Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Kelautan XIII

” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi
Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

KUALITAS AIR DAN STATUS MUTU SUMBER AIR


DI AREA TAMBAK KABUPATEN PATI
(STUDI DI DESA TUNGGUL SARI DAN DESA SAMBIROTO
KECAMATAN TAYU)

Hermain Teguh Prayitno

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pati


Email: hermainteguh70@gmail.com

Abstrak: Kasus kematian ikan nila terjadi di beberapa area tambak di Kabupaten Pati,
antara lain di area tambak Desa Tanggul Sari dan Desa Sambiroto Kecamatan Tayu. Tujuan
dari penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis kualitas air tambak di lokasi terjadinya
kematian ikan dan (2) untuk menganalisis status mutu sumber air di lokasi terjadinya
kematian ikan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang
digunakan berupa data kualitas air tambak dan sumber air (air sumur dan saluran air) tahun
2017 dari DKP Kab. Pati. Lokasi penelitian di Desa Tanggul Sari yaitu 2 stasiun tambak
(ST), 1 stasiun sumber air (SS) dan Desa Sambiroto yaitu 6 stasiun tambak, 2 stasiun
sumber air Kecamatan Tayu. Analisis data (1) kualitas air tambak dengan membandingkan
kriteria kualitas air untuk budidaya tambak Dirjenkan dan Puslitbangkan dalam PerMen PU
No. 16 tahun 2011, (2) analisis status mutu sumber air dengan menggunakan metode indeks
pencemaran KepMenLH No. 115 tahun 2003. Hasil Penelitian adalah (1) Parameter
kualitas air yang tidak memenuhi kriteria di lokasi penelitian (a) Desa Tunggul Sari yaitu
suhu di ST1, salinitas di semua stasiun dan pH di ST1, sedangkan (b) Desa Sambiroto yaitu
DO di ST6, salinitas di semua stasiun, pH di SS1, SS2, ST1, ST3, ST5 dan ST6. (2) status
mutu sumber air semua stasiun di lokasi penelitian adalah tercemar ringan.

Kata kunci: kualitas air, status mutu, sumber air, tambak

PENDAHULUAN

Kawasan pesisir di Indonesia memiliki potensi perikanan yang dapat digunakan untuk
kegiatan budidaya, baik di daerah pantai maupun di daerah yang cukup jauh dari bibir pantai
(Astuti dkk, 2016). Handajani (2010) menyatakan bahwa semakin bertambahnya penggunaan
lahan pesisir, maka tekanan terhadap kualitas lingkungan semakin tinggi.
Kabupaten Pati memiliki 7 wilayah kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut.
Luas area tambak di Kabupaten pati adalah 15.365 Ha (BPS Kab. Pati, 2017). Salah satu
kecamatan yang memiliki tambak adalah Kecamatan Tayu. Tambak adalah kolam buatan,
biasanya di daerah pantai yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan
(Minawati, 2013). Daerah yang memiliki wilayah pesisir (berbatasan dengan laut) menjadikan
budidaya tambak sebagai salah satu jenis komoditas dari sektor perikanan. Damayanti (2013)
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa komoditas perikanan tambak menjadi salah satu
komoditas unggulan di Kabupaten Pati.
Bulan Maret 2017 dilaporkan terjadi kasus kematian ikan nila di beberapa area tambak di
Kabupaten Pati, antara lain di area tambak Desa Tanggul Sari dan Desa Sambiroto Kecamatan
Tayu. Menurut Kordi dan Tancung (2007), salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya
tambak adalah kondisi kualitas air tambak. Jika kualitas air tambak tidak baik maka dapat
berakibat pada kematian ikan yang dibudidayakan.
Dengan demikian, perlu dilakukan pengujian terhadap kualitas air tambak dan sumber air
tambak di lokasi terjadinya kasus kematian ikan. Selain pengujian terhadap kualitas air, juga
dilakukan pengkajian untuk penentuan status mutu sumber air tambak di lokasi terjadinya kasus

Hermain Teguh P: Kualitas Air dan Status Mutu… B2-7


Seminar Nasional Kelautan XIII
” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi
Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

kematian ikan. Penentuan status mutu ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran yang
terjadi. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau
kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku
mutu air yang ditetapkan (KepMENLH No. 115 Tahun 2003). Sedangkan pencemaran
lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya (Perda Kab.Pati No 4 Tahun 2003).
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis kualitas air tambak di lokasi
terjadinya kematian ikan dan (2) untuk menganalisis status mutu sumber air di lokasi terjadinya
kematian ikan.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.


