Anda di halaman 1dari 2

PENGGUNA INTERNET MENINGKAT BERPENGARUH TERHADAP POLA

KONSUMTIF MASYARAKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI MIKRO


Oleh : Nur Prasetyo*

Di era disruption saat ini yang sangat yang identic dengan perkembangan internet,
digitalisasi tehnologi yang serba cepat dan terkoneksitas ke belahan dunia lain tanpa batas. Untuk
itu tuntutannya adalah apakah kita mau berinovasi atau justru tertinggal ?. Tentu sangat berbeda
di masa 20 – 30 tahun yang lalu dimana perkembangan tehnologi tidak semarak seperti saat ini,
untuk melakukan hubungan komunikasi saja kita harus mendatangai warung telekomunikasi
yang dikenal dengan wartel atau kita harus mencari telepon umum di lokasi tertentu yang telah
disiapkan. Dengan hanya bermodal uang koin atau chip khusus, komunikasi sudah dapat
terhubung dengan orang yang kita kehendaki. Bahkan kita rela antri untuk sekedar melakukan
telekomunikasi jarak jauh yang familiar dengan istilah JLJJ Jaringan Langsung Jarak Jauh
tersebut. Namun saat ini kita tidak lagi menjumpai namanya wartel, telepon umum lagi,
Perkembangan tehnologi dan informasi senantiasa mengikuti perkembangan zaman, di masanya
wartel dan telepon umum adalah alat komunikasi yang diminati dan canggih. Namun seiring
dengan bergulirnya waktu pihak provider telekomunikasi tentu harus beradaptasi dengan
peradaban tehnologi, jika tidak maka akan tergerus dan tergilas dengan perubahan tersebut.
Masyarakat saat ini lebih senang dengan tehnologi digital dan akses internet yang serba cepat,
fleksibel seperti smart phone, dimana dengan sekali sentuh dapat mengakses berbagai macam
fitur aplikasi untuk melakukan segala kegiatan. Hasil survey Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) pertumbuhan pengguna internet di Indonesia di tahun 2017 adalah
143,26 juta pengguna, artinya 54,68% dari total populasi penduduk Indonesia. Dengan separuh
lebih dari total penduduk Indonesia sebagai pengguna internet, menunjukkan trend penguna
internet meningkat dan menjadikan media intermet sebagai kebutuhan penting dan utama
masyarakat dalam beraktivitas.
Dampak dari Perkembangan tehnologi dan informasi digital berbasis internet yang
semakin massif ini salah satunya adalah sikap konsumtif masyarakat. Dulu masyarakat ketika
akan melakukan aktivitas konsumsi masih dalam ruang lingkup yang terbatas karena akses
tehnologi dan informasi saat itu juga minim sehingga hasrat nafsu konsumsinya saat itu dapat
terkendali, Masyarakat saat itu masih menggunakan cara-cara kontemporer dalam melakukan
kegiatan perekonomiannya, seperti melakukan kegiatan transaksi langsung di pasar tradisional
maupun toserba (toko serba ada). Disamping karena faktor jarak dan belum banyaknya pilihan
portofolio usaha yang dijajakan sehingga menyebabkan pola konsumtif masyarakat masih dalam
kategori wajar Fenomena tersebut sangat berbeda dengan saat ini. Bagaimana, sekarang
msyarakat dengan mudah untuk memuaskan hasrat nafsu konsumsinya melalui kemajuan
tehnologi dan derasnya arus informasi modern, sehingga apa yang diinginkannya dapat terbeli.
Artinya ruang lingkupnya menjadi tidak terbatas. Menurut Ancok (1995) perilaku konsumtif
adalah “kecenderungan manusia untuk melakukan konsumsi tiada batas, tidak jarang manusia
lebih mementingkan faktor emosi daripada faktor rasionalnya, atau lebih mementingkan
keinginan daripada kebutuhan. Manusia tidak lagi membeli barang hanya semata-mata untuk
membeli dan mencoba produk, walau sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan produk tersebut”.
Keinginan (want) dan kebutuhan (need) adalah indicator seberapa besar tingkat konsumtif
manusia, untuk membedakan apakah ini sebuah keinginan atau sebuah kebutuhan dapat dilihat
dari seberapa besar manfaaat atau faedahnya barang yang dibeli.
