Anda di halaman 1dari 20

KONSEP BRADFORD HILL

(SEBAB AKIBAT/KAUSAL)
Ferina Yollanda
1611221016
Outline
 A. Pengertian
 B. Faktor Penting Hubungan Kausal
 C. Model Kausal
 D. Kriteria Konsep Hill
 E. Pertanyaan
 F. Daftar Pustaka
Pengertian
 Pada Konsep Sir Austin Bradford Hill sering juga
disebut Konsep Kausal. Dalam Epidemiologi ada
cara untuk mengetahui hubungan kausal (seba-
akibat) yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu
penyakit.
 Hubungan kausal adalah hubungan antara dua
atau lebih variabel.
Lanjutan...
 Dimana salah satu atau lebih variable tersebut
merupakan variabel penyebab kausal (primer dan
sekunder) terhadap terjadinya variabel lainnya
sebagai hasil akhir dari suatu proses terjadinya
penyakit.
 Kausalitas merupakan prinsip sebab-akibat dalam
ilmu dan pengetahuan yang secara otomatis bisa
diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan
perantaraan ilmu yang lain; bahwa setiap kejadian
memperoleh kepastian dan keharusan serta
kekhususan-kekhususan eksistensinya akibat sesuatu
atau berbagai hal lain yang mendahuluinya,
merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan
tidak memerlukan sanggahan.
Faktor Penting Hubungan Kausal
 1. Faktor keterpaparan memegang peranan
penting dalam timbulnya penyakit
 2. Setiap perubahan pada variabel yang
merupakan unsur penyebab akan diikuti oleh
perubahan pada variabel lainnya sebagai
akibat/hasil akhir proses
 3. Hubungan antara timbulnya penyakit (hasil akhir)
serta proses keterpaparan tidak tergantung atau
tidak harus dipengaruhi oleh faktor lainnya diluar
variabel hubungan tersebut.
Model Kausal
 Penyebab penyakit dapat dikategorikan menjadi
model kausal tunggal dan kausal majemuk.
 1. Model Kausal Tunggal : Model tunggal
(monokausal) yaitu konsep penyakit dimana
penyakit hanya disebabkan oleh satu penyebab.
 2. Model Kausal Majemuk : Model kausal
majemuk (multikausal) adalah konsep penyebab
penyakit dengan penyakit memiliki lebih dari satu
penyebab
Kriteria Konsep Hill (Kausal)
 Bradford Hill membuat kriteria dari suatu faktor
sehingga faktor tersebut dapat dikatakan sebagai
faktor yang mempunyai hubungan kausal. Kriteria
tersebut adalah :
 1. Kekuatan asosiasi (kekuatan hubungan)
 2. Konsistensi
 3. Spesifisitas
 4. Hubungan temporal
Lanjutan...

 5. Efek dosis respon (respon tehadap dosis)


 6. Biologic plausibility atau kelayakan biologis
(masuk akal)
 7. Koherensi bukti-bukti
 8. Bukti Eksperimen
 9. Analogi
1. Kekuatan Asosiasi
 Semakin kuat hubungan asosiasi, maka semakin
sedikit hal tersebut dapat memberikan pengaruh
pada faktor-faktor etiologis lainnya. Asosiasi kuat
akan menunjukkan pengruh yang sangat kuat pada
salah satu faktor etiologis dan akan tampak kurang
memberikan pengaruh pada faktor-faktor etiologis.
 Sedangkan asosiasi lemah akan banyak
memberikan pengaruh pada berbagai factor-
faktor etiologis.
2. Konsistensi
 Dapat diartikan suatu kejadian yang sama akan
berulang pada waktu, tempat dan penelitian yang
lain.
 Apabila dalam suatu penelitian memiliki
“Konsistensi” (diamati berulang kali oleh orang
yang berbeda, tempat yang berbeda, keadaan
dan waktu yang berbeda pula) maka Konsistensi ini
akan dapat membantu mengurangi munculnya
kesalahan atau bias.
3. Spesifitas

 Hubungan spesifisitas dapat diartikan satu


penyebab akan menyebabkan satu
akibat saja. Apabila suatu penyebab
dipastikan menyebabkan suatu penyakit dan
tidak menyebabkan penyakit yang lainnya,
maka penyebab itu akan semakin diyakini
menyebabkan penyakit itu saja.
4. Hubungan Temporal

Bedasarkan urutan waktu, sebab akan


selalu mendahului akibat. Jadi yang pertama
terjadi adalah adanya penyebab penyakit,
selanjutnya barulah terjadi penyakit.
 Ada anggapan bahwa kausa (sebab)
mendahului efek (akibat).
5. Efek Dosis Respon

 Suatu penyebab penyakit akan diterima


apabila masuk akal secara biologis dapat
menyebabkan penyakit. Respon terhadap
dosis paparan yang dapat menyebabkan
penyakit yang berbeda-beda tergantung dari
lama pemaparan dan dosis paparan.
6. Biologic plausibility atau kelayakan
biologis

 Berhubungan dengan fisiologis tubuh.


 Perubahan yang meningkat dalam konjungsi
dengan perubahan kecocokan dalam penularan
verifikasi terhadap hubungan dosis-respon konsisten
dengan model konseptual yang dihipotesakan.
 Harus ada penjelasan yang rasional (masuk akal)
untuk korelasi yang terlihat antara pajanan dan
outcome.
7. Koherensi bukti-bukti

 Hubungan kausal dikatakan memiliki koherensi


(kecocokan) apabila interpretasi kausal cocok
dengan fakta yang diketahui dalam sejarah alam
dan biologi dari penyakit, termasuk juga
pengetahuan tentang distribusi dari bukaan dan
penyakit (orang, tempat, waktu) dan hasil dari
eksperimen laboratorium.
8. Bukti Eksperimen
 Beberapa tipe desain kajian dapat memberikan
bukti yang lebih meyakinkan dibanding desain
kajian jenis lainnya. Kajian-kajian intervensi dapat
menyediakan dukungan yang terkuat, terutama
ketika penyebab dapat dilakukan secara acak.
Karena tidak etis dan/atau tidak praktis untuk
menentukan banyak penyebab sebagai kajian
epidemiologis.
9. Analogi
 Analogi yang diartikan adanya kesamaan untuk
penyebab dan akibat yang serupa. Semakin
banyak penelitian yang membuktikan suatu kasus
penyakit memiliki penyebab yang sama, maka
hubungan kau
 Hubungan sebab akibat sudah terbukti untuk
penyabab atau penyakit serupasalitasnya akan
semakin kuat.
Pertanyaan
 1. Pada konsep Hill ini apakah ada hubungannya
dengan penelitian cross sectional,case control, dan
kohort?
 2. Apa kelemahan dan kelebihan dari konsep Hill
terrsebut?
Daftar Pustaka
 Nugrahaeni DK. 2011. Konsep Dasar Epidemiologi.
Jakarta.EGC.
 Bustan, Nadjib. 2012. Pengantar Epidemiologi.
Jakarta : Rineka Cipta
 http://nannaputri.blogspot.co.id/2010/10/konsep-
kausalitas.html Diunduh pada 7 April 2017
 http://www.srirahmayuli.com/hubungan-kausalitas-
dalam-epidemiologi Diunduh pada 7 April 2017

Anda mungkin juga menyukai