Anda di halaman 1dari 11

Tugas Organisasi dan Lingkungan Bisnis

Analisis Terkait Manuver PT BUMI Resources Tbk


dalam Memangkas Utang dengan Restrukturisasi

Kelompok 8
Aida Muyasaroh
Khoirunisa Arifah
Meutia Ramadhanisa

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2018
I. PROFIL LEMBAGA
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) merupakan perusahaan pertambangan besar di
Indonesia. Perusahaan ini terkenal sebagai produsen batubara termal terbesar di Indonesia
dan mayoritas sahamnya dimiliki oleh Grup Bakrie. Perusahaan ini mengusung visi untuk
menjadi perusahaan operator bertaraf internasional dalam sektor energi dan pertambangan
dengan misi menjaga kesinambungan usaha dan daya saing perseroan dalam mengadapi
persaingan terbuka di masa mendatang dengan tujuan untuk:
1. Meningkatkan hasil investasi dan nilai yang optimal bagi para Pemegang Saham.
2. Memperbaiki kesejahteraan para karyawan.
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah operasi pertambangan.
4. Menjaga kelestarian lingkungan pada seluruh wilayah operasi pertambangan.
Perusahaan didirikan tahun 1973 atas nama PT Bumi Modern, mulanya bergerak dalam
bidang perhotelan dan industri pariwisata. Tahun 1990 BUMI melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (saat
ini bergabung dan menjadi Bursa Efek Indonesia). Melalui Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa pada tanggal 31 Agustus 1998, diputuskan untuk mengubah bisnis
utama Perusahaan dari perhotelan dan pariwisata menjadi minyak, gas alam, dan
pertambangan.
Seiring dengan booming industri pertambangan nasional, BUMI tumbuh pesat
melakukan ekspansi usaha dengan menggali kekayaan alam Indonesia, antara lain
Batubara dan barang tambang lainnya. Saat ini, BUMI tercatat sebagai salah satu eksportir
Batubara termal terbesar di dunia. Selain itu, BUMI juga memiliki portofolio usaha bahan
tambang lainnya. Dengan dukungan pembiayaan yang kuat, kini BUMI juga memainkan
peran sebagai investor strategis.

Struktur Bisnis PT BUMI


Tahun 2000 Perusahaan mengakuisisi 97,5% saham Gallo Oil (Jersey) Ltd. Perusahaan
mengubah nama dari PT Bumi Modern Tbk menjadi PT Bumi Resources Tbk. November
2001, Perusahaan mengakuisisi 80% saham di PT Arutmin Indonesia (AI), produsen
batubara terbesar keempat di Indonesia. Oktober 2003, Perusahaan membeli 100% saham
PT Kaltim Prima Coal (KPC), produsen batubara terbesar di Indonesia, setelah
mengakuisisi Sangatta Holdings Ltd. (SHL) dan Kalimantan Coal Ltd. (KCL). BUMI
meningkatkan kepemilikannya atas saham Arutmin sebesar 19,99% pada tahun 2004.
Tahun 2007, 30% kepemilikan di Arutmin dan KPC dijual ke Tata Power of India. Pada
bulan Juni dan Oktober menerbitkan dua obligasi konversi senilai total US $450 juta, yang
mengalami oversubscribed 3 sampai 4 kali.
Setelah melalui proses yang panjang, pada tahun 2008 BUMI akhirnya membeli Herald
Resources Ltd dari Australia dengan nilai AU $552 juta. Herald resources Ltd adalah
perusahaan penambangan yang berada di Sumatera Utara yang bergerak dalam bidang
penambangan seng, timbal dan emas.
Produk Batubara PT BUMI

No Nama Perusahaan Produk Batubara


1. PT Kaltim Prima Coal Batubara Prima
Batubara Pinang
Batubara Melawan (Sub-bituminous)
2. PT Arutmin Indonesia Batubara Sub-bituminous
Batubara Bituminous
3. PT Kutai Bara Nusantara Batubara Sub-bituminous
4. PT Pendopo Energi Batubara Batubara Lignite

Distribusi Batubara PT BUMI


Distribusi pemasaran batubara PT BUMI menurut sektor pengguna adalah sebagai berikut:
No End User Sales (ton)
1. Power Plant 50.590.074 57 %
2. Others 35.546.894 40.5 %
3. Utility 1.431.594 1.6 %
4. Cement 110.799 0.1 %
Total 87.679.361 100 %

