Istilah fobia mengacu pada rasa takut yan berlebihan terhadap suatu objek,
situasi, atau keadaan tertentu. Fobia spesifik adalah adanya rasa takut yang kuat dan
menetap akan suatu objek atau situasi, sedangkan fobia social adalah adanya rasa
takut yang kuat dan menetap akan situasi yang dapat menimbulkan rasa malu.
Epidemiologi
Fobia Spesifik
Fobia spesiik lebih lazim ditemukan daripada fobia social. Fobia spesifik
adalah gangguan jiwa yang paling lazim pada perempuan dan paling lazim kedua
pada laki-laki, setelah gangguan terkait zat. Rasio perempuan banding laki-laki
sekitar 2 banding 1 walaupun rasio ini mendekati 1 banding 1 untuk fobia cedera-
darah-suntikan. Objek dan situasi yang ditakuti pada fobia spesifik (disusun dalam
frekuensi kemunculan yang berkurang) adalah hewan badai, ketinggian, penyakit,
cedera, dan kematian.
Fobia Sosial
Etiologi
Prinsip Umum
a. Faktor Perilaku
Hipotesis Watson menyokong model respons-stimulus Pavlov
tradisional mengenai reflex yang dipelajari untuk menghasilkan pembentukan
fobia: Ansietas dibangkitkan stimulus alami yang menakutkan yang terjadi
dalam hubungannya dengan stimulus netral kedua yang diturunkan. Akibat
hubungan tersebut, terutama ketika kedua stimulus dipasangkan pada
beberapa kesempatan yang berurutan, stimulus netral alami memiliki
kapastitas membangkitkan ansietas dengan sendirinya. Dengan demikian
stimulus netral menjadi stimulus yang dipelajari untuk menghasilkan ansietas.
Teori pembelajaran operan memberikan model lain untuk menjelaskan
pembentukan fobik: ansietas adalah dorongan yang memotivasi organism
untuk melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk membuang afek yang
menyakitkan.
b. Faktor Psikoanalitik
Freud menghipotesiskan bahwa fungsi utama ansietas adalah memberi
sinyal kepada ego bahwa dorongan terlarang yang tidak disadari sedang
mendorong untuk diekspresikan secara sadar dan memperingatkan ego untuk
memperkuat dan menyusun pertahanannya melawan kekuatan insting yang
mengancam.
Fobia menggambarkan interaksi antara diathesis konstitusional genetic
dan stressor lingkungan. Studi konstitusional mengesankan bahwa anak
tertentu pada dasarnya memiliki predisposisi terhadap fobia karena mereka
lahir dengan temperamen tertentu yang terkenal sebagai inhibisi perilaku
terhadap hal yang tidak familiar, tetapi stress lingkungan kronis harus
bertindak pada pembentukan fobia full-blown.
c. Sikap Counterphobic
Otto Fenichel meminta perhatian pada fakta bahwa ansietas fobik dapat
disembunyikan di balik pola sikap dan perilaku yang menunjukkan
penyangkalan, baik bahwa objek atau situasi yang ditakuti berbahaya atau
bahwa orang tersebut takut pada hal tersebut. Pasien tidak menjadi korban
pasif situasi eksternal, tetapi ia membalikkan situasi dan berupaya
menghadapi dan menguasai hal yang ditakutkan.
Fobia Spesifik
Fobia spesifik dapat timbul akibat pemasangan objek atau situasi spesifik
dengan rasa takut dan panic. Kecenderunan non-spesifik untuk mengalami rasa takut
atau ansietas membentuk latar belakang; ketika suatu peristiwa khusus (contohnya
menyetir) digabungkan dengan pengalaman emosional (contohnya kecelakaan), orang
tersebut rentan mengasosiasikan secara emosional permanen antara mengendarai
mobil dan rasa takut atau ansietas. Mekanisme hubungan lain antara objek fobik dan
emosi fobik adalah model meniru, di sini seseorang mengamati reaksi pada orang lain
(contohnya orang tua) dan transfer informasi, di sini seseorang diajari atau
diperingatkan akan bahaya objek spesifik (contohnya ular berbisa). Fobia spesifik
cenderung diturunkan di dalam keluarga, jenis cedera-darah-suntikan terutama
memiiki kecenderungan familial yang tinggi.
Fobia Sosial
Kerabat derajat pertama orang dengan fobia social sekitar 3 kali lebih
cenderung mengalami fobia social daripada kerabat derajat pertama orang tanpa
gangguan jiwa.
