Kelompok 8
Aida Muyasaroh
Khoirunisa Arifah
Meutia Ramadhanisa
Restrukturisasi
Tahun 2009, China Investment Corporation (CIC) menyediakan instrumen hutang
senilai US $1,9 miliar, yang terdiri dari US $600 juta yang akan dibayarkan kembali pada
tahun 2013, US $600 juta pada tahun 2014, dan sisanya US $700 juta pada tahun 2015.
Investasi ini memiliki kupon tunai sebesar 12% per tahun dengan IRR total 19%, dengan
prinsip dibayar pada saat jatuh tempo. Dana ini digunakan untuk restrukturisasi hutang dan
belanja modal.
Keputusan BUMI di tahun 2010 untuk menggabungkan semua aset pertambangan
mineral non-batubara dan membentuk PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
mencerminkan strategi yangberfokus pada pengembangan semua aset ini hingga
berproduksi. BRMS tercatat di Bursa Efek Indonesia pada bulan Desember 2010dan saat
ini berada di bawah manajemen independen yang berfokus pada pengembangan aset-aset
ini hingga produksi. BUMI memiliki87% kepemilikan di BRMS.
Tahun 2011, Perusahaan telah melunasi pembayaran Tranche A sebesar US $600 juta
dari hutang China Investment Corporation (CIC), yang akan jatuh tempo pada tanggal 30
September 2013, dibayar hampir 2 (dua) tahun sebelumnya berdasarkan kesepakatan
bersama.
Tahun 2015, Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada tanggal 13 Agustus,
para pemegang saham menyetujui perubahan susunan Dewan Komisaris dan Direksi.
Melalui keputusan RUPS tersebut, Perseroan melakukan efisiensi dengan mengurangi
jumlah anggota Direksi dari enam menjadi empat orang dan Dewan Komisaris dari tujuh
menjadi tiga orang.
Pada 9 November 2016, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Bumi Resources
Tbk menyetujui penerbitan saham baru melalui mekanisme right issue senilai Rp35 triliun
atau sekitar US$2,6 miliar dengan nilai Rp926 per saham terkait dengan restrukturisasi
utang perseroan (37,8 miliar saham baru). Kemudian, berdasarkan hasil voting tersebut,
Pengadilan Niaga telah menghomologasi dan memberikan putusan pengesahan atas
perjanjian perdamaian dimaksud pada tanggal 28 November 2016, dan selanjutnya status
PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) Bumi dicoret dari nama Perseroan.
Dengan restrukturisasi ini, utang perusahaan dapat ditekan $1,6 Miliar atau Rp21,3 Triliun
dari total utang US$4,2 Milliar.
Proses restrukturisasi utang PT Bumi Resources Tbk (BUMI) akan berdampak pada
kepemilikan saham publik BUMI. Dalam rencana perdamaian, salah satu bentuk
restrukturisasi utang BUMI adalah konversi utang menjadi saham dan merilis mandatory
convertible bonds (MCB) berjangka waktu tujuh tahun. Langkah restrukturisasi tersebut
diambil untuk mengurangi utang BUMI.
II. SYMPTOM
Sejak Juli 2015 hingga Juni 2016 saham Bumi nyaris tak diperdagangkan di pasar reguler.
Bumi pun bertahan di kisaran harga Rp50. Dengan anjloknya harga saham mengakibatkan
BUMI tidak mampu melunasi utang yang jatuh tempo. Manajemen berupaya untuk
melakukan restrukturisasi outstanding debt-nya (utang-utang yang mengandung bunga).
Setelah melakukan restrukturisasi, keuangan BUMI mengalami perbaikan namun kinerja
sahamnya masih dibawah pasar. Jika mengacu pada kinerja BUMI saat ini, terutama dari
sisi cadangan batubara dan posisi laba yang membaik, harga wajar saham BUMI sejatinya
ada di kisaran level Rp500/saham, namun pada kenyataannya harga saham BUMI hanya
ada di kisaran level Rp200-300an.
III. AKAR MASALAH
Grafik menunjukkan turunnya harga batubara dunia berawal pada tahun 2014
dan berlanjut hingga tahun 2014. Jatuhnya harga batubara dunia, menimbulkan efek
berantai pada rantai pasokan batubara. Otomatis terjadi tekanan terhadap produsen
batubara terhadap pihak yang terlibat dalam industri batubara seperti jasa
pertambangan batubara terkait biaya jasa eksploitasi batubara dan pengupasan tanah
(overburden). Efek berantai ini cukup memperberat industri jasa pertambangan
batubara, karena produsen menginginkan biaya pengupasan dan eksploitasi lebih
rendah dari sebelumnya.
Harga jual batubara turun disebabkan oleh turunnya permintaan akan batubara dan
oversuplay batubara. Bangkitnya pemakaian energi terbarukan terutama dari energi
matahari, angin dan lainnya. Dua negara pemakai energi terbesar di dunia, yaitu China dan
Amerika sudah memberikan regulasi dan insentif lingkungan terhadap pemakaian energi
bersih (clean energy). Batubara memang tidaklah sebersih energi fosil lainnya seperti
gas. Kebijakan ini membuat pengguna energi mulai melimpahkan atau mensubstitusikan
energi dari penggunaan batubara ke energi yang lebih murah, lebih bersih atau energi yang
ramah lingkungan. Terlebih adanya insentif dari pemerintah.
Batubara terkenal dengan sumber energi yang paling banyak menimbulkan polusi
akibat tingginya kandungan karbon. Sumber energi penting lain, seperti gas alam,
memiliki tingkat polusi yang lebih sedikit. Curah hujan yang tinggi di area pertambangan
mengakibatkan kualitas batubara kurang baik. Di tengah penurunan tajam dalam industri
batubara, perusahaan memanfaatkan situasi dengan mengakuisisi beberapa perusahaan
(Darma Henwa, Pendopo dan Fajar Bumi Sakti) dari pihak terkait. Hal ini mencerminkan
kebijakan keuangan yang ditetapkan grup (pemegang saham pengendali) sangat agresif.
VI. SUMBER
https://investasi.kontan.co.id/news/inilah-pemilik-bumi-usai-restrukturisasi-utang
http://www.apbi-icma.org/global-chart/
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/batu-bara/item236?
https://investasi.kontan.co.id/news/bumi-masih-pemegang-cadangan-batubara-terbesar
http://www.teguhhidayat.com/2010/11/bumi-resources-minerals.html?m=1
http://bumiresources.com
PT Bumi Resource Tbk Annual Report 2014
PT Bumi Resource Tbk Annual Report 2015
PT Bumi Resource Tbk Annual Report 2016
PT Bumi Resource Tbk Annual Report 2017