Anda di halaman 1dari 10

CLINICAL SCIENCE SESSION

SUDDEN DEATH

Oleh :
Ong Kenli 1301 1215 2543
Puteri Fadillah Z 1301 1215 0690
Ratu Istihajar 1301 1215 0558
Syazana Zakaria 1301 1214 2535

Preseptor:
Naomi Yosiati, dr., Sp.F.

DEPARTEMEN
ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG
2016
DEFINISI WHO

Sudden death atau mati mendadak adalah kematian dalam 24 jam dari onset gejala, namun
pada praktik forensic kebanyakan mati mendadak terjadi dalam waktu menit atau bahkan detik dari
onset gejala. Kematian mendadak bukan berarti tidak terduga dan kematian tidak terduga bukan berarti
mendadak, namun biasanya keduanya saling berhubungan.1

Kematian mendadak dapat berupa2:

1. Kematian seketika (Instantaneous death)

Contoh: Seorang yang dalam keadaan sehat bertamu ke rumah temannya, baru duduk beberapa menit
kemudian orang tersebut langsung meninggal.

2. Kematian tak terduga (Unexpected death)

Contoh: Seorang yang hanya mengeluh sakit perut dikira gastritis biasa, sehingga ia bekerja seperti
biasa, kemudian orang tersebut langsung meninggal di tempat kerja.

3. Kematian tanpa saksi atau sebab kematian yang tidak jelas (Unwitness death)

Contoh: Seorang yang hidup sendiri tanpa teman di sebuah rumah, kemudian orang tersebut ditemukan
sudah dalam keadaan meninggal dengan sebab kematian tidak diketahui dengan jelas

PREVALENSI

Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan pada
perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan pertama dalam
penyebab kematian mendadak, dan sesuai dengan kecenderungan kematian kematian mendadak
pada laki-laki yang lebih besar, penyakit jantung dan pembuluh darah juga memiliki kecenderungan
serupa.5

Penyakit jantung dan pembuluh darah secara umum menyerang laki-laki lebih sering dibanding
perempuan dengan perbandingan 7 :1 sebelum menopause, dan menjadi 1 : 1 setelah perempuan
menopause. 5

Di Indonesia,seperti yang dilaporkan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI, persentase


kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986)
dan 19,0% (1995)6

Sudden cardiac death adalah kematian natural yang diakibatkan oleh kelainan jantung sebagai
penyebabnya, bersamaan dengan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba dalam 1 jam setelam onset
gejala; keberadaan penyakit jantung sebelumnya mungkin telah diketahui, namun waktu dan bagaimana
terjadinya kematian tersebut adalah tidak terduga.3
SISTEM KARDIOVASKULAR

1. Penyakit Jantung
a. Coronary Artery Disease
Menyempitnya lumen dari coronary artery (stenosis) oleh atheroma

Menyebabkan iskemi kronik dari otot yang disuplai oleh arteri tersebut

Eletrically unstable

Predisposisi perkembangan ritme jantung yang abnormal

Kebutuhan oksigen dari miokardium tergantung pada denyut jantung, jika terjadi
peningkatan denyut jantung misalnya dikarenakan oleh olahraga diikuti dengan memakan
makanan yang banyak setelahnya atau aktifitas yang memicu kenaikan adrenalin seperti
marah, stres, takut, atau emosi lainnya , maka akan terjadi peningkatan dari kebutuh oksigen
miokardium. Jika kebutuhan akan oksigen tidak dapat dipenuhi terjadi restriksi dari aliran
darah yang melalui pembuluh stenosis, bagian distal miokardium dari stenosis tersebut akan
mengalami iskemia.

Tidak semua iskemi akan menjadi miokardia infark, namun untuk mengakibatkan aritmia
yang fatal hanya membutuhkan iskemi yang parah atau melibatkan bagian pace-making
nodes atau cabang besar dari sistem konduksi.