Produk Berbasis Batubara


1. Gas (Syngas) : Pengganti gas alam dengan harga yang lebih murah
2. Petrokimia :
a. Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar (LPJ), bahan baku pupuk urea
b. Polipropilena sebagai bahan baku plastik

Restrukturisasi
Tahun 2009, China Investment Corporation (CIC) menyediakan instrumen hutang
senilai US $1,9 miliar, yang terdiri dari US $600 juta yang akan dibayarkan kembali pada
tahun 2013, US $600 juta pada tahun 2014, dan sisanya US $700 juta pada tahun 2015.
Investasi ini memiliki kupon tunai sebesar 12% per tahun dengan IRR total 19%, dengan
prinsip dibayar pada saat jatuh tempo. Dana ini digunakan untuk restrukturisasi hutang dan
belanja modal.
Keputusan BUMI di tahun 2010 untuk menggabungkan semua aset pertambangan
mineral non-batubara dan membentuk PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
mencerminkan strategi yangberfokus pada pengembangan semua aset ini hingga
berproduksi. BRMS tercatat di Bursa Efek Indonesia pada bulan Desember 2010dan saat
ini berada di bawah manajemen independen yang berfokus pada pengembangan aset-aset
ini hingga produksi. BUMI memiliki87% kepemilikan di BRMS.
Tahun 2011, Perusahaan telah melunasi pembayaran Tranche A sebesar US $600 juta
dari hutang China Investment Corporation (CIC), yang akan jatuh tempo pada tanggal 30
September 2013, dibayar hampir 2 (dua) tahun sebelumnya berdasarkan kesepakatan
bersama.
Tahun 2015, Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada tanggal 13 Agustus,
para pemegang saham menyetujui perubahan susunan Dewan Komisaris dan Direksi.
Melalui keputusan RUPS tersebut, Perseroan melakukan efisiensi dengan mengurangi
jumlah anggota Direksi dari enam menjadi empat orang dan Dewan Komisaris dari tujuh
menjadi tiga orang.
Pada 9 November 2016, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Bumi Resources
Tbk menyetujui penerbitan saham baru melalui mekanisme right issue senilai Rp35 triliun
atau sekitar US$2,6 miliar dengan nilai Rp926 per saham terkait dengan restrukturisasi
utang perseroan (37,8 miliar saham baru). Kemudian, berdasarkan hasil voting tersebut,
Pengadilan Niaga telah menghomologasi dan memberikan putusan pengesahan atas
perjanjian perdamaian dimaksud pada tanggal 28 November 2016, dan selanjutnya status
PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) Bumi dicoret dari nama Perseroan.
Dengan restrukturisasi ini, utang perusahaan dapat ditekan $1,6 Miliar atau Rp21,3 Triliun
dari total utang US$4,2 Milliar.
Proses restrukturisasi utang PT Bumi Resources Tbk (BUMI) akan berdampak pada
kepemilikan saham publik BUMI. Dalam rencana perdamaian, salah satu bentuk
restrukturisasi utang BUMI adalah konversi utang menjadi saham dan merilis mandatory
convertible bonds (MCB) berjangka waktu tujuh tahun. Langkah restrukturisasi tersebut
diambil untuk mengurangi utang BUMI.

Sumber : Annual Report PT Bumi Resource 2016


Kepemilikan saham BUMI per 31 Desember 2016 mayoritas dimiliki oleh publik
sebesar 62,20%. Diikuti kepemilikan oleh Credit Suisse AG SG (Utang kepada kreditur)
sebesar 23,15 %, PT Damar Reka Energi 6,28%, Reiffeisen Bank International AG,
Singapore Brance S/A Long Haul Holdings sebesar 3,45%, Hylton Invesments 2,46%, dan
PT SCI sebesar 2,46%.
Kepemilikan saham BUMI per 31 Desember 2017 mayoritas masih dimiliki oleh publik
sebesar 63,59%. Diikuti kepemilikan oleh HSBC fund sebesar 13,26%, Credit Suisse AG
SG (Utang kepada kreditur) sebesar 12,97%, The NT TST Co 3,98%, PT Damar Energi
sebesar 3,52%, dan UBS AG LDN sebesar 2,68%. Tabel kepemilikan sebagai berikut:
Sumber : Annual Report PT Bumi Resource 2017
Pasca restrukturisasi utang, prospek bisnis dan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
kembali meningkat. Selama ini prospek BUMI tertutup oleh tumpukan utang jumbo.
Perlahan, manajemen mulai mengurai jerat utangnya. Restrukturisasi utang PT Bumi
Resources Tbk disambut positif oleh analis. Stabilnya harga batubara pun diperkirakan
bisa membuat peusahaan semakin membaik.

