Anda di halaman 1dari 3

Hubungan Antara Klelahan Emosional dan Peningkatan OCB di

RS. Hermina Makassar Berdasarkan Jurnal “The Relationship of


Emotional Exhaustion To Job Performance Rating and
Organizational Citizenship Behaviour”

Pekerjaan di RS penuh dengan hal yang bisa memicu terjadinya stres. Stres kerja
dihadapi oleh hampir semua orang dalam lingkungan kerja, tidak terkecuali oleh para pekerja
di RS Hermina. Sebagai salah satu rumah sakit yang belum lama beroperasi di Makassar,,
organisasi menuntut para pekerja atau tenaga medis untuk lebih meningkatkan kinerjanya
dalam memberikan pelayanan prima. Tenaga medis contohnya perawat di RS Hermina dituntut
untuk menanggapi kebutuhan pasien dan keluarga dengan sangat cepat, sehinga kesalahan
medis atau kesalahan lainya yang terjadi di RS yang beresiko menimbulkan bahaya bagi
kehidupan pasien tidak terjadi. Contoh lain penyebab terjadinya stress yang dialami oleh
perawat di RS Hermina adalah tingkat kelelahan yang tinggi karena banyaknya beban kerja
yang tidak seimbang dengan jumlah tenaga perawat yang tersesia Para perawat dituntut lebih
dalam bekerja, baik dari segi waktu maupun tenaga. Respon terhadap beban kerja ini sangat
berpengaruh pada kondisi menurunnya kualitas pelayanan para perawat, sehingga timbul rasa
ketidakpuasan yang berujung pada terjadinya turnover.
Stres yang terus-menerus dan sikap tidak dapat beradaptasi dengan masalah
menimbulkan stress kerja. Stres ini dapat menyebabkan terjadinya dampak negatif, baik berupa
gangguan fisik maupun gangguan psikologis para perawat di RS. Hermina. Hal ini sejalan
dengan definisi stress menurut Rahman, et. Al (dalam Utami dan Suana, 2015). Sehingga, dapat
diartikan bahwas tress kerja itu sndiri merupakan respon negatif atas pekerjaan maupun
lingkungan tempat kerja yang jika tidak teratasi dengan baik dan jika terjadi secara terus
menerus akan menimbulkan kelelahan emosional.
Beberapa hal yang berpotensi memicu terjdinya stress, yaitu ketidakpastian, organisasi
dan individunya sendiri. Dalam aspek ini, perawat di RS Hermina cenderung mengalami
pemicu stress yang berkaitan dengan organisasi. Para perawat merasa bahwa dengan adanya
tuntutan peran, maka akan meningkatkan beban yang berlebihan dalam organisasi. Namun ada
juga beberapa kasus stress yang dipicu oleh ketidakpastian, contohnya apakah dengan bekerja
seperti ini akan meningkatkan ekonomi keluarga.
Berdasarkan jurnal “Emotional Exhaustion To Job Performance Rating and
Organizational Citizenship Behavior” dijelaskan bahwa Burnout (kejenuhan) merupakan
gejala stress yang sangat dalam sehingga mengalami kelelahan emosional. Burnout merupakan
akibat dari stress kerja yang kronis. Menurut Maslach, ada 3 komponen yang dimiliki oleh
Burnout, yaitu:
1. Emotional exhaustion (kelelahan Emosional)
Kelelahan emosional sngat mirip dengan reaksi stress biasa, seperti Lelah, cemas,
depresi terhadap pekerjaan dan keluhan psikomotor lainnya.
Perawat yang mengalami hal ini sering menarik diri karena merasa tidak dapat
melaksanankan tugas yang dibebankan kepadanya.
2. Depersonalization
Merupakan jarak antara personal dan kurangnya hubungan dengan rekan kerja.
Dalam menajemen kerja dibutuhkan aktifitas membangun kakomunikasi. Dengan
komunikasi, hubungan antar para perawat akan terjalin. Perilaku ini mengarah pada
sikap membatasi diri terhadap rekan kerja, bersikap sinis, acuh tak acuh dan kurang
sensitive terhadap lingkungan sosialnya.
3. Berkurangnya prestasi pribadi
Hal ini berkaitan terhadap evaluasi diri. Pada penerapannya di RS. Hermina
