Anda di halaman 1dari 48

Clinical Science Session

Kegawatdaruratan
Psikiatri
Oleh:
Preseptor:
Rani Nurkhaliza | Nidaul Hasanah
Lucky Saputra, dr., Sp.KJ (K)., M.Kes
Yolla Sri Agustina | Insy Nafisah T
Suicide
Bunuh Diri
▹ Berasal dari bahasa Latin “self-murder.”
▹ Bunuh diri merupakan tindakan fatal yang menunjukkan
keinginan seseorang untuk mati.
Epidemiologi
▹ Ada lebih dari 35.000 kematian per tahun (sekitar 100
per hari) di Amerika Serikat yang disebabkan oleh bunuh
diri. Ini berbeda dengan sekitar 20.000 kematian setiap
tahun akibat pembunuhan. Diperkirakan ada
perbandingan 25 : 1 antara upaya bunuh diri dan bunuh
diri tuntas. Bunuh diri saat ini berada di peringkat
kesepuluh penyebab kematian keseluruhan di Amerika
Serikat
Faktor Risiko
1. Jenis kelamin
Pria melakukan bunuh diri lebih dari empat kali lebih sering daripada
wanita, terlepas dari usia atau ras, di Amerika Serikat — terlepas dari kenyataan
bahwa wanita mencoba bunuh diri atau memiliki pikiran untuk bunuh diri tiga kali
lebih sering daripada pria.
2. Usia
Untuk semua kelompok, bunuh diri jarang terjadi sebelum pubertas. Di
antara pria, bunuh diri mencapai puncaknya setelah usia 45; di antara wanita, jumlah
bunuh diri yang lengkap terjadi setelah usia 55 tahun. Orang yang lebih tua lebih
jarang mencoba bunuh diri daripada orang yang lebih muda, tetapi lebih sering
berhasil.
3. Ras
Tingkat bunuh diri di antara pria dan wanita kulit putih sekitar
dua hingga tiga kali lebih tinggi daripada pria dan wanita Afrika-Amerika
di seluruh siklus hidupnya.
4. Agama
Secara historis, Protestan dan Yahudi di Amerika Serikat
memiliki angka bunuh diri yang lebih tinggi daripada Katolik. Muslim
memiliki tingkat yang jauh lebih rendah.
5. Status pernikahan
Pernikahan mengurangi risiko bunuh diri secara signifikan,
terutama jika ada anak-anak di rumah. Risiko bunuh diri pada orang
lajang, orang yang belum menikah hampir 2x lipat dari orang yang sudah
menikah. Perceraian meningkatkan risiko bunuh diri.
6. Pekerjaan
Di antara peringkat pekerjaan, para profesional, terutama dokter,
dianggap berisiko paling besar. Pekerjaan berisiko tinggi lainnya
termasuk penegakan hukum, dokter gigi, artis, mekanik, pengacara,
dan agen asuransi. Penganggur > pekerja.
7. Iklim: Tidak signifikan.
8. Kesehatan fisik: Signifikan.
9. Kesehatan mental
Hampir 95 % dari semua orang yang melakukan atau mencoba bunuh
diri memiliki kelainan mental yang didiagnosis.
10. Upaya bunuh diri sebelumnya
Merupakan indikator terbaik bahwa pasien berisiko
lebih tinggi untuk bunuh diri.
Sekitar 40 % pasien depresi yang melakukan bunuh diri
telah melakukan upaya sebelumnya.
Etiologi
▹ Faktor sosiologi
Teori Durkheim. Durkheim membagi bunuh diri menjadi tiga kategori sosial:
egoistik, altruistik, dan anomik.
▹ Faktor psikologi
Teori Freud. Dalam makalahnya "Mourning and Melancholia," Freud
menyatakan keyakinannya bahwa bunuh diri mewakili agresi yang berbalik
ke dalam terhadap objek cinta yang diproyeksikan, yang secara ambivalen.
Teori Menninger. Membangun ide-ide Freud, Karl Menninger, dalam Man to
Himself, menganggap bunuh diri sebagai pembunuhan terbalik karena
kemarahan pasien terhadap orang lain
Teori saat ini. Suicidologist kontemporer tidak yakin bahwa struktur
psikodinamik atau kepribadian tertentu dikaitkan dengan bunuh diri.
Mereka percaya bahwa banyak yang dapat dipelajari tentang psikodinamik
pasien bunuh diri dari fantasi mereka tentang apa yang akan terjadi dan
apa akibatnya jika mereka bunuh diri.
Faktor Biologi. Serotonin sentral yang berkurang berperan dalam perilaku
bunuh diri. Sebuah kelompok di Karolinska Institute di Swedia pertama kali
mencatat bahwa konsentrasi rendah asam serotonin metabolit 5-
hydroxyindoleacetic (5-HIAA) dalam cairan serebrospinal lumbar (CSF)
berhubungan dengan perilaku bunuh diri.
Faktor Genetik. Perilaku bunuh diri, seperti halnya gangguan kejiwaan
lainnya, cenderung terjadi dalam keluarga. Pada pasien psikiatrik, riwayat
bunuh diri keluarga meningkatkan risiko percobaan bunuh diri.
Perilaku Parasuicidal. Pasien melukai diri sendiri
dengan cara self-mutilation (mis., Memotong kulit), tetapi
yang biasanya tidak ingin mati.

