Anda di halaman 1dari 3

Pola Penggunaan Obat Anti Epilepsi pada Pasien Epilepsi di Instalasi Rawat Jalan RS PKU

Muhammadiyah
Yogyakarta Periode Januari - Juli 2014
ROHMI ARUNDATI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB IV

KESIMPULAN DAN SAR AN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian pada 48 pasien epilepsi di Instalasi Rawat Jalan RS PKU

M uhammadiyah Yogyakarta periode Januari – Juli 2014 adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik Pasien Epilepsi :

A. Kategori usia terbanyak pasien epilepsi pada rentang 5 -16 tahun

dengan total 21 pasien (43,75%).

B. Pasien epilepsi berjenis kelamin laki-laki berjumlah 29 orang (60,42%)

dan pasien berjenis kelamin perempuan 19 orang (39,58%).

C. Etiologi tidak diketahui pada hampir seluruh kasus. Tercatat 2 pasien

mengalami epilepsi setelah trauma kepala akut pasca kecelakaan la lu

lintas dan 1 pasien terdiagnosa epilepsi setelah menjalani operasi

bedah otak Acute disseminated encephalitis.

D. Diagnosa epilepsi paling banyak dicatat sebagai Epilepsi non spesifik

pada 28 kasus (58,33%). Generalized idiopatic epilepsy 6 kasus

(12,5%), Febrile convulsions atau kejang demam pada anak-anak dan

Petit mal without grand mal berjum lah sama masing-masing 5 kasus

(10,42%). Sedangkan sisanya (8,33%) tidak terdapat catatan diagnosa.

52
Pola Penggunaan Obat Anti Epilepsi pada Pasien Epilepsi di Instalasi Rawat Jalan RS PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta Periode Januari - Juli 2014
ROHMI ARUNDATI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2. Pola penggunaan obat anti epilepsi (O AE) pada pasien epilepsi di Instalasi

Rawat Jalan RS PKU M uhammadiyah Yogyakarta :

A. Obat anti epilepsi (OA E) yang paling banyak diresepkan adalah

Fenitoin dengan jumlah penggunaan 34 kasus (39,53%) dan A sam

Valproat dalam sediaan garam Na Valproat dengan jumlah

penggunaan 30 kasus (34,88%).

B. Obat anti epilepsi diresepkan dalam 3 macam penggunaan yaitu secara

monoterapi, politerapi dan dengan penggantian (switching) pada

pertengahan terapi. M onoterapi diberikan pada 24 pasien (50%) dan

politerapi pada 9 pasien (18,75%). Sedangkan penggantian obat

diresepkan pada 15 pasien (31,25%).

C. Durasi terapi paling banyak dicatat dalam rekam medik adalah kurang

dari 1 tahun dengan jumlah 23 (47,91%) pasien. Adapun durasi

terpanjang yaitu 4-5 tahun pada 5 (10,42%) pasien.

D. Obat-obat lain paling banyak diberikan pada pasien epilepsi dengan

indikasi sebagai pengurang frekuensi kejang yaitu vitamin B1, vitamin

B12, Asam folat dan Zinc.

53
Pola Penggunaan Obat Anti Epilepsi pada Pasien Epilepsi di Instalasi Rawat Jalan RS PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta Periode Januari - Juli 2014
ROHMI ARUNDATI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

B. Saran

Bagi Rumah Sakit :

a. Perlu adanya komunikasi dan kerjasama yang baik antara farmasi dan

tenaga profesional kesehatan lainnya, seperti dokter dan perawat. Hal ini

dilakukan sebagai bagian dari pharmaceutical care dalam rangka

meningkatkan kualitas hidup pasien.

b. Data dalam rekam medik elektrik (komputer) sebaiknya ditulis secara

lengkap sehingga akan mudah dilihat dan diteliti untuk berbagai

keperluan, diantaranya penelitian dan tinjauan ulang riwayat kasus pasien.

Bagi peneliti berikutnya :

a. Perlu adanya penelitian sama yang dilakukan di rumah sakit lain untuk

dijadikan bahan pembanding pola penggunaan obat anti epilepsi.

b. Perlu dilakukan penelitian mengenai efek terapi dan efek samping obat

anti epilepsi yang tersedia di Indonesia pada pasien epilepsi untuk

merumuskan pedoman peresepan obat.

54

Anda mungkin juga menyukai