Makassar, banyak perawat yang kurang merasa percaya atas kemampuannya dalam
menyelesaikan pekerjaan dan mengalamai stress kerja yang dialami. Hal ini lebih
berpengaruh terhadap karakter individu itu sendiri,
Organizational Citizenship Behaviour (OBC) adalah tingkah laku karyawan atau
anggota organisasi yang sifatnya sukarela diluar kewajiban kerja, yang sangat memberi
keuntungan kepada organisasi karena bisa meningkatkan efisien dan efektifitas organisasi.
Menurut Organ, Podsakod & McKenzie (2006), OCB dibagi menjadi 5 dimensi, yaitu:
1. Altruism, merupakan perilaku menolong rekan kerjan yang mengalami kesulitan.
Dalam dimensi ini, perawat di RS Hermina Makassar cenderung rendah. Ini dsebabkan
karena pembagian job yang kurang adil, sehingga menimbulkan ketidakpuasan dalam
pekerjaan. Contoh lain perawat yang tidak bersedia menggantikan tugas perawat lain
yang berhalangan hadir.
2. Civic virtue, merupakan perilaku yang mengindikasikan tanggung jawab pada
kehidupan organisasi dimana kecenderungan karyawan akan mengikuti perubahan
dalam organisasi, mengambil inisiatif untuk merekomendasikan bagaimana prosedur
dalam organisasi dapat diperbaiki, dan melindungi sumber-sumber daya yang dimiliki
oleh organisasi. Pada dimensi ini, tingkat tanggung jawab perawat di RS. Hermina
masih tergolong rendah. Contohnya, partisipasi perawat maupun pekerja dalam setiap
kegiatan yang diadakan RS masih kurang, perawat tidak mempedulikan image RS
3. Conscientiousness, merupakan perilaku yang ditunjukkan dengan berusaha melebihi
dari yang diharapkan organisasi, dimana perilaku sukarela ini bukan merupakan
kewajiban atau tugas dari karyawan yang bersangkutan. Hal ini juga masih terbilang
rendah pada perawat di RS Hermina. Contohnya, perawat tidak mau bekerja melebihi
jam kerjanya. Selain itu, perawat cenderung tidak patuh terhadap aturan RS seperti jam
masuk kerja, masih banyak perawat yang datang tidak sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan.
4. Courtesy, merupakan perilaku dalam menjaga hubungan baik dengan rekan
kerja agar terhindar dari masalah-masalah antar karyawan. Dalam dimensi ini,
perawat di RS Hermina cukup menjaga hubungan baik, sehingga tercipatanya
sikap saling menghargai sesama perawat dan pekerja lain yang ada di RS
Hermina
5. Sportsmanship, merupakan perilaku yang memberikan toleransi terhadap
keadaan yang kurang ideal dalam organisasi tanpa mengajukan keberatan.
Dalam dimensi ini, tingkat toleransi perawat juga msih rendah. Sebagai contoh,
perawat sering mengeluh dan selalu bernegatif thinking terhadap suatu
persoalan, cenderung membesar-besarkan maslah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Russel Cropanzona, Zinta S Byne dan Deborah
E. Rupp dalam jurnal “ The Relationship of Emotional Exhaustion To Job Performance Rating

and Organizational Citizenship Behaviour”, didapatkan adanya hubungan antara kelelahan

emosional terhadap kinerja. Selain itu didapatkan pula adanya hubungan antara kelelahan
emosional dan perilaku kerja yang efektif akan dimediasi oleh komitmen organisasi.
Dari semua data diatas, bisa disimpulkan bahwa Organizational Citizenship bBhavior
(OCB) memiliki peran dalam perspektif keefektifan penilaian kinerja karyawan, terutama
dalam pengembangan organisasi. Dengan OCB, visi misi serta tujuan organisasi akan dapat
tercapai secara efektif , efisien ,dan produktif. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya upaya
terstruktur dan berkelanjutan dari suatu organisasi.

Anda mungkin juga menyukai