Komplikasi dari plak ateromatus dapat memperburuk stenosis koronari dan iskemi
miokardial. Pendarahan mungkin terjadi pada plak dan dapat terlihat dengan pendarahan
sub-intimal saat autopsi. Ekspansi atau ulserasi yang terjadi pada plak dapat mengakibatkan
rupture, saat plak rupture maka kolesterol, lemak, dan debris fibrous akan terbawa ke arah
distal dan dapat menyebabkan multiple mini infark atau menyebabkan obstruksi komplit.

Miokardial infark muncul saat terjadinya stenosis parah atau oklusi komplit dari coronary
artery sehingga tidak dapat terpenuhinya aliran darah yang cukup untuk mempertahankan
oksigenasi dari miokardium.

Area otot yang terganggu oleh miokardial infark akan lebih dilemahkan dengan adanya
proses cellular death dan respon inflamasi terhadap sel-sel nekrosis. Area miokardial infark
paling lemah antara hari ke 3-1 minggu setelah terjadi onset gejala klinis dari infark, dimana
pada saat ini juga miokardium dapat rupture dan mengakibatkan kematian mendadak dari
haemopericardium dan cardiac tamponade. Rupture biasa terjadi melalui interventricular
septum dan mengakibatkan left-right shunt. Jika papillary muscle infark, mungkin terjadi
rupture sehingga mitral valve akan prolapsed dan mengakibatkan kematian mendadak.
b. Hypertensive heart disease
Hipertensi yang kronik dapat mengakibatkan cardiac remodeling, yang termanifestasikan
dengan left-ventricular hypertrophy (dan kardiomegali). Normal heart weight (400 gram)
tergantung pada ukuran dan berat badan, namun berat jantung yang lebih dari 500 gram
merupakan predisposisi dari unstable heart yang memungkinkan terjadinya hipoksia
miokardial kronik dan electrical instability yang jika digabungkan dengan ‘pemacu’ dapat
berakibat aritmia yang fatal, terlebih karena hypertensive heart disease sering kali disertai
coronary artery atherosclerosis.

c. Aortic stenosis
Aortic stenosis adalah obstruksi aliran darah melalu katup aortic, sehingga perfusi
miokardium diperburuk dengan menyempitnya katup. Mekanisme bagaimana terjadinya
dapat karena abnormal Betzold-Jarisch reflex (stimulasi dari baroreceptors ventricular kiri
yang mengakibatkan hipotensi arterial, turunnya venous return dan bradycardia), ventricular
takiaritmia (terjadinya coronary hypoperfusion), atau atrioventricular conduction
disturbances.

d. Senile myocardial degeneration


Karakteristik dari senile heart adalah kecil, dengan permukaan pembuluh darah yang ringkih,
miokardium yang halus dan berwana coklat karena akumulasi lipofuscin pada sel-sel.

e. Primary myocardial disease


Keadaan dimana didapatkannya kelainan structural dari jantung yang dapat dilihat langsung
oleh mata dan atau di bawah mikroskop (myocarditis dan cardiomyopathies) dan kelainan-
kelainan tersebut tidak disadari secara morfologi atau structural (channelopathies).
 Myocarditis biasa terjadi pada banyak penyakit infeksi seperti diphteri dan infeksi virus.
Dapat dideteksi secara makroskopik karena tampilan pucat atau haemorrhagic foci pada
myocardium (mottled appearance).
 Cardiomyopathies meliputi hypertrophic cardiomyopathy (HCM), dilated
cardiomyopathy (DCM), arrhythmogenic right ventricular cardiomyopathy (ARVCM).
Cardiomyopathy berhubungan dengan kematian mendadak yang terjadi pada usia muda
dan kematian yang terjadi saat olahraga.
 Channelopathies merupakan kelainan jantung dengan kerusakan molecular. Kerusakan
gen yang mengatur kontraktilitas myocyte dan mempengaruhi fungsi dari sodium,
kalium, kalsium dan reseptor ryanodine. Dipicu oleh stimulus seperti olahraga, suara
berisik yang tiba-tiba, atau bahkan ketika tidur, dan sering dikategorikan sebagai sudden
adult death syndrome (SADS)

