Anda di halaman 1dari 2

KADO THR DAN GAJI KE 13

Oleh : Nur Prasetyo*

Tanggal 24 mei 2019 kemarin para PNS, TNI, POLRI, PENSIUNAN dan PEJABAT
NEGARA telah menerima Tunjangan Hari Raya, ini merupakan kado tiap tahun yang mereka
dapatkan. Selain itu mereka juga akan mendapatkan kado kejutan lain yakni berupa gaji ke 13
yang akan diberikan di bulan juli 2019. Untuk ke dua kado tersebut pemerintah telah
mengalokasikan anggaran sebesar 40 triliun dimana 20 triliun untuk total THR dan sisanya untuk
GAJI KE 13. Bagi PNS, TNI, POLRI, PENSIUNAN dan PEJABAT NEGARA, THR dan Gaji
ke 13 adalah sesuatu yang membahagiakan dan ditunggu – tunggu karena dapat menambah
income persiapan hari raya idul fitri dan bertepatan dengan kebutuhan anak masuk sekolah.
Namun darimanakah sebenarnya anggaran THR dan Gaji ke 13 tersebut?.
Tunjangan seperti THR dan Gaji ke 13 adalah bersumber dan berasal dari Pajak yang
rakyat bayarkan kepada negara karena tanpa adanya pemasukan pajak tentu THR dan GAJI ke
13 tidak akan terealisasi. Berbeda dengan THR yang diterima oleh pegawai swasta non BUMN .
Perusahaan swasta tersebut menyiapkan anggaran THRnya dari pendapatan atau profit yang
diterima setelah dipotong Pajak yaitu Net Profit After Tax (NPAT) dan perusahaan swasta tidak
ada pos untuk pemberian gaji ke 13. Tentu, hal ini menjadi kelebihan tersendiri dan semestinya
dimanfaatkan oleh ASN sebaik-baiknya. Selain untuk mencukupi kebutuhan hidup, juga
seyognya dapat meningkatkan effort kinerja, psikologis mereka sebagai pelayan masyarakat.
Toh, THR dan GAJI ke 13 tidak serta merta sebagai kado semata tetapi bagaimana dapat
memberikan suntikan semangat dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagai ASN yang
professional.
Sebagai masyarakat tentu berharap pajak yang dibayarkan ke pemerintah dan diwujudkan
dalam bentuk THR dan Gaji ke 13 tersebut benar-benar bermanfaat dan tepat peruntukannya
serta memberikan efek positif bagi ASN. Jangan sampai reward berupa THR dan GAJI ke 13 ini
hanya dijadikan moment rutinitas tahunan yang sifatnya “penghamburan” anggaran yang tidak
memiliki nilai ekonomis dan produktivitas kerja. Sebab bila pemberian THR dan GAJI ke 13
tidak memberikan dampak yang significant terhadap proses keberlangsungan pelayanan terhadap
masyarakat tentu, akan mencederai masyarakat itu sendiri. Jika ASN yang nota bene adalah
pelayan dan abdi Negara mendapatkan fasilitas dan tunjangan tersebut trus bagaimana dengan
yang didapatkan oleh masyarakat? Pertanyaannya adalah apakah sepadan antara pemberian THR
dan Gaji ke 13 dengan kontribusi mereka terhadap service yang diberikan kepada masyarakat?.
Dalam teori manajemen sumber daya manusia, faktor penting dalam meningkatkan
kinerja dan kesetiaan dalam organisasi adalah salah satunya pemenuhan terhadap kebutuhan
sector financial seperti gaji, tunjangan dan reward., Gaji dan tunjangan diharapkan dapat dan
mampu memberikan multibenefit di internal maupun eksternal organisasi yang bersangkutan
Sehingga ketika gaji dan tunjangan telah dipenuhi harusnya berkorelasi dengan pelayanan dan
menberikan nilai produktivitas, pelayanan yang memuaskan. Bukan justru sebaliknya. Kepuasan
atau satisfacation yang dirasakan konsumen atau masyarakat merupakan skor tertinggi karena
salah satu syarat untuk menentukan tingkat kepuasan konsumen bukan hanya minim atau
rendahnya skala complain yang terjadi tetapi justru bagaimana kecepatan dalam menangani dan
memberikan solusi dari complain tersebut. Tentu, saya menyakini pemberian THR dan GAJI ke
13 yang dilakukan pemerintah tersebut memiliki tujuan dan maksud yang beorientasi sesuai sila
ke 5 Pancasila yakni : “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Dimana setiap
program, kebijakan dan aturan yang dikeluarkan pemerintah dapat dirasakan manfaatnya tidak
hanya oleh si penerima program tersebut tetapi juga dapat dirasakan manfaatnya secara tidak
langsung oleh masyarakat sebagai konsumen sekaligus pemilik kekuasan tertinggi di negeri ini.
Nilai – nilai keadilan inilah yang seharusnya dikedepankan pemerintah. Dalam hal ini
pemerintah tidak hanya sebagai sinterklaas semata tetapi bagaimana dalam setiap pembuatan
kebijakan, apapun nama dan bentuk kebijakannya jangan ada anggapan dan argument bahwa
kebijakan yang digulirkan hanya menguntungkan sepihak dan tidak memberikan konsekuensi
social. Sehingga pemberian THR dan GAJI ke 13 ini memang merupakan bentuk kompensasi
yang real, murni dan sepadan akibat beban serta prestasi dari kinerja yang telah dilakukan di
bulan-bulan sebelumnya bukan karena siklus rutinitas semata. Dan akhirnya, semoga bermafaat
bagi semuanya.
*)Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Bakti Indonesia Banyuwangi dan
WargaVillaBrawijaya Blok G1 Kebalenan Banyuwangi

Anda mungkin juga menyukai