ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana sistem agribisnis
Kopi Arabika yang meliputi subsistem pra-produksi, subsistem produksi, dan
subsistem post-produksi; untuk menganalisis keterkaitan antar subsistem
agribisnis Kopi Arabika; dan untuk menganalisis faktor-faktor dominan yang
mempengaruhi pendapatan usahatani Kopi Arabika di daerah penelitian.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling (sampling
dengan maksud tertentu), dengan pertimbangan bahwa di Desa Paraduan
penduduknya 93% adalah petani Kopi Arabika. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis deskriptif tentang sistem agribisnis serta keterkaitannya dan
Analisis Regresi Linier Berganda dengan menggunakan SPSS versi 16 untuk
mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan usahatani
Kopi Arabika di daerah penelitian. Hasil dari penelitian adalah sistem agribisnis
yang meliputi subsistem pra produksi, subsistem produksi, dan subsistem post
produksi tidak berjalan dengan baik, terdapat sekat yang kuat antar subsistem
agribisnis, dan faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah
luas lahan dan biaya tenaga kerja.
ABSTRACT
The objective of the research was to analyze the system of Arabica Coffee
agribusiness which included pre-production subsystem, production subsystem,
and post-production subsystem, the correlation among Arabica Coffee
agribusiness subsystem, and the factors which dominantly influenced the income
of Arabica Coffee agribusiness in the research area. The research area was
determined by using purposive sampling technique by considering that 93% of the
inhabitants at Paraduan Village were Arabica Coffee growers. The data were
analyzed by using multiple linear regression analysis with an SPSS version 16
software program to find out the dominant factors which influenced the income of
Arabia Coffee agribusiness at the research area. The result of the research showed
that the agribusiness system which included pre-production subsystem, production
subsystem, and post-production subsystem did not run smoothly since there was
1
the gap among agribusiness subsystems. The dominant factors which influenced
the income of agribusiness were land area and cost of manpower.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir saat ini 93%
petani yang berada di daerah tersebut berusahatani kopi dan masih kesulitan
dalam memasarkan serta mendistribusikan hasil usahatani Kopi Arabika mereka,
dikarenakan terbatasnya sumber daya manusia yang dapat memasarkan usahatani
Kopi Arabika tersebut. Disamping itu, Struktur pasar di daerah penelitian yang
kurang mendukung para petani menyebabkan mereka kurang memperoleh
informasi akan pembentukan harga yang terjadi sebenarnya di pasar, padahal
sebagian besar hasil usahataninya dipasarkan ke luar daerah dan bukan untuk
konsumsi pribadi. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk
melakukan riset tentang analisis sistem agribisnis Kopi Arabika.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka masalah penelitian ini diidentifikasikan sebagai
berikut :
1. Bagaimana sistem agribisnis Kopi Arabika yang meliputi subsistem pra
produksi, subsistem produksi, dan subsistem post produksi di daerah
penelitian?
2. Bagaimana keterkaitan antar subsistem agribisnis Kopi Arabika di daerah
penelitian?
3. Apa faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan usahatani Kopi
Arabika di daerah penelitian?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis bagaimana sistem agribisnis kopi Arabika yang meliputi
sub-sistem pra-produksi, sub-sistem produksi, dan sub-sistem post produksi
di daerah penelitian.
2
2. Untuk menganalisis keterkaitan antar subsistem agribisnis kopi Arabika di
daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis apa saja faktor-faktor dominan yang mempengaruhi
pendapatan usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Agribisnis
Menurut Arsyad dkk (1985), yang dimaksud dengan agribisnis adalah suatu
kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata
rantai produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran yang ada hubungannya dengan
pertanian dalam arti yang luas. Yang dimaksud dengan ada hubungannya dengan
pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang dan ditunjang
oleh kegiatan pertanian (Soekartawi, 2005).