2. Diseases of the arteries


Lesi extracardiac yang paling sering terjadi dan berhubungan dengan kematian mendadak adalah
aneurysm.
a. Atheromatous aneurysm of the aorta
Sering ditemukan pada pasen geriatric di regio aorta abdominal. Mereka terbentuk saat
komponen elastic dari dinding aortic mendasari atheromatous plaque rusak dan darah
dibawah tekanan mampu untuk membuat ‘balon’ pada dinding yang lemah tersebut. Dinding
aneurysm biasanya terkalsifikasi dan lumennya biasanya dilapisi oleh trombus.

b. Dissecting aneurysm of the aorta


Kerusakan pada atheromatous plaque dapat menyebabkan kecacatan pada intimal dan
melemahnya media, mengakibatkan darah dari lumen untuk ‘dissect’ ke dinding arteri yang
lemah dan alirannya dapat berlanjut. Tempat yang paling sering terjadi dissecting aneurysm
adalah pada aorta thorax dan biasanya berlanjut ke arah distal region abdomen, kadang
mencapai arteri iliak dan femoral. Dissecting aneurysm berbahaya saat terjadinya rupture.

c. Syphilitic aneurysms
Ditemukan pada area dengan layanan kesehatan yang kurang memadai.

3. Intracranial vascular lesions


a. Ruptured berry aneurysm
Penyebab yang sering ditemui pada kematian usia muda sampai usia pertengahan adalah
pendarahan subarachnoid yang diakibatkan oleh rupture nya congenital (berry) aneurysm
dari arteri serebral basal pada circle of Willis atau pada arteri yang menyuplainya. Aneurysm
ini mungkin tidak menimbulkan gejala medis atau mungkin dapat terjadi kebocoran dan
menyebabkan sakit kepala, neck stiffness, hilangnya kesadaran, dan kadang kelumpuhan
atau gangguan neurologis lainnya.
Pendarahan yang meliputi brain
stem mungkin memicu spasme
vascular mengakibatkan iskemi
kritis atau secara langsung
mempengaruhi pusat kontrol
cardiorespiratory.
b. Cerebral haemorrhage, thrombosis, and infarction
Pendarahan tiba-tiba pada otak sering terjadi pada geriatric dan penderita hipertensi
bersamaan dengan thrombosis serebral yang menyebabkan infark otak sebagai penyebab
tersering terjadinya stroke.
Istilah yang sering digunakan untuk menjelaskan kondisi tersebut adalah cerebrovascular
accident (CVA) namun karena menimbulkan kesalahpahaman maka lebih baik menyebutkan
dengan etiologinya (cerebral haemorrhage atau cerebral infarction), atau jika etiologi tidak
diketahui maka disebut cerebrovascular lesion.
Spontaneous intracerebral haemorrhage adalah temuan tersering pada external
capsule/basal ganglia dari satu hemisper kranial dan menimbulkan rupture micro-aneurysm
dari lenticulo-striae artery (Charcot-Bouchard aneurysm). Ekspansi mendadak dari
hematoma menekan internal capsule dan menghancurkan beberapanya sehingga
menimbulkan hemiplagia.

SISTEM PERNAFASAN

Penyebab utama kematian mendadak dalam organ pernapasan adalah melalui sistem vaskular .
Emboli paru merupakan penyebab paling sering dan merupakan penyebab klinis yang paling
'underdiagnosed'. Dalam hampir setiap kasus , sumber emboli adalah di bagian kaki dalam atau vena
panggul. Trauma jaringan , terutama di mana hal ini terkait dengan imobilitas atau 'bed rest', merupakan
faktor predisposisi yang sangat umum dalam pengembangan deep vein thrombosis . Kebanyakan
trombosis tetap diam dan tidak menyebabkan masalah , tetapi sebagian akan terembolisasi dan
memblokir arteri paru. Thromboemboli besar dapat menyumbat arteri pulmonalis ( saddle emboli ) ,
mengakibatkan regangan dan gagal jantung kanan akut yang besar sebagai akibat dari penyumbatan
mekanis , sedangkan thromboemboli kecil akan bersarang di pembuluh darah paru yang lebih kecil di
mana mereka mengganggu fungsi paru dan menyebabkan iskemia miokard dan serangan jantung .2