Diagnosis
Fobia Spesifik
a. Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan,
ditandai oleh adanya atau antisipasi dari suatu obyek atau situasi spesifik
(misalnya, naik pesawat terbang, ketinggian, binatang, mendapat suntikkan,
melihat darah).
b. Pemaparan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respon kecemasan
segera, dapat berupa serangan panik yang berhubungan dengan situasi atau
predisposisi oleh situasi.
c. Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis,
tantrum, diam membeku, atau melekat erat menggendong.
d. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak beralasan .
e. Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak ditemukan
f. Situasi fobik dihindari atau kalau dihadapi adalah dengan kecemasan atau
dengan penderitaan yang jelas.
g. Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yang
ditakuti secara bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau
akademik), atau aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau
terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia.
h. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.
i. Kecemasan, serangan panik, atau penghindaran fobik dihubungkan dengan
objek atau situasi spesifik tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental
lain, seperti Gangguan Obsesif-Kompulsif (misalnya,seseorang takut kotoran
dengan obsesi tentang kontaminasi), Gangguan Stres pascatrauma
(misalnya,penghindaran stimulus yang berhubungan dengan stresor yang
berat0, Gangguan Cemas Perpisahan (misalnya,menghindari sekolah), Fobia
Sosial (misalnya,menghindari situasi sosial karena takut merasa malu),
Gangguan Panik dengan Agorafobia, atau Agorafobia Tanpa Riwayat
Gangguan Panik.
Sebutkan tipe :
Tipe Binatang
Fobia Sosial
Tentukan jika:
Gambaran Klinis
Fobia ditandai dengan bangkitan ansietas berat ketika pasien terpajan dengan
objek atau situasi yang spesifik atau bahkan ketika pasien mengantisipasi pajanan
terhadap situasi atau objek tersebut. DSM IV-TR menekankan kemungkinan bahwa
serangan panic dapat dan sering terjadi pada pasien dengan fobia spesifik dan social,
tetapi mungkin untuk sejumlah kecil serangan panic yang pertama dapat diperkirakan
terjadi. Pajanan terhadap stimulus fobik atau antisipasi terhadapnya hampir selalu
menimbulkan serangan panic pada seseorang yang rentan terhadapnya.
Terapi
Terapi perilaku
Terapi yang paling banyak dipelajari dan paling efektif untuk fobia mungkin
adalah terapi perilaku. Aspek kunci keberhasilan terapi adalah (1) komitmen pasien
terhadap terapi, (2) masalah dan tujuan yang teridentifikasi jelas, (3) strategi
alternative yang tersedia untuk menghadapi perasaannya. Melalui penggunaan obat
penenang, hypnosis, dan instruksi untuk relaksasi otot, pasien diajari cara
menenangkan sendiri jiwa dan raganya, pasien diminta menimbulkan relaksasi saat
menghadapi setiap stimulus yang mencetuskan ansietas. Teknik terapi perilaku yang
baru-baru ini dilakukan meliputi pajanan intensif stimulus fobik melalui khayalan
atau desensitisasi in vivo.
Fobia Spesifik
Terapi yang paling lazim digunakan untuk fobia spesifik adalah terapi
pajanan. Pada metode ini, terapis mendesensitisasi pasien dengan menggunakan
serangkaian pajanan bertingkat yang ditingkatkan sendiri oleh pasien terhadap
stimulus fobik, dan mereka mengajarkan pasien berbagai teknik menghadapi ansietas
termasuk relaksasi, kendali pernapasan, dan pendekatan kognitif. Pendekatan kognitif
mencakup memperkuat penyadaran bahwa situasi fobik, pada kenyataannya aman.
Antagonis β-adrenergik dapat berguna dalam terapi fobia spesifik, terutama ketika
fobia disertai serangan panic. Farmakoterapi (cth., benzodiazepine), psikoterapi, atau
terapi gabungan yang ditujuakan untuk serangan mungkin juga berguna.
Fobia Sosial
Psikoterapi dan Farmakologi berguna dalam terapi fobia social dan berbagai
pendekatan diindikasikan untuk tipe menyeluruh dan untuk situasi penampilan. Obat
yang efektif untuk terapi fobia social mencakup (1) SSRI, (2) benzodiazepine, (3)
venlafaksin (Effexor), dan (4) buspiron (BuSpar). Sebagian besar klinisi
mempertimbangakan SSRI sebagai terapi pilihan lini pertama pada pasien dengan
fobia social menyeluruh. Benzodiazepine alprazolam (Xanax) dan klonazepam
(klonopin) juga bermanfaat untuk fobia social spesifik maupun menyeluruh. Buspiron
menunjukkan efek adiktif jika digunakan untuk memperkuat terapi dengan SSRI.
Pada kasus berat, terapi fobia social yang berhasil dengan MAOI ireversibel,
seperti fenelzin (Nardil), dan reversible inhibitor of monoamine oxidase (RIMA),
seperti moklobemid (Aurorix) dan brofaromin (Consonar) telah dilaporkan. Terapi
fobia social yang terkaitkan dengan situasi penampilan sering melibatkan penggunaan
antagonis reseptor β-adrenergik segera sebelum pajanan terhadap situasi fobik.
Teknik kognitif, perilaku, dan pajanan juga dapat berguna di dalam situasi
penampilan.
Psikoterapi untuk fobia social tipe menyeluruh meliputi kombinasi antara
metode perilaku dan kognitif, desensitisasi, latihan selama sesi terapi, dan
serangkaian tugas rumah.