Terkadang manusia membeli barang dengan merk dan harga tertentu akan memuaskan
dan mengandung nilai prestice, padahal fungsi dan kegunaannya sama dengan barang yang
memiliki harga yang murah dengan merk yang tidak terkenalpun. Pandangan-pandangan seperti
ini seyogyanya dapat diantisipasi jika faktor nalar yang dijalankan bukan sekedar menuruti hawa
nafsu materinya. Namun pertanyannya sekarang adalah, bagaimana kita hidup dengan segala
perkembangan tehnologi yang super canggih ini akan tetapi kita bisa menekan gaya konsumtif
dan meningkatkan produktivitas hidup kita? Jika pola konsumtif ini tidak kita kendalikan akan
menimbulkan banyak persoalan. Persoalan yang sering terjadi akibat pola konsumsi yang tidak
terkendali ini dimana hasrat materinya harus senantiasa dipenuhi adalah pola gaya hidup atau life
style. Karena hanya ingin mengikuti trend kekinian dan tidak ingin dikatakan ketinggalan mode,
manusia rela merogoh koceknya, padahal manfaat yang dirasakan hanya sesaat. Pola-pola
konsumtif ini tidak hanya dimiliki kalangan tertentu saja tetapi sudah menjalar dan mewabah ke
semua kalangan bahkan yang memprihatinkan virus konsumtif ini menjalar dikalangan generasi
muda milinea saat ini.
Persoalannya adalah apakah dampak yang ditimbulkan dari pola konsumtif tersebut
positif atau negative bagi masyarakat?, Perekonomian akan tetap tumbuh, berputar dan berjalan
selama ada interaksi, transaksi antara penjual dan pembeli. Dalam pemberitaan dari salah satu
media portal nasional agustus 2015, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan “masyarakat
Indonesia semakin konsumtif dan mulai meninggalkan kebiasaan menabung. Hal itu tercermin
dari menurunnya Marginal Propensity to save (MPS) dan naiknya Marginal Prospensity to
Consume (MPC)”. Ini artinya masyarakat lebih banyak mengeluarkan uang untuk konsumsi
daripada untuk ditabung.Sedangkan data dari hasil laporan yang disusun oleh Centre for
Strategic and International Studies (CSIS) berjudul Rich Interactive Aplications (RIA) in
Indonesia disebutkan bahwa “trend pengguna internet dan media social terus meningkat dan
setiap peningkatan 10% network coverage memberikan tambahan kepada pertumbuhan ekonomi
daerah 0,92% sementara setiap 10% kenaikan penetrasi media social memberikan tambahan
0,11% terhadap pertumbuhan ekonomi daerah”. Selain itu kecenderungan masyarakat untuk
membelanjakan uangnya yang sangat tinggi akan berdampak terhadap ketersediaan barang dan
jasa, sehingga kesempatan untuk menciptakan embrio usaha baru sangat terbuka. Dan dengan
semakin banyaknya UMKM yang berkembang tentu akan memberikan sumbangsih terhadap
pertumbuhan ekonomi secara nasional pula.
Dari paparan data tersebut bahwa pemanfaatan media internet memiliki andil bagi pola
konsumsi masyarakat dan pertumbuhan usaha ekonomi mikro. Namun yang di khawatrikan
adalah ketika masyarakat tidak mampu memfilter dan menggunakan media internet secara bijak
akan menyebabkan pola konsumsi yang negative dan terjebak dalam praktek hedonisme Dalam
Bahasa yunani hedonisme adalah hedone berarti kegembiraan , kesenangan atau kenikmatan.
Dimana hidupnya senantiasa di lingkupi dengan hal kesenangan, kemewahan materi duniawi
tanpa memperdulikan lingkungan sekitarnya. Tentu pola konsumsi negative seperti pengeluaran
yang tidak berdasarkan kebutuhan dan budaya hedonisme semestinya dihindari karena akan
mengakibatkan pemborosan. Harapannya pasti dengan adanya prilaku konsumsi yang positif
dibarengi dengan pemanfaatan media tehnologi secara bijak dapat memperkuat dan
berkembangnya industry ekonomi mikro, ujung-ujungnya berkontribusi kepada kesejahteraan
masyarakat secara over all.
*)Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Bakti Indonesia
Banyuwangi dan Warga Villa Brawijaya Blok G1 Kebalenan Banyuwangi

Anda mungkin juga menyukai