Azwar (2003) menyatakan bahwa penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai pada
taraf deskripsi yaitu mengalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat mudah
untuk dipahami dan disimpulkan. Sedangkan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya
pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.
Data yang digunakan berupa data kualitas air tambak dan sumber air (air sumur dan
saluran air) tahun 2017 dari DKP Kab. Pati. Lokasi penelitian di Desa Tanggul Sari yaitu 2
stasiun tambak (ST), 1 stasiun sumber air (SS) dan Desa Sambiroto yaitu 6 stasiun tambak, 2
stasiun sumber air Kecamatan Tayu. Parameter yang diamati meliputi temperatur, DO, salinitas,
pH, amonia, nitrit dan Pb. Sampel air ini diuji di Laboratorium Balai Besar Perikanan Budidaya
Air Payau (BBPBAP) Jepara.
Analisis untuk kualitas air tambak dengan membandingkan kriteria kualitas air untuk
budidaya tambak Dirjenkan dan Puslitbangkan dalam PerMen PU No. 16 tahun 2011 dengan
parameter-parameter kualitas air yang diuji. Kriteria kualitas air untuk budidaya tambak
Dirjenkan dan Puslitbangkan dalam PerMen PU No. 16 tahun 2011 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas Air untuk Budidaya Tambak

No Parameter Satuan Baku Mutu (standar)


1 Suhu oC 26-32
2 DO mg/L 3-10
3 Salinitas ppm 15-30
4 pH mg/L 7,5-8,7
5 Amonia mg/L 0-1,0
6 Nitrit mg/L 0-0,25
7 Pb mg/L 0,250
Sumber: Dirjenkan dan Puslitbangkan dalam PerMen PU No. 16 tahun 2011

Analisis untuk status mutu sumber air dengan menggunakan metode indeks pencemaran.
Dalam KepMenLH No. 115 tahun 2003 disebutkan bahwa definisi dari Indeks Pencemaran
adalah apabila Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang tercantum dalam baku
mutu peruntukan air (j), dan C i menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh
dari suatu badan air, maka Pij adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan
fungsi dari Ci/Lij.
Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku
mutu suatu peruntukan air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang

B2-8 Hermain Teguh P: Kualitas Air dan Status Mutu…


Seminar Nasional Kelautan XIII
” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi
Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

diperoleh dari hasil analisis cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan cuplikan dari suatu alur
sungai, maka PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari
Ci/Lij. Harga Pij dapat ditentukan dengan cara:
1. Pilih parameter yang jika harga parameter rendah maka kualitas air akan membaik.
2. Pilih konsentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki rentang.
3. Hitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan cuplikan.
a). Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran
meningkat, misal DO. Tentukan nilai teoritik atau nilai maksimum C im (misal untuk
DO, maka Cim merupakan nilai DO jenuh). Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil pengukuran
digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil perhitungan yaitu:

…………..……………………(1)
b). Jika nilai baku Lij memiliki rentang
• untuk Ci≤Lij rata-rata

…………………….....….(2)

• untuk Ci>Lij rata-rata


…………………………(3)

c). Keraguan timbul jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0. Misal C1/L1j =
0,9 dan C2/L2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C 3/L3j = 5,0 dan C4/L4j =
10,0. Dalam contoh ini tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan. Cara untuk
mengatasi kesulitan ini adalah:
• Penggunaan nilai (C i/Lij)hasil pengukuran kalau nilai ini lebih kecil dari 1,0.
• Penggunaan nilai (C i/Lij)baru jika nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran lebih besar dari 1,0

……….……(4)

P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan dengan hasil
pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk suatu peruntukan
(biasanya digunakan nilai 5).
4. Tentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan (C i/Lij) ((Ci/Lij)R dan
(Ci/Lij)M)
5. Tentukan harga PIj

……………………………..……………..………..(5)

Keterangan:
Lij = Konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu
peruntukan air (J)
Ci = Konsentrasi parameter kualitas air dilapangan
Pij = Indeks pencemaran bagi peruntukan (J)
(Ci/Lij)R = nilai, Ci/Lij rata-rata

Hermain Teguh P: Kualitas Air dan Status Mutu… B2-9


Seminar Nasional Kelautan XIII
” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi
Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

(Ci/Lij)M = nilai, Ci/Lij maksimum


Pengelompokan status mutu perairan berdasarkan standar nilai Indeks Pencemaran (IP)
ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Standar Nilai Indeks Pencemaran (IP)

Nilai IP Status Mutu Perairan


0 ≤ IP ≤ 1,0 memenuhi baku mutu (kondisi baik)
1,0 < IP ≤ 5,0 cemar ringan
5,0 < IP ≤ 10 cemar sedang
IP > 10 cemar berat
Sumber: KepMenLH no. 115 Tahun 2003

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Air Tambak


Parameter kualitas air tambak dan sumber air dibandingkan dengan kriteria kualitas air
untuk budidaya tambak Dirjenkan dan Puslitbangkan dalam PerMen PU No. 16 tahun 2011,
untuk lokasi penelitian Desa Tunggul Sari Kecamatan Tayu disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kualitas Air Tambak dan Sumber Air Di Desa Tunggul Sari Kecamatan Tayu
Kabupaten Pati Tahun 2017

No Parameter Satuan SS1 ST1 ST2 Baku Mutu (standar)


1 Suhu oC 29,0 32,3 32,0 26-32
2 DO mg/L 8,0 9,6 9,0 3-10
3 Salinitas ppm 7,0 8,0 9,0 15-30
4 pH mg/L 7,76 9,01 8,14 7,5-8,7
5 Amonia mg/L 0,044 0,001 0,044 0-1,0
6 Nitrit mg/L 0,001 0,001 0,001 0-0,25
7 Pb mg/L 0,000002 0,000002 0,000002 0,250
Sumber : DKP Kab. Pati, 2017 diolah

Uji terhadap kualitas air tambak dan sumber air di Desa Tunggul Sari Kecamatan Tayu
menunjukkan hasil bahwa parameter yang tidak memenuhi kriteria kualitas air untuk budidaya
tambak Dirjenkan dan Puslitbangkan dalam PerMen PU No. 16 tahun 2011 adalah suhu di ST1,
salinitas di semua stasiun dan pH di ST1. Suhu air tambak di ST1 lebih tinggi dibandingkan
kriteria baku mutu standar yang ditetapkan. Untuk salinitas, baik air tambak di ST1 dan ST2
maupun di sumber air SS1 lebih rendah dibandingkan kriteria baku mutu standar yang
ditetapkan. pH air tambak di ST1 lebih tinggi dibandingkan kriteria baku mutu standar yang
ditetapkan. Parameter kualitas air tambak dan sumber air untuk lokasi penelitian Desa
Sambiroto Kecamatan Tayu disajikan pada Tabel 4.
Uji terhadap kualitas air tambak dan sumber air di Desa Sambiroto Kecamatan Tayu
menunjukkan hasil bahwa parameter yang tidak memenuhi kriteria kualitas air untuk budidaya
tambak Dirjenkan dan Puslitbangkan dalam PerMen PU No. 16 tahun 2011 adalah DO di ST6,
salinitas di semua stasiun, pH di SS1, SS2, ST1, ST3, ST5 dan ST6. DO air tambak di ST6 lebih
tinggi dibandingkan kriteria baku mutu standar yang ditetapkan. Untuk salinitas, baik air
tambak maupun sumber air lebih rendah dibandingkan kriteria baku mutu standar yang
ditetapkan. pH air tambak ST1, ST3, ST5, ST6 dan sumber air di SS1 lebih tinggi dibandingkan

B2-10 Hermain Teguh P: Kualitas Air dan Status Mutu…


Seminar Nasional Kelautan XIII
” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi
Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

kriteria baku mutu standar yang ditetapkan, sedangkan pH di SS2 lebih rendah dibandingkan
kriteria baku mutu standar yang ditetapkan.
Suhu air tambak tinggi dipengaruhi oleh luas penampang tambak dan volume air. Kordi
dan Tancung (2007) menyatakan bahwa suhu air tambak cenderung lebih tinggi dari suhu air
laut karena perbedaan volume. Ramirez dan Bicudo dalam Retnaningdyah dkk (2011),
intensitas cahaya dapat mempengaruhi suhu lingkungan. Semakin tinggi intensitas cahaya maka
suhu lingkungan akan meningkat. Selain faktor intensitas cahaya, perbedaan volume air yang
disebabkan oleh perbedaan luas penampang kolam mempengaruhi perbedaan suhu.
Peningkatan konsentrasi DO dipengaruhi oleh kondisi air tambak yang memiliki
kecerahan tinggi sehingga tidak keruh sekali, sebaliknya konsentrasi DO turun karena air
memiliki kecerahan yang rendah (Damayanti, 2013). Oktaviana (2008) juga menyebutkan
bahwa menurunnya sedimentasi akan meningkatkan kecerahan air. Akibatnya proses
fotosintesis yang dilakukan oleh biota akan berlangsung baik sehingga terjadi peningkatan
konsentrasi DO. Sebaliknya jika sedimentasi meningkat, maka akan menurunkan kecerahan air.
Akibatnya proses fotosintesis yang dilakukan oleh biota akan terganggu, sehingga terjadi
penurunan konsentrasi DO.
Konsentrasi salinitas dipengaruhi oleh luas tambak karena berhubungan dengan tingkat
evaporasi/penguapan. Damayanti (2013) menyatakan bahwa jika penguapan makin besar maka
salinitas makin tinggi, kebalikannya makin kecil penguapan maka salinitasnya makin rendah.
Salinitas juga dipengaruhi oleh kondisi air yang sudah tua sehingga kadar garamnya menjadi
tinggi. Selain itu, salinitas menjadi rendah atau turun jika konsentrasi DO tinggi (Oktaviana,
2008).
Effendi (2003) menyatakan bahwa penurunan nilai pH terkait dengan semakin banyaknya
bahan-bahan organik hasil kegiatan manusia yang dibuang ke sungai. Penambahan bahan-bahan
organik yang masuk ke sungai nantinya akan mengalami proses penguraian. Proses penguraian
bahan organik tersebut akan menghasilkan karbondioksida (CO 2) dimana CO2 merupakan gas
yang bersifat asam (acidic gas) sehingga CO2 tersebut akan menurunkan nilai pH. Penurunan
pH dapat juga disebabkan oleh usaha pertanian, pemukiman penduduk, usaha peternakan dan
limbah industri. Sedangkan untuk Pb juga berasal dari buangan limbah industri (Astuti dan
Damayanti, 2012).

Status Mutu Sumber Air


Status mutu sumber air dihitung dengan menggunakan parameter suhu, DO, salinitas, pH,
amonia, nitrit dan Pb. Perhitungan menggunakan acuan kriteria kualitas air untuk budidaya
tambak Dirjenkan dan Puslitbangkan dalam PerMen PU No. 16 tahun 2011. Hasil perhitungan
nilai Indeks Pencemaran (IP) tahun 2010 berdasarkan KepMENLH No 115 Tahun 2003 adalah:

Tabel 5. Status Mutu Sumber Air Tambak di Desa Tunggul Sari dan Desa Sambiroto
Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Tahun 2017

Desa Stasiun Indeks Pencemaran (IP) Status Mutu Air


Desa Tunggul Sari SS1 2,731 tercemar ringan
Desa Sambiroto SS1 2,950 tercemar ringan
SS2 3,081 tercemar ringan
Sumber: Pengolahan Data, 2018

Berdasarkan perhitungan menunjukkan bahwa status mutu sumber air tambak (SS1)
untuk lokasi Desa Tunggul Sari mengalami pencemaran ringan. Status mutu sumber air tambak
(SS1 dan SS2) untuk lokasi Desa Sambiroto juga mengalami pencemaran ringan.
Pengujian terhadap kualitas air tambak dan sumber air tambak di Desa Tunggul Sari dan
Desa Sambiroto dilakukan karena terjadi kasus kematian ikan nila yang dibudidayakan.
Berdasarkan laporan DKP Kab. Pati (2017), kematian ikan terjadi setelah pemeliharaan umur 2-
3 bulan dengan bobot ikan mencapai 4-8 ekor/kg. Kejadian ikan setiap hari rata-rata 10-30 ekor

Hermain Teguh P: Kualitas Air dan Status Mutu… B2-11


Seminar Nasional Kelautan XIII
” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi
Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

pada pagi hari. Ikan sudah terlihat mengambang di kolam sekitar jam 9 pagi. Petak
pemeliharaan tambak rata-rata banyak ditumbuhi ganggang, lumut, serta kondisi air pekat.
Kondisi ikan yang mati terlihat bagian organ mulut rata-rata terbuka. Hal ini menunjukkan
bahwa kematian ikan disebabkan oleh kekurangan oksigen, sedangkan beberapa ikan
menunjukkan insang membengkak menunjukkan media air yang sudah jenuh oleh sisa-sisa
pakan dan pembusukan ganggang dan lumut mati.
Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab kematian ikan yaitu perubahan musim,
blooming ganggang dan lumut, pembusukan ganggang dan lumut yang mati sehingga
mengakibatkan kurangnya oksigen terutama pada malam hari, dan pergantian air yang kurang
optimal sehingga kotoran dan sisa-sisa pakan tidak terbuang sempurna. Selain itu, salinitas yang
rendah dan pH yang melampaui ambang batas baku mutu menunjukkan kesadahan air tinggi.
Menurut Mahida dalam Vegantara (2009), kecepatan perkembangan organisme merosot sangat
pesat pada pH di bawah 6 dan diatas 8. Hal ini juga menyebabkan perkembangan ikan menjadi
terganggu, sehingga menyebabkan resiko kematian ikan menjadi tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan penelitian yaitu parameter kualitas air yang tidak memenuhi kriteria di lokasi
penelitian (a) Desa Tunggul Sari yaitu suhu di ST1, salinitas di semua stasiun dan pH di ST1,
sedangkan (b) Desa Sambiroto yaitu DO di ST6, salinitas di semua stasiun, pH di SS1, SS2,
ST1, ST3, ST5 dan ST6. Sedangkan untuk status mutu sumber air semua stasiun di lokasi
penelitian adalah tercemar ringan.

Saran
Saran penelitian yaitu (1) perlu adanya pemantauan kualitas air tambak dan sumber air
tambak di perairan Kabupaten Pati secara berkala dan pemantauan terhadap lokasi-lokasi
terjadinya kasus kematian ikan dan lokasi rawan pencemaran terutama Sungai yang tercemar
dan wilayah pesisir yang terdapat industri. (2) Perlu menginformasikan kepada masyarakat
pelaku budidaya tambak di Kabupaten Pati tentang status mutu sumber air tambak sebagai
antisipasi agar masyarakat ikut memantau dan berpartisipasi untuk menjaga kualitas dan mutu
sumber air tambak.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, A. D. dan Damayanti, H. O. 2012. Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Air
Limbah Tapioka (Studi Kasus Di Sungai Suwatu, Margoyoso). Laporan Penelitian. Pati :
Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati.
Astuti, M. Y., Damai, A. A. dan Supono. 2016. Evaluasi Kesesuaian Perairan untuk Budidaya
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Kawasan Pesisir Desa Kandang Besi Kecamatan
Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus. e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan, Vol. V No.1 Hal 621-630, Oktober. ISSN : 2302-3600.
Azwar, Saifuddin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati. 2017. Pati Dalam Angka Tahun 2016. Pati.
Damayanti, H. O. 2013. Komoditas Perikanan di Kabupaten Pati. Jurnal Litbang. Vol. IX No. 2
Hal 98-106, Agustus. ISSN : 1978-2306.
Damayanti, H. O. 2013. Kualitas Air Tambak, Kasus Kematian Ikan dan Tinjauan Ekonomi
Budidaya Tambak di Desa Bulumanis Kidul Kecamatan Margoyoso. Seri Bunga Rampai
: Pembangunan Daerah Berkelanjutan di kabupaten Pati. Pati : CV. Mitra Sejati.

B2-12 Hermain Teguh P: Kualitas Air dan Status Mutu…


Seminar Nasional Kelautan XIII
” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi
Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati. 2017. Laporan Kegiatan Monitoring Kasus
Kematian Ikan Nila di Kabupaten Pati. Jepara : BBPBAI Jepara Dirjen Perikanan
Budidaya KKP.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta : Kanisius.
Handajani, Hany. 2010. Kandungan Logam Berat Pada Contoh Air Dan Ikan Budidaya Di
Perairan Situbondo. Naskah Publikasi. Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan
Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status
Mutu Air.
Kordi, M. G. H dan Tancung, A. B. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budi Daya
Perairan. Jakarta : Rineka Cipta.
Minawati, L. F. 2013. Budidaya Ikan Air Tawar di Desa Selajambe Kecamatan Cisaat
Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS. Bandung: Universitas
Pendidikan.
Peraturan menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2011 tentang Pedoman Operasi Dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tambak
Perda Kab. Pati. Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut.
Oktaviana, H. 2008. Pengaruh Kontraksi Penampang Saluran terhadap Kualitas Fisik Air
Sungai Studi Kasus: Sungai Sugutamu. Skripsi. Departemen Teknik Sipil. Depok :
Universitas Indonesia.
Retnaningdyah, C., Marwati, U., Soegianto, A., Irawan, B. 2011. Media Pertumbuhan,
Intensitas Cahaya Dan Lama Penyinaran Yang efektif Untuk Kultur Microcystis Hasil
Isolasi Dari Waduk Sutami Di Laboratorium. JBP. Vol 13 No 2 Hal 123-130 Mei.
Vegantara, D. A. 2009. Pengolahan Limbah Cair Tapioka Menggunakan Kotoran Sapi Perah
Dengan Sistem Anaerobik. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi Peternakan
Fakultas Peternakan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Hermain Teguh P: Kualitas Air dan Status Mutu… B2-13


Seminar Nasional Kelautan XIII
” Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir dalam Rangka Mencapai Kemandirian Ekonomi Nasioanl ”
Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah, Surabaya 12 Juli 2018

Tabel 4. Kualitas Air Tambak dan Sumber Air Di Desa Sambiroto Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati Tahun 2017

Baku Mutu
No Parameter Satuan SS1 ST1 ST2 ST3 SS2 ST4 ST5 ST6
(standar)
1 Suhu oC 30,5 31,3 30,8 31,2 29,4 30,8 31,0 31,2 26-32
2 DO mg/L 7,35 8,41 7,43 8,05 2,60 6,70 9,10 12,05 3-10
3 Salinitas ppm 2,0 5,0 5,0 5,0 4,0 5,0 5,0 5,0 15-30
4 pH mg/L 8,78 8,80 8,40 9,13 7,14 8,40 9,30 9,29 7,5-8,7
5 Amonia mg/L 0,287 0,001 0,001 0,001 0,002 0,014 0,022 0,001 0-1,0
6 Nitrit mg/L 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0-0,25
7 Pb mg/L 0,000002 0,000002 0,000002 0,000002 0,000002 0,000002 0,000002 0,000002 0,250

Sumber : DKP Kab. Pati, 2017 diolah

Hermain Teguh P: Kualitas Air dan Status Mutu… B2-14

Anda mungkin juga menyukai