Perempuan:laki-laki = 3 : 1
Insiden cedera diri pada pasien psikiatri diperkirakan
>50x lipat daripada populasi umum.
Prediksi
Pengo-
batan
Strategi
Nasional untuk
Pencegahan
Bunuh Diri
2. Kegawatdaruratan
Psikiatri pada Dewasa
A. Treatment Setting

▹ Pastikan keselamatan dan keamanan


▹ Jumlah anggota yang memadai harus tersedia setiap
saat
▹ Tentukan tanggung jawab khusus harus dengan jelas
dan dipraktikkan oleh seluruh tim darurat
▹ Komunikasi yang jelas dan garis wewenang
B. Epidemiologi kegawatdaruratan psikiatri

▹ Wanita = pria
▹ Melajang > menikah
▹ Tersering: kelainan mood (eg., kelainan depresif dan
episode manik), skizofrenia, dan ketergantungan alkohol
C. Evaluasi
▹ Tujuan: Penilaian berkala pasien dalam krisis. Untuk itu, dokter memerlukan
diagnosis awal, identifikasi faktor-faktor presipitasi dan kebutuhan-
kebutuhan awal, serta memulai penanganan atau merujuk pasien ke fasilitas
yang lebih memadai.
▹ Kunci utama: Wawancara psikiatrik standar dan, bila perlu, pemeriksaan fisik
lengkap dan tes tambahan.
▹ Pertanyaan minimal untuk menilai biopsikososial sebelum membuat
keputusan:
 Apakah aman jika pasien ada di ruangan gawat darurat?
 Apakah masalahnya organik, fungsional, atau kombinasi?
 Apakah pasien psikosis?
 Apakah pasien bunuh diri atau dibunuh?
 Sejauh mana pasien dapat mengurus diri?
a. Keselamatan pasien b. Medical atau Psikiatrik?
▹ Telusuri sebelum mengevaluasi ▹ Kondisi medis dapat
setiap pasien. menunjukkan perubahan status
▹ Kemudian periksa diri mereka mental yang menyerupai
(dokter) sendiri penyakit psikiatrik  jika tidak
ditangani tepat  mengancam
▹ Jika intervensi verbal gagal /
nyawa.
merupakan kontraindikasi 
Gunakan obat atau restraint, ▹ Secara umum, penanganan
bila perlu. penyakit medis lebih definitif
dan prognosisnya lebih baik
▹ Waspada kemungkinan agitasi /
daripada kelainan psikiatrik
perilaku mengganggu lainnya
fungsional
D. Situasi Wawancara Spesifik

▸ Psikosis
Komunikasi pasien harus langsung ke tujuan. Seluruh
intervensi klinis harus dijelaskan secara singkat dalam
bahasa yang dimengerti pasien. Jangan asumsikan bahwa
pasien memercayai atau bahkan memerlukan
pertolongan. Harus bersiap untuk menyusun atau
mengakhiri sebuah wawancara untuk membatasi potensi
agitasi dan regresi.
D. Situasi Wawancara Spesifik
▸ Pasien Depresi dan Berpotensi
Bunuh Diri
Dokter harus selalu menanyakan
ide bunuh diri pada setiap
anamnesis psikiatri standar.
Jika berisiko bunuh diri  dirawat
/ dilindungi.
Jika tidak dirawat  tekankan
bahwa pasien harus menelepon
dokter kapan pun tekanan bunuh
diri muncul
D. Situasi Wawancara Spesifik
▸ Pasien Violent
harus memastikan penyebab perilakunya muncul, karena penyebab menentukan
intervensi. Upayakan mengeksklusi diagnosis banding perilaku violentnya. Tanyakan
hal yang berpotensi memicu kekerasan eg., (1) konsumsi alkohol berlebihan; (2)
riwayat perilaku kekerasan, dengan penangkapan atau aktivitas kriminal; dan (3)
riwayat penganiayaan masa kecil.
D. Situasi Wawancara Spesifik