Penelitian Terdahulu
Penelitian Mahmudah Nasution (2004) yang berjudul “Sistem Agribisnis
Usahatani Sayur Mayur di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan
Marelan”. Berdasarkan analisis deskriptif untuk usahatani sayur-mayur, terdapat
3 saluran pemasaran sayur mayur yaitu : 1). Petani-Pedagang Pengumpul I-
Pedagang Pengumpul II-Pengecer-Konsumen; 2). Petani-Pedagang Pengumpul I-
Pengecer-Konsumen; 3). Petani-Konsumen
Landasan Teori
Integrasi agribisnis dari hulu ke hilir dianalisis dari aliran komoditi pertanian dari
subsistem farm di hulu ke subsistem proses di hilir. Jumlah produksi suatu
komoditi di hulu terserap memenuhi kebutuhan bahan baku di hilir berarti terjadi
integrasi agribisnis dari hulu ke hilir. Sebaliknya, jika komoditi pertanian di hulu
harus diangkut ke luar daerah untuk proses industrinya, berarti belum terdapat
integrasi agribisnis dari hulu ke hilir di kawasan tersebut (Sugiyanto, 2011).
3
METODE PENELITIAN
4
Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir digunakan metode analisis regresi linier
berganda (multiple regression) dengan Uji Asumsi Ordinary Least Square (OLS).
Untuk mengetahui variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap
variabel terkat digunakan uji t dengan rumus:
Keterangan:
s = Nilai t-hitung
JK = Jumlah kuadrat
b1 = Parameter yang diambil
YY = Variabel terikat
XX = Variabel bebas
XY = Variabel campuran
n = Jumlah sampel
Kriteria uji T:
Jika Sig> 0,05 : maka H0 diterima
Jika Sig< 0,05 : maka H1 diterima
H0 = Variasi variabel bebas (X1) biaya bibit, (X2) biaya pupuk, (X3) biaya
pestisida, (X4), biaya tenaga kerja, dan (X5)luas lahan secara parsial
tidak berpengaruh nyata terhadap Y (pendapatan).
H1 = Variasi variabel bebas (X1) biaya bibit, (X2) biaya pupuk, (X3) biaya
pestisida, (X4), biaya tenaga kerja, dan (X5) luas lahan secara parsial
berpengaruh nyata terhadap Y (pendapatan).
t-hitung menguji adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara
nyata dan parsial (Supriana, 2008).
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan Lahan
Ketersediaan lahan dalam usahatani adalah faktor yang sangat penting dalam
suatu usahatani. Untuk penggunaan lahan, rata-rata luas penggunaannya adalah
1,09 ha dengan range 0,5-2 ha.
6
Penggunaan Bibit
Petani tanaman Kopi Arabika mendapatkan bibit dari hasil tanaman mereka
sendiri atau dengan cara membelinya. Biasanya petani membelinya dalam
hitungan per polybag yaitu dengan harga Rp500-Rp1.500/polybag. Rata-rata
biaya bibit yang dikeluarkan petani per tahun untuk kategori per petani adalah
Rp1.180.561 dan per hektar adalah Rp1.097.228.
Pestisida
Pestisida yang biasa dipakai adalah Round-up, Santaris, dan Basmilang yaitu
untuk mengatasi kebusukan yang terjadi pada batang dan daun pada tanaman Kopi
Arabika serta mempermudah proses pencabutan dan pengeringan gulma yang ada
7
pada lahan tanaman Kopi Arabika. Harga Round-up adalah Rp60.000 per botol,
harga Santaris Rp50.000 per botol, dan harga Basmilang Rp60.000 per botol.
Rata-rata biaya pestisida yang dikeluarkan petani per tahun untuk kategori per
petani adalah Rp160.667 dan per hektar adalah Rp131.639.
Alat-Alat Pertanian
Alat-alat pertanian adalah sarana yang sangat penting dalam usahatani karena
dalam melaksanakan pemupukan, pemeliharaan dan kegiatan pemanenan
diperlukan peralatan seperti cangkul, parang, sabit, sprayer, goni plastik, ember,
beko, dan mesin penggiling Kopi Arabika. Umur ekonomis untuk pemakaian alat-
alat pertanian biasanya sampai 5 tahun. Rata-rata biaya penyusutan peralatan per
tahun dalam usahatani Kopi Arabika adalah sebesar Rp470.625 per petani,
sementara untuk per hektar sebesar Rp 477.703.