II. SYMPTOM
Sejak Juli 2015 hingga Juni 2016 saham Bumi nyaris tak diperdagangkan di pasar reguler.
Bumi pun bertahan di kisaran harga Rp50. Dengan anjloknya harga saham mengakibatkan
BUMI tidak mampu melunasi utang yang jatuh tempo. Manajemen berupaya untuk
melakukan restrukturisasi outstanding debt-nya (utang-utang yang mengandung bunga).
Setelah melakukan restrukturisasi, keuangan BUMI mengalami perbaikan namun kinerja
sahamnya masih dibawah pasar. Jika mengacu pada kinerja BUMI saat ini, terutama dari
sisi cadangan batubara dan posisi laba yang membaik, harga wajar saham BUMI sejatinya
ada di kisaran level Rp500/saham, namun pada kenyataannya harga saham BUMI hanya
ada di kisaran level Rp200-300an.
III. AKAR MASALAH

1. Perilaku Pemilik dan Manajemen dalam Melakukan Investasi dengan


Pertimbangan yang Tidak Tepat.
Bumi Resources Minerals (BRM) adalah anak usaha dari Bumi Resources
(BUMI), yang khusus bergerak di bidang usaha tambang non-batubara. BUMI
mengakuisisi banyak perusahaan tambang yang kecil-kecil seperti tambang emas,
perak, tembaga, timah hitam, seng, intan, fosfat, hingga bijih besi. Anak-anak usaha
dibidang non batubara ini lalu dikumpulkan menjadi satu dibawah BRM. Dengan
demikian, BUMI bisa tetap fokus di bisnis batubara, karena seluruh bisnis tambang
non batubaranya sudah ‘diurus’ oleh BRM.
Setelah mengakuisisi BRM, BUMI lalu menyuntikkan dana dalam jumlah besar
ke dalam BRM, sehingga pada akhir 2009, aset BRM menjadi 15.2 trilyun dari
sebelumnya 9 milyar pada 2008. Dan enam bulan kemudian yaitu pada 1H10, aset
BRM kembali meningkat menjadi 18.7 trilyun. BUMI mendapat dana untuk
meningkatkan aset BRM dari utang pada bank dan lembaga keuangan. Pada 1H10,
total kewajiban BUMI mencapai US$ 6.41 milyar, naik dari US$ 3.97 milyar pada
1H09. Peningkatan terbesar terutama pada pinjaman jangka panjang yang naik menjadi
US$ 2.54 milyar dari sebelumnya US$ 541 juta, yang memang digunakan untuk
banyak akuisisi. Utang-utang tersebut lalu ditempatkan di BRM, sehingga jumlah total
kewajiban BRM melejit dari 12 milyar pada 2008, menjadi 15.5 trilyun pada 2009.
Mayoritas anak-anak usaha BUMI yang ditempatkan dibawah BRM masih
belum berproduksi (kebanyakan merupakan proyek tambang yang masih dalam tahap
eksplorasi), maka dari itu BRM belum menghasilkan pendapatan yang besar setelah
diakuisisi. Pada 2009, BRM mencatat penjualan 18 milyar dan laba bersihnya nol
(tepatnya minus 209 juta alias rugi). Pada 1H10, setelah dilakukan konsolidasi anak
usaha, penjualan BRM naik menjadi 63 milyar, dan laba bersihnya melejit menjadi 175
milyar. Hal itu dapat terjadi berkat pendapatan dari perusahaan asosiasi (hasil dari
konsolidasi) senilai 768 milyar, yang otomatis mengimbangi beban bunga utang
sebesar 529 milyar. Alhasil, didapatlah laba bersih 175 milyar.
Karena royek-proyek tambang milik BRM tambang membutuhkan waktu yang
lama untuk dieksplorasi, sebelum kemudian mulai berproduksi, maka BRM
mempunyai potensi yang cukup baik di masa depan, tetapi ‘masa depan’ yang
dimaksud disini masih lama, sekitar 4 – 5 tahun lagi dari sekarang. Oleh karena itu,
utang-utang BUMI yang digunakan untuk akuisisi banyak perusahaan tambang pada
2009 – 2010 berstatus utang jangka panjang. BRM baru akan bisa menjadi perusahaan
yang menghasilkan laba bersih dalam jumlah besar, setelah nilai penjualan dari hasil
produksinya cukup untuk membayar lunas utang-utang jangka panjang tersebut. Selain
itu, adanya masalah lain berupa adanya potensi tidak baik pada bisnis pertambangan
non batubara karena bisnis ini dikuasi oleh perusahaan asing (contoh: PT Freeport).
Adanya penundaan operasi PT Gallo di Yaman sejak tahun 2011 sehubungan
dengan ketidaksediaan jawa yang diperlukan untuk aktiviats eksplorasinya,
mengindikasikan bahwa manajemen mengambil investasi yang tidak tepat. Seharusnya
ada beberapa tahap yang dilakukan dalam menilai kelayakan investasi tersebut. Yaman
adalah daerah yang sedang mengalami konflik perang, sangat beresiko jika akan
berinsvestasi di daerah tersebut. Adanya penundaan ini mengakibatkan adanya rugi
penurunan nilai aset minyak dan gas bumi di blok R2 sebesar US$167.4 juta. Calon
investor akan merasa ragu untuk berinvestasi jika melihat dalam laporan keuangan
BUMI yang memiliki modal negatif, sehingga banyak calon investor yang tidak
tertarik dengan saham BUMI. Inilah penyebabnya mengapa saham BUMI masih
berada di bawah di level 500an

