BAB 1
B. PENDAHULUAN
C. LATAR BELAKANG
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Konsep IPTEKS dan Peradaban Muslim
Salah satu jabatan termulia manusia selain sebagai hamba Allah
(abdullah) sebagaimana diamanatkan oleh Allah ialah pengutusan manusia
sebagai khalifatullah. Dalam al-Qur‟an surat Al-Baqarah [2]: 30 disebutkan:
Kedua tugas dan kewajiban manusia di atas sejalan dan terkait erat
dengan konsep pemikiran IPTEKS dan Peradaban. Tugas manusia untuk
menjaga, merawat, dan memelihara bumi dari berbagai macam
pengerusakan yang dilakukan oleh ulah manusia yang tak bertanggungjawab
dengan melakukan eksploitasi berlebihan dapat mengancam keselamatan
umat manusia.
Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan. Banyak disebutkan dalam Al Qur‟an ayat-ayat yang
menganjurkan manusia untuk senantiasa mencari ilmu. Allah senantiasa
meninggikan derajat orang-orang yang berilmu, sebagaimana telah
dijelaskan dalam QS. Al- Mujadalah [58]: 11 yang artinya:
Yang terpenting adalah ilmu itu tujuannya tidak boleh keluar dari nilai-
nilai islami yang sudah pasti nilai-nilai tersebut membawa kepada
kemaslahatan manusia. Seluruh ilmu, baik ilmu-ilmu teologi maupun ilmu-
ilmu kealaman merupakan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan
selama memerankan peranan ini, maka ilmu itu suci. (Mahdi Ghulsyani,
1998: 57).
Namun satu fenomena yang paling memilukan yang dialami umat Islam
seluruh dunia saat ini adalah ketertinggalan dalam persoalan iptek, padahal
untuk kebutuhan kontemporer kehadiran iptek merupakan suatu keharusan
yang tidak dapat ditawar, terlebih-lebih iptek dapat membantu dan
mempermudah manusia dalam memahami (mema‟rifati) kekuasaan Allah
dan melaksanakan tugas kekhalifahan (Zalbawi Soejoeti, 1998: XIII).
Realitas tersebut sebenarnya tidak akan terjadi jika umat Islam kembali
kepada ajaran Islam yang hakiki. Untuk itulah sudah saatnya umat Islam
bangkit untuk mengejar ketertinggalannya dalam hal iptek, karena
sebenarnya dalam sejarah dijelaskan bahwa umat Islam pernah memegang
kendali dalam dunia intelektual, jadi sangat mungkin jika saat ini umat Islam
bangkit dan meraih kembali kejayaan Islam tersebut.
1. Pengertian IPTEK
Mengenai kata Ipteks orang berbeda pendapat, ada yang
menganggap merupakan singkatan dari dua komponen yaitu “ilmu
pengetahuan” dan “teknologi” dan ada pula yang memasukkan unsur seni
di dalamnya sehingga singkatannya menjadi ipteks.
Mengenai definisi ilmu pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai gabungan berbagai pengetahuan yang di
susun secara logis dan bersistem dengan memperhitungkan sebab dan
akibat (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999:371)
Lebih jauh Zalbawi Soejati mendefinisikan ilmu pengetahuan atau
sains sebagai sunnatullah artinya adalah ilmu yang mengarah
perhatiaannya kepada perilaku alam (bagaimana alam bertingkah laku).
(Zalbawi Soejoeti, 1998: 148).
Menurut Ali Syariati dalam buku Cakrawala Islam yang ditulis oleh
Amin Rais, Ilmu adalah pengetahuan manusia tentang dunia fisik dan
fenomenanya. Ilmu merupakan imagi mental manusia mengenai hal yang
kongkret. Ia bertugas menemukan hubungan prinsip, kausalitas,
karakteistik di dalam diri manusia, alam, dan entitas-entitas lainnya
(M.Amin Rais, 1999: 108)
Sedangkan kata teknologi berasal dari bahasa Yunani "teknikos"
berarti "teknik". Apabila ilmu bertujuan untuk berbuat sesuatu, maka
teknologi bertujuan untuk membuat sesuatu. Karena itu maka teknologi
itu berarti suatu metode penerapan ilmu untuk keperluan kehidupan
manusia (Komaruddin, 1987: 275-276)
Menurut Zalbawi Soejati, teknologi adalah wujud dari upaya
manusia yang sistematis dalam menerapkan atau memanfaatkan ilmu
pengetahuan / sains sehingga dapat memberikan kemudahan dan
kesejahteraan bagi umat manusia (Zalbawi Soejoeti, 1998: 150)
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa ilmu pengetahuan merupakan kumpulan beberapa pengetahuan
manusia tentang alam empiris yang disusun secara logis dan sistematis.
Sedangkan Teknologi merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan
tersebut, yang tujuan sebenarnya adalah untuk kemaslahatan manusia.
Bahwa alam semesta terbentuk dari gumpalan gas (di dalam al-Qur'an
disebut dengan ad-Dukhan). QS. Fushshilat [41]: 11, yang artinya:
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi:
"Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati
atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka
hati".
Selain fakta ilmiah yang disebutkan diatas juga tampak dari
penamaan surat-surat dalam Al Qur‟an antara lain: An-Nahl, An-Naml,
Al-Hadid, Ad- Dukhan, An-Najm, Al-Qomar dan masih banyak lagi
yang lainnya.
Dari beberapa fakta ilmiah tersebut di dalam al-Qur'an, amatlah
jelas bahwa al-Qur'an memberikan petunjuk kepada manusia tentang
berbagai hal. Untuk mengetahui secara detail dan seksama, maka
manusialah yang harus berusaha untuk memecahkan berbagai
problematika keilmuan yang didapati dalam kehidupan ini dengan
berlandaskan pada ajaran al-Qur'an. Dengan berlandaskan kepada al-
Qur'an, manusia akan mengetahui hasil penelitiannya mengenai alam
melalui "pengkomparasian (pencocokan)" dengan al-Qur'an", apakah
sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh al-Qur'an atau sebaliknya
(Nasim Butt, 2001: 60)
Disamping contoh fakta ilmiah tersebut di atas, terdapat pula
ayat yang mengisyaratkan tentang teknologi kepada umat manusia. Al-
Qur'an tidak menghidangkan teknologi suatu ilmu yang murni dan
lengkap, tetapi hanya menyinggung beberapa aspek penting dari hasil
teknologi itu dengan menyebutkan beberapa kasus atau peristiwa
teknik. Perlu diingat bahwa al- Qur'an bukan buku teknik sebagaimana
juga ia bukan buku sejarah (walaupun banyak juga kisah di dalamnya),
buka buku astronomi, fisika dan lain-lain, melainkan kitab suci yang
berisi petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia.
“Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini”.
Islam juga mengadopsi kata agama, sebagai terjemahan dari kata al-
Din seperti yang dimaksudkan dalam Al-Qur‟an surat 3: 19 ( Zainul
Arifin Abbas, 1984: 4). Agama Islam disebut Din dan Al-Din, sebagai
lembaga Ilahi untuk memimpin manusia untuk mendapatkan keselamatan
dunia dan akhirat. Secara fenomenologis, agama Islam dapat dipandang
sebagai Corpus syari‟at yang diwajibkan oleh Tuhan yang harus
dipatuhinya, karena melalui syari‟at itu hubungan manusia dengan Allah
menjadi utuh. Cara pandang ini membuat agama berkonotasi kata benda
sebab agama dipandang sebagai himpunan doktrin.