas Kesehatan
a) Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap petugas kesehatan dan
pemeriksaan kesehatan khusus terhadap petugas yang bekerja di tempat
berisiko tinggi serta pemberian imunisasi.
b) Penatalaksanaan limbah benda tajam dan tertusuk jarum, scalpel dan alat
tajam lain ditangani sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO)
berkoordinasi dengan K3RS.
c) Pakai mouthpiece, kantong resusitasi, dan peralatan ventilasi lain sebagai
pengganti pernafasan dari mulut ke mulut (mouth-to-mouth resuscitation)
dan hendaknya diletakkan di tempat yang sering dibutuhkan.

2. Penempatan pasien infeksius


a. Transmisi Airborne
1) Penempatan Pasien.
Tempatkan pasien di ruang terpisah (isolasi) yang memiliki syarat sebagai
berikut :
a) Ruangan bertekanan udara negatif dibandingkan dengan ruangan
sekitarnya.
b) Bila ruangan dengan tekanan negatif penuh, tempatkan pasien di ruangan
ventilasi alami dengan pertukaran udara 6 sampai 12 kali per jam.
c) Memiliki saluran pengeluaran udara ke lingkungan yang memadai atau
memiliki sistem penyaringan udara yang efisien sebelum udara
disirkulasikan ke ruang lain. Pintu harus selalu tertutup dan pasien tersebut
ada di dalamnya. Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien
bersama dengan pasien lain yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme
yang sama. Dilarang menempatkan pasien dengan pasien jenis infeksi lain.
Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan perawatan gabung tidak diinginkan,
konsultasikan dengan petugas Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah
Sakit (PPIRS) sebelum menempatkan pasien.
2) Perlindungan Pernafasan (Masker)
Gunakan masker partikulat N-95 bila memasuki kamar pasien yang diketahui
atau dicurigai menderita airborne diseases (TBC, Varicella, Rubella, dll). Orang
yang rentan dilarang memasuki kamar pasien kecuali petugas yang telah imun.
Orang yang telah pernah terkena Varicella atau Campak tidak perlu memakai
masker. Pasien harus selalu menggunakan masker medik/bedah.
3) Transport Pasien
Batasi gerakan dan transportasi pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila
memang dibutuhkan transportasi, pasien diberi masker bedah untuk cegah
menyebarnya droplet nuklei. Ambulans harus selalu didesinfeksi setelah
mengantar pasien dengan penyakit menular maupun suspek. Peralatan di
dalam mobil ambulans harus disterilisasi.
4) Hygiene Respirasi/ Etika Batuk
Untuk penyakit yang ditransmisikan melalui droplet besar dan atau droplet
nuklei maka etika batuk harus diterapkan kepada semua individu (pasien,
petugas dan pengunjung) dengan gejala gangguan pada saluran nafas.

b. Transmisi Droplet.
1) Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah bila tidak dimungkinkan kohorting. Bila
keduanya tidak memungkinkan, maka buat pemisah dengan jarak >1 meter
antara tempat tidur pasien dengan pengunjung. Tidak dibutuhkan penanganan
udara dan ventilasi yang khusus, dan pintu boleh tetap terbuka.
2) Masker.
Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien.
3) Transport Pasien
Batasi gerak dan transportasi pasien dengan mengenakan masker pada pasien
dan menerapkan etika batuk.

c. Transmisi Kontak
1) Penempatan Pasien
Tempatkan di ruang rawat terpisah, bila tidak memungkinkan kohorting. Bila
keduanya tidak memungkinkan, maka pertimbangkan epidemiologi mikrobanya
dan populasi pasien. Tempatkan dengan jarak >1 meter (3 kaki) antar tempat
tidur dan pengunjung. Bicarakan dengan petugas PPI. Jaga agar tidak ada
kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
2) Sarung Tangan, Gaun/Apron dan Cuci Tangan
Pakailah sarung tangan (lateks bersih non steril) saat memasuki kamar dan
merawat pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius
(feses dan drainase luka). Lepas sarung tangan sebelum meninggalkan
lingkungan pasien dan segera lakukan kebersihan tangan dengan cuci tangan
atau handrub. Pakailah gaun (bersih non steril) saat memasuki kamar pasien
dan lepaskan sebelum keluar kamar pasien.
3) Transport Pasien.
Batasi gerak dan transportasi pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan
pasien keluar ruangan, pastikan kewaspadaan tetap terjaga untuk
meminimalkan risiko transmisi mikroorganisme ke pasien lain dan
lingkungan.
4) Praktek Menyuntik Aman
Pakai jarum yang steril, sekali pakai pada tiap suntikan untuk mencegah
kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
5) Peralatan Perawatan Pasien.
Penggunaan peralatan non-kritikal hanya untuk satu pasien saja atau digunakan
bersama dengan pasien yang terinfeksi mikroba yang sama. Bila penggunaan
bersama tidak dapat dihindari, maka desinfeksi peralatan tersebut sebelum
digunakan oleh pasien.

Ditetapkan di : Muara Sabak


Pada Tanggal : 2019

DIREKTUR RSU NURDIN HAMZAH


KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

dr. H. Muhammad Nasrul Felani


NIP. 19801230 200903 1 008

Anda mungkin juga menyukai