Penyebab predisposisi untuk tromboemboli paru dapat diidentifikasi dalam proporsi yang
signifikan dari kematian tersebut , termasuk karena imobilitas setelah operasi atau trauma , penggunaan
kontrasepsi oral , merokok atau memiliki riwayat kanker metastatik atau kelainan pembekuan darah.
Namun, sisanya bisa terjadi secara tiba-tiba pada orang yang tidak melaporkan kelainan gejala klinis .
Untuk tujuan hukum perdata ( di mana standar pembuktian untuk penyebab adalah ' pada
keseimbangan probabilitas ' ) emboli bisa sering dihubungkan dengan trauma , tapi dalam sidang pidana
di mana standar yang lebih tinggi dari bukti ( ' beyond reasonable doubt ' ) diperlukan , mungkin jauh
lebih sulit untuk menunjukkan hubungan kausal antara kematian dan peristiwa berbahaya.2

Mati mendadak yang terjadi pada orang yang tampak sehat akibat sistem pernapasan jarang
ditemukan. Kematian dapat terjadi disebabkan karena perdarahan yang masuk ke dalam saluran
pernapasan, misalnya akibat pecahnya pembuluh vena tuberkulosis, neoplasma bronkus, bronkiektasis,
atau abses paru-paru. Di dalam otopsi akan ditemukan adanya darah, trachea, bronkus, atau saluran
napas yang lebih dalam lagi. Perdarahan dapat muncul dari lesi inflamasi pada daerah nasopharing.
Beberapa kasus dapat juga berasal dari arteri carotis. Perdarahan yang lain dapat berasal dari karsinoma
di daerah esophagus atau jaringan sekitarnya. Aneurisma aorta dapat juga ruptur ke arah bronkus atau
esophagus.2

SISTEM GASTROINTESTINAL

Penyebab utama kematian mendadak pada saluran gastrointestinal didominasi sistem vaskular;
pendarahan parah dari lambung atau ulkus di duodenum dapat berakibat fatal dalam waktu singkat,
meskipun perdarahan yang kurang deras dapat ditangani dengan intervensi medis/bedah. 1

Trombosis dan emboli di mesenterik, yang biasanya terkait dengan aterosklerosis aorta dapat
mengakibatkan infark usus. Kematian yang cepat tapi tidak mendadak dapat diperkirakan jika infark
tidak terdiagnosa. Infark usus karena strangulasi hernia, atau obstruksi karena torsi dari usus sebagai
konsekuensi dari adhesion juga dapat menyebabkan fatalitas. 1

Peritonitis, berikutan perforasi ulkus peptikum, diverticulitis atau perforasi di sebuah tumor
kolon misalnya, bisa cepat fatal jika tidak dirawat. Kebanyakan kondisi ini mengakibatkan kematian
mendadak pada orang tua karena mereka tidak bisa atau tidak mahu mendapatkan bantuan medis pada
onset gejala, dan kemudiannya tidak dapat menerima perawatan setelah kondisi mereka memburuk.1

Untuk autopsi kematian mendadak oleh karena kasus perdarahan rongga abdomen yang tidak
jelas penyebabnya perlu dilakukan pemeriksaan lambung dan usus dengan hati-hati, untuk mencari
kemungkinan disebabkan oleh adanya perforasi akibat ulkus peptikum.1

SISTEM SARAF PUSAT

Penyebab kematian tersering adalah pecahnya arteri lentikulostriata akibat hipertensi.