2. PT BUMI mengalami peningkatan kewajiban (hutang) dan defisiensi modal.


Kewajiban PT Bumi Resource Tbk dari tahun 2011 hingga tahun 2013
cenderung mengalami peningkatan seperti terlihat pada data grafik dibawah, pada
tahun 2011 kewajiban sebesar 6.3 Milyar US $, lalu meningkat pada tahun 2012
menjadi 7.0 Milyar US $ dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 7.3 Milyar US $.
Pada tahun 2014-2016 mengalami sedikit penurunan namun tidak signifikan dengan
kewajiban sebesar 6.9 Milyar US $ pada tahun 2014, menurun menjadi 6.3 Milyar US
$ pada tahun 2015, dan sedikit penurunan pada tahun 2016 menjadi 6.2 Milyar US $.
Berbanding terbalik dengan keadaan Modal PT Bumi Resource selama rentang
waktu yang sama yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Terlihat pada
grafik dibawah bahwa pada tahun 2011 modal yang dimiliki sebesar 1.2 Milyar US$,
menurun pada tahun 2012 menjadi 0.39 Milyar US$, dan terus menurun pada tahun-
tahun berikutnya yaitu pada tahun 2013 sebesar -0.3 Milyar US $, tahun 2014 sebesar
-0.32 Milyar US $, dan terjadi penurunan drastis pada tahun 2015 dan stagnansi pada
tahun 2016 sebesar masing-masing -0.29 Milyar US $.

Hutang lancar perusahaan lebih besar daripada aset lancar, menyebabkan


perusahaan memiliki leverage yang tinggi. Leverage tinggi mengindikasikan BUMI
dalam melakukan pembiayaan opersional lebih banyak menggunakan utang dariapda
modal sendiri. Tingginya utang mengakibatkan kesulitan dalam membayar bunga dan
pokoknya dalam kondisi pasar batubara yang sedang terpuruk.

(dalam juta $) Aset Lancar Hutang Lancar


2014 764.7 4,939
2015 542 5,474.2
2016 529.1 764.3
2017 758 1,195.7

3. Penurunan Harga Batubara


Hampir seluruh produksi batubara digunakan untuk pembangkit listrik. Dulu
harga batubara masih bersaing dengan gas. Sayangnya sekarang harga gas bisa lebih
rendah, terlebih setelah revolusi shale gas dan shale oil, yang dipelopori oleh Amerika
sehingga mendorong produksi gas besar-besaran dan menurunkan harga jual gas,
termasuk harga minyak mentah karena pasokan yang melimpah. Dalam hal ini,
pembangkit listrik mulai mengganti pasokan energi dari batubara dengan gas.
Sehingga, harga batubara yang memiliki korelasi positif dengan harga minyak dunia
ikut turun.
Harga batubara mengalami penurunan, berimbas pada pendapatan BUMI yang
menurun drastis, sehingga pendapatan ini jauh dari yang diharapkan padahal untuk
biaya akuisi dan untuk membiaya investasi infrastruktur BUMI menggunakan sumber
pendanaan dari luar atau hutang. Akibat penurunan pendapatan tersebut, PT BUMI
tidak dapat membayar hutang yang jatuh tempo. (Untuk dapat melunasi hutangnya
dalam waktu 5 tahun, harga batubara Newcastle harus tetap berada pada kisaran
minimal US$60 per metrik ton. EBITDA PT BUMI sangat sensitif terhadap harga
patokan batrubara Newcastle)