▸ Perkosaan dan Pelecehan Seksual


Jaga privasi. Telusuri riwayat kejadian secara terperinci
dan lengkap. Dengan persetujuan tertulis pasien,
kumpulkan bukti untuk mengidentifikasi pemerkosa.
Jika memungkinkan, ambil foto bukti. Dokumentasi
seluruh aspek evaluasi dalam rekam medis.
E. Penanganan Kegawatdaruratan
▸ Psikoterapi
 Tujuan: Menolong harga diri pasien.
 Harus empati. Hindari sikap merendahkan atau menghina dan tunjukan sikap

hormat dan perhatian terhadap upaya pasien.

 Umumnya butuh >1 psikoterapis atau jenis psikoterapi. Tidak ada satu

pendekatan yang sama untuk setiap orang dalam situasi yang sama.

 Dokter tidak tahu apa yang harus diucapkan  dengarkan. Pasien membutuhkan

dukungan, penolakan, ventilasi, dan kata-kata untuk mengonseptualisasikan arti

krisis mereka dan untuk menemukan penyelesaian.


E. Penanganan Kegawatdaruratan

▸ Farmakoterapi
 Indikasi: Perilaku kekerasan atau penyerangan,
kecemasan atau panik yang masif, dan EPS, seperti
distonia dan akathisia sebagai efek samping dari obat-
obatan psikiatri. Laringospasme  intubasi, jika perlu.
 Paranoid atau kegembiraan katatonik  Tranquilizer
 Gangguan kejang  antikonvulsan atau operasi yang
sesuai
 Pasien violent  sedative atau antipsikotik yang
sesuai
E. Penanganan Kegawatdaruratan