Pembibitan/Persemaian
Pada umumnya masyarakat di daerah penelitian mendapatkan sumber bibit
unggul dalam bentuk biji yang diperoleh dari petani Kopi Arabika yang
melakukan teknik pembibitan yang dilakukan pada media polybag. Bibit dapat
ditanam setelah berumur kira-kira 3 bulan dengan berat 0.5 kg.
8
Penanaman
Sebelum proses penanaman dilaksanakan, terlebih dahulu petani melakukan
persiapan lahan yaitu menyiapkan saluran drainase, membersihkan lahan dari
gulma, pemberian pupuk, dan membuat jarak tanam dengan ukuran 2m x 3m dan
2m x 2m.
Pemupukan
Pupuk yang diberikan terbagi atas dua, yaitu pupuk organik dengan anorganik.
pupuk organik yang berupa kompos diberikan sebanyak 2-3 kali dalam setahun
dengan dosis pemberian sesuai dengan kebutuhan dan luas lahan. Rata-rata biaya
pupuk yang dikeluarkan petani per tahun selama proses produksi untuk kategori
per petani adalah Rp1.134.983 dan per hektar adalah Rp1.096.855.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan oleh petani Kopi Arabika di daerah penelitian hanya
sebatas pembersihan lahan secara berkala, pemberantasan hama penyakit dengan
menggunakan obat-obatan yang diaplikasikan oleh sebahagian kecil petani dan
pemangkasan apabila terdapat daun yang tumbuh terlalu melebar sehingga
mengganggu tanaman yang lain.
Panen
Kegiatan panen pada umumnya dilakukan petani apabila tanaman Kopi Arabika
telah berumur kurang lebih 3 tahun sejak masa penanaman. Panen pada umumnya
dilakukan sebanyak 2 kali dalam satu bulan. Pemanenan buah kopi dilakukan
secara manual dengan cara memetik buah yang telah masak. Ukuran kematangan
buah ditandai dengan kulit buah menjadi berwarna merah.
Biaya Produksi
Dalam subsistem produksi usahatani Kopi Arabika, diperlukan tenaga kerja mulai
dari proses pemupukan hingga pasca panen. Rata-rata biaya tenaga kerja per tahun
untuk kategori per petani adalah Rp4.812.266 dan per hektar adalah Rp4.741.005.
Secara keseluruhan, rata-rata total biaya produksi usahatani Kopi Arabika di
9
daerah penelitian per tahun untuk kategori per petani adalah Rp7.253.300,
sedangkan per hektar adalah Rp7.100.547.
Pasca Panen
Di daerah penelitian, biji kopi yang telah dipanen dalam bentuk biji gelondong
merah selanjutnya akan diberi perlakuan pasca panen hingga penjemuran. Setelah
mengalami proses penjemuran, maka akan dihasilkan biji kopi putih (roasted
bean), yang kemudian dalam bentuk inilah biji kopi akan dijual ke pedagang
pengumpul dengan harga Rp20.000-Rp22.000 per kilogram.
Untuk pengolahan tahap lanjutan yaitu pengolahan menjadi kopi bubuk dan
pengemasan belum ada di daerah penelitian, dimana kegiatan hanya sampai
perlakuan pasca panen secara tradisional. Belum ada pengemasan yang lebih baik
dalam menjaga mutu dan memberikan nilai tambah bagi penghasilan petani.
Pemasaran
Pemasaran merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan pendapatan
petani. Dalam pemasaran, petani masih menjangkau pasar lokal tradisional.
Pemasaran Kopi Arabika dilakukan petani dengan membawa hasilnya ke
pedagang pengumpul menggunakan pengangkutan sendiri yaitu menggunakan
sepeda motor. Petani menjual kopi dalam bentuk roasted bean dengan harga
Rp20.000 – Rp22.000.
Lembaga Penunjang
Lembaga penunjang yang terdapat di daerah penelitian adalah Penyuluh Pertanian
dan Kelompok Tani. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) menjalankan tugasnya
dengan melakukan penyuluhan kepada petani setiap tiga bulan sekali dan rutin
10
mengadakan rapat dengan Kelompok Tani untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi petani. Lembaga penunjang seperti KUD belum tersedia di daerah
penelitian, yang dapat menyediakan harga sarana produksi yang lebih murah
dibandingkan harga di pasar.
Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari seluruh hasil produksi pertanian
dengan harga jual produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
penerimaan usahatani per tahun yaitu sebesar Rp29.702.200 per petani atau
Rp27.739.988 per hektar.
11
Terdapat keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan
(forward linkage) dalam suatu sistem agribisnis. Keterkaitan ke belakang
berlangsung karena subsistem usahatani memerlukan input produksi yang dapat
diperoleh dengan cara membelinya dari pedagang sarana produksi yang ada di
pasar. Keterkaitan ke depan berlangsung karena hasil produk pertanian dari
subsistem usahatani digunakan untuk bahan baku industri pengolahan yang
memerlukannya. Namun, di daerah penelitian hasil panen biji kopi dijual petani
kepada pedagang pengumpul yang ada di daerah penelitian dan tidak ada industri
pengolahan biji Kopi Arabika di daerah tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa ada sekat yang kuat antar subsistem agribisnis,
dimana subsistem post produksi pengolahan dan pemasaran belum berjalan
dengan baik dikarenakan hasil panen yang dijual hanya sebatas roasted bean dan
belum ada pengolahan lanjutan menjadi bubuk kopi di daerah penelitian.
12
X1 = Biaya Bibit (Rp)
X2 = Biaya Pupuk (Rp)
X3 = Biaya Pestisida (Rp)
X4 = Biaya Tenaga Kerja (Rp)
X5 = Luas Lahan (Ha)
b = Koefisien Regresi
e = error term
Variabel luas lahan (X5) diperoleh nilai signifikansi t sebesar 0,001. Secara
parsial, variabel (X5) 0,001 < 0,05. H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel
luas lahan secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani Kopi
Arabika.
Kesimpulan
1) Sistem agribisnis Kopi Arabika meliputi subsistem pra produksi,
subsistem produksi, dan subsistem post produksi tidak berjalan dengan
baik. Subsistem produksi berjalan kurang baik karena keterbatasan modal
petani untuk membeli sarana produksi dengan tujuan untuk meningkatkan
hasil produksi dan subsistem post produksi tidak berjalan dengan baik
karena petani hanya melakukan pemasaran dalam bentuk biji putih, di
daerah penelitian tidak dilakukan pengolahan lanjutan untuk meningkatkan
pendapatan petani.
2) Keterkaitan sistem agribisnis di daerah penelitian terdapat atas dua yaitu
keterkaitan ke belakang, dimana cukup tersedianya input produksi yang
dibutuhkan petani dan keterkaitan ke depan yaitu pengolahan hasil
usahatani Kopi Arabika menjadi bahan baku dalam industri kopi untuk
menambah pendapatan petani Kopi Arabika belum ada di daerah
penelitian.
13
3) Faktor Faktor yang mempengaruhi pendapatan petani Kopi Arabika di
daerah penelitian adalah biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya
tenaga kerja, dan luas lahan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa luas
lahan dan biaya tenaga kerja adalah faktor yang paling dominan
mempengaruhi pendapatan petani Kopi Arabika di Desa Paraduan,
Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir.
Saran
Petani memperkuat organisasi kelompok tani menjadi lebih baik sehingga hal-hal
lain yang menjadi permasalahan dalam usahatani dapat dipecahkan bersama-sama
sekaligus dapat menjual hasil pertanian secara langsung ke pedagang besar serta
dapat membuat pengolahan Kopi Arabika untuk dapat meningkatkan pendapatan
petani. Pemerintah hendaknya memperlihatkan contoh usahatani yang baik
melalui kebun percobaan yang bekerja sama dengan lembaga riset, baik dalam
maupun luar negeri sehingga masyarakat dapat melihat bukti nyata dari usahatani
yang baik dan tepat. Pemerintah daerah kiranya dapat membentuk koperasi
pertanian yang dapat memberikan banyak manfaat kepada masyarakat sekitar
disamping penyampaian harga yang akurat, penyediaan modal dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
14