Grafik menunjukkan turunnya harga batubara dunia berawal pada tahun 2014
dan berlanjut hingga tahun 2014. Jatuhnya harga batubara dunia, menimbulkan efek
berantai pada rantai pasokan batubara. Otomatis terjadi tekanan terhadap produsen
batubara terhadap pihak yang terlibat dalam industri batubara seperti jasa
pertambangan batubara terkait biaya jasa eksploitasi batubara dan pengupasan tanah
(overburden). Efek berantai ini cukup memperberat industri jasa pertambangan
batubara, karena produsen menginginkan biaya pengupasan dan eksploitasi lebih
rendah dari sebelumnya.
Harga jual batubara turun disebabkan oleh turunnya permintaan akan batubara dan
oversuplay batubara. Bangkitnya pemakaian energi terbarukan terutama dari energi
matahari, angin dan lainnya. Dua negara pemakai energi terbesar di dunia, yaitu China dan
Amerika sudah memberikan regulasi dan insentif lingkungan terhadap pemakaian energi
bersih (clean energy). Batubara memang tidaklah sebersih energi fosil lainnya seperti
gas. Kebijakan ini membuat pengguna energi mulai melimpahkan atau mensubstitusikan
energi dari penggunaan batubara ke energi yang lebih murah, lebih bersih atau energi yang
ramah lingkungan. Terlebih adanya insentif dari pemerintah.
Batubara terkenal dengan sumber energi yang paling banyak menimbulkan polusi
akibat tingginya kandungan karbon. Sumber energi penting lain, seperti gas alam,
memiliki tingkat polusi yang lebih sedikit. Curah hujan yang tinggi di area pertambangan
mengakibatkan kualitas batubara kurang baik. Di tengah penurunan tajam dalam industri
batubara, perusahaan memanfaatkan situasi dengan mengakuisisi beberapa perusahaan
(Darma Henwa, Pendopo dan Fajar Bumi Sakti) dari pihak terkait. Hal ini mencerminkan
kebijakan keuangan yang ditetapkan grup (pemegang saham pengendali) sangat agresif.

IV. SOLUSI DAN TINDAK LANJUT


1. Memperbaiki tata kelola perusahaan, dengan adanya restrukturisasi utang menjadi
saham mengakibatkan komposisi kepemilikan berubah. Dengan pemilik baru
diharapkan dapat membuat regulasi yang mengacu pada misi perusahaan, karena
selama ini regulasi yang ada hanya berorientasi pada kepentingan pemegang saham
pengendali.
2. Tetap melanjutkan restrukturisasi sampai utang perusahaan mencapai tingkat yang
lebih sehat dan wajar, dengan catatan restrukturisasi dilakukan untuk perbaikan
portofolio perusahaan, perbaikan permodalan, perampingan manajemen, perbaikan
sistem pengelolaan perusahaan, sampai perbaikan sumber daya manusia, bukan untuk
kepentingan manajemen atau pemilik saja.
V. REKOMENDASI
1. BUMI sebaiknya melakukan diversifikasi produk dengan melakukan pengolahan
batubara mentah menjadi sebuah produk lanjutan seperti gas dan petrokimian (DME
dan Polipropilena). Dengan langkah ini tentu saja BUMI memerlukan teknologi yang
lebih canggih. Walaupun dalam jangka pendek memerlukan biaya yang besar namun
untuk prospek jangka panjang dapat meningkatkan pendapatan BUMI yang tidak
hanya bersumber dari penjualan batu bara mentah.
2. Apabila BUMI tidak mampu melakukan diversifikasi produk, sebaiknya BUMI
melakukan strategi Cost Leadership dengan menekan cost operasional.

VI. SUMBER
https://investasi.kontan.co.id/news/inilah-pemilik-bumi-usai-restrukturisasi-utang
http://www.apbi-icma.org/global-chart/
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/batu-bara/item236?
https://investasi.kontan.co.id/news/bumi-masih-pemegang-cadangan-batubara-terbesar
http://www.teguhhidayat.com/2010/11/bumi-resources-minerals.html?m=1
http://bumiresources.com
PT Bumi Resource Tbk Annual Report 2014
PT Bumi Resource Tbk Annual Report 2015
PT Bumi Resource Tbk Annual Report 2016
PT Bumi Resource Tbk Annual Report 2017

Anda mungkin juga menyukai