Restraints
Indikasi: pasien sangat berbahaya
bagi diri mereka sendiri / orang lain
sehingga menimbulkan ancaman
yang tidak dapat dikendalikan
dengan cara lain.
Kegawatdaruratan
Psikiatri pada Anak
30 PENDAHULUAN
▹ Situasi yang mengancam jiwa  perilaku bunuh diri, pelecehan fisik, dan
perilaku kekerasan atau pembunuhan
▹ Mendesak tetapi tidak mengancam jiwa  eksaserbasi gangguan kejiwaan
serius, seperti mania, depresi, psikosis, dll.
▹ Psikiater harus menggali faktor pemicu episode anak misalnya perselisihan
dan gangguan kejiwaan dalam keluarga.
KEGAWATDARURATAN YANG MENGANCAM NYAWA
31 Suicidal Behavior
a. Assessment b. Management
• Paling umum pada remaja • self-harm  membutuhkan rawat inap
• Penilaian harus menentukan untuk perawatan cedera atau untuk
keadaan ide atau perilaku bunuh pengamatan gejala medis setelah
diri, tingkat lethal, dan niat bunuh konsumsi zat beracun.
diri yang persisten • Masih memiliki ide bunuh diri dan
• Dokter harus memutuskan apakah menunjukkan tanda-tanda psikosis,
anak dapat kembali ke rumah atau depresi berat  perawatan psikiatrik
perlu rawat inap perlu diindikasikan
• Status psikiatri, pemeriksaan
status mental, dan penilaian fungsi
keluarga membantu menilai
tingkat risiko.
KEGAWATDARURATAN YANG MENGANCAM NYAWA
32 Violent Behavior and Tantrums
a. Assessment b. Management
• memastikan bahwa anak dan • Menyerang, sangat gelisah, atau
petugas dilindungi secara fisik terang-terangan melukai diri sendiri
sehingga tidak ada yang terluka mungkin memerlukan obat sebelum
• Agresif  pengekangan fisik dilakukan anamnesis
mungkin diperlukan • Menimbulkan bahaya bagi diri sendiri
• Psikiater harus mencari gangguan atau orang lain selama periode
kejiwaan yang mungkin mendasari evaluasi, perlu dirawat di rumah sakit
perilaku agresi.
• Berbicara kepada anggota
keluarga dan orang lain yang telah
menyaksikan kejadian episode
KEGAWATDARURATAN YANG MENGANCAM NYAWA
33 Fire Setting
a. Assessment b. Management
• Selama perkembangannya, banyak • Mencegah insiden lebih lanjut
anak menjadi tertarik pada api • Menyalakan api saja bukan indikasi
• Dokter harus membedakan antara untuk rawat inap, kecuali ada
anak yang secara tidak sengaja atau ancaman bahwa pasien akan
impulsif menyalakan api dan seorang menyalakan api lagi
anak yang sengaja menyalakan api • Orangtua harus tegas menasihati anak
dan kemudian meninggalkannya • Jangan ditinggalkan sendirian di
• Identifikasi faktor apa pun yang rumah
mengganggu pengawasan dan • Jangan pernah ditinggalkan untuk
komunikasi yang efektif merawat dari adik kandung tanpa
• Salah satu dari trias gejala kekejaman pengawasan orang dewasa
terhadap hewan (enuresis)
KEGAWATDARURATAN YANG MENGANCAM NYAWA
34 Child Abuse: Physical and Sexual
a. Assessment b. Management
• Terjadi pada anak perempuan dan • Anak dan anggota keluarga lainnya
laki-laki dari segala usia, etnis, dan harus diwawancarai secara individu 
tingkat sosial ekonomi melihat rasa spontanitas, kehangatan,
ketakutan, kecemasan, atau fitur
• Pelecehan merupakan situasi darurat
menonjol lainnya
bagi seorang anak
• Indikator fisik pelecehan seksual 
• Setelah pelecehan mungkin muncul
rasa sakit, iritasi, dan gatal pada
ketakutan, rasa bersalah, kecemasan,
genitalia dan saluran kemih; dan
dan depresi
ketidaknyamanan saat duduk dan
• Biasanya menjadi dewasa sebelum berjalan
waktunya dan memiliki pengetahuan
seksual terperinci di luar tingkat
perkembangannya
KEGAWATDARURATAN YANG MENGANCAM NYAWA
35 Neglect: Failure to Thrive
a. Assessment b. Management
• Ketidakmampuan orang tua atau • Dokter harus memutuskan apakah
pengasuh untuk menyediakan anak aman di lingkungan rumah
makanan, tempat tinggal, • Curiga terdapat kasus pengabaian
pendidikan, atau pengawasan anak  lapor badan perlindungan
yang memadai anak
• Faktor risiko  usia sangat muda, • Keluarga harus diberitahu bahwa
depresi, PGZ, gangguan mental kegagalan untuk berkembang dapat
• Dapat menyebabkan kegagalan mengancam jiwa dan seluruh keluarga
untuk berkembang pada bayi dan perlu memantau kemajuan anak
kurang gizi
KEGAWATDARURATAN YANG MENGANCAM NYAWA
36 Anorexia Nervosa
a. Assessment b. Management
• Wanita 10 kali lebih sering daripada • Darurat medis  penurunan berat
laki-laki badan mendekati 30% atau terjadi
gangguan metabolisme yang parah
• Ditandai dengan penolakan untuk
mempertahankan berat badan, • Rawat inap  potensi dehidrasi, dan
mencapai setidaknya 15 persen di komplikasi medis karena kelaparan
bawah berat yang diharapkan yaitu, ketidakseimbangan elektrolit,
aritmia jantung, dan perubahan
• Disebabkan oleh kekhawatiran citra
hormon.
tubuh, rasa takut menjadi gemuk
yang terus-menerus, dan ketiadaan
setidaknya tiga siklus menstruasi
• Biasanya dimulai setelah masa
pubertas
KEGAWATDARURATAN YANG MENGANCAM NYAWA
37 Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) • Gejala yang mungkin muncul 
• Neonatus  transmisi perinatal dari ibu gangguan dalam memori, konsentrasi,
yang terinfeksi rentang perhatian, perubahan fungsi
kognitif, disinhibisi lobus frontal,
• anak dan remaja  pelecehan seksual
penarikan sosial, lambat dalam
oleh orang yang terinfeksi
pemrosesan informasi, dan sikap apatis
• remaja  penyalahgunaan obat
• Gangguan mood organik, gangguan
intravena dengan dan aktivitas seksual
kepribadian organik, dan psikosis juga
dengan orang yang terinfeksi
dapat terjadi
• Otak, situs utama untuk infeksi HIV 
dapat berkembang menjadi ensefalitis,
gangguan perkembangan otak, dan
neuropsikiatri
KEGAWATDARURATAN YANG TIDAK MENGANCAM NYAWA
38 School Refusal
b. Management
a. Assessment
• Menjelaskan gangguan yang
• Dapat terjadi saat pertama kali mendasari kepada orangtua
masuk sekolah atau saat
• Anak dengan kecemasan berpisah
mengalami transisi ke kelas atau
harus dibawa kembali ke sekolah
sekolah baru
sesegera mungkin
• Umumnya dikaitkan dengan
• Konselor atau guru harus dilibatkan
kecemasan perpisahan
untuk membantu anak itu tetap
• Dapat juga terjadi pada anak bersekolah
dengan fobia sekolah
KEGAWATDARURATAN YANG TIDAK MENGANCAM NYAWA
39 Munchausen Syndrome by Proxy
• bentuk kekerasan pada anak dimana orang tua atau pengasuh
berulang kali mengarang atau benar-benar menimbulkan cedera
atau penyakit pada anak sehingga memerlukan intervensi medis
• dapat melibatkan sistem organ apa pun
• Gejala yang biasanya muncul  perdarahan dari satu tempat atau
lebih, termasuk saluran gastrointestinal (GI), genitourinary sistem,
dan sistem pernapasan; kejang; dan depresi sistem saraf pusat
GANGGUAN LAINNYA
40 Posttraumatic Stress Disorder (PTSD)
• Muncul setelah mengalami bencana besar atau pengalaman traumatis
• Mengalami ketakutan ekstrem akan trauma spesifik yang mungkin terjadi lagi
atau ketidaknyamanan mendadak dengan tempat atau orang
• Beberapa minggu setelah peristiwa traumatis  anak dapat mengulang
kembali peristiwa tersebut dalam permainan, cerita, dan dalam mimpi 
menghidupkan kembali rasa saat pengalaman itu terjadi, termasuk halusinasi,
pengalaman kilas balik (disosiatif), serta kenangan mengganggu yang datang
dan pergi
GANGGUAN LAINNYA
41 Dissociative Disorder
a. Assessment b. Management
• Bentuk ekstrim dari gangguan • Rawat inap diperlukan  memisahkan
kepribadian ganda diri melakukan kekerasan atau
• Paling mungkin terjadi pada anak menyakiti diri sendiri atau
yang telah mengalami kekerasan fisik, membahayakan orang lain
seksual, atau emosional yang parah • Metode psikoterapi telah digunakan
dan berulang dalam perawatan anak dengan
• Anak kadang tampak melamun atau gangguan disosiatif
bertindak seperti orang yang berbeda
• Perilaku kekerasan dan agresif dapat
muncul
“tindakan tidak etis
yaitu sengaja
mengakhiri kehidupan
Euthanasia seorang pasien”