Umumnya didahului dengan nyeri kepala, pusing, mual, kemudian jatuh. Penyebab lainnya adalah
penyempitan pembuluh darah otak, terutama pada usia lanjut dan hiperkolesterolemia. Pada dewasa
muda, pecahnya aneurisma serebri dapat menyebabkan kematian. Lokasi aneurisma ini dapat diketahui
dengan pemeriksaan yang teliti pada Circle of Willis dan akan ditemukan perdarahan subaraknoid.

Perdarahan pada otak juga dapat diakibatkan tumor atau peradangan (meningitis atau meningo-
ensefalitis). Proses peradangan yang menyebabkan kematian ini umum terjadi pada anak-anak.
GINEKOLOGI

Sekiranya seorang perempuan dalam lingkungan usia reproduktif ditemukan mati


mendadak,maka penyebab kematian boleh disimpulkan sebagai komplikasi dari kandungannya sehingga
dapat dikecualikan penyebab lain. Keguguran juga merupakan salah satu kemungkinan penyebab
kematian mendadak pada perempuan di usia reproduktif.3

Adanya ruptur pada kehamilan ektopik juga seringkali menjadi kasus emergensi sehingga boleh
menyebabkan kematian karena perdarahan intraperitoneal.3

Penyebab kematian pada perempuan di usia reproduktif adalah3 :

1. Kematian direk (sewaktu kehamilan)


 Natural – ruptured ectopic gestation
 Induced – abortion
 Pulmonary thromboembolism
 Pre-eclampsia
 Obstetric haemorrhage
 Amniotic fluid embolism
 Acute fatty liver of pregnancy
2. Kematian indirek (from pre-existing disease exacerbated by pregnancy)
 Congenital heart disease
 Cardiomyopathy

MATI MENDADAK BUKAN PENYAKIT



Keracunan- sianida, arsenic, karbon monoksida, timah, methanol. Racun berasal dari hewan,
tumbuh-tumbuhan, mineral dan sintetik. 3

Kriteria diagnostic pada keracunan

a) Anamnesa kontak antara korban dan racun


b) Gejala yang sesuai dengan gejala keracunan diduga
c) Harus dibuktikan bahwa dari sisa benda bukti ada racun yang dimaksud
d) Dari bedah mayat dapat ditemukan adanya kelainan yang sesuai dengan keracunan dari
racun yang diduga dan tidak dapat ditemukan tanda penyebab kematian lain.
e) Analisis kimia atau pemeriksaan toksikologi harus dapat dibuktikan adanya racun serta
metaboliknya di dalam tubuh/cairan tubuh korban.

* Dari lima kriteria tersebut, kriteria ke 4 dan 5 merupakan kriteria terpenting dan harus
dikerjakan.
 Digigit binatang berbisa- ular, laba-laba, ubur-ubur.

 Kecelakaan- kecelakaan lalu lintas, tenggelam.

 Pembunuhan- senjata tumpul, senjata tajam, senjata api, strangulasi, tenggelam.

 Bunuh Diri- senjata tajam, senjata api, strangulasi, tenggelam.

Referensi:

1. Di Maio DJ, Di Maio VJM. 2000. Forensic Pathology. Florida: CRC Press.
2. Mutahal, Hariadi A. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Edisi Ketiga. Surabaya:
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangg
3. James, J. P., Jones, R., Karch, S. B., & Manlove, J. (2011). Simpson's Forensic Medicine 3rd Edition
4. Braunwald, E. Respiratory System Failure. In: Kasper DL, et al, ed. Harrison’s Principles of Internal
Medicine, 17th Edition. New York: McGraw-Hill Inc. 2008.
5. Gonzales TA, Vance M, Helpern M, Umberger CJ. 1954 Legal Medicine. Pathology and toxicology.
2nd edition. New York
6. Kusmana D. 2003 Kesehatan Jantung. Jakarta. FKUI.

Anda mungkin juga menyukai