ABSTRAK
Studi epidemiologi memiliki tujuan untuk mencari penyebab dari suatu penyakit yang didasarkan
pada asosiasi dengan berbagai macam faktor risiko. Untuk membuat kesimpulan mengenai
penyebab penyakit, pertama-tama perlu mengklasifikasi arti kausalitas. Dalam hubungan kausal
terdapat kriteria yang dapat menunjukkan hubungan antara paparan dengan hasil dalam suatu
penelitian. Selain itu, dalam penelitian terdapat pula faktor-faktor yang dapat mengurangi
validitas yang berasal dari bias dan kerancuan. Digunakan beberapa metode untuk mengatasi bias
dan kerancuan dalam penelitian serta untuk mengontrol kerancuan tersebut.
Metode pencarian pada artikel review ini melalui situs NCBI (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/)
dengan berdasarkan kata kunci,identify causation andassociation in pharmacoepidemiology,
criteria for determination of causation, biasin pharmacoepidemiology, dan methodology used to
address potential bias.
Berdasarkan hasil review, kriteria kausal dalam farmakoepidemiologi meliputi kekuatan,
konsistensi, spesifisitas, temporalitas, gradien biologi, theoritical plausability, coherence, bukti
eksperimental dan analogi. Selain itu terdapat tiga sumber bias, yaitu bias informasi, bias seleksi
dan faktor perancu. Untuk mengendalikan kerancuan terdapat beberapa metode yang meliputi
randomisasi (pengocokan), restriksi (pembatasan), matching (pencocokan), stratifikasi, dan
multivariate models.
ABSTRACT
Epidemiology studies aim to find the cause of a disease based on association with a variety of
risk factors. In order to make inferences about the causes of disease, it is necessary to classify the
meaning of causality. In a causal relationship there are criteria that can show an association
between exposure to the results in a study. Moreover, in the pharmacoepidemiology study there
are also factors that can reduce the validity which comes from the bias and confounding. Several
methods was used to overcome the bias and confounding in pharmacoepidemiology study as well
as to control theconfounding.
This review article used NCBI website as searching method (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/)
based on keywords: identify causation andassociation in pharmacoepidemiology, criteria for
determination of causation, bias in pharmacoepidemiology, dan methodology used to address
potential bias.
This review suggested that in Pharmacoepidemiology, causal criteria consist of strength,
consistency, specificity, temporality, biological gradient, theoritical plausability, coherence,
experimental evidence and analogy. In addition, there are three sources of bias such
asinformation bias, selection bias, and confounding factors. To control theconfounding factor,
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 220
there are several methods can be used like randomization, restriction, matching stratification,
and multivariate models.
dalam studi ini adalah untuk mencari paparan faktor penelitian terhadap penyakit
penyebab dari suatu penyakit yang pada prinsipnya berasal dari dua sumber,
didasarkan pada asosiasi dengan berbagai yaitu bias dan confounding (kerancuan).
macam faktor risiko. Selain itu, studi ini pun Terdapat tiga sumber bias yaitu bias
menggambarkan faktor-faktor lain yang informasi, bias seleksi dan faktor perancu
[4]
berhubungan dengan paparan dan dapat .Strategi dalam pengendalian kerancuan
penyakit dengan paparan yang diteliti [2]. (pencocokan), stratifikasi, dan multivariate
merupakan salah satu pelopor dalam statistik Artikel review ini berisi informasi
[3]
kesehatan dan epidemiologi . Tulisannya mengenai kausalitas dalam
menyadur referensi berupa jurnal ilmiah dan used to address potential bias.
artikel ilmiah yang berkaitan dengan sumber Untuk kriteria inklusi digunakan
data dalam farmakoepidemiologi. Melalui artikel dan jurnal ilmiah yang merupakan
kata kunci terkait yang menunjukkan (tahun 2006 – 2016) dan memuat informasi
beberapa jurnal dan artikel ilmiah yang detail mengenai kata kunci yang digunakan.
dapat digunakan dalam pembuatan artikel Digunakan 10 artikel dan jurnal ilmiah
HASIL
PEMBAHASAN Konsistensi
Kriteria Kausal
Mengacu apakah asosiasi yang
Dalam mengidentifikasi kausalitas
diamati memiliki keterulangan pengamatan
dalam farmakoepidemiologi ada beberapa
pada subjek dan lingkungan yang berbeda.
kriteria kausal, diantaranya:
Semakin konsisten pengamatan pengamatan
Kekuatan
lain yang dilakukan pada populasi dan
Menggambarkan ukuran dari asosiasi
lingkungan yang berbeda semakin kuat pula
yang telah diperhitungkan dengan tepat
hubungan kausal. Dan dari konsistensi ini
efeknya, meliputi (perbedaan resiko, resiko
dapat memberikan jaminan bahwa asosiasi
relative, rasio odds). Semakin kuat asosiasi
bukan karena kebetulan atau bias
maka semakain besar pula kemungkinan
sistematik[5]. Contohnya penelitian dengan
[5]
hubungan kausalitasnya . Contohnya resiko
metode yang berbeda (prospektif dan
penderita kanker paru meningkat pada
retrospektif) membuktikan hal yang sama,
perokok dibanding yang tidak merokok.
meskipun berbeda populasinya.
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 224
Contohnya campuran kompleks bahan kimia dengan dosis yang lebih tinggi sesuai dengan
(misalnya, asap tembakau) biasanya kurang memburuk resiko dari kegagalan hati [5].
penyakit mendapatkan hasil dari paparan. semakin kuat apabila dapat dijelaskan
Namun, ada kemungkinan bahwa integrasi dengan rasional dan berdasarkan teori atau
[3]
data dapat menjelaskan beberapa konseptual . Contohnya teori biologi
variasi penyakit yang terkait dengan jaringan tubuh rusak yang jika terus menerus
Temporalitas Coherence
merupakan kausa penyakit, maka harus riwayat alamiah, biologi dan epidemiologi
dipastikan paparan terhadap faktor itu penyakit harus koheren satu sama lain
[6]
berlangsung sebelum terjadinya penyakit . sehingga membentuk pemahaman yang
[5]
Contohnya pada kasus kanker paru paru serupa . Contohnya kesimpulan merokok
sebagian besar didahului oleh merokok. dapat menyebabkan kanker paru paru
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 225
berdasarkan teori biologi dan proses pada analisis inflammatory bowel disease
Multivariate Models pada subjek penelitian dan tidak ada senyawa retinoid lainnya yang
dan pemberi perlakuan agar tidak dapat dikaitkan dengan IBD [5].
bukti kuat hubungan kausa. Kriteria ini Dalam studi atau penelitian
mengacu apakah ada bukti pada manusia epidemiologi dapat terjadi bias. Bias
atau spesies lain untuk menguatkan koneksi didefinisikan sebagai segala kesalahan
[3,5]
. Contohnya pada pengujian isotretinoin sistematisdalam studi epidemiologi yang
atau senyawa sejenis pada hewan uji, yang menghasilkan perkiraan yang salah
sebenarnya mekanisme dari isotretinoin ini darihubungan antara paparan dan risiko
[7]
sebagian tidak diketahui, sehingga dilakukan penyakit .Hal ini sangat penting untuk
uji eksperimental dan didapatkan hasil dihindari. Oleh karena itu harus sangat
bahwa tidak adanya obat penawar untuk berhati-hati dalam menafsirkan hasil studi
Analogi kesalahan.
analogi kurang tepat karena tidak spesifik menetapkan bahwa paparan faktor risiko
atau tidak dapat diterima.Bias dapat terjadi terjadi pada saat melakukan seleksi
pada setiap tahap penelitian, termasuk desain sampel penelitiankarena sampel terdiri dari
penelitian atau pengumpulan data, serta dua populasi yang berbeda, contohnya yaitu
dalam proses analisis data dan publikasi [8]. satu yang menderita penyakit dan yang
terhadap hasil yang diselidiki, namun kedua populasi ini betul-betul cocok
lain yang dapatmenyebabkan kesalahan. Hasil bias informasi yang salah atau
Hal-hal tersebut mungkin karena pengaruh faktor individu yang tidak tepat, baik faktor
kebetulan(random error), bias atau risiko atau penyakit yang sedang dipelajari.
hasil yangpalsu yang dapat membuat kita darah), disebut sebagai kesalahan
yangsebenarnya tidak valid [7]. (seperti stadium tumor), ini dikenal sebagai
terdapat tiga sumber bias; bias informasi, atau kesalahan klasifikasi diakibatkan dari
bias seleksi dan faktor perancu. kurangnya penanganan yang tepat dari
Bias seleksi mungkin terjadi selama pengukuran dan instrumen. Namun, lebih
identifikasi populasi penelitian. Bias seleksi sering disebabkan oleh kesalahan dalam
dari populasi sasaran. Bias ini sering terjadi jika ada kemungkinan yang sama
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 227
subyek penelitian dan dapat menyebabkan kanker paru. Diagnosis kanker paru harus
penafsiran yang terlalu rendahhubungan dilakukan secara sama pada dua kelompok
terjadi ketika tingkat kesalahan atau sama untuk kedua kelompok tersebut.
kemungkinan yang berbeda untuk kesalahan Sehingga akan diperoleh, kelompok yang
Dalam sumber lain juga disebut diagnosis sebagai kelompok kontrol [7].
efek atau pengaruh karena kesalahan mengenai variabel paparan tidak diketahui
menurut satuatau lebih variabel [7]. Ada dua berdasar data sekunder saja, atau
macam yang termasuk dalam bias ini yaitu: dengan mengingat kembali, akan
efek yang dipengaruhi oleh suatu variabel dapat dibedakan menjadi dua kategori besar
dapat dipengaruhi juga dengan variabel- yaitu pengendalian pada tahap riset (sebelum
variabel lain. Dampak dari adanya data dikumpulkan) dan pengendalian pada
pengaruh faktor perancu ini adalah bahwa tahap analisis data (setelah data
[2]
estimasi hubungan tidak sama dengan efek dikumpulkan) . Pengendalian pada tahap
[7-9]
sebenarnya . Contohnya suatu studi riset meliputi :
penyakit jantung koroner. Misalnya merokok variable tersebut dikenal (atau bahkan tidak
jantung koroner dan juga berhubungan terdistribusi secara merata antara kelompok
dengan konsumsi alkohol (perokok yang kelompok studi. Namun metode ini hanya
hubungan antara konsumsi alkohol dengan penelitian untuk hal-hal yang serupa dalam
juga hanya bisa diterapkan pada pria atau Analisis bertingkat yang terbaik
wanita. Restriksi dapat dilakukan dengan dengan cara yang tidak ada banyak strata
dua cara yaitu Analisis berstrata dan analisis dan jika hanya ada 1 atau 2 pembaur harus
memiliki tingkat kerancuan yang sempurna sejumlah besar kovariat (dan juga pembaur)
dengan subjek yang dibandingkan (index). secara bersamaan. Misalnya dalam sebuah
Biasanya hanya bisa digunakan pada study studi yang bertujuan untuk mengukur
case control dengan memastikan bahwa hubungan antara indeks massa tubuh dan
control yang dipilih mirip dengan kasus [2]. Dispepsia, salah satu bisa mengontrol
Pengendalian pada tahap analisis data kovariat lain seperti usia, jenis kelamin,
strata perancu tersebut. Jadi dalam setiap gradient biologi, theoritical plausability,
stratum, perancu tidak dapat mengacaukan coherence, bukti eksperimental dan analogi.
dari dua sumber yaitu bias dan kerancuan. [1] Mirtz T.A, Morgan L, Wyatt L.H,
Greene L. An epidemiological
Terdapat tiga sumber bias; bias informasi,
examination of the subluxation
bias seleksi dan faktor perancu. Strategi
construct using Hill’s criteria of
pengendalian kerancuan dapat meliputi causation. Chiropractic &
Osteopathy 2009, 17:3
randomisasi (pengocokan), restriksi
[2] Pourhoseingholi M.A, Baghestani
(pembatasan), matching (pencocokan),
A.R, Vahedi M. How to control
multivariate models dan stratifikasi. confounding effects by statistical
analysis. Gastroenterol Hepatol Bed
UCAPAN TERIMA KASIH
Bench 2012;5(2):79-83
Dalam menyelesaikan penyusunan
[3] Fedak K.M, Bernal A, Capshaw Z.A,
artikel review ini tidak terlepas dari Gross S. Applying the Bradford Hill
criteria in the 21st century: how data
bimbingan, pengarahan dan bantuan serta
integration has changed causal
dorongan dari berbagai pihak. Ucapan
inference in molecular epidemiology.
terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Emerg Themes Epidemiol 2015
12:14
Sofa Dewi Alfian, M.KM., Apt selaku dosen
[4] Hammer G.P, Prel J.B.D, Blettner M.
pembimbing dan Bapak Rizky Abdulah,
Avoiding Bias in Observational
PhD., Apt, sebagai dosen pengampu atas Studies. Dtsch Arztebl Int 2009;
106(41):664–8
segala bimbingan, dukungan, motivasi dan
[5] Crockett S.D, Gulati A, Sandler R.S,
nasehat serta bantuan pemikirannya terhadap
Kappelman M.D. A causal
penyelesaian artikel review ini. association between Accutane and
IBD has yet to be established. Am J
KONFLIK KEPENTINGAN
Gastroenterol. 2009 - ; 104(10):
Seluruh penulis menyatakan tidak
2387–2393
terdapat potensi konflik kepentingan dengan
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 231
[6] Boffetta P. Causation in the Presence [9] Wettermark B. The intriguing future
of Weak Associations. Critical of pharmacoepidemiology. Eur J Clin
Reviews in Food Science and Pharmacol 2013 69 (Suppl
Nutrition, 2010; 50:13-16 1):S43–S51
[7] Lambert J. How to Assess Bias in [10] Starks H, Diehr P, Curtis R. The
Clinical Studies?.Clin Orthop Relat Challenge of Selection Bias and
Res 2011 469:1794–1796 Confounding in Palliative Care
[8] Pannucci C.J, Wilkins E.G. Research. Journal Of Palliative
Identifying and Avoiding Bias in Medicine. 2009;12(2)
Research. Plast Reconstr Surg 2010
; 126(2): 619–625