Pasif  hanya menahan tindakan penyelamatan jiwa


Aktif  dengan sengaja mengambil nyawa seseorang
Isu Etik

▹ Pendukung  otonomi pasien


▹ Penentang  suatu bentuk pembunuhan
Physian Assisted Suicide

Pendapat physician assisted suicide


- alternatif untuk euthanasia aktif di mana pasien
mempertahankan lebih banyak otonomi
- tetap menjadi agen kematian yang sebenarnya
- lebih kecil kemungkinannya untuk dipaksa
- memberikan informasi tentang cara bunuh diri
- menyediakan resep untuk dosis letal obat atau cara
menghirup jumlah karbon monoksida yang mematikan
- menyediakan alat bunuh diri yang dapat dioperasikan
oleh pasien
Cara Menangani Permintaan Bunuh Diri
1. Evaluasi pasien untuk depresi atau kondisi kejiwaan lainnya yang dapat menyebabkan
gangguan pikiran
2. Evaluasi "kompetensi pengambilan keputusan" pasien
3. Diskusi dengan pasien tentang tujuannya untuk perawatan
4. Evaluasi dan respons terhadap "penderitaan fisik, mental, sosial, dan spiritual pasien"
5. Diskusi dengan pasien tentang berbagai pilihan perawatan dan perawatan
6. Konsultasi oleh dokter yang hadir dengan rekan profesional lainnya
7. Jaminan bahwa rencana perawatan yang dipilih oleh pasien diikuti oleh dokter, termasuk
penghapusan pengobatan yang tidak diinginkan dan ketentuan menghilangkan nyeri dan gejala
lain
8. Diskusi dengan pasien yang menjelaskan mengapa bunuh diri yang dibantu dokter harus
dihindari dan mengapa tidak sesuai dengan prinsip sifat protokol perawatan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai